Metode analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi
sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan,
terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Analisis data bertujuan untuk
medeskripsikan data sehingga bisa dipahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau menarik
kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan data yang didapatkan dari sampel,
Perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan rumus analisis persediaan
bahan baku yang meliputi perhitungan kuantitas pemesanan bahan baku ekonomis, persediaan
pengaman, titik pemesanan kembali, persediaan maksimal, total biaya persediaan dan efesiensi
biaya.
Langkah-langkah untuk mendapatkan kuantitas pemesanan bahan baku ekonomis atau EOQ
(Economic Order Quantity), dapat dihitung dengan rumus berikut (Haizer & Render, 2015):
EOQ=Q =
¿
√ 2D S
H
Keterangan:
Dari data di atas bisa diketahui jumlah frekuensi pembelian yang seharusnya dilakukan
Persediaan pengaman
Pabrik Tahu UD. Lumayan memiliki tingkat pemakaian bahan baku tidak konstan dan lead
time yang konstan. Persediaan pengaman atau safety stock, dapat dihitung dengan rumus berikut
SS=z √ L( Σ)
Keterangan:
Pabrik tahu UD. Lumayan memiliki tingkat pemakaian bahan baku tidak konstan dan lead
time yang konstan sehingga titik pemesanan kembali atau reader point, dapat dihitung dengan
Keterangan:
Persediaan maksimal atau maximum inventory merupakan batas maksimum persediaan yang
menjumlahkan persediaan pengaman dengan jumlah dengan jumlah pemesanan ekonomis, dapat
¿
MI =SS + Q
Keterangan:
Biaya total persediaan bahan baku kedelai dapat diketahui dengan menggunakan rumus TIC
(Total Inventori Cost), dapat dihitung dengan rumus berikut (Haizer & Render, 2015):
¿
D Q
TIC= ( S ) L+ ( H )
Q¿ 2
Keterangan:
5. Efesiensi biaya
Efesiensi biaya merupakan selisih antara total inventory cost perusahaan sebelum dilakukan
analisis EOQ dengan total inventory cost perusahaan setelah dilakukan analisis EOQ, dapat
Keterangan:
TIC sebelum Q¿ = Total biaya persediaan aktual atau sebelum EOQ (Rp).
TIC setelah Q ¿ = Total biaya persediaan normatif atau setelah EOQ (Rp).
5.2.1 Analisis Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kondisi Aktual Pabrik Tahu UD.
Lumayan
Penentuan kebutuhan bahan baku didasarkan pada pengalaman dan disesuaikan dengan
rencana produksi pada bulan berikutnya. Oleh karena itu pencatatan terhadap semua barang yang
masuk atau keluar dari gudang sangat perlu dilakukan untuk menentukan jumlah persedian awal
maupun akhir dari bahan baku. Pembelian bahan baku kedelai pada tahun 2018 disajikan pada
Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Pembelian Bahan Baku Kedelai Tahun 2018.
No Bulan Pembelian (kg)
1 Januari 5.000
2 Februari 5.400
3 Maret 5.600
4 April 5.500
5 Mei 4.350
6 Juni 5.900
7 Juli 5.800
8 Agustus 5.650
9 September 5.450
10 Oktober 5.100
11 November 4.650
12 Desember 4.550
Jumlah 62.950
Rata-rata 9.685
Sumber: Pabrik Tahu UD. Lumayan 2018.
Dari data Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa pembelian tertinggi bahan baku kedelai terjadi
pada bulan Juni yaitu sekitar 5.900 kg sedangkan pembelian bahan baku kedelai terendah terjadi
Pemakaian bahan baku kedelai dalam sekali proses produksi perusahaan baru diketahui
jumlahnya setelah menjumlahkan berapa banyak pesanan yang harus dibuat. Berdasarkan data
rencana produksi tersebut perusahaan dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku yang
dipakai untuk selanjutnya dilakukan pemesanan. Waktu tunggu pengadaan bahan baku yang
diperlukan Pabrik Tahu UD. Lumayan adalah dua hari dengan asumsi tidak terjadi hal-hal di luar
Pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan produksi terkadang tidak sama dengan
perencanaan awal. Faktor yang mempengaruhi antara lain kesalahan pada potongan tahu dan
jumlah pembelian eceran yang meningkat. Pemakaian bahan baku kedelai selama periode 2018
Dari data Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pemakaian tertinggi bahan baku kedelai terjadi
pada bulan Juni yaitu sebesar 6.000 kg karena pada bulan tersebut permintaan pasar tinggi
sehingga produksi meningkat. Pemakaian bahan baku kedelai terendah terjadi pada bulan Mei
Kuantitas pemesanan dan tingkat persediaan rata-rata bahan baku kedelai berdasarkan
Dari data Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa perusahaan melakukan persediaan dengan
1. Fluctuation stock, dari data di atas dapat dilihat bahwa perusahaan selalu mengadakan
persediaan awal bahan baku yang lebih besar daripada pemakaian sehingga perusahaan bisa
melakukan persediaan untuk fluktuasi permintaan dari pelanggan yang tidak dapat
2. Fungsi batch stock atau lot size inventory hal ini sebabkan karena perusahaan melakukan
pembelian dalam kuantitas yang lebih besar. Perusahaan harus mempertimbangkan beberapa
hal yaitu penghematan-penghematan atau potongan pembelian, biaya angkutan per unit
menjadi lebih murah dan biaya-biaya yang timbul akibat besarnya persediaan. Persediaan ini
sering kali disebut sebagai persediaan maksimum (maximum inventory). Dari data di atas
musiman. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perusahaan perlu melakukan persediaan
pengaman (safety stock). Dari data di atas dapat diketahui perusahaan melakukan persediaan
Secara umum, total biaya persediaan perusahaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan. Perhitungan biaya pemesanan per pesanan bahan baku kedelai secara rinci
dikemukakan pada Lampiran 1. Komponen biaya pemesanan bahan baku kedelai disajikan pada
Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Komponen Biaya Pemesanan per Pesanan Bahan Baku Kedelai
Tahun 2018.
Biaya Pemesanan per Pesanan
No Komponen Biaya
(Rp/Pesanan)
Perhitungan biaya penyimpanan bahan baku kedelai per kg per tahun secara rinci
dikemukakan pada Lampiran 2. Komponen biaya penyimpanan bahan baku kedelai disajikan
Total biaya persediaan bahan baku per tahun adalah total biaya pemesanan ditambah total
biaya penyimpanan per tahun. Total biaya pemesanan diperoleh dari banyaknya pesanan dikali
biaya pemesanan per pesan selama setahun, sedangkan total biaya penyimpanan diperoleh
dengan mengalikan biaya penyimpanan per kilogram per tahun dengan tingkat persediaan rata-
rata yang disimpan. Jumlah persediaan yang disimpan merupakan jumlah persediaan rata-rata
yang diperoleh dari penjumlahan persediaan awal dan persediaan akhir dibagi dua. Penghitungan
total biaya persediaan bahan baku kedelai secara rinci dikemukakan pada Lampiran 3. Total
biaya persediaan bahan baku kedelai Pabrik Tahu UD. Lumayan secara aktual pada tahun 2018
adalah sebesar Rp 10.522.529,34. Semakin besar jumlah persediaan yang disimpan di gudang
maka semakin besar pula biaya penyimpanannya dan semakin besar frekuensi pemesanan yang
Untuk menghitung jumlah pemesanan bahan baku ekonomis setiap kali pemesanan yang
seharusnya dilakukan oleh Pabrik Tahu UD. Lumayan, maka perlu diketahui data yang
dibutuhkan di antaranya permintaan tahunan satuan unit bahan baku, biaya pesanan setiap
pesanan dan biaya penyimpanan per unit per tahun. Adapun data dari Pabrik Tahu UD. Lumayan
2. Biaya pemesanan bahan baku kedelai per pesanan adalah sebesar 255.700 (S).
3. Biaya penyimpanan bahan baku kedelai per pesanan adalah sebesar 622,14 (H).
Berdasarkan data di atas maka dapat dihitung kuantitas pemesanan bahan baku ekonomis
Q¿ = √
2 D S √2 ×64.250 ×255.700
¿
H 622,14
¿ √ 52.818.595,01
¿ 7.267,30
Frekuensi pembelian bahan baku kedelai yang ekonomis pada tahun 2018 adalah:
D 64.250
I= ¿
Q¿ 7.267,30
¿ 8,84
¿9
Jarak waktu antar pembelian bahan baku kedelai Pabrik Tahu UD. Lumayan pada tahun
¿
Q 7.267,30
T =W ¿ 365
D 64.250
¿42,29 hari
¿ 42 hari (pembulatan)
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui kuantitas pembelian bahan baku kedelai
yang ekonomis pada tahun 2018 adalah sebesar 7.267,30 kg dengan frekuensi pembelian
sebanyak 9 kali dalam setahun dan jarak antar pembelian selama 42 hari. Berdasarkan hasil
perhitungan jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis (EOQ) dapat diketahui kuantitas
pembelian bahan baku kedelai yang ekonomis adalah sebesar 7.267,30 kg dengan frekuensi
pembelian sebanyak 9 kali dalam setahun dan jarak antar pembelian selama 42 hari. Semakin
besar frekuensi pemesanan maka semakin besar pula biaya pemesanan yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan. Frekuensi pembelian bahan baku kedelai berdasarkan metode EOQ lebih jarang
dilakukan dibandingkan dengan frekuensi pembelian yang telah dilakukan perusahaan. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa, persediaan bahan baku kedelai pada Pabrik Tahu UD.
Lumayan belum optimal dengan selisih jumlah sebesar 4.713,70 kg. Persediaan bahan baku
kedelai yang tidak optimal tersebut dapat menyebabkan Pabrik Tahu UD. Lumayan bisa
kehabisan stock sehingga tidak mampu melakukan proses produksi secara optimal untuk
memenuhi permintaan konsumen. Berdasarkan fungsinya persediaan bahan baku yang terdapat
di Pabrik Tahu UD. Lumayan adalah jenis fluctuation stock. Hal ini sesuai dengan Rangkuti
(2002), yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang
2. Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman atau safety stock merupakan persediaan yang diadakan untuk
kembali. Untuk menghitung besarnya persediaan pengaman maka data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Standar deviasi dari tingkat pemakaian bahan baku adalah 502,48 kg.
Dengan demikian maka dapat dihitung besarnya persediaan pengaman sebagai berikut:
¿ 2,33 √ 2(502,48)
¿ 1.655,73
Berdasarkan hasil perhitungan persediaan pengaman (Safety Stock) yang perlu dipesan
untuk menghindari kerusakan atau kehabisan bahan baku kedelai pada Pabrik Tahu UD.
Lumayan adalah 1.655,73 kg. Apabila perusahaan tidak menyiapkan kedelai sebanyak 1.655,73
kg, maka asumsinya kegiatan produksi akan terhambat sehingga tidak ada pemasukan dari
perusahaan. Persediaan pengaman sebesar 1.655,73 kg ini merupakan persediaan minimum yang
harus tersedia dengan adanya safety stock maka perusahaan dapat menghindari resiko kehabisan
bahan baku yang dapat ditimbulkan karena keterlambatan dan ketidakpastian kedatangan bahan
baku. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Puspika (2013), bahwa safety stock ini sebagai
kontrol terhadap persediaan agar lebih terkendali dan mencegah terjadinya kehabisan stock.
melakukan pembelian bahan baku kembali sehingga datangnya bahan baku tepat dengan
habisnya persediaan pengaman bahan baku di gudang. Untuk menghitung besarnya titik
Besarnya titik pemesanan kembali dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
¿ 330 ×2+1.655,73
¿ 2.315,73
bahwa ketika jumlah persediaan bahan baku kedelai di gudang mencapai jumlah 2.315,73 kg,
maka Pabrik Tahu UD. Lumayan harus melakukan pemesanan kembali. Pemesanan kembali
bahan baku bertujuan untuk mencegah terjadinya kekurangan persediaan bahan baku di gudang
penyimpanan yang mengakibatkan terganggunya proses produksi yang berakibat pada hilangnya
kesempatan memperoleh keuntungan. Jadi saat persediaan bahan baku benar-benar habis,
pesanan bahan baku yang telah dipesan selama waktu tunggu sudah tiba di gudang sehingga
proses produksi dapat berjalan lancar dan tidak terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rangkuti (2002), untuk menentukan reorder point maka faktor-faktor yang harus diperhatikan
yaitu penggunaan bahan baku selama tenggang waktu mendapatkan bahan baku kembali dan
4. Persediaan Maksimal
Persediaan maksimal atau maximum inventory adalah jumlah persedian tertinggi yang
besarnya persediaan pengaman (safety stock) dengan jumlah pembelian ekonomis (EOQ).
MI =SS+Q ¿
¿ 1.655,73+7.267,30
¿ 8.923,03
bahwa persediaan maksimal yang diperbolehkan untuk dilakukan oleh perusahaan adalah sebesar
8.923,03 kg, sedangkan persediaan maksimal secara aktual yang dilakukan oleh Pabrik Tahu
UD. Lumayan adalah sebesar 9.900 kg. Penentuan persediaan maksimal dilakukan agar
perusahaan tidak melakukan persediaan secara berlebihan sehingga biaya penyimpanan dapat
diminimalisir dan bisa dialokasikan untuk keperluan perusahaan yang lain. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rangkuti (2002), bahwa perhitungan maximum inventory dilakukan agar persediaan
bahan baku tidak terlalu besar sehingga total biaya persediaan atau total inventory cost yang
Total biaya persediaan atau total inventory cost (TIC) merupakan total biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan. Total biaya persediaan dapat diketahui dengan menjumlahkan kedua
biaya variabel yaitu biaya pemesanan per tahun dan biaya penyimpanan per tahun. Untuk
menghitung total biaya persediaan maka data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
2. Kuantitas pembelian bahan baku kedelai yang ekonomis selama tahun 2018 adalah sebesar
3. Biaya pemesanan bahan baku kedelai per pesanan adalah sebesar Rp 255.700 (S).
4. Lead time atau waktu tunggu selama 2 hari (L).
5. Biaya penyimpanan bahan baku kedelai per pesanan adalah sebesar Rp 622,14 (H).
Sehingga dapat dihitung besarnya total biaya persediaan atau total inventory cost bahan
baku kedelai Pabrik Tahu UD. Lumayan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:
D Q¿
TIC= ¿ ( S ) L+ ( H )
Q 2
62.950 7.267,30
¿ ( 255.700 ) 2+ (622,14)
7.267,30 2
¿ 6.690 .431,37
Berdasarkan hasil perhitungan Total Inventory Cost (TIC) EOQ diperoleh nilai yaitu
sebesar Rp 6.690.413,37 sedangkan Total Inventory Cost (TIC) menurut perhitungan Pabrik
Tahu UD. Lumayan sebesar Rp 10.522.259,34. Jadi, dapat diketahui bahwa nilai TIC menurut
perhitungan Pabrik Tahu UD. Lumayan lebih besar dari pada perhitungan TIC EOQ, maka biaya
total yang dikeluarkan oleh Pabrik Tahu UD. Lumayan dalam melakukan persediaan bahan baku
belum optimal dengan selisih yaitu sebesar Rp 3.831.845,97. Hal ini menyebabkan Pabrik Tahu
Efesiensi persediaan bahan baku merupakan selisih antara total inventory cost dan
perusahaan sebelum dilakukan analisis EOQ dengan total inventory cost perusahaan setelah
dilakukan analisis EOQ, sehingga dapat dihitung besarnya efisiensi biaya persediaan bahan baku
kedelai Pabrik Tahu UD. Lumayan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:
¿ Rp 10.522.259,34 – Rp 6.690.431,37
¿ Rp 3.831.827,97
Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi persediaan bahan baku dapat diketahui adanya
penurunan biaya setelah dilakukan analisis persediaan bahan baku yang ekonomis (EOQ) sebesar
Rp 3.831.827,97. Pabrik Tahu UD. Lumayan dapat melakukan efisiensi terhadap biaya
Metode yang telah dilakukan perusahaan secara aktual dapat dibandingkan dengan metode
analisis persediaan bahan baku yang ekonomis (EOQ), yaitu dengan mengetahui hasil
perbandingannya, perusahaan akan mengetahui metode mana yang menghasilkan biaya paling
minimum dan lebih efektif bagi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Tabel 5.8 Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Kondisi Aktual
Perusahaan dengan Biaya Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Analisis
Persediaan Bahan Baku yang Ekonomis (EOQ).
Persediaan Berdasarkan
Rata-rata Analisis Efisiensi
Presentas
Analisis Yang Persediaan e
di Lakukan Bahan Baku Unit (%)
yang
Perusahaan Ekonomis
Jumlah EOQ(kg) 11.981 7.267,30
Pembelia Frekuensi
n (kali) 12 9
Ekonomis
Safety
Stock (kg) 5.525 1.655,73 3.869,27 0,70
Reoeder
Point (kg) 7.038 2.315,73 4.722 0,67
Maximum
Inventory
(kg) 9.900 8.923,03 977 0,10
Total Inventory 10.522.259,3 6.690.431,3 3.831.827,9
Cost (Rp) 4 7 7 0,36
Dari data Tabel 5.8 secara keseluruhan perbandingan metode EOQ dengan kondisi aktual
perusahaan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode EOQ perusahaan akan
mengeluarkan total biaya persediaan lebih kecil dibandingkan dengan berdasarkan kondisi aktual