Anda di halaman 1dari 2

MATERI VIABILITAS BENIH DAN VIGOR

A. Viabilitas benih

Viabilitas adalah Daya berkecambah benih untuk tumbuh normal pada keadaan yang
menguntungkan (optimum). Penilaian viabilitas benih dapat dilakukan melalui:

1. Pendekatan secara fisiologi yaitu penilaian terhadap fenomena pertumbuhan.


2. Pendekatan biokimiawi yaitu penilaian terhadap aktivitas metabolisme banish
misalnya kemampuan enzim-enzim untuk mengkatalisir reaksi metabolisme
perkecambahan, respirasi, sintesis ATP, dan sebagainya.
3. Pendekatan sitologis dideteksi melalui kondisi kromosom, membrane sel,
mitokondria, dan sebagainya.
4. Pendekatan matematis merupakan suatu konsep di mana hasil pengamatan dari suatu
tolak ukur viabilitas benih dijabarkan ke dalam suatu rumusan matematika yang dapat
digunakan untuk menduga viabilitas secara cepat.

Fragmentasi periode viabilitas dibagi menjadi tiga, yaitu periode I, II, dan, III.
 Periode I merupakan periode di mana benih terbentuk dan berkembang sampai benih
mencapai masak fisiologis. Viabilitas potensial (vp) dan vigor benih (vg) pada periode I
meningkat secara sigmoid dan mencapai titik maksimum pada saat benih mencapai
masak fisiologis. Kondisi tanaman maupun faktor lingkungan pada periode ini akan
menentukan mutu fisik, fisiologi, genetic, dan patologis benih.
 Periode II merupakan periode di mana benih mengalami proses pengolahan dan
penyimpanan. Pada periode II mutu benih di pertahankan tetap tinggi, garis vp dan vg
sejajar dan tidak mengalami penurunan.
 Periode III merupakan periode kritikal, garis vp dan vg mulai menurun sampai benih
mati. Periode ini merupakan kritikal karena karena laju penurunan vigor sangat tinggi.
Pada kondisi optimum viabilitas benih masih tinggi, tetapi viabilitas benih menurun
secara tajam pada kondisi suboptimum.

B. Vigor benih

Vigor merupakan Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan yang tidak
menguntungkan (suboptimum).Secara umum vidor diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal.

Vigor benih di cerminkan oleh dia informasi tentang viabilitas, masing-masing yaitu
kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada
kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan
biofisik lapangan sub optimal atau suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 2002). Semai
dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari penampilan fenotipe kecambah dan
bibitnya (Sadjat, 1993). Sutopo (2002), menyatakan bahwa pada hakekatnya vigor benih harus
relefan dengan tingkat produksi yang tinggi. Vigor yang tinggi dicirikan antara lain oleh :

1. Tahan disimpan lama


2. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
3. Cepat dan merata tumbuhnya
4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan
lingkungan tumbuh yang sub optimal.

Benih yang memiliki vigor rendah menurut Copeland (1980) akan berakibat terjadinya :
a. Kemunduran benih
b. Makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh
c. Kecepatan berkecambah menurun
d. Kepekaan akan serangan hama
e. Meningkatkan jumlah kecambah abnormal
f. Rendahnya produksi tanaman.

Pemasakan benih perubahan yang terjadi pada benih yaitu kadar air biji, daya kecambah
biji, daya tubuh biji, berat kering, dan ukuran biji.

Selama proses pemasakan benih, terjadi perubahan-perubahan tertentu dalam bakal benih dan
bakal buah yang meliputi perubahan ukuran benih, kadar air, berat kering, dan vigor benih.

Pada fase pertumbuhan biji kadar air dan berat basah meningkat pesat karena terjadi
histodiferensiasi, sampai biji mencapai matang morfologi. Sebaliknya berat kering biji
meningkat pesat pada fase penghimpunan makanan, sedangkan penambahan berat basah dan
kadar air biji mulai melambat.

Pada fase pemasakan umumnya kadar air mulai berkurang, demikian juga berat basah. Akan
tetapi berat kering terus bertambah sampai masak fisiologi tercapai dimana berat kering
mencapai maksimum Kermode 1990.

Anda mungkin juga menyukai