Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGROKLIMATOLOGI

PENGARUH IKLIM TERHADAP TANAMAN MAKANAN TERNAK DAN

SISA TANAMAN PERTANIAN

Disusun oleh :

Rizki Muhammad Dirza :200110190191

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
Ι

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang

untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Beberapa variabel meteorologis

yang biasanya diukur adalah suhu,kelembapan, tekanan atmosfer, angin,

dan curah hujan. Iklim suatu lokasi dipengaruhi oleh garis lintang, medan,

dan ketinggiannya, serta perairan di dekatnya dan arusnya. Studi tentang

iklim dipelajari dalam klimatologi.

Secara lebih umum, "iklim" suatu daerah adalah kondisi umum dari iklim di

lokasi tersebut pada kurun waktu tertentu.

Iklim dapat diklasifikasikan sesuai dengan rata-rata dan kisaran dari

berbagai variabel, biasanya suhu dan curah hujan. Klasifikasi yang paling

umum digunakan adalah klasifikasi iklim Köppen. Sistem Thornthwaite,

yang digunakan sejak tahun 1948, menggabungkan evapotranspirasi dengan

informasi suhu dan curah hujan untuk kemudian digunakan dalam

mempelajari keanekaragaman hayati dan bagaimana perubahan iklim

memengaruhinya. Sistem Klasifikasi Sinoptik Bergeron dan Spasial

berfokus pada asal usul massa udara yang menentukan iklim suatu wilayah.

Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi

tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di


bumi menimbulkan musim, yang membedakan iklim satu dengan yang lain.

Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.

Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis khatulistiwa

dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim secara umum akibat

perbedaan dan pola perubahan suhu udara, yaitu kawasan tropika

(23,5°LU-23,5°LS), subtropika (23,5°LU-40°LU dan 23°LS-40°LS), sedang

(40°LU-66,5°LU dan 40°LS-66,5°LS), dan kutub (66,5°LU-90°LU dan

66,5°LS-90°LS).

Musim di Indonesia terbagi menjadi 2 macam, yaitu musim hujan dan

musim kemarau. Pembagian 2 musim di Indonesia karena negara Indonesia

memiliki iklim tropis.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan iklim?

2. Apa saja peranan iklim pada makanan ternak ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian iklim

2. Untuk mengetahui peranan iklim dalam pertumbuhan makanan ternak

3. Untuk mengetahui mekanisme iklim

ΙΙ

TINJAUAN PUSTAKA

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menjelaskan iklim "normal" sebagai "titik

acuan yang digunakan oleh pakar iklim untuk membandingkan perkembangan

iklim saat ini dengan masa lalu atau yang dianggap 'normal'. Sebuah iklim normal
didefinisikan sebagai rata-rata aritmatika dari elemen iklim ( misalnya suhu)

selama periode 30 tahun. Periode 30 tahun digunakan, karena cukup lama untuk

menyaring variasi anomali antar anomali, tetapi juga cukup pendek untuk dapat

menunjukkan perkembangan iklim yang lebih lama." WMO yang membentuk

komisi teknis untuk klimatologi pada tahun 1929. Pada tahun 1934, Wiesbaden

memenuhi komisi teknis yang menetapkan periode tiga puluh tahun dari 1901

hingga 1930 sebagai referensi waktu untuk normals standar klimatologis. Pada

tahun 1982 WMO setuju untuk memperbarui normals iklim, dan ini kemudian

diselesaikan berdasarkan data iklim dari 1 Januari 1961 hingga 31 Desember

1990.

Perbedaan antara iklim dan cuaca diringkas dengan kalimat populer "Iklim adalah

apa yang Anda harapkan, cuaca adalah apa yang Anda dapatkan." Selama rentang

waktu sejarah ada sejumlah variabel yang hampir konstan menentukan iklim,

termasuk lintang, ketinggian, proporsi tanah ke air, dan jarak antara laut dengan

pegunungan. Variabel-variabel tersebut hanya berubah selama jutaan tahun karena

proses seperti lempeng tektonik. Faktor penentu iklim lainnya lebih dinamis

seperti sirkulasi termohalin laut menyebabkan pemanasan 5 °C (9 °F) di Samudra

Atlantik utara dibandingkan dengan cekungan laut lainnya. Arus samudera

lainnya mendistribusikan kembali panas antara tanah dan air pada skala yang lebih

regional. Kepadatan dan jenis tutupan vegetasi mempengaruhi penyerapan panas

matahari, retensi air, dan curah hujan di tingkat regional. Perubahan kuantitas gas

rumah kaca di atmosfer menentukan jumlah energi matahari yang disimpan oleh

planet ini, yang menyebabkan pemanasan global atau pendinginan global.

Variabel-variabel yang menentukan iklim sangat banyak dan interaksinya


kompleks, tetapi ada kesepakatan umum bahwa standardisasi penggunaan variabel

iklim memerlukan pemahaman garis besar, minimal menyangkut faktor penentu

perubahan iklim historis.

ΙΙΙ

PEMBAHASAN

Iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan

beberapa unsur yaitu, radiasi matahari, temperatur, kelembapan awan, presipitasi,

evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur tersebut berbeda pada tempat

yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena adanya faktor

iklim atau yang disebut juga dengan pengendali iklim, yaitu:

ketinggian tempat

latitude atau garis lintang


daerah tekanan

arus laut

permukaan tanah

Pengaruh timbal balik antara faktor tersebut akan menentukan pola yang

diperlihatkan oleh unsur. Tetapi sebaliknya, unsur-unsur tersebut pada suatu batas

tertentu akan mempengaruhi faktor juga, sehingga keadaannya cenderung untuk

melanjutkan proses timbal balik tadi. Batas pola yang ditentukan umumnya stabil.

Terjadinya penyimpangan tidak dapat dihindari pada proses tersebut.

Penyimpangan yang dimaksud sesungguhnya adalah pengecualian yang harus

diperhatikan. Sebagai contoh hal yang harus dikemukakan tersebut adalah sebagai

berikut:

Musim kemarau yang panjang

Curah hujan yang terus-menerus selama beberapa hari serta demikian

lebat.

Perubahan suhu yang lebih panas daripada biasanya.

Penyimpangan di atas sebagai pengecualian dari keadaan yang biasanya

(menurut hasil perhitungan dan prakiraan para ahli dan pengalaman berpuluh

tahun telah menguji kebenarannya) walaupun kejadiannya hanya sebentar.

Penyimpangan tersebut dapat menimbulkan bencana baik bagi manusia, ternak

ataupun tanaman, seperti halnya penyimpangan yang ditimbulkan akibat banjir,

suhu yang berubah menjadi terlalu panas, badai atau angin topan, kekeringan dan

lain sebagainya.

Masalah tersebut tantangan bagi manusia untuk mengatasi dengan

mengurangi atau menghindari pengaruh yang tidak menguntungkan bagi manusia.

Manusia tak mungkin melawan hukum alam tapi hanya dapat bersahabat
diantaranya melalui penyelidikan untuk mengetahui apa yang dikehendakinya,

sehingga penyesuaian atau pendekatan dapat dilakukan.

Tentunya ada interaksi antara tanaman dan iklim. Pengaruh tanaman pada

iklim lingkungan menjadi penting dengan semakin besarnya tanaman dan jumlah

rumpun tanaman. Mulanya tanaman akan dipengaruhi oleh iklim mikro saja,

namun kemudian lambat laun dipengaruhi oleh iklim meso dan iklim makro.

Iklim tak hanya mempengaruhi tanaman tapi juga dipengaruhi oleh

tanaman. Hutan yang lebat dapat menambah jumlah kelembapan udara melalui

transpirasi. Bayangan dari pepohonan dapat mengurangi suhu udara sehingga

penguapan menjadi kecil.

Di dalam pertanian, kehutanan dan perkebunan pemeliharaan terhadap

tanaman yang baru tumbuh adalah sangat penting karena tanaman yang muda

masih lunak terutama peka terhadap kondisi iklim. Karena itu sebelum

memperhatikan tanaman muda, perlu mengetahui lebih dahulu iklim setempat

agar mencapai hasil yang maksimal.

Penyebaran iklim antar tempat di seluruh dunia secara global sangat

beragam, dikendalikan oleh faktor-faktor ilmiah yang disebut sebagai faktor

pengendali iklim (climatic control).

Sebaran tipe-tipe iklim tersebut turut membentuk keragaman varietas

tumbuhan asli dan penyebaran plasma mutlak di seluruh dunia berinteraksi

dengan faktor penentu lain yakni faktor genetik, tanah (zat hara) dan lingkungan

biologi (manusia, hewan, tumbuhan dan jasad renik). Tiap tipe iklim juga
berpengaruh kuat terhadap tanaman yang dibudidayakan terlebih lagi untuk

kultivar yang didatangkan dari daerah lain yang iklimnya berbeda.

Keragaman iklim antar wilayah di dunia dikendalikan beberapa faktor

alam yaitu:

Daya pancar radiasi di permukaan surya

Derajat lintang tiap tempat di permukaan bumi.

Ketinggian tempat di atas permukaan laut (m.dpl).

Halangan pegunungan (topografi).

Pusat-pusat tekanan tinggi dan rendah semi permanen.

Posisi tempat terhadap samudera.

Gerakan massa udara regional.

Arus lautan.

Di antara faktor tersebut 2, 3, 5 dan 7 berpengaruh jelas terhadap tanaman

dan pertanian di Indonesia.

Derajat lintang bumi mengendalikan penerimaan radiasi surya di tiap

tempat sehingga mengatur sebaran energi untuk proses biologi tumbuhan.

Akibatnya terjadi perubahan teratur antara derajat lintang bumi di seluruh dunia

dalam hal intensitas penerimaan radiasi surya, panjang hari, suhu udara dan juga

presipitasi. Hal ini berakibat kepada sebaran keragaman varietas tumbuhan dan

"growing season" (periode tumbuhan aktif). Akibatnya perubahan derajat lintang

yang cukup besar akan berakibat pada aktivitas pertanian.


Ketinggian tempat di atas permukaan laut mudah berubah antar tempat

pada jarak pendek faktor ini berpengaruh terhadap suhu udara. Penurunan suhu

udara berhubungan erat dengan kenaikan tinggi tempat (lapse rate).

Perpindahan pusat-pusat tekanan udara tinggi dan rendah semi permanen

antar benua di belahan bumi berbeda seperti contoh antara benua Asia dan

Australia membangkitkan gerakan massa udara regional yang berganti arah setiap

6 bulan, disebut aktivitas Monsun atau angin musim. Fakta membuktikan bahwa

tipe angin ini telah mengakibatkan pola distribusi air hujan dan musim (musim

hujan dan musim kemarau) di sebagian kepulauan Indonesia. Selanjutnya juga

telah mengakibatkan pola perwilayahan tanaman pangan dan tanaman perkebunan

serta pola kegiatan pertanian.

Pengaruh iklim terhadap tanaman

Pengaruh iklim terhadap tanaman diawali oleh pengaruh langsung cuaca

terutama radiasi dan suhu terhadap fotosintesis, respirasi, transpirasi dan proses-

proses metabolisme di dalam sel organ tanaman. Fotosintesis dan respirasi adalah

merupakan proses biokimia, sehingga memerlukan katalisator sebagaimana proses

kimia fisik. Kecepatan proses tergantung pada aktivitas katalisator yang diatur

oleh suhu. Pada kisaran suhu toleransi terlalu tinggi suhu akan mempercepat

proses dan meningkatkan produksi. Perbedaannya adalah pada proses biokimia

katalisatornya adalah enzim. Enzim adalah protein, zat yang peka terhadap suhu.

Pada proses fotosintesis, suhu reaksi dan jumlah energi yang terserap

sangat ditentukan oleh intensitas radiasi PAR, sehingga pada daun di puncak tajuk
yang memperoleh radiasi langsung pengaruh suhu terhadap fotosintesis tak terlalu

besar. Fotosintesis hanya berlangsung siang hari. Adapun intensitas respirasi daun

sepenuhnya dipengaruhi oleh suhu udara dan berlangsung secara terus-menerus

sepanjang umur tanaman. Maka semakin rendah suhu udara harian akan semakin

rendah penggunaan karbohidrat untuk respirasi. Produksi gugus karbohidrat netto

harian pada tanaman merupakan produk bruto fotosintesis siang hari dikurangi

pemanfaatan untuk respirasi selama 24 jam. Maka pada kisaran toleransi, semakin

tinggi intensitas radiasi PAR yang berlangsung semakin lama, disertai suhu udara

yang rendah akan menghasilkan produk fotosintesis netto yang semakin tinggi.

Fotosintesis dan Respirasi

Tanaman mengalami 2 proses hidup yakni tumbuh (bertambah ukuran

panjang, luas, volume dan bobot) dan berkembang yakni mengalami penggandaan

dan pemisahan fungsi organ melalui fase-fase benih, kecambah, pertumbuhan

vegetatif dan pertumbuhan generatif.bunga, buah dan biji untuk memperoleh

generasi baru. Fotosintesis dan respirasi adalah merupakan awal proses hidup.

Fotosintesis : 6H2O + 6CO2 + Energi PAR → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Respirasi : C6H12O6 + O2 → 6O2 + 6H2O + Energi

Atmosfer menyediakan gas CO2 dan O2, mengatur presipitasi, mengatur

radiasi PAR dan surya, dan tanah menyediakan zat hara agar kedua proses

kehidupan tersebut dapat terselenggara.


Tanaman menggunakan klorofil untuk menangkap, menyerap dan

mengubah energi cahaya surya PAR pada spektrum 0.38 -0.74 mikron menjadi

energi kimia melalui proses fotosintesis. Dalam proses ini CO2 dari atmosfer dan

H2O dari perakaran diubah menjadi glukosa, yaitu karbohidrat sederhana

(C6H12O6) dan O2 dilepas ke atmosfer. Melalui proses metabolisme di dalam sel

tanaman, C6H12O6 diproses menjadi berbagai bahan karbohidrat (CH2O)n yang

molekulnya lebih besar dengan kandungan energi kimia lebih tinggi. Bahan-bahan

tersebut disimpan di berbagai organ seperti daun, batang, akar, umbi, biji, seluruh

jaringan dan sistem organ lainnya.

Pertumbuhan (peningkatan ukuran panjang, luas, volume dan berat organ)

adalah proses yang memerlukan energi. Dipenuhi dengan pembakaran sebagian

karbohidrat hasil fotosintesis dengan respirasi. Dari proses respirasi yang terus-

menerus dikeluarkan gas O2 ke atmosfer.

Respirasi adalah kebalikan dari fotosintesis, kedua reaksi ini berlangsung

serentak. Proses respirasi berlangsung berkelanjutan selama hidup, hanya dapat

dilambatkan pada saat tumbuhan atau organnya sedang dorman. Sedangkan

fotosintesis hanya berlangsung pada periode cahaya siang hari atau perlakuan

cahaya buatan dengan lampu. Neraca proses fotosintesis harus menghasilkan

saldo positif di pihak fotosintesis.

Proses fotosintesis dan respirasi tergantung pada pengaruh radiasi surya,

gas CO2 dan O2 di atmosfer, kadar air di daerah perakaran (tanah), pengaruh suhu

udara dan suhu tanah. Sedangkan seluruh unsur khususnya iklim mikro di

sekeliling tumbuhan saling berinteraksi. Dapat disimpulkan fotosintesis dan


respirasi dipengaruhi langsung oleh unsur cuaca/iklim utama yaitu radiasi surya

dan suhu sebagai faktor utama (main factors) dan unsur-unsur lainnya sebagai

pendukung (cofactors).

IV

KESIMPULAN

 Kesimpulan

Pengaruh cuaca terhadap tanaman berbeda dengan pengaruh iklim. Suatu

wilayah pusat produksi tanaman yang telah berlangsung puluhan hingga

ratusan tahun, kondisi iklimnya jelas sesuai bagi kultivar yang

dibudidayakan. Walau demikian sesekali mengalami cuaca ekstrim selama

beberapa hari sehingga gagal panen.

Jadi, keadaan cuaca menentukan kondisi aktual hasil panen sedangkan

kondisi iklim menentukan kapasitas dan rutinitas panen.

Sejak awal sang petani harus yakin bahwa kultivar yang akan ditanam

memiliki kesesuaian yang optimum dengan bahan, lingkungan dan kondisi

iklim setempat. Kemudian, petani harus tanggap terhadap keadaan cuaca

tiap hari agar mampu mengantisipasi penyimpangan cuaca agar tak sampai
mengakibatkan cekaman terhadap tanaman. Penggunaan pengukur cuaca

mikro (dipasang di kebun untuk mewakili iklim mikro jaringan pertanian)

dan pemantauan hariannya di negara maju telah banyak dilakukan

sehingga apabila terjadi kondisi cuaca kritis dapat diantisipasi sebelum

menimbulkan gangguan pada tanaman. Bila perlu petani harus melakukan

modifikasi terhadap iklim mikro agar tanaman tumbuh, berkembang dan

berproduksi optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Ance Gunarsih Kartasapoetra. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah

dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Anonim. 1999. Kapita Selekta Agroklimatologi. Jurusan Geofisika dan

Meteorologi Fakultas MIPA IPB. Bogor.

Bayong Tjasyono HK. 2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai