Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PEREMAJAAN KELAPA SAWIT

OLEH :
KELOMPOK 2
1. NADIYA 1611112049
2. WIDYA MARTHA 1611112033
3. DINDA TRI YULIA 1611112056
4. MUHAZIL 1611112027
5. ALEX TRI NANDO 1611111033
6. FIKRI DINEGORO 1611112024

DOSEN PENGAMPU : Dr. DINAH CHERIE, S.TP., M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur selalu penulis ucapkan kepada Allah SWT,
atas rahmat dan karunia - Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, khususnya
dalam menyelesaikan Makalah Alat dan Mesin Pertanian yang berjudul “
Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit”. Makalah ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan tugas dari Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah akhirnya Makalah Alat dan
Mesin Pertanian telah selesai dikerjakan. Laporan ini penulis susun berdasarkan
sumber-sumber yang kami dapatkan. Atas selesainya pratikum ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah ini kepada Ibu
Dr. Dinah Cherie., S.TP., M.Si., serta kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penulis harapkan adanya perbaikan dan
penyempurnaan pada saat pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Padang, November 2018

Penulis

[KELOMPOK 2] Page i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
2.1 Pengertian Peremajaan Kelapa Sawit..................................................... 3
2.2 Teknik Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit........................................... 3
2.3 Kegiatan Peremajaan Sawit.................................................................... 6
2.4 Kelebihan dan kekurangan peremajaan kelapa sawit............................. 8
2.5 Sistem replanting dan cara tanam ulang................................................. 8
BAB III. METODOLOGI.............................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 12
4.1 Tahapan Replanting .............................................................................. 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 19
6.1 Kesimpulan............................................................................................. 19
6.2 Saran....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

[KELOMPOK 2] Page ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Perencanaan Peremajaan Jangka Panjang Tahun 2012-2017............... 12
2. Jadwal perencanaan kegiatan peremajaan di Seruyan Estate............... 13
3. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan penumbangan ........... 15
4. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan deboling.................... 16
5. Prestasi kerja satu alat bulldozer pada kegiatan pembuatan jalan
kontu..................................................................................................... 16
6. Prestasi kerja satu alat hole digger pada kegiatan pembuatan
lubang tanam......................................................................................... 18

[KELOMPOK 2] Page 1
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Peremajaan Kelapa Sawit dengan Cara Injeksi.................................... 9
...............................................................................................................
2. Peremajaan Ulang Dengan System Gergaji Rantai ............................. 10
3. Penumbangan Pohon Kelapa Sawit Dengan Bucket Excavator........... 10
4. Pelaksaan Memancang Rumpukan....................................................... 14
5. Penumbangan dan hasil pecincangan.................................................... 15
6. Ilustrasi Kegiatan Pemancangan Titik Tanam...................................... 17

KELOMPOK 2 Page 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang


cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang
cukup cerah dikarenakan kebutuhan akan minyak nabati dunia terus meningkat
dan Indonesia memiliki luas lahan yang cukup memadai. Menurut Badan Pusat
Statistka (2012) luas areal kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 adalah
seluas 5.453.817 ha.Dalam kurun waktu 5 tahun, areal kelapa sawit mencapai
8.358.394 ha. Pada tahun 2012 luas areal kelapa sawit di Indonesia sudah
mencapai 9,2 juta ha (PPKS).
Pasar industri kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang baik dan
berkelanjutan dapat dicapai apabila perusahaan memiliki stabilitas di dalam
produksinya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan produksi atau stabilitas
produksi, teknik dalam pembudidayaan kelapa sawit menjadi penting. Menurut
Setyamidjaja (2006), teknik budidaya kelapa sawit terdiri dari beberapa tahap,
antara lain pembibitan, pembukaan lahan, rancangan kebun, penanaman, tanaman
penutup tanah, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan
tanaman menghasilkan (TM), dan peremajaan.
Salah satu kegiatan yang penting dalam teknik budidaya adalah peremajaan.
Peremajaan Tanaman adalah penggantian tanaman perkebunan, karena sudah
rusak / tidak menghasilkan dengan tanaman perkebunan yang sama dan dapat
dilakukan secara selektif maupun menyeluruh. Tanaman Rusak (TR) / Tanaman
Tidak Menghasilkan (TTM) adalah tanaman yang sudah tua, rusak dan tidak
memberikan hasil yang memadai lagi, walaupun ada hasilnya tetapi secara
ekonomi sudah tidak produktif lagi (produksi kurang dari 15% dari produksi
normal).
Program peremajaan tanaman harus disiapkan dengan baik, khususnya pada
perkebunan plasma. Menurut Hutasoit et al. (2015), persepsi petani terhadap
kegiatan peremajaan sangat baik. Hal ini berimplikasi pada tingginya tingkat

[KELOMPOK 2] Page 1
kesiapan petani untuk melakukan peremajaan kelapa sawit saat umur tanaman
kelapa sawit sudah tidak produktif lagi. Petani telah mengetahui pentingnya
peremajaan untuk menjaga keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit. Petani
juga telah memperoleh berbagai pelatihan mengenai pentingnya kegiatan
peremajaan bagi keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit yang lestari.
Menurut Nurkhoiry et al. (2006) pertimbangan suatu kebun saat akan
melakukan peremajaan adalah melihat produktivitas tanaman dalam kebun
tersebut terlebih dahulu, meliputi kerapatan tanaman per hektar dan serangan
hama penyakit. Apabila produktivitas tanaman di bawah standar yang telah
ditetapkan perusahaan, maka perlu diadakan peremajaan. Selain itu, peremajaan
juga dapat dipertimbangkan apabila panen sulit dilakukan akibat tanaman yang
sudah terlalu tinggi.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah peremajaan tanaman kelapa sawit


adalah :
1. Mengetahui tujuan dari kegiatan dari peremajaan sawit;
2. Mengetahui proses kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit;
3. Mengetahui alat dan mesin yang digunakan pada peremajaan sawit.

1.3 Manfaat

Adapun tujuan dalam penulisan makalah peremajaan tanaman kelapa sawit


adalah :
1. Mengetahui tujuan dari peremajaan pada tanaman kelapa sawit;
2. Mengetahui proses kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit;
3. Mengetahui alat dan mesin yang digunakan pada peremajaan sawit.

KELOMPOK 2 Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peremajaan Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit dianggap sudah tua jika berumur sekitar 20 sampai
25 tahun dan perlu diremajakan. Peremajaan tanaman (replanting) dilakukan agar
hasil produksi kebun sawit tidak menurun secara drastis. Pada tahap ini diperlukan
perencanaan yang matang dan terperinci untuk menghindari terjadinya kerugian
selama kegiatan peremajaan. Mengatasi hal tersebut, peremajaan dapat dilakukan
secara bertahap dengan membagi areal tanaman tua menjadi beberapa wilayah
pengerjaan. Tahapan peremajaan tanaman kelapa sawit meliputi kegiatan
penumbangan tanaman lama, pencacahan cabang dan batang, perumpukan,
penanaman tanaman penutup tanah (LCC), pemancangan, konservasi tanah,
pembuatan lubang tanam, dan penanaman bibit tanaman kelapa sawit
(Mangoensoekardjo dan Semangun 2005).
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan saat perkebun harus
melakukan peremajaan.
1. Umur tanaman sudah tua.
2. Produktivitas tanaman.
3. Kesulitan Panen.
4. Kerapatan tanaman.
Pertimbangan utama dilakukan peremajaan kelapa sawit  karena umur
tanaman yang lebih dari umur ekonomis atau sekitar 25 tahun, tanaman tua
dengan produktivitas rendah atau dibawah 13 ton TBS/Ha/Tahun, sehingga
kurang menguntungkan. Salah satu metode peremajaan tanaman yang
memungkinkan masih menerima penghasilan selama masa peremajaan adalah
dengan sistem underplanting, yaitu teknik peremajaan dengan peracunan serta
menanam tanaman baru diantara tanaman tua (Atman. 2007).

2.2 Teknik Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Agus Susanto dan Ysin Hartono (2002) teknik replanting selalu
berkembang yang selalu terkait dengan masalah baru. Teknik replanting
dikelompokkan menjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut :

KELOMPOK 2 Page 3
1. Tanpa Bakar.
Purba dkk, (1997) menegaskan zero burning semua pekerjaan persiapan
lahan mulai dari penumbangan sampai dengan lahan siap ditanami dan sama
sekali tidak ada dilakukan pembakaran. Teknik tanpa bakar (zero burning) berarti
tidak ada kegiatan pembakaran sama sekali baik dalam program peremajaan atau
dalam pengolahaan limbah yang dihasilkan kebun atau pabrik kelapa sawit
( Guritno P, 1995 ). Pada saat ini sangat dianjurkan dalam melakukan replanting
tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara zero burning dikarena iklim dunia pada
saat ini yang sangat memprihatinkan (Susanto dan Hartono, 2002). Tahapan
dalam pelaksanaan replanting dengan menggunakan teknik tanpa bakar sebagai
berikut :
a. Pre-lining.
Dalam pre-ling akan ditentukan lajur untuk tanaman baru, lajur untuk
penumpukan hasil cacah kayu sawit dan pelepah, dan ditentukan jalan
masuknyaalat-alat mekanisasi (excavator dan traktor).
b. Penumbangan.
Penumbangan, pencacahan dan penumpukan adalah ini dari penerapan zero
burning (tanpa bakar). Ketiga kegiatan ini diakukan dengan menggunakan
excavator. Penumbangan dilakukan dengan merobohkan pohon sawit dengan
punggung (bucket excavator), kemudian menggali sisa-sisa akar dari pohon
tersebut semaksimal mungkin.
c. Pembuatan parit untuk pembuangan air.
Pembuatan menurut jalur yang telah ditentukan di pre-lining. Pekerjaan ini
harus diselesaikan secepat mungkin terutama dalam musim hujan.
d. Pembuatan lubang tanaman sawit.
Pembuatan lubang untuk tanaman kelapa sawit baru ditempatkan diantara
barisan tanaman lama.
e. Penanaman bibit kelapa sawit.
Awal penaman dapat dimulai setelah 2-3 minggu setelah selesai pembuatan
lubang tanaman atau 1-2 bulan setelah kegiatan penumbangan, pencacahan
dan penumpukan hasil cacahan selesai.

KELOMPOK 2 Page 4
Disamping itu kandungan nutrisi yang jumlahnya cukup besar didalam
tanaman kelapa sawit yang akan diremajakan akan didaur ulang kembali kedalam
tanah melalui proses dekomposisi tanaman tersebut. Pendaurulangan kandungan
nutrisi tanaman tersebut tentunya akan mengurangi kebutuhan pupuk inorganic
(Guritno ,1995).

2. Metode Underplanting
Underplanting adalah penanaman bibit baru dibawah pohon yang lama
dengan sengaja tidak ditebang tau dipanen. Tanaman tua yang tidak produktif
ditumbang dalam dua periode, yakni 50% pada waktu 4-6 bulan setelah tanam dan
50% lagi pada saat tanaman muda berumur 12 bulan. Sebelum menumbang
tanaman tidak produktif terlebpada saat replanting. Pohon lama dibiarkan hidup
dan terus dipetik buahnya dahulu tanaman tersebut diracun. Teknik underplanting
berbeda dengan teknik replanting karena pada teknik replanting tanaman tua
langsung ditumbangkan seluruhnya terlebih dahulu baru ditanami bibit baru
sedangkan underplanting tanaman tua tidak langsung ditumbangkan. Metode
underplanting, mampu menekan masa tidak produktif kurang dari 3 tahun
(Girsang dkk, 1995).
3. Metode Bakar
Pada awal memasuki generasi kedua di Sumatra, teknik replanting tidak
menjadi masalah. Pada tahap-tahap ini replanting dengan cara membakar
tanaman kelapa sawit. Pembakaran tanaman kelapa sawit akan menimbulkan
polusi udara, merusak lingkungan hayati dan menyebabkan kehilangan bahan
organik. Kelebihan replanting cara bakar ini adalah mudah, cepat dan relatif
murah (Agus Susanto dan Yasin Hartono, 2002)
Peremajaan atau replanting dengan cara membakar batang dan pelepah
kelapa sawit ditumbang dan dibakar sebagian atau seluruhnya sesuai kebutuhan
(Susanto dan Hartono, 2002). Batang kayu yang berukuran besar tidak akan
terbakar habis akan tetapi kayunya akan dicincang (dipotong-potong) kemudian
ditumpukkan dengan kayu yang belum terbakar semuanya dan dibakar lagi
sampai tuntas.

4. Metode Cincang

KELOMPOK 2 Page 5
Teknik cincang merupakan teknik pembukaan lahan tanpa bakar dengan
proses cutting – chipping – decomposition (CCD). Pembukaan lahan dengan
menggunakan teknik tanpa bakar ini telah dilakukan pada beberapa perkebunan
kelapa sawit, baik untuk pembukaan areal baru, maupun untuk peremajaan kelapa
sawit. Alasan utama penggunaan teknik tanpa bakar dalam pembukaan lahan
adalah karena sistem ini dapat memberi keuntungan yaitu :
a. Mempertahankan kesuburan tanah;
b. Mempertahankan struktur tanah;
c. Menjamin pengembalian unsur hara;
d. Mencegah erosi permukaan tanah;
e. Membantu pelestarian lingkungan.
Teknik menggunakan alat berat sejenis excavator dengan tungkai yang
dimodifikasi menggunakan alat tertentu yang akan mencacah batang tanaman
kelapa sawit yang sudah tua. Pekerjaan mencacah ini dilakukan sekaligus begitu
pohon ditumbang. Alat yang digunakan adalah pencincangan dengan spesifikasi
lebar potongan 12 cm dan panjang sekitar 1 meter (Susanto dan Hartono, 2002).

2.3 Kegiatan Peremajaan Sawit

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada areal peremajaan kebun (sawit)


adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan penanaman
Membuat rencana dan desain kebun yang akan dikelola dengan
mempertimbangkan: lingkup pekerjaan, ketersediaan mesin-mesin dan
peralatan yang memadai, waktu pelaksanaan dan biaya (Hadi, 2004).
2. Membersihkan Bagian Tanaman Terserang Ganoderma
Pada areal yang terserang Ganoderma, perlu dilakukan sensus batang-batang
pohon yang terserang untuk kemudian ditebang dan dibersihkan dari areal
tanaman baru atau di eradikasi. Lubang bekas tanaman terserang
diberikan Trichoderma (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009).
3. Membuat Pancang Tanam
Pancang jalur dibuat untuk menentukan jalur tanaman baru, jaringan jalan,
jalur pemanenan dan saluran drainase. Untuk meminimalkan resiko infeksi

KELOMPOK 2 Page 6
serangan Ganoderma, jalur tanaman baru diletakkan di antara jalur tanaman
lama (Atman. 2007).
4. Pembuatan Jalan Dan Saluran Drainase
Pembuatan jalan (saluran) pengumpulan/pengawasan atau saluran drainase
sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon
sawit lama.  Apabila saluran lama tidak sesuai dengan letak saluran yang
baru, maka saluran lama perlu ditutup dengan tanah dan saluran baru dibuat
sesuai dengan letak pancang jalur.  Apabila saluran lama masih sesuai dengan
letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran
baru.  Di areal datar, saluran lapangan dibuat di antara 4 atau 8 jalur tanaman,
sedangkan saluran koleksi ditempatkan di tengah 2 saluran lapangan (Tim
Penyusun SPO, 2007).
5. Inventarisasi Pohon
Inventarisasi pohon yang akan ditumbang dilakukan dengan cara menandai
tanaman yang akan ditumbang. Inventarisasi pohon yang akan di tebang pada
tahun pertama sebanyak 50% dari populasi awal, dengan teknik
penumbangan kelang 1 (satu) baris. Artinya satu barisan tanaman ditumbang,
satu barisan tanaman dibiarkan dan seterusnya. 25% dari populasi yang
tersisa di tandai untuk dilakukan peracunan pada tahun pertama dan 25%
sisanya dilakukan peracunan pada tahun kedua (Tim Penyusun SPO, 2007).
6. Menebang dan merencek
Tanaman kelapa sawit yang sudah ditandai (50%) ditebang kemudian
dicincang dengan menggunakan kapak atau chaisaw. Penebangan dapat juga
dialkukan dengan cara mekanis menggunakan traktor, tree dozer atau
stumper (Atman. 2007).
7. Membersihkan Jalur Tanam
Hasil rencekan ditempatkan (dirumpuk) di antara jalur tanaman, dengan jarak
1 meter di kiri kanan pancang. Dengan demikian diperoleh 2 meter jalur yang
bersih dari potongan kayu-kayuan (Hadi, 2004).
8. Membajak dan Menggaru
Setelah menebang dan merumpuk, membajak dan menggaru tanah perlu
dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanah dan memudahkan penanaman
(Setyamidjaja, 1991).

KELOMPOK 2 Page 7
9. Pembuatan Teras
Pada areal yang bertopografi bergelombang atau berbukit, perlu dilakukan
terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air.  Pada lahan
dengan tingkat kelerengan lebih dari 10o, perlu dibuat teras tanaman dengan
lebar 4 m, kecuali pada tanah yang memiliki lapisan tanah dangkal dihindari
pemotongan sampai ke bahan batuan induk.  Teras harus mengikuti garis
kontur.  Pada lahan dengan tingkat kelerengan antara 5 sampai 10o, teras
harus dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m (Tim Penyusun SPO,
2007).
10. Peracunan
Peracunan dilakukan untuk mematikan tanaman tua yang belum ditumbang.
Peracunan pada tahun pertama dilakukan pada setengah populasi sisa
tanaman yang belum ditumbangkan dan pada tahun kedua peracunan
dilakukan pada sisa tanaman tua yang masih ada. Setelah tanaman mati dan
mengering maka dilakukan penumbangan, perencekan dan merumpuk seperti
keterangan yang sudah ada di awal (Atman. 2007).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Peremajaan Kelapa Sawit

1. Kelebihan
a. Meningkatkan hasil produktivitas kelapa sawit;
b. Menghasilkan tanaman baru yang muda dengan produksi yang tinggi;
c. Meningkatkan pendapatan operasional.

2. Kekurangan
a. Mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam proses peremajaan;
b. Apabila peremajaan dilakukan secara serentak, maka akan mengakibatkan
produktifitas akan berhenti dalam beberapa tahun sehingga tidak adanya
penghasilan.

2.5 Sistem Replanting dan Cara Tanam Ulang


1. Dengan Injection
Adapun tahap yang dilakukan dengan sistem injection sebagai berikut :

KELOMPOK 2 Page 8
a. Tanaman sawit dilakukan pengeboran pada bagian batang dengan
ketinggian dari permukaan tanah ± 1 Mtr dengan kedalaman 2/3 dari
penampang melintang
b. Sudut pengeboran 450
c. Bahan yang digunakan Gramoxone sebanyak 75 Cc dan rumput kering
untuk penutup lubang dalam setiap pokok.
d. Cara tanam ulang disamping tanaman lama dengan jarak ± 2  Mtr dalam
barisan tanaman.

Gambar 1. Peremajaan Kelapa Sawit dengan Cara Injeksi


2. Peremajaan Ulang Dengan System Gergaji Rantai
Tahap yang dilakukan dengan sistem sistem gergaji rantai sebagai berikut :
a. Menebang pohon sawit dengan memotong batang membentuk segi tiga
dengan jarak dari permukaan tanah     ± 80 cm sesuai arah dalam barisan;
b. Setelah penebangan perlu dilakukan pemotongan pelepah disusun dalam
barisan sekaligus merapikan batangnya;
c. Cara replanting untuk tanaman baru disamping rumpukan dengan jarak
tanam ± 2 Mtr.

KELOMPOK 2 Page 9
3. Dengan System Alat Berat (Excavator/Bull Dozer)
Tahap yang dilakukan dengan sistem alat berat sebagai berikut :
a. Penumbangan menggunakan Excavator arah tumbangan ke arah dalam
barisan;
b. Dapat langsung diracik/cacah;
c. Dapat langsung disusun/dirumpuk dalam barisan;
d. Cara tanam ulang untuk tanaman baru disamping rumpukan dengan jarak
tanam ± 2 Mtr.

Gambar 2.Peremajaan Ulang Dengan System Gergaji Rantai

Gambar 3. Penumbangan Pohon Kelapa Sawit Dengan Bucket Excavator.

4. Pertimbangan dalam Peremajaan


Pertimbangan dalam melakukan peremajaan terhadap pohon kelapa sawit
yaitu:
a. Umur tanaman sudah tua > 25 tahun;
b. Produktivitas rendah sehingga tidak ekonomis (<10 ton TBS/ha/th);
c. Bahan tanaman tidak unggul (illegitim);
d. Kesulitan panen (tinggi tanaman >12 meter);
e. Kerapatan tanaman rendah ( <80 phn/ha).

KELOMPOK 2 Page 10
BAB III

METODOLOGI

Metode kerja yang digunakan penulis ialah merancu pada hasil penelitian
dari Wisnu Hari Wibowo dan Ahmad Junaedi (2017) yaitu “Peremajaan Kelapa
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Seruyan Estate, Minamas Plantation Group,
Seruyan, Kalimantan Tengah”. Metode dalam penelitian adalah metode langsung
dan tidak langsung yang digunakan untuk memperoleh data-data primer dan
sekunder. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja lapangan dengan
mengikuti kegiatan teknis perusahaan dan melakukan wawancara dengan pekerja
kebun. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari
arsip kebun.
Pengamatan mengenai sistem peemajaan meliputi urutan pekerjaan
peremajaan dan jenis-jenis pekerjaan pada peremajaan. Pekerjaan pada kegiatan
peremajaan menurut Pahan (2008) antara lain adalah :
1. Pemancangan;
2. Pembuatan Parit (pada daerah rendah);
3. Pembuatan jaringan jalan;
4. Pembuatan lubang tanam
5. Pembongkaran pokok;
6. Penyemprotan gawangan dengan herbisida;
7. Sorong batang dari lubang tanam dan teras;
8. Penanaman kelapa sawit.
Pengamatan juga dilakukan dengan mengamati prestasi kerja alat berat yang
digunakan dan prestasi kerja karyawan dilapangan. Prestasi kerja alat berat dapat
diperoleh berdasarkan besarnya satuan yang dikerjakan alat berat tersebut
persatuan waktu dan prestasi kerja karyawan di lapangan berdasarkan luasan
lahan yang dikerjakan per hari kerja.

KELOMPOK 2 Page 11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASA

4.1 Tahapan Replanting


1. Perencanaan Peremajaan
Peremajaan kelapa sawit merupakan kegiatan penggantian tanaman kelapa
sawit tua yang sudah tidak ekonomis lagi dengan tanaman kelapa sawit baru.
Tahap pertama dalam kegiatan peremajaan yaitu perencanaan. Kebun akan
membuat perencanaan peremajaan jangka panjang untuk mengetahui umur-umur
tanaman yang sudah harus dipertimbangkan untuk diremajakan.
Tabel 1. Perencanaan Peremajaan Jangka Panjang Tahun 2012-2017
Tahun Total Luas
No Periode Tahun Blok Luas (Ha)
Tanam (Ha)
E 012 1992 97,39
 1 2012-2013  E 013 1992 89,01 281,87
E 014 1992 95,47
C 014 1992 58,31
D 012 1992 92,69
 2  2013-2014 275,11
D 013 1992 60,01
D 014 1992 64,1
B 012 1992 82,148
B 013 1992 83,772
 3  2014-2015 307,854
C 014 1992 84,693
C013 1992 57,241
A 012 1993 46,625
A 013 1993 88,59
 4  2015-2016 B 014 1993 81,886 390,927
B 015 1993 116,721
C 015 1993 57,105
E 015 1993 55,539
E 016 1993 83,938
 5  2016-2017 319,12
E 017 1993 82,56
E 018 1993 97,083

Teknis kegiatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan lahan dan
tahap penanaman. Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan lahan meliputi sensus
pokok, pancang rumpuk, penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok,
deboling, tutup lubang deboling, dan pembuatan jalan kontur. Setelah tahap
persiapan lahan selesai, kegiatan pada tahap penanaman adalah pemancangan titik
tanam, penanaman kacangan penutup tanah, pembuatan lubang tanam, dan
penanaman tanaman kelapa sawit.

KELOMPOK 2 Page 12
Tabel 2. Jadwal perencanaan kegiatan peremajaan di Seruyan Estate
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sensus Pokok
(maks 6 bulan
sebelum tumbang)
2 Pancang rumpuk  
3 Tumbang, cincang,
dan rumpuk      
4 Deboling        
5 Pembuatan Jalan
kontur    
6 Pancang titik
tanam    
7 Menanam
kacangan penutup
tanah      
8 Pembuatan lubang
tanam        
9 Tanam Kelapa
sawit                        

2. Sensus Pokok
Sensus pokok merupakan kegiatan peremajaan setelah perencanaan selesai
dilakukan. Kegiatan sensus pokok bertujuan untuk mengetahui jumlah pokok
kelapa sawit yang masih hidup dan yang mati dalam setiap hektar, blok, dan areal
tertentu sehingga dapatmengetahui jumlah pokok yang akan ditumbang pada
tahap penumbangan. Sensus pokok dilakukan maksimal enam bulan sebelum
dilakukan penumbangan. Sensus dilakukan dengan cara karyawan SKU akan
memasuki setiap pasar rintis dan menghitung jumlah pokok pada setiap baris
dalam setiap pasar rintis dengan prestasi kerja rata-rata 10 ha/HK. Data yang
diperoleh dari sensus pokok antara lain jumlah pokok hidup, pokok mati, pokok
terserang penyakit Ganoderma boninense dan jumlah pokok pada areal
konservasi.

3. Pancang Rumpuk
Pancang rumpukan bermanfaat untuk tempat susunan batang pohon yang
telah ditumbang dengan arah utara – selatan dan dengan sistem 2 : 1 artinya dua
barisan tanaman disusun atau dirumpuk pada satu barisan. Pelaksanaan
memancang rumpukan dapat dilihat pada gambar ini.

KELOMPOK 2 Page 13
Gambar 4. Pelaksaan Memancang Rumpukan

Kegiatan yang dilakukan setelah mengetahui jumlah pokok yang akan


ditumbang adalah penentuan titik pancang kepala/utama. Pancang kepala/utama
dipasang pada titik ujung barat selatan blok yang akan diremajakan. Pancang
rumpukan perlu dilakukan karena adanya perubahan jarak tanam lama yaitu 9.2 x
9.2 x 9.2 menjadi 7.9 x 7.9 x 7.9 sehingga menyebabkan adanya perubahan
jumlah populasi. Tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan ini adalah 4-5
orang ditambah satu orang mandor sebagai pengawas di lapangan dengan rata-rata
prestasi kerja 5 ha/HK. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain tali seling yang telah
diberi tanda sesuai ukuran yang dibutuhkan, pancang yang terbuat dari bambu
atau pelepah kelapa sawit, dan kompas untuk mengetahui arah mata angin.

4. Penumbangan, Pencincangan, dan Merumpuk Pokok


Kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok merupakan
suatu rangkaian yang tidak terpisahkan karena ketiga kegiatan tersebut dilakukan
langsung secara berurutan di lapangan. Penumbangan pokok dilakukan dengan
tujuan untuk mempermudah kegiatan pencincangan batang kelapa sawit. Kegiatan
pencincangan dilakukan langsung setelah pokok kelapa sawit tumbang dengan
menggunakan bucket pisau yang telah dipasang pada bucket excavator.
Pencincangan ini bertujuan untuk mempercepat pelapukan pokok sawit dan
menghindari perkembangbiakan Oryctes rhinoceros pada pokok yang sudah mati.
Batang kelapa sawit yang telah dicincang akan disusun rapi sesuai dengan
pancang rumpuk yang telah ditentukan sebelumnya. Rumpukan ini bertujuan
untuk merapikan baris tanaman, sebagai mulsa tanaman, dan bermanfaat sebagai
bahan organik yang dapat menyuburkan tanaman.

KELOMPOK 2 Page 14
Tabel 3. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan penumbangan,
pencincangan, dan merumpuk pokok
Hari ke- Jumlah Pokok Hari ke- Jumlah Pokok
1 132 6 167
2 126 7 101
3 131 8 139
4 159 9 68
5 161 10 134
Rata- Rata 131,8
Tabel 3 menunjukkan bahwa satu alat excavator rata-rata dapat menumbang,
mencincang, dan merumpuk 132 pokok kelapa sawit dalam satu hari kerja. Jam
kerja excavator normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu
jam, satu excavator dapat menumbang, mencincang, dan merumpuk 13 pokok
kelapa sawit. Kegiatan menumbang, mencincang, dan merumpuk dapat terhambat
apabila di lapangan terjadi hujan. Kondisi lahan yang becek dapat memperberat
kinerja mesin dan dapat membuat mesin menjadi cepat rusak (Wibowo 2017).

Gambar 5. Penumbangan dan hasil pecincangan

5. Deboling
Deboling adalah kegiatan pembongkaran sisa bonggol termasuk perakaran
lama pokok kelapa sawit yang telah ditumbang menggunakan excavator. Ukuran
penggalian lubang adalah 2 m x 2 m x 1 m. Kegiatan ini dilakukan 1-2 minggu
setelah kegiatan pencincangan selesai. Bekas galian dibiarkan terbuka selama 2
minggu dengan tujuan untuk mengangkat perakaran ke permukaan dan
mengurangi potensi tumbuhnya jamur Ganoderma.

KELOMPOK 2 Page 15
Tabel 4. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan deboling
Hari ke Jumlah Lubang Hari ke- Jumlah Lubang
1 191 1 200
2 222 2 200
3 216 3 228
4 174 4 155
5 208 5 209
Rata-Rata 200,3

6. Pembuatan Jalan Kontur


Pembuatan jalan kontur di kebun dilakukan dengan menggunakan
bulldozer. Pembuatan jalan ini bertujuan untuk memudahkan dalam operasional
pekerjaan di lapangan, terutama dalam pencatatan produksi, pengaturan organisasi
kerja, pengukuran ouput kerja, dan pengawasan lapangan. Batas-batas blok
diusahakan selurus mungkin, walaupun hal ini sulit diterapkan pada areal yang
berbukit. Minamas Plantation (2013) menyatakan bahwa jalan dalam kebun juga
tidak boleh memiliki kemiringan lebih dari 60. Jalan yang dibuat harus
tersambung dengan jalan lainnya sehingga tidak ditemukan jalan buntu dalam
kebun.
Tabel 5. Prestasi kerja satu alat bulldozer pada kegiatan pembuatan jalan kontur
Hari ke Pannjang jalan koleksi (m)
1 955
2 955
3 952
4 951
5 951
Rata-Rata 953

Tabel 5 menunjukkan bahwa satu alat bulldozer rata-rata dapat membuat


jalan kontur sepanjang 953 m dalam satu hari kerja. Jam kerja bulldozer
normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu
excavator dapat membuat 95 m jalan kontur. Seperti halnya kegiatan lainnya yang
menggunakan alat berat, kegiatan deboling juga terhambat apabila cuaca sedang
hujan. Hal ini akan memperberat kinerja mesin, membuat jalan menjadi susah
untuk dilewati dan dibentuk, serta dapat membuat mesin menjadi cepat rusak.

KELOMPOK 2 Page 16
7. Pemancangan Titik Tanam
Pemancangan titik tanam adalah salah satu kegiatan yang terpenting dalam
tahap kegiatan peremajaan karena kegiatan ini akan memberikan dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit ke depannya. Pancang
tanam bertujuan untuk memudahkan pengaturan jarak tanam dan mendapatkan
populasi yang optimal dalam penanaman kelapa sawit. Kegiatan ini membutuhkan
4-5 orang tenaga ahli dengan satu orang pembidik dan satu orang mandor. Prestasi
kerja pada kegiatan memancang titik tanam rata-rata adalah 10 ha/HK

Gambar 6. Ilustrasi Kegiatan Pemancangan Titik Tanam

8. Penanaman Kacangan Penutup Tanah


Penanaman kacangan sebagai penutup tanah dilakukan setelah
pemancangan titik tanam selesai dilakukan. Penanaman kacangan ini bertujuan
untuk menutup rumpukan sehingga meminimalkan potensi perkembangbiakan
hama Oryctes rhinoceros dan menjaga kelembaban tanah. Menurut Sunarko
(2014), penanaman kacangan juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma,
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan mengendalikan erosi
permukaan tanah.

9. Pembuatan Lubang Tanam


Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah penanaman PJ dan CM selesai
dilakukan. Pembuatan lubang tanam bertujuan sebagai tempat penanaman
tanaman kelapa sawit yang baru. Lubang tanam memiliki ketentuan diameter 45
cm dan kedalaman 60 cm. Lubang tanam dibuat berdasarkan pancang tanam yang

KELOMPOK 2 Page 17
telah dilakukan sebelumnya. Lubang tanam digali menggunakan hole digger yang
dikendalikan dengan traktor.
Tabel 6. Prestasi kerja satu alat hole digger pada kegiatan pembuatan lubang
tanam
Hari ke Jumlah Lubang Hari ke- Jumlah Lubang
1 765 1 686
2 850 2 510
3 1020 3 1275
4 850 4 1156
5 680 5 910
Rata-Rata 870,2
Tabel 6 menunjukkan bahwa satu alat hole digger rata-rata dapat menggali
870 lubang tanam dalam satu hari kerja. Jam kerja hole digger normalnya adalah
10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu hole digger dapat
menggali 87 lubang untuk penanaman kelapa sawit. Seperti halnya kegiatan
lainnya, kegiatan pembuatan lubang tanam juga terhambat apabilacuaca sedang
hujan. Hal ini akan memperberat kinerja mesin dan dapat membuat mesin menjadi
cepat rusak.

10. Penanaman Kelapa Sawit


Kegiatan penanaman kelapa sawit dilakukan setelah pembuatan lubang tanam
selesai dilakukan. Bibit yang ditanam standarnya berumur 12 bulan dan bebas dari
bibit afkir. Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), sebelum menanam, dasar
lubang terlebih dahulu dipupuk dan lubang tanam diisi tanah secukupnya sampai
mencapai kedalaman lubang setinggi polybag dan dilakukan pemotongan akar
bibit yang menembus keluar polybag. Lubang tanam diberi pupuk rock phosphate
(RP) 500 gram/pokok untuk membantu mempercepat tumbuhnya perakaran.
Tanah dipadatkan dengan cara menginjak tanah di sekitar tanaman kelapa sawit
hingga permukaan tanah dalam polybag sejajar dengan permukaan tanah. Hal ini
bertujuan agar tanaman tidak mudah doyong atau miring apabila terkena angin.
Prestasi kerja karyawan pada kegiatan penanaman kelapa sawit rata-rata adalah
100 pokok/HK yang dikerjakan oleh 10 orang tenaga kerja.

KELOMPOK 2 Page 18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang
cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang
cukup cerah dikarenakan kebutuhan akan minyak nabati dunia terus meningkat
dan Indonesia memiliki luas lahan yang cukup memadai. Tanaman kelapa sawit
dianggap sudah tua jika berumur sekitar 20 sampai 25 tahun dan perlu
diremajakan. Peremajaan tanaman (replanting) dilakukan agar hasil produksi
kebun sawit tidak menurun secara drastis. Pada tahap ini diperlukan perencanaan
yang matang dan terperinci untuk menghindari terjadinya kerugian selama
kegiatan peremajaan. Kegiatan peremajaan kelapa sawit meliputi pemancangan,
pembuatan parit (pada daerah rendah),pembuatan jaringan jalan, pembuatan
lubang tanam, pembongkaran pokok, penyemprotan gawangan dengan herbisida
sorong batang dari lubang tanam dan teras, penanaman kelapa sawit.

1.2 Saran
Dalam peremajaan tanaman ulang kelapa sawit dengan system chipping
(pencicangan) membutuhkan biaya yang besar sehingga membutuhkan
perencanaan yang matang, selain itu pengawasan harus dilakukan dengan baik
agar tenaga dan biaya terealisasi secara optimal. Dalam kegiatan peremajaan sawit
sebaiknya tidak dilakukan secara serentak dan menyeluruh, hal ini nantinya dapat
menghentikan produktivitas saiwt dalam beberapa tahun.

KELOMPOK 2 Page 19
DAFTAR PUSTAKA

Atman. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya kelapa sawit dan peremajaan Kelapa
Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Girsang, P, Purba, P. 1995., Analisis Ekonomi Teknik “Underplanting” . Warta
Pusat Penelitian Tanaman Kelapa Sawit, Medan ., Vol 3 (1)
Guritno, P. 1995., Konsep zero Burning, Warta Pusat Penelitian Tanaman kelapa
sawit, Medan ., Vol 3 (1):15-20
Hadi, N. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Karya Nusa, Yogyakarta
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009. Penyakit Busuk Pangkal Batang
(Ganodermaboninense) dan Pengendaliannya. http://www.pustaka-
deptan.go.id/agritek/psawit06.pdf.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen, Pengolahan.
Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko. 2007., Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit,
AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Susanto, A, Hartono, y. 2002., Teknik Replanting yang Aman Terhadap Penyakit
Ganoderma dan Oryctes rhinoceros, Pusat Penelirtian Kelapa Sawit,
Medan., Vol 11 (2-3):19-22
Tim Penyusun SPO, 2007. Standar Prosedur Operasi (SPO). PTPN4 (Untuk
Kalangan Sendiri).

KELOMPOK 2 Page 20

Anda mungkin juga menyukai