Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PESTISIDA DAN ALAT APLIKASI


PENGGUNAAN PESTISIDA PADA TANAMAN PADI DI PETANI

Disusun oleh :

Kelompok

1. OKSI NAUFAL PRATAMA (16011035)


2. RIDHO ADI NATA (16011036)
3. TYAS PURNAMANIGRUM (16011043)
4. YOKANAN JIWO P. (16011045)
5. WILLY HENDRIYAN (16011037)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman padi merupakan tanaman penghasil beras yang
digunakan 90 persen masyarakat di Indonesia sebagai tanaman pangan.
Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras sebagai salah satu
makanan pokok menyebabkan kebutuhan beras nasional semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang semakin
pesat. Dalam penyediaan beras, Indonesia masih menghadapi beberapa
kendala yang berkaitan dengan terbatasnya kapasitas produksi nasional
yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah konversi lahan
pertanian ke non pertanian, menurunnya kualitas dan kesuburan tanah,
terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air irigasi akibat perubahan iklim
dan persaingan pemanfaatan sumber daya air, serta tidak pastinya pola
hujan akibat perubahan iklim global, serta pengendalian hama dan
penyakit yang kurang tepat.
Kegagalan dalam produksi beras di Indonesia yang sering dialami
adalah karena adanya serangan hama. Serangan hama ini menyebabkan
kerugian yang besar, yaitu dengan menurunnya kualitas dan kuantitas padi
yang dipanen. Pengendalian hama yang dilakukan oleh petani seringkali
kurang tepat dalam aplikasinya. Dewasa ini pemakaian pestisida kimia
pada produksi pertanian khususnya padi, telah menimbulkan dampak yang
tidak baik untuk kesehatan, mulai dari munculnya penyakit-penyakit
berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan yang berakhir pada
kematian. Tak hanya itu, pemakaian pestisida kimia secara terus menerus
dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis
terganggu.
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang
digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan
kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah
cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang

2
pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting.
Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara
langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor
penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit
berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan
pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari
ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam
berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain.
Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan
manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida
merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk
melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian
yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh
sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah
sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan
pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan
jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit
maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan
pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.
Saat ini pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan
memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian dan
perkebunan. Laporan dari Food Agriculture Oganizationmenyatakan lebih
dari 70.000 pestisida beredar di seluruh dunia dan dipergunakan secara
aktif oleh para petani (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi
organisme pengganggu tanaman telah meluasdi kalangan para petani di
Indonesia. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan berakibat pada
kesehatan petani dan lingkungan. Pada tahun 2000, penelitian terhadap
para pekerja atau penduduk yang memiliki riwayat kontak pestisida
banyak sekali dilakukandi Indonesia. Dari berbagai penelitian tersebut
diperoleh gambaran prevalensi keracunan tingkat sedang hingga berat
disebabkan pekerjaan, yaitu antara 8,5%−50% (Achmadi,2005).

3
Pestisida dikelompokkan menjadi tiga yaitu insektisida sebagai
pembunuh insekta, fungisida sebagai pembunuh jamur dan herbisida
sebagai pembunuh tanaman pengganggu. Kematian yang disebabkan oleh
keracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena kecelakaan waktu
menggunakannya,maupun karena disalahgunakan, yaitu untuk bunuh diri.
Sekarang ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan
usaha mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan berkurangnya
daya toksisitas pada manusia, tetapi sangat toksik pada tanaman
penggangu dan serangga (WHO, 2008). Penggunaan pestisida secara
global dan jenis-jenis pestisida yang digunakan jika dipresentasikan
penggunaan herbisida adalah yang terbanyak, kemudian insektisida dan
fungsida. Insektisida adalah pestisida yang paling banyak digunakan di
negara maju, sedangkan fungisida dan herbisida paling banyak digunakan
di negara berkembang (Ginting et al., 2012).
Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang
paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran,
petani tanaman pangan dan petani buah-buahan. Khusus petani sayuran,
kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan
pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan
sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penggunaan pestiida dan cara pengaplikasiaanya di
petani secara langsung.
2. Untuk mengetahui penggunaan pestisida pada tanaman padi yang
dilakukan petani aoakah efektif.

4
BAB II
ISI
A. HASIL
1. Bahan dan Alat
a. Bahan
No Jenis Pestisida Bahan Aktif Merk Dagang
1 Fungisida+ZPT Difenokonazol 250 g Score 250 Ec

2 Fungisida Difenokonazol 250 g Amistar Top 325 Sc


dan Azoksistrobin
3 Insektisida sistemik Fipronil 50 gr/l Regent 50 Sc

b. Alat
1) Sprayer
2) Sprayer
3) Sprayer
2. Pengaplikasiaan
No Waktu Frekuensi Konsentra Dosis Cara
si Aplikasi
1 5 Minggu 1 kali 0,5 - 1 ml/l 400 - 800 Aplikasi
Setelah pengaplikasi l/ha dilakukan
tanam dan an pada pagi
8-9 minggu hari dan di
setelah campur
tanam dengan air
lalu di
semprotkan
2 Ketika padi Penyemprot 0,5-1 Pada Di larutkan
bunting an dilakukan ml/liter Penyakit dengan air
(umur cukup dalam atau 10-15 bercak dan
tanam satu musim ml/tangki daun dan diaplikasik
sekitar 40- tanaman dan ukuran 15 hawar daun an secara

5
45 HST) diaplikasika liter dengan semprot
dan ketika n 2 kali dosis 150-
tanaman 300
berbunga ml/hektar
70% (umur untuk
60-65 penyakit
HST). seperti
busuk
batang dan
blas
diberikan
dengan
250-
300ml/hekt
ar
3 Apabila 5- 7 hari 0.25-0.5 l / 400-800 l/ Dicampurk
terjadi ha ha an dengan
serangan air bersih
Hama dan
penyemprot disemprotk
an dengan an
volume langsung.
tinggi

3. HASIL PENGENDALIAN
1) Efektif
2) Efektif
3) Efektif
4. KOMODITAS
1) Padi
2) Padi

6
5. GANGGUAN
1) Penyakit bercak daun dan juga sebagai meningkatkan hasil panen.
2) Penyakit blas (potong leher), hawar daun, bercak daun coklat, busuk
batang.
3) Hama wereng coklat, walang sangit, dan belalang.

B. PEMBAHASAN
Pestisida adalah bahan yang digunakan demi tujuan pengendalian,
menolakan, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Kata
“pestisida” berasal dari pest yang berarti hama dan diakhiri dengan cide
yang berarti pembasmi. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dalam
penggunaan pestisida penting halnya memperhatikan kesesuaian sasaran
dari pestisida itu sendiri, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia,
ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.
Penggunaan pestisida oleh petani di area Moyudan digunakan
untuk membasmi hama dan penyakit kebanyakan yang dipakai adalah
insektisida dikarenakan banyak hama dari golongan insektisida yang
menyerang tanaman para petani. Pengguaan pestisida pada beberapa petani
yang telah kami survei mempunyai dosis yang sama karena mereka
mengikuti panduan dari kelompok tani yang ada di daerah tersebut.
Benih padi yang digunakan oleh masyarakat daerah Moyudan
merupakan bibit bermutu yang didapatkan dari bantuan kelompok tani
daerah tersebut dan juga mendapatkan beberapa bantuan pestisida alami,
namun pengunaan pestisida alami tersebut dirasakan oleh petani kurang
efektif untuk mengatasi hama dan penyakit yang menyerang.
Hama yang banyak menyerang adalah hama jenis serangga
terutama wereng dan walang. Petani di daerah tersebut menggunakan
pestisida dengan bahan aktif fipronil. Sedangkan penyakit yang marak
menyerang adalah penyakit potong leher yang biasanya sangat merugikan
petani. Petani di darah Moyudan menggunakan petisida yang berbahan
aktif difenokonazol yang biasanya di aplikasikan pada saat tanaman

7
sesudah berbunga. Pestisida yang digunakan petani tersebut dirasakan
efektif bagi petani sehingga petani didaerah ini tidak banyak menggunakan
petisida.
Alat semprot pestisida yang digunakan petani pada umumnya
menggunakan alat semprot punggung dengan alasan alat ini mudah
digunakan. Petani mengetahui akan bahaya dari penggunaan pestisida di
pertanian dan juga mereka mengetahui pentingnya penggunaan alat
pelindung untuk menghindari bahaya langsung dari pestisida.
Seperti halnya pupuk (urea, SP-36, dan KCl), penggunaan pestisida
juga sudah merupakan kebutuhan sebagian besar petani di tanah air.
Pestisida diyakini mampu menanggulangi serangan hama dan penyakit
tanaman sehingga petani terhindar dari kerugian penurunan produksi
akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa pestisida memang dalam waktu yang
singkat efektif membunuh OPT sehingga disukai oleh petani
Petani dan pestisida adalah dua sisi yang sulit untuk dipisahkan.
Peningkatan hasil produk pertanian merupakan harapan Petani. Pestisida
seperti insektisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
memberantas hama sehingga dapat meningkatkan hasil tanam petani.
Penggunaan insektisida oleh petani semakin hari kian meningkat, namun
tidak diimbangi dengan peningkatan pemahaman petani dalam
menggunakan insektisida tersebut. Dampak dari pemakaian insektisida
adalah pencemaran air, tanah, udara serta berdampak pada kesehatan
petani, keluarga petani serta konsumen (Yuantari, 2013).

8
BAB III

KESIMPULAN

Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Jenis pestisida yang digunakan adalah jenis fungisida dan insektisida
sistemik
2. Pengaplikasian pestisida dengan cara penyemprotan menggunakan alat
semprot punggung
3. Merk dagang yang di gunakan ialah Score 250 Ec dan Amistar Top
325 Sc dengan bahan aktif Difenokonazol 250 g, Azoksistrobin ini
untuk fungisida. Lalu Regent 50 Sc dengan bahan aktif Fipronil 50
gr/l, ini untuk insektisida.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman Ginting. (2012). Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran


(Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen).
Bandung: Humaniora

Achmadi (2005). Hubungan antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian


Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam positif di Balai Kesehatan
Paru Masyarakat Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume
1, Nomor 1, Tahun 2005

FAO. 2003. Health Management and Biosecurity Maintenance in White Shirmp


(Penaeus vannamei) Hatcheries in Latin America. Food and Agriculture
Organization Of The unietid Nations. P: 22-35

[Kementan]. Kementerian Pertanian. 2012. Hama dan penyakit padi. Subang (ID).
kementan.

Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID). Gajah


Mada Unversity Press.

Yuantasari, MG Catur,. Budi W., Henna R. S. 2013. Tingkat Pengetahuan Petani


dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan
Penawangan Kabupaten Grobogan). Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

10
LAMPIRAN

11
12

Anda mungkin juga menyukai