Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL USAHA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT

(Capsicum frutescens L.)

Mata Kuliah Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura

Disusun Oleh :
(Kelompok 3)
1. Ditya Pramesti Ardhana : 20190210096
2. Raizi Akbar Raher : 20190210098
3. Yuni Siti Maunah : 20190210116
4. Dendy Dio Damar : 20190210123
5. Hesty Wahyu Setyaningrum : 20190210128
6. Darin Rofifah : 20190210135

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2022
HALAMAN PENGESAHAN
USAHA BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT

Dengan ini menyatakan bahwa Proposal Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “USAHA
BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)” yang disusun oleh :

Ketua : Yuni Siti Maunah (20190210116)

Anggota :

Ditya Pramesti Ardhana : 20190210096


Raizi Akbar Raher : 20190210098
Dendy Dio Damar : 20190210123
Hesty Wahyu Setyaningrum : 20190210128
Darin Rofifah : 20190210135

telah disetujui dan disahkan pada tanggal ................

Yogyakarta, 4 Januari 2022

Menyetujui,

Dosen Mata kuliah Manajemen Agribisnis


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai rawit merupakan salah satu tanaman hortikultura yang cukup penting
dan banyak dibudidayakan di pulau jawa. Tanaman cabai rawit berasal dari Benua
Amerika yang beriklim tropis yaitu Amerika Selatan dan masuk ke Indonesia pada
abad ke-16 (Setiadi, 2006). Cabai rawit memiliki rasa yang sangat pedas sehingga
dapat digunakan untuk pembuatan saus, sambal atau dikeringkan menjadi tepung
cabai. Cabai rawit (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran
yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Pada saat-saat tertentu, harga buah
cabai dapat meningkat dari sebelumnya.
Hal tersebut disebabkan karena ketersediaan cabai rawit di pasaran sangat
minim, sedangkan kebutuhan di pasaran sangat tinggi. Menurut Kementrian
Pertanian (2016), kebutuhan cabai untuk kota besar yang berpenduduk satu juta atau
lebih sekitar 800.000 ton/tahun atau 66.000 ton/bulan. Tingkat produktivitas cabai
secara nasional selama 5 tahun terakhir sekitar 6 ton/ha. Untuk memenuhi
kebutuhan bulanan masyarakat perkotaan diperlukan luas panen cabai sekitar 11.000
ha/bulan, sedangkan pada musim hajatan luas area panen cabai yang harus tersedia
berkisar antara12.100-13.300 ha/bulan. Belum lagi kebutuhan cabai untuk
masyarakat pedesaan atau kota-kota kecil serta untuk bahan baku olahan.
Untuk memenuhi seluruh kebutuhan cabai tersebut diperlukan pasokan cabai
yang mencukupi. Apabila pasokan cabai kurang atau lebih rendah dari konsumsi
maka akanterjadi kenaikan harga. Sebaliknya apabila pasokan cabai melebihi
kebutuhan maka harga akan turun. Dengan demikian, budidaya tanaman cabai
menjadi tantangan tersendiri bagi para petani (Nurhayati, 2017). Upaya
pengembangan budidaya cabai rawit secara agribisnis diharapkan dapat berperan
penting dalam meningkatkan pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka
pengembangan budidaya cabai rawit perlu adanya pengelolaan usahatani sehingga
dapat diadakan perbaikan-perbaikan yang lebih menguntungkan (Rahman, 2017).
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang tindakan petani
dalam menentukan, mengusahakan dan mengkoordinasikan suatu usahanya. Dalam
usaha tani, faktor-faktor produksi diharapkan dapat digunakan seefektif dan
seefisien mungkin agar usaha yang dilakukan dapat menghasilkan pendapatkan yang
maksimal dan menguntungkan (Widodo, 2006). Keberhasilan usahatani dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi
dan kemampuan petani dalam mengaplikasikannya. Sedangkan faktor eksternal
meliputi sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek pemasaran hasil dan
bahan usahatani serta adanya penyuluhan bagi petani (Hermanto, 2007).

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menerapkan budidaya cabai rawit yang sesuai dengan Good
Agriculturl Practice (GAP).
2. Mahasiswa dapat menganalisis kelayakan usaha tani budidaya cabai rawit.
3. Mahasiswa dapat mencukupi menyusun perencanaan sebuah usaha.
4. Mahasiswa dapat menghasilkan produk cabai rawit yang mampu bersaing di pasar
dengan harga yang terjangkau.
II. PROFIL PERUSAHAAN
A. Nama Perusahaan
Nama : PT Capintosh Prihatani
Latar Belakang Nama Perusahaan
Secara umum, prospek budidaya tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) di
kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sangat baik, setiap hari pasar – pasar
tradisional yang ada di kabupaten Bantul pada umumnya dan khususnya pasar induk
Gamping memerlukan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang terus meningkat. Untuk
mensuplai kebutuhan cabai rawit tersebut (Capsicum frutescens L.) diperlukannya
peningkatan pasokan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Sebagai kelompok yang baru
merintis usaha bisni cabai rawit dapat dimulai dari usaha dengan modal yang kecil
dengan lahan yang kecil sekalipun. Dengan begitu kami kelompok kecil ini memutuskan
untuk memulai usaha cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dengan nama perusahaan
Capintosh Suprihatani. Semoga dengan didirikannya perusahaan ini dapat unggul dalam
budidaya tanaman cabar rawit (Capsicum frutescens L.) dan segala cita – cita yang
diharapkan dapat tercapai.

Logo

Filosofi Logo
Warna Merah : Hasil cabainya berwarna merah segar
Warna Hijau : Lahannya subur dan mendukung untuk budidaya
Warna Biru : Iklimnya sangat cocok
Bentuk melengkung : Adanya sinergisitas antara ketiga warna

Jargon :
Capintosh!!! Cabai Mia Lezatosh!!!

B. Lokasi Perusahaan
Perusahaan ini terletak di Jalan Bunga, Ngebel, Tamantirto, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, DIY 55184
C. Visi/Misi Perusahaan

Visi
Menjadikan PT Capinthosh Prihatani sebagai perusahaan unggul dalam usaha budidaya
dan pemasaran tanaman cabai rawit
Misi
1. Mewujudkan peningkatan produksi tanaman cabai melalui budidaya yang sesuai
GAP
2. Memenuhi kebutuhan cabai rawit terhadap masyarakat konsumtif cabai rawit di era
reformatif

D. Kegiatan Perusahaan
Kegiatan usaha dari PT. Capintosh Prihatani adalah bergerak dibidang produksi atau
budidaya cabai rawit yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan. Adapun rangkaian
kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman, pemanenan hingga pemasaran produk.
Seluruh anggota perusahaan akan terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
Analisis SWOT
1) Strenght (Kekuatan)
a. Harga cabai di pasar relatif baik dan akan meningkat pada kondisi tertentu.
b. Cabai merupakan produk yang selalu dibutuhkan oleh konsumen.
2) Weakness (Kelemahan)
a. Kondisi cuaca yang tidak menentu.
b. Serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai.
3) Opportunity (Peluang)
a. Kesempatan memasok cabai di pasar induk terdekat.
b. Menciptakan lapangan pekerjaan dan menambah keuntungan bagi produsen dan
distributor.
4) Treath (Ancaman)
a. Bersaing dengan produsen tetap atau yang sebelumnya telah menjadi pemasok
cabai di pasar yang menjadi sasaran.
b. Produksi cabai yang dihasilkan tidak sesuai dengan target analisis usaha tani.
III. ASPEK MANAJEMEN/SUMBER DAYA MANUSIA

A. Manajemen Agribisnis Tanaman


Manajemen merupakan suatu proses untuk menjalankan visi dan misi suatu organisasi
dengan efektif dan efisien. Manajemen menjadi faktor keberhasilan suatu kegiatan yang
layak untuk dikembangkan. Aspek manajemen menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari aspek lainnya dalam laporan studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha merupakan
riset yang dilakukan untuk memulai usaha, sehingga dapat diketahui rencana usaha tersebut
layak atau tidak untuk dilaksanakan dan dikembangkan (Mekari, 2021). Aspek manajemen
dalam organisasi meliputi :
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan proses dari suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
dalam perencanaan secara terstuktur dan sistematis.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi serta
menngorganisir sumber daya dalam satu perusahaan Tipe tujuan organisasi meliputi :
a) Tujuan kemasyarakatan (societal goals), yaitu pemasaran produk yang
melibatkan konsumen.
b) Tujuan keluaran (output goals), yaitu sesuatu yang akan diproduksi atau
dihasilkan oleh organisasi.
c) Tujuan sistem (system goals), yaitu sistem atau pengaturan organisasi dalam
satu perusahaan.
d) Tujuan produk (product goals), yaitu menentukan berbagai karakteristik barang
yang akan diproduksi oleh organisasi.
e) Tujuan turunan (derived goals), yaitu profit yang menjadi tujuan utama
organisasi.
3. Penggerak (Actuating)
Penggerak bertujuan untuk menggerakkan dan memotivasi seluruh sumberdaya yang
dimiiki.
4. Pengontrol (Controling)
Pengontrol berperan dalam mengawasi seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Terry & Franklin, 1994).
Manajemen agribisnis merupakan usaha pengembangan fungsi dari sistem agribisnis
yang bersifat dinamis. Selain itu, manajemen agribisnis dirancang untuk mengoordinasikan
sumber daya pertanian dalam arti luas, sehingga bisnis pertanian dapat memberikan manfaat
dan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat, mulai dari subsistem hulu sampai subsistem
hilir. Manajemen ini memiliki keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and forward
linkage) dari sistem agribisnis (Custodio, 2003). Dengan demikian, manajemen agribisnis
selalu bersifat dinamis, yaitu memperhatikan perubahan-perubahan di dalam maupun di luar
perusahaan. Perubahan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan
kualitatif, sehingga kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan dapat diketahui
dan diantisipasi dengan memenuhi fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan) yang pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai (keuntungan) (Saragih,
2010). Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen agribisnis yang ingin
diusahakan, diantaranya sebagai berikut :
1. Penetapan tujuan
Tujuan merupakan sasaran yang ditetapkan untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu
dan diketahui oleh semua orang yang terlibat (semua unsur manajemen). Ciri-ciri
tujuan bisnis yang baik adalah SMART (Spesific, Measurable, Attainable, realistic
and Timely).
2. Penetapan kebijakan
Kebijakan adalah suatu keputusan hasil diskusi dari seluruh pihak organisasi terhadap
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
3. Penetapan strategi
Strategi merupakan tindakan penyesuaian dari rencana yang telah dibuat, sehingga
dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. Penetapan Prosedur
Prosedur digunakan sebagai pedoman bagi management team organisasi dalam
melaksanakan aktivitas usaha atau bisnis. Pada dasarnya setiap bisnis memiliki SOP
(Standar Operating Procedure) dalam melakukan proses bisnis.
5. Penetapan program
Program merupakan uraian operasional yang memuat kebijakan, prosedur dan
anggaran untuk mencapai tujuan dari setiap komponen yang membutuhkan (Downey,
1989; Asmarantaka; 2012).
B. Struktur Organisasi
Untuk mencapai tujuan dari manajemen agribisnis yang akan diusahakan, maka
dibentuk struktur organisasi perusahaan yang menjadi penanggung jawab dalam kegiatan
yang akan dilaksanakan.

Direktur Perusahaan
(Yuni Siti Maunah)

Sekretaris dan Bendahara


(Hesty Wahyu Setyaningrum)

Manager Produksi Manager Pemasaran


Raizi Akbar Raher Ditya Pramesti A.
Dendy Dio Damar Darin Rofifah

Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan


IV. ASPEK PRODUKSI
A. Tempat dan Waktu
Budidaya tanaman cabai rawit akan dilaksanakan di lahan yang terletak di Dusun
Tlogo RT 06, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Budidaya
tanaman cabai rawit akan mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2022.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih cabai rawit, pupuk kandang, pupuk NPK,
karissnail, Roundup, Dithani, Doublemectin, Regent, dan mulsa.
Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, sprayer, dan traktor.
C. Teknik Budidaya Tanaman Cabai
1. Pengolahan Lahan
Sebelum dilakukan penanaman, maka lahan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma
dan sisa tanaman sebelumnya. Kemudian tanah digemburkan dengan menggunakan
traktor. Setelah itu dibuat bedengan dengan lebar 100 cm dengan menggunakan
cangkul. Setiap antar bedengan diberi jarak 60 cm. sebelum dilakukan penanaman,
tanah bedengan tersebut diberi pupuk kendang sebagai pupuk dasar, kemudian setelah
itu ditutup mulsa plastik.
2. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat pagi hari, dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm.
3. Pemasangan Ajir
Pemberian ajir dilakukan setelah 2 minggu setelah tanam. Pemasangan ajir dilakukan
dengan menancapkan ajir ke dalam tanah sedalam 20-30 cm dengan jarak 25 cm dari
pinggir bedengan.
4. Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan pada satu minggu sebelum bibit ditanam. Pupuk yang
digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk kandang. Pemupukan dilakukan dengan
ditaburkan ke tanah. Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman berusia 1
minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam. Pupuk yang diberikan adalah
pupuk NPK dengan dilarutkan pada 50 L air untuk 1 kg pupuk NPK, lalu dikocorkan
sebanyak 14 ml per tanaman.
5. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari apabila dalam keadaan terik, yaitu pagi dan
sore hari. Namun, ika tanah masih dalam keadaan lembab maka tidak dilakukan
penyiraman.
6. Penyemprotan
Apabila tanaman terkena serangan jamur maka dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan fungisida, sedangkan jika tanaman terkena hama, maka disemprot
dengan insektisida. Apabila banyak gulma maka dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan herbisida.
7. Panen
Tanaman cabai rawit mulai bisa dipanen setelah berumur kurang lebih 80 hari setelah
proses penanaman. Pemanenan dapat dilakukan pada periode 3 sampai 5 hari sekali.
Proses pemetikan dilakukan pada pagi hari karena cabai rawit masih dalam kondisi
segar.
8. Pasca Panen
Pengumpulan sementara dilakukan di lahan produksi dan harus terhindar dari sinar
matahari langsung atau ternaungi. Kemudian cabai tersebut disusun rapi didalam
keranjang plastik dan dibawa ke bangsal pasca panen untuk dilakukan pre-cooling
dengan membasahi produk dengan air. Kemudian dilakukan sortasi dan grading untuk
memisahkan kualitas cabai.
V. ASPEK PEMASARAN

Aktivitas pemasaran merupakan hal yang paling penting dalam sistem agribisnis mulai
dari penyediaan sarana produksi pertanian (subsistem input), usahatani (on farm), pemasaran dan
pengolahan hasil pertanian, serta subsistem penunjang (penelitian, penyuluhan,
pembiayaan/kredit, intelijen pemasaran atau informasi pemasaran, kebijakan pemasaran). Tujuan
dari pemasaran yaitu menjembatani apa yang diinginkan produsen dan konsumen dalam
melengkapi proses produksi (Asarantaka et al., 2017).

A. Segmentasi pasar
Segmentasi pasar menurut Kotler (2012) pasar yang terdiri dari sekelompok pelanggan
yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang serupa. Tujuan utama dilakukannya
segmentasi pasar, targeting, dan positioning adalah menempatkan suatu produk atau pun merek
didalam benak konsumen sehingga produk atau merek tersebut memiliki keistimewaan atau
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Target konsumen dari produk cabai terdiri dari berbagai kelompok masyarakat khususnya
berada di sekitar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kelompok masyarakat tersebut terdiri
dosen, mahasiswa, penjual sayur dan para pelaku usaha yang membutuhkan cabai sebagai bahan
utamanya. Penjualan produk cabai ini dilakukan di area sekitar UMY karena pada dasarnya
hampir semua kelompok masyarakat menyukai dan membutuhkan cabai, selain itu untuk
meminimalisir biaya distribusi yang dikeluarkan.
B. Persaingan Produk
Produk adalah hasil jadi dari sebuah proses yang dilakukan oleh pembuat atau produsen
yang kemudian akan didistribusikan kepada pembeli atau konsumen sesuai yang dibutuhkannya.
Persaingan antar produk akan selalu terjadi dalam sebuah bisnis. Maka dari itu produk yang
ditawarkan harus mempunyai keunggulan dibandingkan produk cabai lainnya. Untuk
mewujudkan hal itu maka perlu proses budidaya cabai yang maksimal. Selain itu perlunya
strategi pemasaran yang matang dan tepat, baik dalam pengemasan, harga, hal bentuk, kesegaran
dari produk tersebuk. Dengan demikian produk yang ditawarkan dapat bersaing di pasaran.
C. Strategi Pemasaran
Sistem pemasaran produk pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembaga
pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari
produsen awal ke tangan konsumen akhir, Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang
sangat kompleks meliputi proses pengumpulan produk dari para petani, pengepakan,
penyimpanan, pendistribusian, termasuk didalamnya pemilihan saluran pemasaran.
(Sofianudin & Budiman., 2017).

Kegiatan pemasaran cabai rawit yang menggunakan dua saluran yakni saluran langsung
(saluran nol) dan saluran tidak langsung (saluran tingkat satu). Saluran langsung yaitu petani
memasarkan cabai rawit ke pasar. Dalam hal ini petani bertindak sebagai produsen. Harga yang
ditetapkan petani produsen ke konsumen akhir adalah Rp. 12.000. Sedangkan saluran tidak
langsung yaitu petani memasarkan cabai rawit ke pedagang pengecer setelah itu pedagang
pengecer langsung menjual cabai rawit ke konsumen akhir. Sistem pembayaran yang dilakukan
secara tunai sesuai dengan harga pasar. Berikut adalah skema mengenai saluran pemasaran yang
dilakukan.

 Pemasaran dengan memasifkan media sosial


Pemasaran dengan sistem ini memanfaatkan aplikasi media sosial seperti pada
Instagram, Facebook, via Whatsapp. Dalam aplikasi tersebut akan dibuat grup khusus
untuk jual beli sayuran
 Pemasaran di lingkup pasar tradisional
Dalam lingkup pasar tradisional, target konsumen dari produk kami adalah para
pedagang sayuran. Sistem pemasaran yang akan dilakukan berupa kerja sama dengan
memasok produk kami kepada para pedangang.
 Pemasaran di lingkup sentra kuliner
Dalam lingkup sentra kuliner target konsumen dari produk kami adalah rumah
makan, warung makan atau tempat olahan-olahan makanan yang memang membutuhkan
cabai sebagai bahan utamanya.
 Pasar Modern
Pasar modern ini melingkupi supermarket, mall dan toko-toko sejenisnya. Sistem
pemasaran yang akan dilakukan adalah dengan menjadi supplier stock cabai rawit.

B. Persaingan produk (Konsep Produk)

Produk yang dijual berupa cabai segar


C. Strategi Pemasaran (Konsep Penjualan : Kemasan, distribusi, promosi, produk yang
unik, dll)

 Kemasan
Kemasan produk dibuat dengan semenarik mungkin dan disesuaikan dengan
target pasar yang telah ditentukan guna menarik minat para konsumen.
 Distribusi
Sistem distribusi
 Promosi
VI. ASPEK FINANSIAL

Perhitungan analisis BEP (Break Event Point) dan analisis kelayakan usahatani tanaman
cabai rawit dengan spesifikasi sebagai berikut :

Total biaya (TC) : Rp. 2.035.500,00


Harga per kg (p) : Rp. 12.000,00
Keuntungan : Rp. 364.500,00
Penerimaan (s) : Rp. 2.400.000,00
Biaya tetap (FC) : Rp. 238.000,00
Biaya tidak tetap (VC) : Rp. 1.797.500,00
Jumlah tenaga kerja : 5 tenaga kerja
HOK :5
Jumlah produk (q) : 200 kg
Luas lahan : 100 m2

1. Analisis BEP (Break Event Point)


VC
a. BEP Penerimaan = FC/1-
s
1.797.500,00
= 238.000,00/1-
2.400.000,00
= Rp. 948.050,00
TC
b. BEP Harga =
q
2.035.500,00
=
200
= Rp. 10.178/ kg
TC
c. BEP Produksi =
p
2.035.500,00
=
12.000
= 169,625 kg
BEP produksi
d. BEP Luas Lahan = x 100 m2
produksi
169,625
= x 100 m2
200
= 84,81 m2
2. Analisis Kelayakan
a. Keuntungan = Penerimaan – Total biaya
= 2.400.000,00- 2.035.500,00
= Rp. 364.500,00
TR
b. R/C =
TC

pxq
=
TC

12.000 x 200
=
2.035.500,00

= 1,18 > 1 (layak diusahakan)

keuntungan
c. Produktivitas Modal = x 100%
total biaya
364.500,00
= x 100%
2.035.500,00
= 17,91 < 12 %/tahun (layak diusahakan)
keuntungan
d. Produktivitas Tenaga Kerja =
jumlah tenaga kerja
364.500,00
=
5
= 72.900/ HOK > UMR (65.000/HOK) (layak diusahakan)
keuntungan
e. Produktivitas Lahan =
luaslahan
364.500,00
=
100
= 3645/m2 > 1200/m2 (layak diusahakan)
3. ROI

Description Calculation

a. Cash Flow – 2 Minggu ke-1 (Maret) Rp. 3.000.000,00

b. Cash Flow – 2 Minggu ke-2 (Maret) Rp. 1.460.500,00

c. Cash Flow – 2 Minggu ke-1 (April) Rp. 1.027.500,00

d. Cash Flow – 2 Minggu ke-2 (April) Rp. 987.500,00

e. Cash Flow – 2 Minggu ke-1 (Mei) Rp. 932.500,00

f. Cash Flow – 2 Minggu ke-2 (Mei) Rp. 902.500,00

g. Cash Flow – 1 Minggu ke-1 (Juni) Rp. 892.500,00

h. Total Gains (Sum of a. to g.) Rp. 9.203.000,00

i. Less Total Outlay (Investment) Rp. 3.000.000,00

j. Profit (h.- i.) Rp. 6.203.000,00

k. Number of Week 13

l. Average Annual Profit (j./k.) 477.153,85

m. ROI (l./ i. x 100%) 15,91%


VII. JADWAL PELAKSANAAN

Maret April Mei Juni


Uraian
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1
Persiapan alat dan
                       
bahan  
Pengolahan lahan                          
Pembuatan
                       
bedengan  
Pembelian bibit                          
Pemasangan
                       
mulsa  
Penanaman                          
Pemasangan ajir                          
Pemupukan                          
 Pupuk
kandang                          
 Pupuk susulan                          
Penyiraman                          
Penyemprotan
pestisida                          
Panen                          
Pasca panen                          
 Pembersihan                          
 Sortir/grading                          
Pengangkutan                          
Penjualan                          
9m VIII. LAMPIRAN
Layout
10 m

1m 50 cm

10 m
50 cm

60 cm

60 cm

60 cm

60 cm

60 cm

50 cm

50 cm
Perhitungan kebutuhan bibit

Luas lahan : 100 m2


Jarak tanam : 50 cm x 50 cm (0,25 m2)
Jalan tepi : 50 cm
Jarak antar bedengan : 60 cm
Panjang bedengan :9m
Lebar bedengan :1m
Jumlah bedengan :6

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa,

Luas 1 bedengan = panjang x lebar

=9x1

= 9 m2

luasbedengan
Jumlah bibit dalam 1 bedengan =
jarak tanam

9
=
0,25

= 36 tanaman

Total kebutuhan bibit = Jumlah bedengan x jumlah bibit dalam 1 bedengan

= 6 x 36

= 216 bibit

Jadi, total kebutuhan bibit cabai rawit dengan luasan lahan 100 m2 yaitu 216 bibit.
Gambar Lahan
Referensi :

Asmarantaka, R.W. (2012). Ruang Lingkup Manajemen Agribisnis. Retrieved From


https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/LUHT423502-M1.pdf
Asmarantaka, R. W., Atmakusuma, J., Muflikh, Y. N., & Rosiana, N. (2017). Konsep
pemasaran agribisnis: pendekatan ekonomi dan manajemen. Jurnal Agribisnis Indonesia
(Journal of Indonesian Agribusiness), 5(2), 151-172.
Custodio, HC Jr. (2003). Agribusiness Concepts and Dimension: Some Applications. From C.V.
Velasco. Agribusiness Management Course Module. AB 710. Central Luzon State
University.
Downey, W. D.,& S. P. Erickson. (1989). Manajemen Agribisnis. Edisi kedua. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Hermanto. (2007). Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Cabai Sawah. Laporan Hasil
Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Kotler, P. (2012). Manajemen Pemasaran Jilid I. Diterjemahkan oleh Benyamin Molan. Jakarta:
Indeks.
Mesari. (2021). Studi Kelayakan Bisnis. Retrieved From https://www.jurnal.id/id/blog/studi-
kelayakan-bisnis/
Nurhayati, N. (2017). Prospek Pengembangan Cabai Rawit di Kecamatan Arut Selatan
Kabupaten Kotawaringin Barat. Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan, 4(2),
82-93.
Rahman, I.A. (2017). Strategi Perencanaan Usahatani Cabai Rawit (Capsicum frutescens L )
Hidroponik Di Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Saragih, B. (2010). Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian.
IPB Press. Bogor.
Setiadi. (2006). Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Terry, G. R.& Franklin, S. G. (1994). Principles of Management. (8th Edition). AITBS


Publisher & Distributors. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Widodo, S. (2006). Ilmu Usahatani. Universitas Gaja Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai