Anda di halaman 1dari 16

SUB SISTEM PENUNJANG AGRIBISNIS

A. Sarana Tataniaga
Lembaga tataniaga adalah bagian-bagian yang menyelenggarakan kegiatan atau
fungsi tataniaga dengan nama barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai
pihak konsumen (Hanafiah, 1986).
Saluran tataniaga adalah pergerakan barang-barang dari pihak produsen ke pihak
konsumen melalui lembaga tataniaga. Panjang pendeknya saluran tataniaga yang
dilalui oleh suatu hasil peternakan tergantung dari beberapa factor yaitu jarak antara
produsen ke konsumen, cepat tidaknya produk rusak, skala produksi dan posisi
keuangan pengusaha .
www.manajemen-agribisnis.com/tataniaga (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019)
Menurut Mubyarto (1989), Istilah tataniaga diartikan sama dengan pemasaran
atau distribusi yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau
menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut tataniaga karena niaga
berarti dagang, sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan
permainan dalam hal perdagangan barang – barang. Perdagangan itu biasanaya
dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga pemasaran(terjemahan dari kata
marketing).
Tataniaga pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis
dalam mengalirkanbarang/jasa dari petani produsen (tingkat usahatani) sampai ke
konsumen akhir. Tataniaga menjembatani gap antara petani produsen dengan
konsumen akhir.
https://myblogannisagreen.blogspot.com/
Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga yang
melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama dalam
menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan pemasaran,
sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat, bentuk yang
diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang berbeda akan
memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang
terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.
Baladina, Nur. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian: Sistem Pemasaran Hasil
Pertanian.
http//rosihan.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 27 oktober 2019
B. Perbankan/Perkreditan 6
Pengertian bank adalah lembaga intermediasi keuangan yang bertugas
menghimpun dan menyalurkan dana di masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup
rakyat. Sedangkan pengertian perbankan adalah segala sesuatu yang berhubungan
tentang bank. Penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan bank melalui simpanan
atau tabungan dan penyaluran dana dilakukan melalui kredit atau pinjaman kepada
masyarakat.
Berdasarkan dari UU Nomor 10 Tahun 1998, secara garis besar tujuan perbankan
Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbungan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dari tujuan tersebut maka perbankan (bank) di Indonesia harus menjalankan
tugas dan fungsinya dengan baik dan didasarkan atas asas demokrasi ekonomi. Jadi
jika Anda berpikir bahwa bank memiliki tujuan untuk mencari keuntungan setinggi-
tingginya berupa profit semata maka Anda sangat salah besar.
https://www.aturduit.com/articles/panduan-perbankan/perkenalan-tentang-bank/
Lembaga pembiayaan dalam agribisnis berperan penting dalam usaha penyediaan
modal kerja. Pembiayaan mencapai semua sektor mulai dari produsen primer sampai
dengan Industri hilih. Pada Industri hulu pembiayaan diperlukan untuk memperlancar
arus distribusi dan juga mempermudah ketersediaan ikut yang diperlukan dan alat
pertanian seperti bahan baru (benih) dan lain lain. Pada sektor hilih pembiayaan lebih
kepada pemasaran agar distribusi menuju konsumen lebih efektif dan efisien
Intyas, Candra Adi dan Zainal Ambilin. 2018. MANAJEMEN AGRIBISNIS
PERIKINAN. Malang: UB Press
Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga
pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari
perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini
yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah,
khususnya pada on farm agribisnis. Selama 30 tahun terakhir, keluaran kredit pada on
farm agribisnis di daerah hanya kurang dari 20 % dari total kredit perbankan. Padahal
sekitar 60 % dari penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan ekonominya pada
on farm agribisnis. Kecilnya alokasi kredit juga disebabkan dan diperparah oleh
sistem perbankan yang bersifat Branch Banking System.
Sistem Perbankan yang demikian selama ini, perencanaan skim perkreditan
(jenis, besaran, syarat-syarat) ditentukan oleh Pusat bank yang bersangkutan/sifatnya
sentralistis, yang biasanya menggunakan standart sektor non agribisnis, sehingga
tabungan yang berhasil dihimpun didaerah, akan disetorkan ke pusat, yang nantinya
tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh karena itu perlunya reorientasi Perbankan,
yaitu dengan merubah sistem perbankan menjadi sistem Unit Banking system (UBS),
yakni perencanaan skim perkreditan didasarkan pada karakteristik ekonomi lokal.
Kebutuhan kredit antara subsistem agribisnis berbeda serta perbedaan juga terjadi
pada setiap usaha dan komoditas. Prasyarat agunan kredit juga disesuaikan.
Disamping agunan lahan atau barang modal lainnya, juga bisa penggunaan
Warehouse Receipt System (WRS) dapat dijadikan alternatif agunan pada petani.
.WRS adalah suatu sistem penjaminan dan transaksi atas surat tanda bukti
(Warehouse Receipt).
R. Hermawan.2006.Membangun Sistem Agribisnis
C. Penyuluhan Agribisnis
Definisi Penyuluhan Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian , Perikanan dan Kehutanan ( SP3K) Penyuluhan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sistem penyuluhan merupakan suatu sistem penyampaian inovasi dari sumber
teknologi kepada pengguna (petani) dengan menggunakan berbagai pendekatan dan
metode yang ada sesuai kondisi klien dan sistem sosial, agar inovasi dapat
dimanfaatkan oleh pengguna untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
mereka.
warda, halil dan arniati. 2018. Buletin Nomor 6 Tahun 2012: Sistem Penyuluh
Pertanian Indonesia. Diakses dari http://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ pada 26
Oktober 2019
Menurut Suparta (2001), yang dimaksud dengan penyuluhan sistem agribisnis adalah
“jasa layanan dan informasi agribisnis yang dilakukan melalui proses pendidikan non
formal untuk petani dan pihak-pihak terkait yang memerlukan, agar kemampuannya
dapat berkembang secara dinamis untuk menyelesaikan sendiri setiap permasalahan
yang dihadapinya dengan baik menguntungkan dan memuaskan.” Kegiatan
penyuluhan itu adalah jasa layanan, dan jasa layanan itulah yang harus dibuat bermutu
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan sasaran penyuluhan pada waktu
yang diperlukan. Mutu jasa layanan dapat dilihat dari segi keterpercayaan (reliability),
keterjaminan (assurance), penampilan (tangiability), kepemerhatian (empaty), dan
ketanggapan (responsiveness).
Suparta, N. 2001. Perilaku Agribisnis dan Kebutuhan Penyuluhan Peternak Ayam
Ras Pedaging. [Disertasi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
D. Kelompok Tani
Menurut peraturan menteri pertanian nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007 kelompok
tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani
juga dapat diartikan organisasi non formal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan
“dari, oleh dan untuk petani”.
Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang menghimpun diri
dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif, dan minat.
Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dibentuk
dengan tujuan sebagai wadah komunikasi antarpetani. Surat keputusan tersebut
dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan untuk memonitor atau mengevaluasi kinerja
kelompok tani. Kinerja tersebutlah yang akan menentukan tingkat
kemampuan kelompok. Penilaian kinerja kelompok tani didasarkan pada SK Mentan
No. 41/Kpts/OT. 210/1992. Fungsi kelompok tani adalah:
1. Menciptakan tata cara penggunaan sumber daya yang ada.
2. Sebagai media atau alat pembangunan.
3. Membangun kesadaran anggota petani untuk menjalankan mandat yang
diamanatkan oleh kelompok.
Pengarang s nuryati
Organisasi petani memegang peranan penting dalam pembangunan sector
pertanian di Indonesia untuk menjadi salah satu media penyelesaian
permasalahan- permasalahan pertanian. Selain itu, organisasi petani dapat menguatkan
petani untuk bersatu dan bekerjasama untuk kebaikan sesama petani (positive sum
game) dan bukan sebaliknya untuk saling menjatuhkan (zero sum game) dan menjadi
lemah ihadapan para perusahaan kapital besar dan pasar modern. Bahkan,
kelembagaan petani lebih lanjut dapat membuat petani justru berjalan bersama-sama
dengan perusahaan besar dan pasar modern untuk kerjasama mutualisme yang lebih
baik.
Organisasi petani dalam skala terkecil adalah kelompok tani. Skala lebih luas,
para petani dalam satu desa membentuk Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) yang
merupakan gabungan dari beberapa kelompoktani yang terdapat di desa tersebut. Ciri
Gapoktan sebagai organisasi sosial-ekonomi sudah jelas karena tujuan utamanya
adalah meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Syahyuti (2007)
menambahkan bahwa Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang
menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.
Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian,
pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan menyediakan berbagai
informasi yang dibutuhkan petani.
E journal : EFEKTIVITAS KINERJA ORGANISASI GABUNGAN KELOMPOK TANI
POTTANAE Effectiveness Of The Organizational Performance Of Pottanae Group Of
Combined Farmers Eymal B Demmallino, Rahmadanih, Aswar* Program Studi
Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar
E. Infrastruktur Agribisnis
Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dalam
agribisnis. Kita memiliki kekayaan keragaman hayati (biodivercity) daratan dan
perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan subur, dan agroklimat
yang bersahabat untuk agribisnis. Dari kekayaan sumberdaya yang kita miliki hampir
tak terbatas produk-produk agribisnis yang dapat dihasilkan dari bumi Indoensia.
Selain itu, Indonesia saat ini memiliki sumberdaya manusia (SDM) agribisnis, modal
sosial (kelembagaan petani, local wisdom, indegenous technologies) yang kuat dan
infrastruktur agribisnis yang relatif lengkap untuk membangun sistem agribisnis.
Saragih, Bungaran. Pembangunan Sistem Agribisnis di Indonesia dan Peranan
Public Relation. Fakultas Pertanian, IPB. Diakses dari media.neliti.com pada 26
Oktober 2019
Pemerintah selayaknya harus menciptakan infrastruktur pertanian yang memadai.
Infrastruktur seperti waduk, embung, bendungan, saluran irigasi dari primer hingga
tersier dengan tujuan agar air tersuplai untuk kebutuhan pertanian. Infrastruktur
seperti waduk berguna untuk menampung air dan menjadi cadangan air saat kemarau
melanda. Proses penguatan infrastruktur bukan hanya di pusat saja namun harus
sampai hingga ke sektor desa. Selain dari sistem pengairan infrastruktur dapat juga
dari perbaikan lahan pertanian namun tetap sistem pengairan menjadi hal utama yang
dibutuhkan.
Pembangunan infrastruktur pertanian sebenarnya harus diimbangi pula dengan
membangun dan menciptakan infrastruktur pendukung, seperti misalnya pusat
penelitian pertanian, pusat pembenihan, serta pembibitan. .Pemerintah wajib
menyediakan pusat penelitian dan mengembangkan berbagai jenis pertanian. Dengan
demikian, lahan yang ada akan jadi lebih efektif dan efisien.Replanning cluster
pertanian, revitalisasi dan rehabilitasi berbagai infrastruktur jaringan irigasi pertanian,
dan juga memprioritaskan pembangunan infrastruktur baru pertanian adalah langkah
kerja yang bisa membawa perubahan pada kehidupan petani menjadi lebih
sejahtera.Tak hanya infrastruktur, optimasi pertanian di Indonesia sebaiknya didukung
pula dengan program saran penunjang. Beberapa di antaranya merupakan saran
produksi seperti benih, pupuk, pestisida, serta obat tanaman yang dibutuhkan petani.
Kemudian ada juga penyediaan dan pengolahan sawah untuk produksi tanaman
pangan yang sesuai keperluan masyarakat.
Fungsi daripada infrastruktur pertanian adalah sebagai sarana mempermudah
kegiatan serta meningkatkan hasil pertanian petani.
Mediatani.co. 2017."Infrastruktur Pertanian di Indonesia". Artikel. Diakses dari
https://mediatani.co/infrastruktur-pertanian-di-indonesia/ pada tanggal 26 Oktober
2019 pukul 20.48 wib
Penataan dan pengembangan struktur Agribisnis. Struktur agribisnis yang
tersekat-sekat telah menciptakan masalah transisi dan margin ganda. Oleh karena itu
penataan dan pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran
pokok yaitu:
 Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti
suatu aliran produk (Product Line) sehingga subsektor agribisnis hulu, subsektor
agribisnis pertanian primer dan subsektor agribisnis hilir berada dalam suatu
keputusan manajemen.
 Mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani/koperasi agribisnis yang
menangangani seluruh kegiatan mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai
dengan subsistem agribisnis hilir, agar dapat merebut nilai tambah yang ada pada
subsistem agribisnis hulu dan subsistem agribisnis hilir.
F. Koperasi Agribisnis
Koperasi agribisnis dapat mendukung terselenggaranya sistem pangan yang baik
untuk kesejahteraan anggotanya dengan melakukan langkah-langkah :
a. melakukan revitalisasi dan konsolidasi internal
b. terlibat secara aktif dalam revitalisasi pertanian
c. membuat skim pembiayaan yang tepat untuk sektor pertanian
d. tidak tergantung pada dana bantuan pemerintah
e. menggali potensi agribisnis yang sesuai dengan masyarakat dimana
koperasi berada
f. merambah pasar eksport.
Sumber: jurnal PERAN KOPERASI AGRIBISNIS DALAM KETAHANAN PANGAN
DI INDONESIA Disusun: Edi Susilo Tahun: 2013
Koperasi agribisnis dapat mendukung terselenggaranya sistem pangan yang baik
untuk kesejahteraan anggotanya dengan melakukan langkah-langkah :
a. melakukan revitalisasi dan konsolidasi internal
b. terlibat secara aktif dalam revitalisasi pertanian
c. membuat skim pembiayaan yang tepat untuk sektor pertanian
d. tidak tergantung pada dana bantuan pemerintah
e. menggali potensi agribisnis yang sesuai dengan masyarakat dimana
koperasi berada
f. merambah pasar eksport.
PERAN KOPERASI AGRIBISNIS DALAM KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA
Edi Susilo Manajer Koperasi Unit Desa di Rembang Jawa Tengah Email:
edisusilo89@gmail.com
Maksud dan tujuan pendirian BUMN sendiri dalam UU No 19 tahun 2003
tentang BUMN adalah sebagai berikut:
 Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
 Mengejar keuntungan.
 Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
 Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi.
 Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa BUMN merupakan suatu
badan usaha yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh negara. Badan usaha
ini didirikan untuk mengejar keuntungan sebagai pemasukan negara dan menjadi
pemacu perekonomian nasional dalam persaingannya dengan perusahaan swasta.
Dengan adanya BUMN diharapkan dapat menyediakan barang dan jasa publik serta
menjadi motivator bagi usaha-usaha kecil maupun golongan ekonomi lemah agar
bangkit dan mencapai taraf hidup yang lebih baik. Dalam penelitian ini BUMN adalah
PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari yang merupakan
BUMN sektor perkebunan yang memiliki unit usaha yang bergerak dalam bidang
budidaya tanaman kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil
(CPO) serta didirikan dengan maksud untuk turut serta dalam melaksanakan dan
menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi, sosial dan
pembangunan.
http://digilib.unila.ac.id/11478/16/16.%20BAB%20II.pdf
G. BUMN
BUMN merupakan perusahaan milik pemerintah yang keberadaannya dalam
sistem ekonomi Indonesia masih diperlukan. BUMN selain menjalankan fungsinya
sebagai pemasok dana bagi pemerintah melalui pajak dan dividen juga dibebani untuk
berfungsi sebagai agent of development. Tanpa disadari peran tersebut membuat
banyak BUMN bekerja tidak efisien sehingga berakibat pada kinerjanya. Akan tetapi
dengan makin ketatnya persaingan usaha maka profesionalisme dalam pengelolaan
BUMN harus ditingkatkan. Peningkatan kualitas pengelolaan BUMN akan membantu
perusahaan mencapai efisiensi dan produktivitas sehingga dapat bersaing dengan
perusahaan lain.
Penulis : Sri Lestari Kurniawati dan Wiwik Lestari Judul : STUDI ATAS KINERJA
BUMN SETELAH PRIVATISASI Tahun : 2008
BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan. Macam BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 terdiri dari: PERSERO
dan PERUM. BUMN sebagai Badan Usaha Milik Negara sering ditafsirkan bahwa
negara berkuasa penuh terhadap kinerja BUMN. BUMN beroperasi dengan dukungan
fasilitas penuh (modal, perlakuan, sektoral). Sedangkan masyarakat sangat berharap
mendapatkan manfaat dari keberadaan BUMN yang belum bisa terpenuhi secara
optimal.
Fungsi BUMN:
1. Penyedia barang ekonomis dan jasa yg tidak dapat disediakan swasta.
2. Pengelola cabang-cabang produksi sumber daya kekayaan alam yang menyangkut
hajat hidup orang banyak dengan efektif dan efisien.
3. Alat pemerintah untuk menata kebijakan perekonomian

Peranan BUMN:
1. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga mengurangi jumlah
pengangguran.
2. Memberikan pengarahan serta bantuan untuk para pengusaha golongan ekonomi
lemah, baik itu untuk koperasi maupun UKM.
3. Memberikan sumbangan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi secara
nasional.
Sugiana, Yodi. 2019. Peran dan fungsi BUMM. https://www.sridianti.com/peran-dan-
fungsi-bumn.html diakses pada 25/10/2019
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada
hampir seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi,
transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi. Penjelasan
sebagaimana dikutip di atas menunjukkan bahwa adanya harapan yang begitu besar
dari pembentuk undang-undang bahwa BUMN perlu mengambil peran penting dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu BUMN juga diharapkan menjadi pilar terhadap kegiatan-kegiatan
perintis atau kegiatan pelopor yang oleh pihak swasta belum meminati kegiatan-
kegiatan usaha yang secara perhitungan ekonomis belum menguntungkan. Di samping
itu peran strategis dari BUMN sebagai pelayanan publik
merupakan suatu harapan yang tidak kalah penting. Peran lainnya yang
diharapkan berdasarkan penjelasan tersebut adalah penerimaan negara. Penjelasan
umum UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara juga
menyebutkan sejumlah sektor kegiatan usaha yang menunjukkan keterlibatan BUMN
dalam kegiatan perekonomian.
JPPI Vol 8 No 1 (2018) 1 – 20 Jurnal Penelitian Pos dan Informatika
771/AU1/P2MI-LIPI/08/201732a/E/KPT/2017 e-ISSN 2476-9266 p-ISSN: 2088-9402
DOI:10.17933/jppi.2018.080101 BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN
KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM PADA SEKTOR POS STATE-OWNED
ENTERPRISES AND PUBLIC SERVICE OBLIGATIONS IN THE POST SECTOR
Muhammad Insa Ansari Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

H. Swasta
Sistem dan usaha agribisnis merupakan salah satu ujung tombak kebangkitan
perekonomian di Indonesia yang belum pulih dari krisis. agribisnis akan tampil
menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional. Agribisnis mampu
mengakomodasikan tuntutan agar perekonomian nasional terus bertumbuh dan
sekaligus memenuhi prinsip kerakyatan, keberlanjutan dan pemerataan baik antar
individu maupun antar daerah. Atas dasar pemikiran tersebut maka pembangunan
sistem dan usaha agribisnis dipandang sebagai bentuk pendekatan yang paling tepat
bagi pembangunan ekonomi Indonesia (Saragih, 2001).
Penetapan strategi yang tepat dan penuh perhitungan dalam pengembangan
sistem tentunya harus melibatkan banyak pihak antara lain pemerintah, petani, dan
sektor swasta sebagai pelaku bisnis. Sektor swasta berperan sebagai konsumen
sekaligus produser hasil-hasil pertanian. Sebagai konsumen perusahaan membeli
bahan baku dari sektor pertanian. Martin Huxtable selakuProcurement Director
Ingredients and Supplier DevelopmentUnilever Indonesia mengungkapkan bahwa
setengah bahan baku Unilever berasal dari sektor pertanian dan kehutanan. Sehingga
pasokan bahan baku yang berkelanjutan sangat penting bagi keberlangsungan
kegiatan industri Unilever.
https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/
Peranan agribisnis sektor pertanian misalnya dalam penyediaan bahan pangan.
Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu dan
tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pem-bangunan di Indonesia
https://danielfery18.wordpress.com/
I. Penelitian Dan Pengembangan
Di subsistem ini penelitian diutamakan pada pengadaan bibit unggul dan
bagaimana memproduksinya secara masala agar mampu digunakan secara luas oleh
petani. Selain itu penlitian atas formula pupuk dan waktu pupuk juga tak dapat
dinafikan. Apabila terlaksana maka pelaksanaan atas proses selanjutnya akan
terdorong. Di pihak pendidikan bisa dengan menyedikan tenaga yang mampu
mencyediakan proses produksi melalui lulusanya.
Dananjaya.2018.penunjang sub sistem agribisnis. Malang
Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui pengembangan
sistem agribisnis. Dalam agribisnis dikenal konsep peningkatan penelitian dan
pengembangan agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis sebagai suatu usaha
(perusahaan). Di samping itu dikenal azas-azas dalam penelitian dan pengembangan
agribisnis yang berkelanjutan yaitu terpusat, efisien, menyeluruh dan terpadu, serta
menjaga kelestarian lingkungan.
Saragih, B. 1998. Kumpulan Pemikiran Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan
Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Persada Mulia Indonesia.
Riset dan pengembangan di bidang agribisnis sangat diperlukan untuk
peningkatan kualitas produk serta efektivitas dan efisiensi baik di subsistem on-farm
(usaha pertanian berupa usahatani, melaut, dan beternak) maupun subsistem of-farm/
down stream (pengolahan hasil dan pemasaran). Di subsistem on-farm dapat berupa
peningkatan produksi tanaman seperti hasil riset bioteknologi (kultur jaringan,
teknologi pakan, pengendalian hama dan penyakit). Kemudian di sub-sistem of-
farm/down stream seperti rekayasa bioproses (peningkatan nilai tambah dari
pengolahan hasil-hasil pertanian yang dikenal sebagai agroindustri, baik di industri
kecil, menengah, maupun besar) selanjutnya pemasaran dapat dikaji dengan penelitian
pasar (price, demand, supply, dan equilibrium). Program riset dan pengembangan di
perguruan tinggi dilakukan melalui kegiatan dukungan laboratorium untuk mata
kuliah tertentu dan praktik lapang; kegiatan penelitian dari laporan akhir, seperti
laporan praktik lapang D3, skripsi S1 (sarjana), tesis S2 (magister), dan disertasi S3
(doktor); kegiatan kerjasama dengan perusahaan agro-industri, masyarakat,
pemerintah baik dalam maupun luar negeri.
Sumber : rahim, abd. 2005. Sist manajemen agribisnis. Universitas negeri Makassar.
Makassar
J. Pendidikan Dan Pelatihan
 Lembaga pendidikan formal dan informal
Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia,
lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan agribisnis
dampaknya Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian juga Universitas
Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan tenaga-tenaga terdidik di bidang
agribisnis, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya agribisnis buah-buhan dan
hortikultura yang sangat pesat.
Oleh karena itu, ke depan pemerintah hanyalah sebagai fasilitator bukan
sebagai pengatur dan penentu meknisme sistem pendidikan. Dengan demikian
diharapkan lembaga pendidikan tinggi akan mampu menata diri dan memiliki
ruang gerak yang luas tanpa terbelenggu oleh aturan main yang berbelit-belit.

 Lembaga penyuluhan
Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10 tahun
(1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang konsisiten
memperkenalkan berbagai program, seperti Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus.
Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun sehingga perlu penataan dan upaya
pemberdayaan kembali dengan deskripsi yang terbaik. P peranannanya bukan lagi
sebagai penyuluh penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan
pertanian rakyat.
1. Penunjang subsistem hulu
Di subsistem ini penelitian diutamakan pada pengadaan bibit unggul dan
bagaimana memproduksinya secara masala agar mampu digunakan secara luas
oleh petani. Selain itu penlitian atas formula pupuk dan waktu pupuk juga tak dapat
dinafikan. Apabila terlaksana maka pelaksanaan atas proses selanjutnya akan
terdorong. Di pihak pendidikan bisa dengan menyedikan tenaga yang mampu
mencyediakan proses produksi melalui lulusanya.
2. Penunjang subsistem usaha tani
Disini penelitian atas teknik bertanam buah naga, memacu produksi bisa
dilakuakan mengingat buah naga merupakan komoditas yang relatif baru untuk
diusahakan. Pemetaan dan pengnalan atas jenis lahan yang cocok juga bisa
dijadikan kajian. Selain itu teknik-teknik seputar penanganan buah naga saat panen
agar buah tidak rusak dan mampu dijual dengan harga tinggi harapanya segera
dilakukan. Mekanisasi pertanian melalui penggarapan harus segera disebarkan
inovasinya.
3. Penunjang subsistem hilir
Para inovator bisa menmberikan teknik pengolahan tingkat lanjut atas bauh
saat terjadi panen agar harga tidak jatuh. Juga bagaimana buah dipak, dilabel dan
pengawetan atas buah merupakan peluang penelitian. Bagaimana memotong pola
distribusi antara petani dan konsumen itulah yang dicari penyelesiannya.
(Suharso, 2002)
Subsistem agroservis adalah penyediaan jasa. Subsistem yang menyangkut
dengan kelembagaan pendukung dan memiliki peranan penting bagi pengembangan
sistem agribisnis secara keseluruhan. Termasuk didalamnya komponen penyuluhan,
informasi, pendidikan dan pelatihan, perkreditan.
Kelembagaan pendukung diharapkan mampu menjamin terciptanya integrasi
agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis menurut (Said dan
Intan, 2004).
Kelembagan memiliki peran yang penting dalam setiap masing-masing
subsistem, begitu pun susbsistem agriservis ini yaitu lembaga yang berpern dalam
peneydiaan jasa penunjang dalam penyediaan informasi perkreditan, pengembanagn
usaha lewat penyuluhan, pelatihan dan memberikan informasi yang ada.
KAJIAN KINERJA AGRIBISNIS STARWBERRY ORGANIK Penulis:MARLEN
MEILANI RUMENGAN Tahun terbit: 2015
K. Transportasi
Subsistem jasa penunjang agribisnis merupakan kegiatan usaha yang penunjang
dalam sebuah agribisnis. Termasuk dalam subsistem ini di antaranya lembaga
pendidikan dan penyuluhan, jasa transportasi, jasa asuransi, lembaga penelitian dan
pengembangan, serta jasa perbankan dan jasa keuangan lainnya. Akan tetapi,
transportasi merupakan penunjang terpenting pada kegiatan ini, karena faktor jarak
lokasi/tempat dalam melakukan proses produksi maupun kegiatan lainnya serta
terbatasnya fisik manusia dalam menempuh lokasi tersebut, maka dari itu sangat
diperlukan sarana transportasi agar agribisnis dapat berjalan secara optimal.
ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS AYAM RAS PETELUR di Argalingga Farm
Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka Penulis :YAYAT SYARIF HIDAYAT,
JAKA SULAKSANA, KOSASIH SUMANTRI
(Echdar, 2013) menjabarkan faktor internal terdiri dari aspek: marketing, human
resource, finance, dan operational(technical competence secara bersamaan
berpengaruh positip terhadap keberhasilan start-up bisnis. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori A Kuriloff, John M. Memphil & Dougls Cloud yang menyatakan
kesuksesan bisnis didukung oleh faktor internal. Hasil penelitian ini sesuai dengan
temuan (Munizu, 2010) dimana, faktor internal perusahaan yang terdiri atas aspek
sumber daya manusia, aspek keuangan, teknik produksi/oprasional dan pemasaran
berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan bisnis. Hasil penelitian ini
menambahkan hasil penelitian (Wood, 2006) yang tidak menemukan bahwa aspek
human relation berpengaruh positip pada perkembangan bisnis namun penelitian ini
menemukan bahwa human relation berdampak positip dengan pengaruh yang cukup
besar terhadap keberhasilan bisnis.
PENGARUH FAKTOR INTERNAL TERHADAP KEBERHASILAN START-UP
BISNIS di KOTA SURABAYA Sri Nathasya Br Sitepu Program Studi Manejemen
Fakultas Manajemen dan Bisnis Universitas Ciputra Surabaya E-mail:
nathasya.sitepu@ciputra.ac.id
L. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah ketika masyarakat khususnya petani sebagai produsen produk-produk


pangan mampu memenuhi permintaan dalam negeri, pemerintah harus bisa dengan
tegas tidak melakukan import barang walaupun produk yang dihasilkan oleh petani
memiliki kualitas yang tidak kalah dari produk luar negeri.

Kebijakan lain yang dapat diambil pemerintah dalam menekan jumlah import
adalah dengan cara menetapkan pajak masuk atau bea cukai yang tinggi. Dengan
pajak masuk yang tinggi maka menyebabkan harga produk import akan menjadi
relative mahal atau bahkan jauh lebih mahal dari produk local. Dengan demikian
produk dalam negeri dapat bersaing dengan produk luar negeri sehingga petani tidak
mengalami kerugian atau memperoleh pendapatan yang tinggi.

Penulis : Aldoni Riwan Waluwanja Tahun : 2016 Judul : Kebijakan Pembangunan


Agribisnis

Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan pengolahan dan


pemasaran hasil pertanian, maka strategi kebijakan yang ditempuh harus
mencerminkan visinya, yaitu:tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Dalam hubungan tersebut maka strategi pokok pembangunan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian adalah meningkatkan kapasitas dan memberdayakan sdm
serta kelembagaan usaha di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha pertanian di
tanah air adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan
usaha dalam hal penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil.
Hal tersebut disebabkan oleh karena pembinaan SDM pertanian selama ini lebih
difokuskan kepada upaya peningkatan produksi (budidaya) pertanian, sedangkan
produktivitas dan daya saing usaha agribisnis sangat ditentukan oleh kemampuan
pelaku usaha yang bersangkutan dalam mengelola produk yang dihasilkan (pasca
panen dan pengolahan hasil) serta pemasarannya. Adapun beberapa kebijakan
operasional terkait dengan strategi tersebut adalah:
 Meningkatkan penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan di bidang
pasca panen, pengolahan serta pemasaran hasil pertanian;
 Mengembangkan kelembagaan usaha pelayanan pascapanen, pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian yang langsung dikelola oleh petani/kelompok tani.
 Meningkatkan Inovasi Dan Diseminasi Teknologi Pasca Panen Dan Pengolahan .
Salah satu dampak yang signifikan dari kebijakan yang menitik beratkan kepada
usaha produksi (budidaya) selama ini adalah kurang memadainya upaya-upaya
inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan serta diseminasinya. Dalam hubungan
tersebut, beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan adalah:

 Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber inovasi teknologi


seperti lembaga riset, Perguruan Tinggi dan bengkel-bengkel swasta dalam rangka
pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna.

 Mengembangkan bengkel alsin pascapanen dan pengolahan hasil


 Mengembangkan sistem sertifikasi dan apresiasi (penghargaan) terhadap inovasi
teknologi yang dilakukan oleh masyarakat.
 Mengembangkan pilot proyek dan percontohan penerapan teknologi pasca panen
dan pengolahan hasil pertanian.
 Memberikan penghargaan dengan kriteria mutu, rasa, skala usaha, tampilan terhadap
produk olahan yang dihasilkan oleh para pelaku usaha.
 Meningkatkan Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran Hasil
Kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi produksi dan
pemasaran hasil pertanian di antaranya adalah:
 Revitalisasi teknologi dan sarana/ prasarana usaha pasca panen pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian;
 Mengembangkan produksi sesuai potensi pasar;
 Menerapkan sistem jaminan mutu, termasuk penerapan GAP, GHP dan GMP;
 Mengembangkan kelembagaan pemasaran yang dikelola oleh kelompok tani di
sentra produksi;
 Mengupayakan sistem dan proses distribusi yang efisien.
 Memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kemitraan usaha pada bidang
pemasaran hasil pertanian
 Meningkatkan Pangsa Pasar Baik Di Pasar Domestik Maupun Internasional.
 Beberapa kebijakan dalam pengembangan pasar ialah:
 Mengembangkan kegiatan riset pasar
 Meningkatkan pelayanan informasi pasar;
 Meningkatkan promosi dan diplomasi pertanian;
 Mengembangkan infrastruktur dan sistem pemasaran yang efektif dan adil.
 Rasionalisasi impor produk pertanian.
 Memfasilitasi pengembangan investasi dalam pengembangan infrastruktur
pemasaran.
Oleh : firda faizatul qomariyah NPM : 29213978 Fakultas/jurusan :
Ekonomi/Akuntansi UNIVERSITAS GUNADARMA

Anda mungkin juga menyukai