OLEH :
KELOMPOK 2
1. NADIYA 1611112049
2. WIDYA MARTHA 1611112033
3. DINDA TRI YULIA 1611112056
4. MUHAZIL 1611112027
5. ALEX TRI NANDO 1611111033
6. FIKRI DINEGORO 1611112024
Segala puji dan rasa syukur selalu penulis ucapkan kepada Allah SWT,
atas rahmat dan karunia - Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, khususnya
dalam menyelesaikan Makalah Alat dan Mesin Pertanian yang berjudul “
Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit”. Makalah ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan tugas dari Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah akhirnya Makalah Alat dan
Mesin Pertanian telah selesai dikerjakan. Laporan ini penulis susun berdasarkan
sumber-sumber yang kami dapatkan. Atas selesainya pratikum ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah ini kepada Ibu
Dr. Dinah Cherie., S.TP., M.Si., serta kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penulis harapkan adanya perbaikan dan
penyempurnaan pada saat pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
[KELOMPOK 2] Page i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
2.1 Pengertian Peremajaan Kelapa Sawit..................................................... 3
2.2 Teknik Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit........................................... 3
2.3 Kegiatan Peremajaan Sawit.................................................................... 6
2.4 Kelebihan dan kekurangan peremajaan kelapa sawit............................. 8
2.5 Sistem replanting dan cara tanam ulang................................................. 8
BAB III. METODOLOGI.............................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 12
4.1 Tahapan Replanting .............................................................................. 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 19
6.1 Kesimpulan............................................................................................. 19
6.2 Saran....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
[KELOMPOK 2] Page ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perencanaan Peremajaan Jangka Panjang Tahun 2012-2017............... 12
2. Jadwal perencanaan kegiatan peremajaan di Seruyan Estate............... 13
3. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan penumbangan ........... 15
4. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan deboling.................... 16
5. Prestasi kerja satu alat bulldozer pada kegiatan pembuatan jalan
kontu..................................................................................................... 16
6. Prestasi kerja satu alat hole digger pada kegiatan pembuatan
lubang tanam......................................................................................... 18
[KELOMPOK 2] Page 1
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peremajaan Kelapa Sawit dengan Cara Injeksi.................................... 9
...............................................................................................................
2. Peremajaan Ulang Dengan System Gergaji Rantai ............................. 10
3. Penumbangan Pohon Kelapa Sawit Dengan Bucket Excavator........... 10
4. Pelaksaan Memancang Rumpukan....................................................... 14
5. Penumbangan dan hasil pecincangan.................................................... 15
6. Ilustrasi Kegiatan Pemancangan Titik Tanam...................................... 17
KELOMPOK 2 Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
[KELOMPOK 2] Page 1
kesiapan petani untuk melakukan peremajaan kelapa sawit saat umur tanaman
kelapa sawit sudah tidak produktif lagi. Petani telah mengetahui pentingnya
peremajaan untuk menjaga keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit. Petani
juga telah memperoleh berbagai pelatihan mengenai pentingnya kegiatan
peremajaan bagi keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit yang lestari.
Menurut Nurkhoiry et al. (2006) pertimbangan suatu kebun saat akan
melakukan peremajaan adalah melihat produktivitas tanaman dalam kebun
tersebut terlebih dahulu, meliputi kerapatan tanaman per hektar dan serangan
hama penyakit. Apabila produktivitas tanaman di bawah standar yang telah
ditetapkan perusahaan, maka perlu diadakan peremajaan. Selain itu, peremajaan
juga dapat dipertimbangkan apabila panen sulit dilakukan akibat tanaman yang
sudah terlalu tinggi.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
KELOMPOK 2 Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Agus Susanto dan Ysin Hartono (2002) teknik replanting selalu
berkembang yang selalu terkait dengan masalah baru. Teknik replanting
dikelompokkan menjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
KELOMPOK 2 Page 3
1. Tanpa Bakar.
Purba dkk, (1997) menegaskan zero burning semua pekerjaan persiapan
lahan mulai dari penumbangan sampai dengan lahan siap ditanami dan sama
sekali tidak ada dilakukan pembakaran. Teknik tanpa bakar (zero burning) berarti
tidak ada kegiatan pembakaran sama sekali baik dalam program peremajaan atau
dalam pengolahaan limbah yang dihasilkan kebun atau pabrik kelapa sawit
( Guritno P, 1995 ). Pada saat ini sangat dianjurkan dalam melakukan replanting
tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara zero burning dikarena iklim dunia pada
saat ini yang sangat memprihatinkan (Susanto dan Hartono, 2002). Tahapan
dalam pelaksanaan replanting dengan menggunakan teknik tanpa bakar sebagai
berikut :
a. Pre-lining.
Dalam pre-ling akan ditentukan lajur untuk tanaman baru, lajur untuk
penumpukan hasil cacah kayu sawit dan pelepah, dan ditentukan jalan
masuknyaalat-alat mekanisasi (excavator dan traktor).
b. Penumbangan.
Penumbangan, pencacahan dan penumpukan adalah ini dari penerapan zero
burning (tanpa bakar). Ketiga kegiatan ini diakukan dengan menggunakan
excavator. Penumbangan dilakukan dengan merobohkan pohon sawit dengan
punggung (bucket excavator), kemudian menggali sisa-sisa akar dari pohon
tersebut semaksimal mungkin.
c. Pembuatan parit untuk pembuangan air.
Pembuatan menurut jalur yang telah ditentukan di pre-lining. Pekerjaan ini
harus diselesaikan secepat mungkin terutama dalam musim hujan.
d. Pembuatan lubang tanaman sawit.
Pembuatan lubang untuk tanaman kelapa sawit baru ditempatkan diantara
barisan tanaman lama.
e. Penanaman bibit kelapa sawit.
Awal penaman dapat dimulai setelah 2-3 minggu setelah selesai pembuatan
lubang tanaman atau 1-2 bulan setelah kegiatan penumbangan, pencacahan
dan penumpukan hasil cacahan selesai.
KELOMPOK 2 Page 4
Disamping itu kandungan nutrisi yang jumlahnya cukup besar didalam
tanaman kelapa sawit yang akan diremajakan akan didaur ulang kembali kedalam
tanah melalui proses dekomposisi tanaman tersebut. Pendaurulangan kandungan
nutrisi tanaman tersebut tentunya akan mengurangi kebutuhan pupuk inorganic
(Guritno ,1995).
2. Metode Underplanting
Underplanting adalah penanaman bibit baru dibawah pohon yang lama
dengan sengaja tidak ditebang tau dipanen. Tanaman tua yang tidak produktif
ditumbang dalam dua periode, yakni 50% pada waktu 4-6 bulan setelah tanam dan
50% lagi pada saat tanaman muda berumur 12 bulan. Sebelum menumbang
tanaman tidak produktif terlebpada saat replanting. Pohon lama dibiarkan hidup
dan terus dipetik buahnya dahulu tanaman tersebut diracun. Teknik underplanting
berbeda dengan teknik replanting karena pada teknik replanting tanaman tua
langsung ditumbangkan seluruhnya terlebih dahulu baru ditanami bibit baru
sedangkan underplanting tanaman tua tidak langsung ditumbangkan. Metode
underplanting, mampu menekan masa tidak produktif kurang dari 3 tahun
(Girsang dkk, 1995).
3. Metode Bakar
Pada awal memasuki generasi kedua di Sumatra, teknik replanting tidak
menjadi masalah. Pada tahap-tahap ini replanting dengan cara membakar
tanaman kelapa sawit. Pembakaran tanaman kelapa sawit akan menimbulkan
polusi udara, merusak lingkungan hayati dan menyebabkan kehilangan bahan
organik. Kelebihan replanting cara bakar ini adalah mudah, cepat dan relatif
murah (Agus Susanto dan Yasin Hartono, 2002)
Peremajaan atau replanting dengan cara membakar batang dan pelepah
kelapa sawit ditumbang dan dibakar sebagian atau seluruhnya sesuai kebutuhan
(Susanto dan Hartono, 2002). Batang kayu yang berukuran besar tidak akan
terbakar habis akan tetapi kayunya akan dicincang (dipotong-potong) kemudian
ditumpukkan dengan kayu yang belum terbakar semuanya dan dibakar lagi
sampai tuntas.
4. Metode Cincang
KELOMPOK 2 Page 5
Teknik cincang merupakan teknik pembukaan lahan tanpa bakar dengan
proses cutting – chipping – decomposition (CCD). Pembukaan lahan dengan
menggunakan teknik tanpa bakar ini telah dilakukan pada beberapa perkebunan
kelapa sawit, baik untuk pembukaan areal baru, maupun untuk peremajaan kelapa
sawit. Alasan utama penggunaan teknik tanpa bakar dalam pembukaan lahan
adalah karena sistem ini dapat memberi keuntungan yaitu :
a. Mempertahankan kesuburan tanah;
b. Mempertahankan struktur tanah;
c. Menjamin pengembalian unsur hara;
d. Mencegah erosi permukaan tanah;
e. Membantu pelestarian lingkungan.
Teknik menggunakan alat berat sejenis excavator dengan tungkai yang
dimodifikasi menggunakan alat tertentu yang akan mencacah batang tanaman
kelapa sawit yang sudah tua. Pekerjaan mencacah ini dilakukan sekaligus begitu
pohon ditumbang. Alat yang digunakan adalah pencincangan dengan spesifikasi
lebar potongan 12 cm dan panjang sekitar 1 meter (Susanto dan Hartono, 2002).
KELOMPOK 2 Page 6
serangan Ganoderma, jalur tanaman baru diletakkan di antara jalur tanaman
lama (Atman. 2007).
4. Pembuatan Jalan Dan Saluran Drainase
Pembuatan jalan (saluran) pengumpulan/pengawasan atau saluran drainase
sekunder dapat dilakukan sebelum atau segera setelah penumbangan pohon
sawit lama. Apabila saluran lama tidak sesuai dengan letak saluran yang
baru, maka saluran lama perlu ditutup dengan tanah dan saluran baru dibuat
sesuai dengan letak pancang jalur. Apabila saluran lama masih sesuai dengan
letak saluran baru, maka saluran tersebut digali kembali sedalam saluran
baru. Di areal datar, saluran lapangan dibuat di antara 4 atau 8 jalur tanaman,
sedangkan saluran koleksi ditempatkan di tengah 2 saluran lapangan (Tim
Penyusun SPO, 2007).
5. Inventarisasi Pohon
Inventarisasi pohon yang akan ditumbang dilakukan dengan cara menandai
tanaman yang akan ditumbang. Inventarisasi pohon yang akan di tebang pada
tahun pertama sebanyak 50% dari populasi awal, dengan teknik
penumbangan kelang 1 (satu) baris. Artinya satu barisan tanaman ditumbang,
satu barisan tanaman dibiarkan dan seterusnya. 25% dari populasi yang
tersisa di tandai untuk dilakukan peracunan pada tahun pertama dan 25%
sisanya dilakukan peracunan pada tahun kedua (Tim Penyusun SPO, 2007).
6. Menebang dan merencek
Tanaman kelapa sawit yang sudah ditandai (50%) ditebang kemudian
dicincang dengan menggunakan kapak atau chaisaw. Penebangan dapat juga
dialkukan dengan cara mekanis menggunakan traktor, tree dozer atau
stumper (Atman. 2007).
7. Membersihkan Jalur Tanam
Hasil rencekan ditempatkan (dirumpuk) di antara jalur tanaman, dengan jarak
1 meter di kiri kanan pancang. Dengan demikian diperoleh 2 meter jalur yang
bersih dari potongan kayu-kayuan (Hadi, 2004).
8. Membajak dan Menggaru
Setelah menebang dan merumpuk, membajak dan menggaru tanah perlu
dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanah dan memudahkan penanaman
(Setyamidjaja, 1991).
KELOMPOK 2 Page 7
9. Pembuatan Teras
Pada areal yang bertopografi bergelombang atau berbukit, perlu dilakukan
terasering dengan mengikuti teknik konservasi tanah dan air. Pada lahan
dengan tingkat kelerengan lebih dari 10o, perlu dibuat teras tanaman dengan
lebar 4 m, kecuali pada tanah yang memiliki lapisan tanah dangkal dihindari
pemotongan sampai ke bahan batuan induk. Teras harus mengikuti garis
kontur. Pada lahan dengan tingkat kelerengan antara 5 sampai 10o, teras
harus dibuat dengan lebar antar teras sekitar 30 m (Tim Penyusun SPO,
2007).
10. Peracunan
Peracunan dilakukan untuk mematikan tanaman tua yang belum ditumbang.
Peracunan pada tahun pertama dilakukan pada setengah populasi sisa
tanaman yang belum ditumbangkan dan pada tahun kedua peracunan
dilakukan pada sisa tanaman tua yang masih ada. Setelah tanaman mati dan
mengering maka dilakukan penumbangan, perencekan dan merumpuk seperti
keterangan yang sudah ada di awal (Atman. 2007).
1. Kelebihan
a. Meningkatkan hasil produktivitas kelapa sawit;
b. Menghasilkan tanaman baru yang muda dengan produksi yang tinggi;
c. Meningkatkan pendapatan operasional.
2. Kekurangan
a. Mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam proses peremajaan;
b. Apabila peremajaan dilakukan secara serentak, maka akan mengakibatkan
produktifitas akan berhenti dalam beberapa tahun sehingga tidak adanya
penghasilan.
KELOMPOK 2 Page 8
a. Tanaman sawit dilakukan pengeboran pada bagian batang dengan
ketinggian dari permukaan tanah ± 1 Mtr dengan kedalaman 2/3 dari
penampang melintang
b. Sudut pengeboran 450
c. Bahan yang digunakan Gramoxone sebanyak 75 Cc dan rumput kering
untuk penutup lubang dalam setiap pokok.
d. Cara tanam ulang disamping tanaman lama dengan jarak ± 2 Mtr dalam
barisan tanaman.
KELOMPOK 2 Page 9
3. Dengan System Alat Berat (Excavator/Bull Dozer)
Tahap yang dilakukan dengan sistem alat berat sebagai berikut :
a. Penumbangan menggunakan Excavator arah tumbangan ke arah dalam
barisan;
b. Dapat langsung diracik/cacah;
c. Dapat langsung disusun/dirumpuk dalam barisan;
d. Cara tanam ulang untuk tanaman baru disamping rumpukan dengan jarak
tanam ± 2 Mtr.
KELOMPOK 2 Page 10
BAB III
METODOLOGI
Metode kerja yang digunakan penulis ialah merancu pada hasil penelitian
dari Wisnu Hari Wibowo dan Ahmad Junaedi (2017) yaitu “Peremajaan Kelapa
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Seruyan Estate, Minamas Plantation Group,
Seruyan, Kalimantan Tengah”. Metode dalam penelitian adalah metode langsung
dan tidak langsung yang digunakan untuk memperoleh data-data primer dan
sekunder. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja lapangan dengan
mengikuti kegiatan teknis perusahaan dan melakukan wawancara dengan pekerja
kebun. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari
arsip kebun.
Pengamatan mengenai sistem peemajaan meliputi urutan pekerjaan
peremajaan dan jenis-jenis pekerjaan pada peremajaan. Pekerjaan pada kegiatan
peremajaan menurut Pahan (2008) antara lain adalah :
1. Pemancangan;
2. Pembuatan Parit (pada daerah rendah);
3. Pembuatan jaringan jalan;
4. Pembuatan lubang tanam
5. Pembongkaran pokok;
6. Penyemprotan gawangan dengan herbisida;
7. Sorong batang dari lubang tanam dan teras;
8. Penanaman kelapa sawit.
Pengamatan juga dilakukan dengan mengamati prestasi kerja alat berat yang
digunakan dan prestasi kerja karyawan dilapangan. Prestasi kerja alat berat dapat
diperoleh berdasarkan besarnya satuan yang dikerjakan alat berat tersebut
persatuan waktu dan prestasi kerja karyawan di lapangan berdasarkan luasan
lahan yang dikerjakan per hari kerja.
KELOMPOK 2 Page 11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASA
Teknis kegiatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan lahan dan
tahap penanaman. Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan lahan meliputi sensus
pokok, pancang rumpuk, penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok,
deboling, tutup lubang deboling, dan pembuatan jalan kontur. Setelah tahap
persiapan lahan selesai, kegiatan pada tahap penanaman adalah pemancangan titik
tanam, penanaman kacangan penutup tanah, pembuatan lubang tanam, dan
penanaman tanaman kelapa sawit.
KELOMPOK 2 Page 12
Tabel 2. Jadwal perencanaan kegiatan peremajaan di Seruyan Estate
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sensus Pokok
(maks 6 bulan
sebelum tumbang)
2 Pancang rumpuk
3 Tumbang, cincang,
dan rumpuk
4 Deboling
5 Pembuatan Jalan
kontur
6 Pancang titik
tanam
7 Menanam
kacangan penutup
tanah
8 Pembuatan lubang
tanam
9 Tanam Kelapa
sawit
2. Sensus Pokok
Sensus pokok merupakan kegiatan peremajaan setelah perencanaan selesai
dilakukan. Kegiatan sensus pokok bertujuan untuk mengetahui jumlah pokok
kelapa sawit yang masih hidup dan yang mati dalam setiap hektar, blok, dan areal
tertentu sehingga dapatmengetahui jumlah pokok yang akan ditumbang pada
tahap penumbangan. Sensus pokok dilakukan maksimal enam bulan sebelum
dilakukan penumbangan. Sensus dilakukan dengan cara karyawan SKU akan
memasuki setiap pasar rintis dan menghitung jumlah pokok pada setiap baris
dalam setiap pasar rintis dengan prestasi kerja rata-rata 10 ha/HK. Data yang
diperoleh dari sensus pokok antara lain jumlah pokok hidup, pokok mati, pokok
terserang penyakit Ganoderma boninense dan jumlah pokok pada areal
konservasi.
3. Pancang Rumpuk
Pancang rumpukan bermanfaat untuk tempat susunan batang pohon yang
telah ditumbang dengan arah utara – selatan dan dengan sistem 2 : 1 artinya dua
barisan tanaman disusun atau dirumpuk pada satu barisan. Pelaksanaan
memancang rumpukan dapat dilihat pada gambar ini.
KELOMPOK 2 Page 13
Gambar 4. Pelaksaan Memancang Rumpukan
KELOMPOK 2 Page 14
Tabel 3. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan penumbangan,
pencincangan, dan merumpuk pokok
Hari ke- Jumlah Pokok Hari ke- Jumlah Pokok
1 132 6 167
2 126 7 101
3 131 8 139
4 159 9 68
5 161 10 134
Rata- Rata 131,8
Tabel 3 menunjukkan bahwa satu alat excavator rata-rata dapat menumbang,
mencincang, dan merumpuk 132 pokok kelapa sawit dalam satu hari kerja. Jam
kerja excavator normalnya adalah 10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu
jam, satu excavator dapat menumbang, mencincang, dan merumpuk 13 pokok
kelapa sawit. Kegiatan menumbang, mencincang, dan merumpuk dapat terhambat
apabila di lapangan terjadi hujan. Kondisi lahan yang becek dapat memperberat
kinerja mesin dan dapat membuat mesin menjadi cepat rusak (Wibowo 2017).
5. Deboling
Deboling adalah kegiatan pembongkaran sisa bonggol termasuk perakaran
lama pokok kelapa sawit yang telah ditumbang menggunakan excavator. Ukuran
penggalian lubang adalah 2 m x 2 m x 1 m. Kegiatan ini dilakukan 1-2 minggu
setelah kegiatan pencincangan selesai. Bekas galian dibiarkan terbuka selama 2
minggu dengan tujuan untuk mengangkat perakaran ke permukaan dan
mengurangi potensi tumbuhnya jamur Ganoderma.
KELOMPOK 2 Page 15
Tabel 4. Prestasi kerja satu alat excavator pada kegiatan deboling
Hari ke Jumlah Lubang Hari ke- Jumlah Lubang
1 191 1 200
2 222 2 200
3 216 3 228
4 174 4 155
5 208 5 209
Rata-Rata 200,3
KELOMPOK 2 Page 16
7. Pemancangan Titik Tanam
Pemancangan titik tanam adalah salah satu kegiatan yang terpenting dalam
tahap kegiatan peremajaan karena kegiatan ini akan memberikan dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit ke depannya. Pancang
tanam bertujuan untuk memudahkan pengaturan jarak tanam dan mendapatkan
populasi yang optimal dalam penanaman kelapa sawit. Kegiatan ini membutuhkan
4-5 orang tenaga ahli dengan satu orang pembidik dan satu orang mandor. Prestasi
kerja pada kegiatan memancang titik tanam rata-rata adalah 10 ha/HK
KELOMPOK 2 Page 17
telah dilakukan sebelumnya. Lubang tanam digali menggunakan hole digger yang
dikendalikan dengan traktor.
Tabel 6. Prestasi kerja satu alat hole digger pada kegiatan pembuatan lubang
tanam
Hari ke Jumlah Lubang Hari ke- Jumlah Lubang
1 765 1 686
2 850 2 510
3 1020 3 1275
4 850 4 1156
5 680 5 910
Rata-Rata 870,2
Tabel 6 menunjukkan bahwa satu alat hole digger rata-rata dapat menggali
870 lubang tanam dalam satu hari kerja. Jam kerja hole digger normalnya adalah
10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu hole digger dapat
menggali 87 lubang untuk penanaman kelapa sawit. Seperti halnya kegiatan
lainnya, kegiatan pembuatan lubang tanam juga terhambat apabilacuaca sedang
hujan. Hal ini akan memperberat kinerja mesin dan dapat membuat mesin menjadi
cepat rusak.
KELOMPOK 2 Page 18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang
cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang
cukup cerah dikarenakan kebutuhan akan minyak nabati dunia terus meningkat
dan Indonesia memiliki luas lahan yang cukup memadai. Tanaman kelapa sawit
dianggap sudah tua jika berumur sekitar 20 sampai 25 tahun dan perlu
diremajakan. Peremajaan tanaman (replanting) dilakukan agar hasil produksi
kebun sawit tidak menurun secara drastis. Pada tahap ini diperlukan perencanaan
yang matang dan terperinci untuk menghindari terjadinya kerugian selama
kegiatan peremajaan. Kegiatan peremajaan kelapa sawit meliputi pemancangan,
pembuatan parit (pada daerah rendah),pembuatan jaringan jalan, pembuatan
lubang tanam, pembongkaran pokok, penyemprotan gawangan dengan herbisida
sorong batang dari lubang tanam dan teras, penanaman kelapa sawit.
1.2 Saran
Dalam peremajaan tanaman ulang kelapa sawit dengan system chipping
(pencicangan) membutuhkan biaya yang besar sehingga membutuhkan
perencanaan yang matang, selain itu pengawasan harus dilakukan dengan baik
agar tenaga dan biaya terealisasi secara optimal. Dalam kegiatan peremajaan sawit
sebaiknya tidak dilakukan secara serentak dan menyeluruh, hal ini nantinya dapat
menghentikan produktivitas saiwt dalam beberapa tahun.
KELOMPOK 2 Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Atman. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya kelapa sawit dan peremajaan Kelapa
Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Girsang, P, Purba, P. 1995., Analisis Ekonomi Teknik “Underplanting” . Warta
Pusat Penelitian Tanaman Kelapa Sawit, Medan ., Vol 3 (1)
Guritno, P. 1995., Konsep zero Burning, Warta Pusat Penelitian Tanaman kelapa
sawit, Medan ., Vol 3 (1):15-20
Hadi, N. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Karya Nusa, Yogyakarta
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009. Penyakit Busuk Pangkal Batang
(Ganodermaboninense) dan Pengendaliannya. http://www.pustaka-
deptan.go.id/agritek/psawit06.pdf.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen, Pengolahan.
Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko. 2007., Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit,
AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Susanto, A, Hartono, y. 2002., Teknik Replanting yang Aman Terhadap Penyakit
Ganoderma dan Oryctes rhinoceros, Pusat Penelirtian Kelapa Sawit,
Medan., Vol 11 (2-3):19-22
Tim Penyusun SPO, 2007. Standar Prosedur Operasi (SPO). PTPN4 (Untuk
Kalangan Sendiri).
KELOMPOK 2 Page 20