Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buah semangka merupakan komoditas hortikultura yang sangat disukai


oleh masyarakat Indonesia. Warna daging buah yang merah atau kuning serta
konsistensinya yang remah, banyak mengandung air, sangat enak disantap pada
saat haus. Tanaman semangka (Citrullus vulgaris Schard.) memiliki daya tarik
khusus di mata penikmatnya. Buahnya tergolong mengandung banyak air sekitar
92% (Kalie, 1993). Menurut Prajnanta (2003) semangka merupakan salah satu
komoditas hortikultura dari famili Cucurbitaceae (labu-labuan) yang mempunyai
nilai ekonomi cukup tinggi.
Benih hibrida tanpa biji (triploid) merupakan semangka jenis unggul yang
pada daging buahnya tidak terdapat biji.Benih semangka diploid (2x) direndam
dalam larutan kolkisin sehingga menjadi tanaman tetraploid (4x). Hasil
persilangan antara tanaman tetraploid sebagai induk betina dengan diploid sebagai
induk jantan akan menghasilkan buah semangka yang berbiji triploid. Benih
semangka triploid ini bila ditanam akan menghasilkan buah semangka tanpa biji
(Kalie, 1993).
Ada cara lain untuk menghasilkan benih poliploid, yaitu dengan teknik
pemanasan. Namun, kemungkinan cara tersebut menghasilkan benih poliploid
yang diinginkan sangat rendah dan dibutuhkan waktu yang lama(Brewbaker,
1983). Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan digunakansenyawa kimia
kolkisin untuk menghasilkan benih semangka tetraploid.Meskipun menurut
Prajnanta (2003) hasil yang akan diperoleh masih termasuk rendah yaitu sekitar
10-20% benih poliploid normal, tetapi teknik ini masih dianggap lebih baik
dibandingkan dengan teknik induksi poliploid yang lain.
Bedasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian dalam
bentuk percobaan dengan judul “Induksi Tetraploid pada Tanaman Semangka
(Citrullus vulgaris schard) Menggunakan Kolkisin”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang di identifikasi pada latar belakang yang
telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimanakah pengaruh
konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan benih tanaman semangka tetraploid
yang akan digunakan untuk perakitan tanaman semangka triploid.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mempelajari proses tetraploid tanaman semangka dengan
penambahan kolkisin
2. Untuk mengidentifikasi tanaman tetraploid melalui pengamatan
morfologi dan anatomi
3. Untuk mempelajari keragaan tanaman hasil perendaman dan
penetesan kolkisin
4. Untuk menghasilkan tanaman semangka triploid

D. Hipotesis
Persilangan antara tetua betina tetraploid dengan tetua jantan diploid
berhasil dilakukan dengan ditandai dengan terbentuknya buah hasil persilangan.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai proses tetraploid tanaman
semangka dengan penambahan kolkisin
2. Hasil informasi ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
masyarakat dalam melakukan perakitan tanaman semangka triploid
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Semangka (Citrullus vulgarisSchard.)

Menurut asal-usulnya, tanaman semangka konon berasal dari gurun


Kalahari di Afrika, kemudian menyebar ke segala penjuru dunia, mulai dari
Jepang, Cina, Taiwan, Thailand, India, Belanda, bahkan ke Amerika. Semangka
biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus (Prajnanta, 2003).
Tanaman semangka termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti
tanaman ini hanya untuk satu periode panen, lalu setelah berproduksi tanaman
semangka akan mati. Menurut Prajnanta (2003), tanaman ini berbentuk perdu atau
semak dengan panjang bisa mencapai ± 2 meter dan mempunyai klasifikasi
sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta, Class: Dicotyledoneae, Ordo:
Cucurbitaceae, Family: Cucurbitaceae, Genus: Citrullus, Species: Citrullus
vulgaris schard.
Tanaman semangka memiliki perakaran serabut, yang terdiri dari akar
utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-
serabut akar (tertier). Panjang akar primer dari pangkal batang berkisar 15-20 cm,
sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35-45 cm (Prajnanta, 2003).
Daun tanaman semangka berbentuk caping, bertangkai panjang dan
merupakan daun tunggal. Helaian daun berujung runcing dengan pangkal daun
berbentuk jantung dan menjari. Bunga semangka berjenis kelamin tunggal,
berwarna kuning, bunga semangka ini keluar dari ketiak-ketiak daun mulai dari
umur 40 hari setelah tanam benih atau 25 hari setelah pindah tanam. Bunga yang
lebih dahulu muncul adalah bunga jantan dalam jumlah banyak, kemudian bunga
betina letaknya pada ketiak yang lain. Kuntum bunga yang dapat menghasilkan
buah umumnya terjadi pada setiap 7 ruas. Umur buah sampai siap panen
tergantung varietasnya, tetapi pada umumnya pada kisaran umur 80-90 hari
setelah tanam benih atau 60-75 hari setelah pindah tanam, bahkan ada pula yang
kisaran 95-100 hari setelah tanam benih (Rukmana, 1999).
Batang semangka berbentuk bulat dan lunak, berwarna hijau, berambut
dan sedikit berkayu. Pertumbuhannya merambat dengan panjang 3-5 m. Pada
batang utama dapat terbentuk beberapa cabang primer yang produktif
menghasilkan buah. Bila cabang dibiarkan tumbuh secara liar akan memiliki 7-10
cabang primer dan biasanya percabangan utama terletak paling tengah dan
memiliki pertumbuhan lebih kuat. Biasanya cabang-cabang dipangkas dengan
meninggalkan 2 atau 3 cabang yang dipelihara. Diantara ruas cabang dan daun
terdapat sulur sebagai ciri khas dari famili Cucurbitaceae, sulur ini berguna
sebagai alat pembelit atau pemanjat bila semangka dibudidayakan dengan sistem
turus (Samadi, 1997 dan Prajnanta, 2003).
Setiap tanaman memerlukan kondisi optimum lingkungan sekitar untuk
memperoleh hasil yang optimum. Kondisi optimum pada hakekatnya tidak pernah
100 % tercapai. Lingkungan dalam arti yang luas setiap detik, hari, bulan dan
tahun dipengaruhi oleh faktor-faktor alami yang saling mempengaruhi dan
mengisi. Faktor-faktor tersebut adalah: iklim dibentuk oleh matahari, curah hujan,
angin dan suhu udara, tanah, ketinggian tempat di atas permukaan air laut, tinggi
rendahnya permukaan air tanah, pengairan (Rismunandar, 1993).
Ketinggian tempat yang ideal untuk tanaman semangka adalah 100 sampai
300 meter di atas permukaan laut. Namun demikian pada ketinggian kurang dari
100 meter atau ketinggian lebih dari 300 meter diatas permukaan laut pun masih
dapat ditanam semangka (Wihardjo, 1995). Apabila suhu udara di sekitar tanaman
senantiasa tinggi dan kering, maka air diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Kebutuhan air ini mutlak, terutama pada awal pertumbuhan tanaman (Kalie,
1993). Curah hujan yang dibutuhkannya hanya 40 sampai 50 mm/bulan. Bila
hujan terlalu lebat dan lahan sampai tergenang, pertumbuhan tanaman dapat
terganggu (Nazaruddin, 1994).
Menurut Prajnanta (1996), produksi semangka dipengaruhi oleh
kandungan unsur hara dalam tanah dan varietas, tanah yang kurus dan miskin
bahan organik akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta pH yang asam
atau basa, tanah berwarna coklat tua sampai kehitaman selain itu ia juga
menambahkan pada kondisi tanah masam atau pH <6 beberapa unsur hara
terutama fosfor (P) sulit diserap tanaman karena terikat oleh unsur aluminium
(Al), mangan (Mn), dan besi (Fe).
Untuk pertumbuhan yang baik tanaman semangka membutuhkan daya
adaptasi yang luas terhadap pH tanah 5 sampai 7. Pertumbuhan tanaman
semangka akan tumbuh dengan baik pada pH 6,5 sampai 7,2. Pada lahan yang
bersifat alkalis (basa) pH >8, serangan penyakit fusarium pada tanaman semangka
akan berkurang, jika pH rendah maka perlu dilakukan pengapuran tanah sesuai
tingkat keasaman tanah (Kalie, 1993).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri dari dua fase yaitu fase
vegetatif dan fase reproduktif. Pada fase vegetatif berlangsung tiga proses, yaitu :
pembelahan sel, pembesaran sel dan tahap pertama dari diferensiasi sel (Denisen,
1979). Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang
baru. Pada fase ini tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang
dibentuknya. Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan
kuncup-kuncup bunga, buah dan biji serta pada pembesaran dan pendewasaan
struktur penyimpanan makanan, akar dan batang yang berdaging. Pada fase
reproduktif ini tanaman menyimpan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya
(Edmon et al, 1957; Harjadi, 1979; Salisbury dan Ross, 1985).
Harjadi (1979), melaporkan bahwa tanaman yang berada dalam
keseimbangan antara fase pertumbuhan vegetatif dengan fase pertumbuhan
reproduktif, menyebabkan tanaman mempunyai laju fotosintesis yang tinggi,
akibatnya tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang dan
daun, tetapi sebagian lagi digunakan untuk perkembangan bunga dan buah.
Leopold dan Kriedemann (1975), menyatakan bahwa tanaman yang
memiliki daun terlalu rimbun, menyebabkan daun-daun tersebut akan saling
menutupi. Daun-daun yang ternaungi akan lebih tipis dan kandungan klorofil
lebih rendah sehingga kecepatan fotorespirasi menurun demikian juga
fotosintesisnya.

B. Semangka Tanpa Biji

Semangka hibrida adalah semangka yang dihasilkan dari persilangan dua


galur murni atau lebih. Kedua induk tersebut memiliki keunggulannya
masingmasing. Dari hasil persilangan tersebut akan menghasilkan varietas baru
yanghibrid (benih F1) (Kalie, 1993). Sedangkan semangka hibrida triploid (tanpa
biji), dihasilkan dari persilangan antara induk betina tetraploid (4x) dengan induk
jantan diploid (2x) yang normal. Induk betina tetraploid dihasilkan dengan
perlakuan kolkisin terlebih dahulu. Setelah itu benih akan mengalami poliploidi
(tetraploid). Persilangan antara tanaman tetraploid (betina) dan diploid/normal
(jantan) akan menghasilkan keturunan triploid. Tanaman triploid tersebut adalah
tanaman yang menghasilkan semangka tanpa biji/seedless (Cahyono, 1996).
Teknik menghasilkan semangka tanpa biji dengan larutan kolkisin di atas
merupakan salah satu cara mutasi buatan yang menginduksi poliploidi secara
kimia. Cara lain menginduksi poliploidi adalah dengan pemberian panas.
Teknikini memiliki tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan mutasi
menggunakan perlakuan perendaman kolkisin (Brewbaker, 1983). Selain itu,
waktu yang dibutuhkan lebih singkat pada kolkisin. Sehingga dalam tahap
menghasilkan semangka tanpa biji, digunakan kolkisin untuk menginduksi
poliploidi.

C. Penggandaan Kromosom

Brewbaker (1983) menyatakan, evolusi tanaman tingkat tinggi


berlangsung dengan bertambahnya jumlah kromosom sebagai hasil poliploidi, hal
tersebut merata terdapat pada golongan lumut, paku-pakuan, dan tanaman
berbunga. Salah satu sumber keragaman dalam pemuliaan tanaman adalah dari
perubahan jumlah kromosom. Suatu organisme yang memiliki lebih dari dua set
kromosom atau genom dalam sel-sel somatiknya biasa disebut poliploidi
(Poespodarsono, 1998). Poliploidi adalah perubahan satu set kromosom lengkap.
Tanaman pada umumnya memiliki jumlah kromosom 2x, namun karena beberapa
sebab ada pula tanaman yang memiliki jumlah kromosom haploid (x) atau triploid
(3x), tetraploid (4x), dan seterusnya.
Terdapat beberapa cara untuk menggandakan jumlah kromosom
(poliploidi) sebagai sumber keragaman genetik. Salah satu caranya melaluimutasi.
Mutasi adalah perubahan dalam struktur gen baik terjadi secara spontanatau
buatan menggunakan agensia fisik atau kimia (Nasir, 2002). Mutasi alami
berlangsung dalam jangka waktu yang lama (Brewbaker, 1983). Mutagen kimia
terdiri dari agen alkilasi yang merupakan bahan kimia yang sangat kuat dan
banyak digunakan dalam pemuliaan dengan cara mutasi, serta ada bahan lain
seperti basa Nitzchia, peroksida, dan alkaloid tertentu seperti kolkisin
yangmemiliki sifat-sifat mutagenik. Metode penggandaan kromosom ini sangat
penting dalam ilmu pemuliaan tanaman.
Poliploidi atau penggandaan kromosom dibedakan menjadi autopoliploid
dan allopoliploid. Autopliploid adalah apabila genom yang sama mengalami
kelipatan (n1 + n1), contohnya triploid dan tetraploid. Allopoliploid adalah
apabila genom–genom yang berbeda berkumpul melalui hibridisasi (m1 + m2),
contohnya persilangan Nicotiana tabacum (2n = 48) dengan N. Glutinosa(2n =
24) menghasilkan N. digluta (2n = 72). Tetraploid juga dibedakan menjadi
autotetraploid dan allopoliploid. Tumbuhan autotetraploid didapat dari
penggandaan jumlah kromosomnya dengan pemberian perlakuan seperti kolkisin.
Tumbuhan allotetraploid adalah tumbuhan tetraploid yang didapat dengan
persilangan antar spesis atau genus (Suryo, 2007).
Perlakuan perendaman benih mentimun dalam kolkisin berpengaruh
terhadap bentuk morfologi tanaman tetraploidnya, seperti daun dan ukuran biji
yang lebih besar (Smith et al, 1973). Sifat-sifat umum dari tanaman tetraploid
diantaranya tanaman tampak lebih kekar tetapi kurang tahan terhadap perubahan
lingkungan serta serangan hama dan penyakit tanaman. Daun-daun
ukurannyalebih besar dan warnanya lebih hijau. Sel-sel epidermis daun dan
stomata mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan dengan tanaman diploid.
Akan tetapi sel-sel penutup ukurannya lebih besar, sehingga jumlah stomata
dalam satuan luas jaringan epidermis daun menjadi berkurang (Suryo, 2007).

D. Kolkisin

Salah satu alkaloid yang sering dijumpai adalah kolkisin. Menurut Eigsti
dan Dustin (1957) kolkisin adalah suatu senyawa yang diekstrak dari umbi dan
biji tanaman krokus (Colchicum autumnale). Rumus kimia kolkisin adalah
C22H25O6N dan struktur kimia kolkisin adalah :
Gambar 1. Struktur Molekul Kolkisin Murni
Sejak ditemukan senyawa sejenis alkaloida bernama kolkisin yang dapat
mengandakan kromosom pada tahun 1937, banyak pemulia yang tertarik untuk
mendapatkan tetraploid secara buatan. Tehnik pembenihan semangka tanpa biji
menggunakan kolkisin, ditemukan pertama kali oleh pemulia tanaman
berkebangsaan Jepang, Prof. Dr. Hitoshi Kihara (Allard 1989; Kalie, 1993).
Eigsti dan Dustin (1957) menyatakan bahwa pemberian kolkisin
mengakibatkan tidak terbentuknya benang pengikat kromosom yang akan menarik
kromosom ke kutub sel pada proses pembelahan sel. Sehingga sel tidak membelah
dan menimbulkan poliploidi. Kolkisin memiliki kemampuan untuk melipat
gandakan jumlah kromosom. Larutan kolkisin yang diberikan pada titik tumbuh
kecambah tanaman akan menyebabkan kromosom mengganda. Sebab, pemberian
kolkisin terhadap sel yang sedang membelah mengakibatkan kegagalan
pembentukan dinding sel baru. Akibatnya, kromosom yang mengganda pada
proses pembelahan sel tetap berada di sel induk karena sel anaknya tidak
terbentuk. Kolkisin mempunyai pengaruh yang istimewa dalam menghentikan
aktivitas benang-benang pengikat kromosom (spindle), sehingga kromosom yang
sudah membelah tidak memisahkan diri dalam anafase dari pembelahan sel hewan
maupun tanaman. Senyawa ini juga ampuh dalam menyembuhkan penyakit gout.
Dengan terhentinya proses pemisahan dalam metafase, maka pemberian kolkisin
ini menyebabkan jumlah kromosom di dalam sel menjadi dobel. Penggunaan
kolkisin untuk membentuk poliploidi telah diterapkan pada ratusan spesies
tanaman dan beberapa spesies hewan (Brewbaker, 1983).
Ada beberapa cara penerapan perlakuan kolkisin, tergantung pada tujuan
penelitian, peralatan, dan jenis tanaman. Diantaranya adalah metode imersi biji
(seed immersion), metode tetes pada jaringan meristem ujung, metode imersi stek,
metode in vitro, dan metode penyuntikan (injection). Penerapan kolkisin pada
semangka ialah dengan metode imersi biji, yaitu suatu metode perendaman benih
dalam suatu cawan petri yang telah dilapisi tissue atau kapas. Biji diusahakan
tidak terendam seluruhnya agar biji dapat memperoleh oksigen dengan baik
(Syukur, 2002).
Teknik perakitan semangka tanpa biji menggunakan kolkisin dalam proses
pembentukannya. Caranya adalah benih yang menjadi tetua betina semangka
triploid harus digandakan terlebih dahulu dengan merendam benih di dalam
larutan kolkisin agar menjadi tetraploid. Persilangan antara semangka
tetraploidsebagai induk betina dengan semangka diploid akan menghasilkan benih
semangka triploid (Kalie, 1993). Benih semangka triploid ini bila ditanam akan
menghasilkan semangka tanpa biji. Proses ini harus diulang setiap kali akan
menghasilkan semangka tanpa biji. Karena, semangka tanpa biji (triploid) tidak
mempunyai benih yang fertil untuk ditanam kembali.
Tingkat keberhasilan pengaruh kolkisin untuk menghasilkan tanaman
semangka tetraploid umumnya berkisar 10-20% (Prajnanta, 1999). Kolkisin akan
efektif apabila diteteskan atau direndam pada saat sel membelah. Sebab, kolkisin
akan diserap oleh sel dan mempengaruhi pembelahan sel yang sedang
berlangsung. Penetesan ini sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Yaitu
pada saat suhu udara rendah dan kelembaban tinggi. Hal ini dilakukan karena sifat
kolkisin yang mudah menguap (Kalie, 1993). Perendaman dengan air sebelum
perlakuan perendaman dengan larutan kolkisin akan lebih mengefektifkan
pemberian kolkisin, sebab sel-sel benih sudah berimbibisi terlebih dahulu.
Dengandemikian, benih lebih mudah menerima pengaruh kolkisin. Benih
semangka yang akan digandakan sebaiknya juga direndam dahulu dalam larutan
fungisida agar tidak terkontaminasi penyakit (Priadi et al., 2005).
Cara lain menginduksi poliploidi adalah menggunakan Nitrogen-oxida dan
pemberian panas. Namun hasilnya lebih rendah jika dibandingkan dengan kolkisin
(Brewbaker, 1983). Zat kimia lain yang dapat menginduksi poliploidi yaitu
asenaften, kloralhidrat, sulfanilamid, etil-merkuri-klorid, dan heksaklorosik-
loheksan. Akan tetapi zat-zat tersebut hanya larut dalam gliserol, tidak seperti
kolkisin yang dengan mudah dapat larut dalam air (Suryo, 2007).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini akan dilaksanakan pada bulan 2018 hingga 2018 di Cupak,
Kabupaten Solok

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul (untuk mengolah
tanah), parang, meteran, mulsa perak hitam, alat pembuat larutan kolkisin (pipet,
pinset, pisau cutter, gelas ukur, pengaduk, erlenmeyer, timbangan digital, sarung
tangan, masker), alat penetes larutan kolkisin (pipet, gelas ukur), seed beduntuk
menyemai benih, alat selfing/crossing (label, kertas minyak untuk sungkup,tali,
spidol permanen), alat pengamatan tanaman di lapang (jangka sorong, meteran),
alat pengambilan contoh stomata di lapang (pinset,selotip, preparat, cat kuku
bening, alat pengamatan pasca panen (timbangan digital, meteran), dan peralatan
pengamatan stomata (mikroskop, preparat), alat dokumentasi dan alat tulis.
Bahan yang di gunakan adalah semangka varietas Baginda F1 sebagai
tetua betina yang nantinya akan dijadikan tanaman semangka tetraploid dan
semangka varietas Punggawa F1 sebagai tetua jantan, kolkisin, aquades, media
tanam (tanah), pupuk kandang, pupuk NPK, pestisida.

C. Rancangan
Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah Faktorial dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola factorial 1x3 sebagai berikut :
Faktor A perlakuan yang terdiri dari 1 taraf
A = Tanpa penetesan kolkisin
Faktor B penetesan tunas yang terdiri dari 3 taraf
B1 = Penetesan dengan kolkisin 0,2%
B2 = Penetesan dengan kolkisin 0,4%
B3 = Penetesan dengan kolkisin 0,5%
Setiap perlakuan pada percobaan ini diulangi sebanyak empat kali
sehingga banyaknya satuan percobaan yaitu 12 unit. Setiap satuan percobaan
terdiri dari 4 tanaman sehingga seluruhnya terdapat 48 tanaman, untuk
pengamatan sampel dipilih secara acak.
Data yang didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan analisis
ragam. Jika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel (berbeda nyata) maka
dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada
taraf nyata 5%.

D. Pelaksanaan

Pembibitan
1. Penyiapan media semai
Media yang digunakan adalah campuran tanah dan arang sekam (1:1)
2. Teknik perkecambahan benih
Benih direndam dengan air hangat selama 20 menit, benih diangkat dan
ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi dan benih siap dikecambahkan
3. Semai benih dan pemeliharaan bibit (untuk indukan betina atau tetraploid)
Benih yang telah direndam diambil dan disemai pada beberapa seed bed
sesuai dengan perlakuan, setelah beberapa hari benih telah menjadi
kecambah dilakukan penetesan kolkisin pada kecambah semangka (sesuai
dosis masing-masing perlakuan yaitu 0,2%, 0,4% dan 0,5%
Seminggu setelah pembibitan untuk indukan betina (tetraploid) barulah
dilakukan pembibitan untuk indukan jantan (diploid) dengan langkah sama
tetapi tidak diberi perlakuan penetesan kolkisin.
Uji Kerapatan Stomata
Untuk menguji kerapatan stomata dibuat preparat stomata, dengan langkah
sebagai berikut :
1. Bahan yang digunakan yaitu daun semangka pada tanaman diploid dan
tetraploid yang diambil pada siang hari.
2. Alat yang digunakan yaitu mikroskop, kutek bening, solasi, pensil,
penggaris, kertas kerja, label, preparat bersih, pinset
3. Langkah pembuatan preparat adalah
a. Oleskan kutek bening pada daun yang akan diamati, tunggu hingga
kutek mongering
b. Tempelkan solasi pada bagian yang telah dilapisi kutek
c. Lepaskan solasi dengan hati-hati menggunakan pinset
d. Tempelkan solasi pada preparat
e. Amati dan beri label pada preparat
Pengamatan Morfologi Daun
1. Bahan yang digunakan yaitu daun semangka pada tanaman diploid dan
tetraploid yang diambil pada pagi hari.
2. Amati daun, pengamatan meliputi :
a. Warna daun
b. Ukuran daun
Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma, sisa-sisa tanaman, atau batu-batu yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan sisa pertanaman sebelumnya.
Lahan digemburkan dengan cangkul. Kemudian dipasang mulsa perak hitam.
Mulsa dilubangi dengan jarak tanam 1 m antar tanaman dalam satu perlakuan dan
1.5 m antar perlakuan. Lubang yang telah dibuat kemudian diberi pupuk kandang
yang telah matang, kegiatan ini dilakukan dua minggu sebelum tanam.
Penanaman di Lapangan
Bibit berumur 14 hari atau setelah muncul 2-4 daun sejati, ditanam di
lapang. Satu bibit untuk satu lubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya.
Penanaman teratur sesuai dengan perlakuan dan ulangan pada lay out perancangan
percobaan. Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit tidak layu di siang
harinya.
Bibit diambil hati-hati dengan membawa serta media semai dari dalam
seed bed kemudian ditanam dalam lubang tanam. Setelah itu, ditaburi sedikit
furadan pada tanahnya dan disiram dengan air secukupnya, agar tanah yang baru
menyatu dengan tanah yang lama dari persemaian. Tiap bedeng dan perlakuan
tanaman diberi label atau patok tanda sebagai identitas yang penting untuk
pengamatan.
Pemupukan dan Penyemprotan
Pupuk kandang diberikan pada saat akan tanam. Pupuk lain yang
digunakan adalah NPK mutiara. Pemupukan pertama dilakukan pada 10 HST.
Dosis setiap pemupukan adalah 5 gram dalam 10 L dan setiap tanaman akan
mendapat 200 ml pupuk. Maka dosis pemupukan tiap tanaman per minggu adalah
0.1 gram NPK mutiara. Pemupukan dilakukan satu minggu sekali pada pagi hari.
Pemupukan awal dicampur dengan Antracol untuk membunuh jamur yang
mengganggu bibit tanaman. Herbisida digunakan pada saat akan tanam untuk
mematikan gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Penyemprotan pestisida lain
dilakukan untuk menjaga agar tidak terserang hama maupun penyakit yang dapat
menghambat pertumbuhan atau mematikan tanaman. Penyemprotan pemeliharaan
dilakukan satu minggu sekali dan menjadi dua kali seminggu saat serangan hama
atau penyakit meningkat.
Pemeliharaan
Sinar matahari penuh sangat dibutuhkan tanaman semangka. Penyiraman
dilakukan sesuai kebutuhan. Penyiraman perlu diperhatikan agar jangan sampai
tanah terlalu lembab atau bahkan tergenang dan banjir. Sebab, jika hal tersebut
terjadi dapat mengakibatkan semangka mudah terserang penyakit, terutama layu
fusarium. Bedeng harus selalu dibersihkan dari gulma. Penyiangan dilakukan dua
kali selama masa tanam. Perambatan tanaman diatur agar tanaman tidak tumpang
tindih atau memasuki lahan di sebelahnya, sehingga tanaman tumbuh dengan baik
serta pengamatan buah dan tanaman tiap perlakuan lebih mudah.
Persilangan
Persilangan dilakukan pada tiap satuan percobaan saat bunga betina telah
muncul. Persilangan dilakukan secara rutin yaitu setiap dua hari sekali dan terus
menerus sampai mendekati masa panen. Usaha ini dilakukan agar setiap bunga
yang mekar dapat menjadi buah.
Pemanenan
Setelah tanaman berumur lebih kurang tiga bulan (70-100 HST), buah
semangka dapat dipanen. Buah semangka masak dapat diketahui dari tangkai
buahnya yang menguning atau mulai mengering. Cara lain untuk mengetahui
matang tidaknya buah semangka, dapat dilakukan dengan mengetuk-ngetuk buah
dengan tangan. Bila suaranya bergema, berarti buah telah siap dipanen.
Pemanenan dilakukan hati-hati agar tidak ada buah yang tertukar atau jatuh. Buah
diberi label sesuai dengan perlakuan, nomor tanaman, dan tanggal persilangan.
BAB IV ANALISIS STATISTIK
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 taraf
perlakuan dengan 3 ulangan. Data dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik
dengan menggunakan uji F. Apabila F perlakuan lebih besar dari F tabel 5% maka
dilakukan uji lanjut Duncan’s New Multiple Range Test (DMNRT) pada taraf 5%.

A. Analisis Ragam
Tabel 1. Tabulasi data dasar Analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Ulangan Total
Perlakuan
I II III
X1A X2 X3
A ∑XA.
A A
X1B X2 X3
B ∑XB
B B
X1C X2 X3
C ∑XC.
C C
X1D X2 X3
D ∑XD
D D
Total X.1 X.2 X.3 X..

B. Sidik Ragam
Tabel 2. Sidik Ragam

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel 5%

𝐽𝐾𝑃 𝐾𝑇𝑃
Perlakuan t-1 JKP
𝑑𝑏 𝑃 𝐾𝑇𝑆
𝐽𝐾𝑆
Sisa t(r-1) JKS
𝑑𝑏 𝑆
Total tr-1 JKT
C. Model Linear dan Formula Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap
1. Model Linear
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
I = 1, 2, 3,...,p (Jumlah perlakuan) dan j = 1, 2, 3,...,dst (Jumlah ulangan)
Yij = nilai pengamatan pada satuan percobaan
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh perlakuan taraf ke- i
εij = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke- j perlakuan ke – i

2. Formula Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap


𝑌..2
1. FK =𝑡𝑟

2. JK Total = (Y11)2 + (Y12)2 + (Y13)2 + (Y14)2 + (Y21)2 + …. + (Y44)2


– FK
3. JK Perlakuan = (Y1)2 + (Y2)2 + (Y3)2 + (Y4)2 - FK
r
4. JK Sisa = JK Total – JK Perlakuan
5. KT Perlakuan = JK Perlakuan
(t – 1)
6. KT Sisa = JK Sisa
t(r-1)
7. F Hitung P = KT Perlakuan
KT Sisa
8. Lihat F tabel taraf 5%
9. Bandingkan F Hitung dengan F Tabel
10. Tarik Kesimpulan dengan ketentuan :
Jika F Hitung > F tabel 5%, berarti berbeda nyata.
Jika F Hitung < F tabel 5%, berarti berbeda tidak nyata.
11. Tentukan nilai koefisien keragaman (KK)
Keterangan :
Db : Derajat bebas
JK : Jumlah kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
FK : Faktor koreksi
t : Perlakuan
r : ulangan

D. Uji Lanjut

Uji lanjut yang digunakan adalah Duncan’s New Multiple Range Test (DMNRT)
pada taraf 5%, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

𝐾𝑇𝑆
1. Hitung kesalahan baku atau standar error (Sy) dengan rumus : 𝑆𝑦 = √ 𝑟

2. Tentukan nilai SSRp (Significant Student Range) dengan menggunakan tabel


Duncan’s untuk perlakuan 1,2, 3 dan 4 pada db yang bersangkutan.
3. Hitung Nilai LSRp (Least Significant Range) dengan rumus :LSRp = SSRp x
Sy
4. Susun rata-rata perlakuan dari yang terbesar sampai yang terkecil.
5. Hitung selisih rata-rata perlakuan, kemudian bandingkan dengan nilai LSRp
5%. Bila selisih nilai rata-rata perlakuan besar dari nilai LSRp 5% berarti
berbeda nyata dan bila nilai rata-rata perlakuan kecil dari nilai LSRp, berarti
perlakuan tidak berbeda nyata misalnya :
Tabel 3.Perbandingan rata-rata Perlakuan
Perbandingan rata-rata Selisih LSRp 5% Kesimpulan
perlakuan
A-B ..... ..... *
A-C ..... ….. *
A-D ..... ..... *
B-C ….. ….. *
B-D ….. ….. *
C-D ….. ….. *
6. Buatlah tabel kesimpulan dengan menyusun rata-rata perlakuan dari nilai
yang tertinggi sampai yang ter endah, misalnya :
Tabel 4. Kesimpulan
Perlakuan Rata-Rata *)
A A
B B
C C
D D
*) angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah
berbeda tidak nyata menurut DNMRT

Anda mungkin juga menyukai