PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Lijtin : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Citrullus
Species : Citrullus
Vulgaris Schard
Tanaman semangka bersifat menjalar dan mempunyai alat pemegang
seperti sulur. Permukaan tanaman (batang dan daunnya) tertutup bulu-bulu
halus dan tajam (Sunarjono, 2004). Umur buah semangka siap panen tergantung
varietasnya, tetapi umurnya berkisar antara 80-90 hari setelah tanam benih atau
65-75 hari setelah pindah tanam, bahkan ada pula yang pada kisaran 95-100
hari setelah tanam benih.
Berdasarkan klasifikasi warna kulit buah dibedakan menjadi tiga macam
warna yakni hijau muda, hijau tua dan kuning, baik yang polos ataupun
bergaris-garis.
Tanaman semangka termasuk jenis tanaman menjalar atau merambat
dengan perantara alat pemegang berbentuk pilin, dan hidupnya
semusim. Sistem perakarannya menyebar ke samping dan dangkal. Batang
tanaman semangka bersegi dan berambut. Panjang batang antara 1,5-5,0 meter
dan Tanamannya bercabang menjalar di permukaan tanah atau dirambatkan
pada turus dari bilah bamboo (Rukmana, 2006).
1. Persyaratan Benih
a. Perenggangan biji
Perendaman biji dalam suatu satuan obat yang diramu dari bahan-bahan:
c. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
d. Pemupukan
e. Pemindahan Bibit
2.4.1 Persiapan
Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk
kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari hewan
sapi/kerbau dan dipilih pupuk kandang yang sudah matang. Pupuk kandang
berguna untuk membantu memulihkan kondisi tanah yang kurang subur.
Caranya, Ditaburkan disekeliling baris bedengan secara merata. Pupuk
tersebut terdiri atas:
(a) Pupuk Makro yang terdiri dari unsur Nitrogen, Phospor, Kalsium (dibuat
dari pupuk ZA, TSP dan KCl)
(b) Pupuk Mikro yang terdiri dari Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Mangaan
(Mn), Besi (Fe), Belerang (S), Tembaga (Cu), Seng (Zn) Boron (Bo) dan
Molibden (Mo). Pupuk tersebut, dijual dengan beberapa merek seperti
Mikroflex, Microsil dll. Penggunaannya, dicampur 1% obat anti hama penggerek
batang .
2.6.3 Perempelan
2.6.4 Pemupukan
- Pupuk Susulan I :
Pupuk NPK 16-16-16 dilakukan pada usia 10 HST dengan dosis 5
gr/tanaman. Dilarutkan dengan 300 ml air dan dikocorkan pada
pangkal batang.
- Pupuk Susulan II :
Pupuk ZA dilakukan pada usia 14 HST dengan dosis 10 gr/tanaman.
Dilarutkan dengan 400 ml air dan dikocorkan pada pangkal batang.
- Pupuk Susulan III :
Pupuk NPK dan ZA (perbandingan 1 : 2) dilakukan pada usia 18 HST
dengan dosis 15 gr/tanaman. Dilarutkan dengan 600 ml air dan
dikocorkan pada tanaman.
- Pupuk Susulan IV :
Pupuk TSP, ZA dan KCl (perbandingan 2 : 2 : 1) dilakukan pada usia
22 HST dengan dosis 50 gr/lubang. Dilarutkan dengan 500 ml air dan
dikocorkan pada lubang diantara tanaman (lubang yang dibuat
ditengah-tengah antara 2 tanaman). Atau ditaburkan jika kondisi
memungkinkan (tanah basah atau pada musim hujan).
Selain pupuk daun, insktisida dan fungisida, ada obat lain yaitu
ZPT (zat perangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro
(Pm) berbentuk cairan. Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik
(Pm): 10 cc untuk setiap 14- 17 liter pelarut. Penyemprotan campuran
obat dilakukan setelah tanaman berusia >20 hari di lahan. Selanjutnya
dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari. Penyemprotan dilakukan
dengan sprayer untuk areal yang tidak terlalu luas dan menggunakan mesin
bertenaga diesel bila luas lahan ribuan hektar. Penyemprotan dilakukan
pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan kondisi cuaca.
2.10.1 Hama
2.10.2 Thrips
Pengendalian:
2.11 Penyakit
Penyebab :
spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang
terserang.
Gejala :
permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya
menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat
rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu.
Pengendalian:
2.11.3 Antraknosa
Penyebab :
seperti penyakit layu fusarium.
Gejala :
Daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah warna
kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah,
tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan
semakin meluas.
Pengendalian:
- Dilakukan secara non kimia sepeti pengendalian penyakit layu
fusarium.
Penyebab :
Jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang masak
dan aktif setelah buah mulai dipetik.
Pengendalian:
Hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama
pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah dilakukan
pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.
Penyebab :
Virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang pada
daun tanaman.
Gejala :
Daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk,
tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang.
Pengendalian:
sama seperti penyakit layu fusarium. Belum ditemukan obat
yang tepat, sehingga tanaman yang terlanjur terkena di cabut,
supaya tidak menular pada tanaman sehat.
2.11.7 Gulma
2.12 Panen
2. Cara Panen
3. Periode Panen
4. Perkiraan Produksi
1. Pengumpulan
masak.
4) Kelas D: berat ± 2.9 < kondisi sortiran sisa kelas A B dan C.
3. Penyimpanan
5. Pemasaran
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran