Proposal Penelitian
Oleh :
Muhammad Sholehuddin Toha
NIM. 202023006
Puji syukur atas Ridho Allah Subhanahuwata’ala, berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal ini dengan sebaik-baiknya.
Serta tidak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Adapun judul proposal ini “Komparasi Budidaya Usaha Padi Organik dan
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh nilai Ujian Tengah
Saleh Situbondo.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang selama ini telah memberikan dukungan penuh secara moril
dan material serta selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang yang tiada
ekonom, yang telah meluangkan waktu dan pikiran guna memberikan bimbingan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan yang
harus di sempurnakan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran
Penulis ,
Muh. Sholehuddin T.
DAFTAR ISI
......................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................12
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................12
1.4 Kegunaan Penelitian..........................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................14
2.1 Pertanian Organik.........................................................................................14
2.2 Pertanian padi Non Organik..........................................................................15
2.3 Landasan Teori..............................................................................................17
2.4 Biaya.............................................................................................................17
2.5 Produksi........................................................................................................18
2.6 Penerimaan....................................................................................................19
2.7 Harga.............................................................................................................19
2.8 Pendapatan....................................................................................................20
2.9 Analisis Risiko..............................................................................................21
2.10 Penelitian Terdahulu.....................................................................................23
2.11 Kerangka Pemikiran......................................................................................24
2.12 Hipotesis Penelitian......................................................................................26
BAB III METODELOGI PENELITIAN....................................................................28
3.1 Metode Penelitian..............................................................................................28
3.2 Metode Penentuan Daerah Penelitian................................................................28
3.3 Metode Pengambilan Sampel............................................................................28
3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................................29
3.5 Metode Analisis Data.........................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Kebutuhan akan pangan yakni beras di
Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, namun hal
kekurangan pangan. Keadaan ini memberi pemikiran baru yang kemudian lahirlah
pestisida, pupuk, dan hebrisida kimia yang tujuannya untuk meningkatkan produksi
pangan. Revolusi hijau terbukti mampu memberi pengaruh besar terhadap pangan
Indonesia, sehingga pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada beras
(Arifin, 2005).
negatif, penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara terus menerus pada
lahan pertanian yang mengakibatkan menurunnya struktur dan komposisi unsur hara
serta kesuburan tanah secara tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat produksi.
Selain itu, penggunaan pestisida juga berakibat buruk pada lingkungan karena
menimbulkan efek residu yang berbahaya bagi makhluk hidup, oleh sebab itu petani
dalam skala kecil. Pertanian organik pada umumnya, yaitu memproduksi bahan
pangan yang aman bagi kesahatan dan ramah lingkungan. Beberapa komoditas
lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta
baik bagi stuktur tanah, sehingga perakaran tanaman sulit menembusnya (Untung,
2007)
karena produk yang dihasilkan bebas residu pestisida dan pupuk kimia, selain ramah
lingkungan, biaya untuk pertanian organik pun sangat rendah karena pupuk dan
pestisida yang digunakan berasal dari alam sekitar petani. Bila harus beli, harganya
Jawa timur adalah salah satu provinsi sentra produksi padi sawah di
Indonesia, jawa timur merupakan salah satu lumbung penghasil padi sawah di
Padi Padi
Kabupaten/Kota Sawah Sawah
Produktiv Produk
Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(ton) itas (ton) itas
(ha) (kw/ha) (ha) (kw/
Kabupaten
Pacitan 23 261.6 120 134.0 51.64 17 738,0 65 114,0 3
Ponorogo 75 046.4 432 485.0 57.63 970 3 191,0
Trenggalek 26 566.1 167 690.0 63.12 3 747,0 13 410,0 3
Tulungagung 53 334.4 295 498.0 55.4 4 308,0 17 634,0 4
Blitar 51 461.0 291 959.0 56.73 8 345,0 41 030,0 4
Kediri 50 051.8 267 043.0 53.35 301 1 011,0 3
Malang 67 180.8 421 214.0 62.7 2 958,0 13 734,0 4
Lumajang 75 693.9 437 054.0 57.74 3 366,0 13 342,0 3
Jember 161 640.3 910 979.0 56.36 1 453,0 6 013,0 4
Banyuwangi 120 430.3 772 429.0 64.14 736 3 938,0 5
Bondowoso 79 018.4 399 426.0 50.55 5 997,0 19 230,0 3
Situbondo 52 593.0 294 043.0 55.91 4 614,0 21 217,0 4
Probolinggo 53 910.6 244 924.0 45.43 5 464,0 17 503,0 3
Pasuruan 111 194.4 692 520.0 62.28 7 558,0 35 128,0 4
Sidoarjo 33 106.5 204 425.0 61.75 - -
Mojokerto 55 721.7 333 511.0 59.85 976 5 595,0 5
Jombang 75 469.1 444 741.0 58.93 784 4 139,0 5
Nganjuk 86 899.5 503 707.0 57.96 4 978,0 18 667,0
Madiun 81 144.6 513 384.0 63.27 4 983,0 23 592,0 4
Magetan 51 858.9 337 652.0 65.11 1 580,0 6 411,0 4
Ngawi 131 700.8 751 885.0 57.09 1 784,0 7 836,0 4
Bojonegoro 146 010.5 802 258.0 54.95 11 969,0 50 411,0 4
Tuban 95 367.5 556 049.0 58.31 2 166,0 11 349,0
Lamongan 144 362.3 887 072.0 61.45 7 503,0 37 861,0 5
Gresik 67 903.6 445 099.0 65.55 60 331 5
Bangkalan 46 874.0 300 218.0 64.05 5 913,0 31 457,0
Sampang 36 568.6 189 258.0 51.75 24 599,0 96 589,0 3
Pamekasan 21 985.6 110 044.0 50.05 9 303,0 41 302,0
Sumenep 44 668.2 221 707.0 49.63 4 002,0 17 090,0
Kota
Kediri 1 821.6 8 449.0 46.38 1 4
Blitar 1 317.2 6 105.0 46.35 - -
Malang 2 055.6 13 650.0 66.4 - -
Probolinggo 1 806.4 10 160.0 56.24 521 2 786,0 5
Pasuruan 2 716.3 15 721.0 57.88 - -
Mojokerto 906.3 4 975.0 54.89 - -
Madiun 2 457.7 12 987.0 52.84 - -
Surabaya 1 855.7 9 685.0 52.19 143 -
Batu 450.8 2 653.0 58.85 - -
Jawa Timur 2 136 412.0 12 432 793.0 58.19 148 820,0 627 671,0 4
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah dan Padi Ladang
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2017
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur
Dari tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa jawa timur merupakan salah satu
provinsi produksi padi di indonesia, selain itu provinsi jawa timur memiliki
produksi padi organik antara lain ialah salah satu sentra produksi padi organik
penyumbang produksi padi sawah di Jawa Timur, dan bahkan pada tahun 2017
45.98kw/ha. Selain itu Kabupaten Situbondo memiliki usaha padi organik dan non
organik. Usaha padi organik dan non organik ini berada di kecamatan besuki khusus
nya di desa Sumberejo, dan diantara desa-desa yang ada di kecamatan besuki
kabupaten Situbondo Desa Sumberejo lah yang memiliki usaha padi organik dan
non organik. Oleh karena itu peneliti menentukan Desa Sumberejo sebagai Daerah
lahan padi yang berbeda-beda hal ini dapat di lihat pada table 2 di bawah :
Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang Menurut Kecamatan
di Kabupaten Situbondo, 2015
Harvested Area and Production of Wetland and Dryland Paddy by Subdistrict in
Situbondo Regency, 2015
Padi Sawah/
Wetland Padi Ladang/ Dryland
Paddy Paddy
Kecamatan/
Luas Produksi/ Luas Produksi/
Subdistrict
panen/Harve Production panen/Harve Productio
sted Area (Kw) sted Area n (Kw)
(Ha) (Ha)
1 Sumbermalang 1 231 69 332 380.00 16 131
2 Jatibanteng 1 209 68 021 235.00 9 807
3 Banyuglugur 650.00 37 635 - -
4 Besuki 4 212 239 086 - -
5 Suboh 2 481 141 895 50.00 2 087
6 Mlandingan 4 915 278 939 - -
7 Bungatan 2 600 147 980 882.00 36 806
8 Kendit 3 086 176 440 228.00 9 546
9 Panarukan 6 523 369 032 - -
1 Situbondo 1 159 65 923 31.00 1 294
0
1 Mangaran 4 139 236 838 - -
1
1 Panji 3 502 196 344 - -
2
1 Kapongan 5 394 303 293 94.00 4 408
3
1 Arjasa 4 634 259 739 1 209 50 452
4
1 Jangkar 2 293 129 007 423.00 18 036
5
1 Asembagus 2 298 131 244 525.00 23 989
6
1 Banyuputih 2 903 166 143 1 425 59 465
7
Jumlah 53 229 3 016 891 5 482 232 020
Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo terdapat luas lahan 4.212Ha dan memiliki
luas lahan sawah terbesar ke enam diantara kecamatan lain nya di kabupaten
pertanian, terutama pertanian padi sawah, sehingga di sepanjang jalan khusus nya
kecamatan besuki adalah lahan pertanian. Usaha padi organik dan non organik juga
sebagai mata pencaharian utama bagi petani karena pendapatan usahatani padi
organik dan non organik memberikan keuntungan pada ekonomi keluarga petani.
Prospek usaha padi organik dan anorganik di desa sumberejo cukup besar
melakukan perhitungan ekonomi namun tidak dilakukan secara tertulis dan masih
yang diusahakannya.
Seperti usaha pada umumnya, usahatani padi juga merupakan usaha yang
memiliki banyak risiko, antara lain adalah risiko produksi dan risiko harga
dalam usahatani padi adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi produksi yang
penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja.
Terkhusus pada harga faktor produksi padi non organik yang mahal dan menyita
banyak curahan tenaga kerja terlebih dalam pengendalian hama dan penyakit
membuat risiko terhadap padi non organik tinggi. Semakin luas areal lahan yang
diusahakan oleh petani maka dimungkinkan semakin besar pula risiko yang harus
ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko (risk events) dan kejadian yang
tidak pasti (uncertainty events). Risiko produksi pertanian lebih besar dibandingkan
risiko non pertanian, karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam seperti cuaca,
hama penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Selain alam, risiko dapat ditimbulkan
oleh kegiatan pemasaran. Risiko hargadisebabkan karena harga pasar tidak dapat
dikuasai petani. Fluktuasi harga lebih sering terjadi pada hasil-hasil pertanian. Besar
kecilnya risiko yang dihadapi oleh petani akan berdampak pada tingkat produksi
dan pendapatan yang diperoleh petani. Adanya risiko tersebut berdampak pada
tingkat pendapatan petani. Semakin tinggi risiko yang dihadapi oleh petani, maka
memiliki prospek yang baik namun dilihat dari usaha tani padi organik yang begitu
sulit untuk diterapkan hal ini berarti pada usahatani padi organik dan non organik
memiliki risiko didalamnya. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang
usahatani serta tingkat risiko yang terjadi pada usahatani padi organik maupun non
organik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah yang
1. Bagaimana perbandingan analisis usahatani padi organik dan non organik dilihat
2. Berapa besar tingkat risiko harga yang dihadapi oleh petani padiorganik dan non
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas , maka tujuan dari
Sumberejo.
2. Untuk menganalisa besarnya tingkat risiko harga yang dihadapi oleh
ilmu pengetahuan.
5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bagi tanaman dan mengendalikan serangan hama dengan cara lain di luar cara
lewat perkawinan silang secara alami yang melibatkan benih varietas lokal.
Persilangan tersebut yaitu antara varietas pandan wang dan lusi. Pandan
wangi dengan wanginya yang sangat khas dan lusi dengan sifat pulennya yang
organism) sehingga sangat aman untuk dikonsumsi semua orang. Oleh karena
itu beras organik (organic rice) Cintanur jika dimasak rasanya sangat enak.
Wangi sekaligus sangat pulen. Beras organik cintanur bahkan lebih pulen
daripada beras organik pandan wangi, dengan tingkat aroma wangi yang
baunya, beras organik ciherang tidak berbau wangi, berbeda dengan beras
karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras
dikenal lebih produktif dari beras organik varietas lain (Mulyawan, 2011).
pada beras organik yang lebih putih dibandingkan dengan beras non organik
serta nasi dari beras organik lebih bertahan lama (Isdiayanti, 2007).
mengolah tanah dan memanen hasil. Paket pertanian anorganik tersebut yang
lingkungan. Selain itu, residu yang dihasilkan oleh bahan-bahan kimia yang
digunakan oleh pertanian anorganik telah mencemari air tanah sebagai sumber
air minum yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Hasil produk pertanian
anorganik juga berbahaya bagi kesehatan manusia yang merupakan akibat
hasil panen yang dihasilkan. Semakin banyak hasil panen yang dihasilkan,
merupakan bagian dari revolusi hijau yang terjadi pada zaman orde baru untuk
Revolusi hijau di Indonesia terjadi pada dekade 1980-an. Pada saat itu,
sekitar sebagai modal agar memberikan manfaat yang baik. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
budidaya padi yang dilakukan dan sebagai bahan evaluasi faktor-faktor yang
2.4 Biaya
1. Biaya tetap (fixed cost) umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif
banyak atau sedikit. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya
waktu yang lama atau beberapa kali proses produksi/musim tanam. Pada
modal tetap untuk dapat menggantikannya lagi apabila modal tetap ini tiba
1982)
2.5 Produksi
total sama dengan biaya tetap yang ditambah dengan biaya variabel. Biaya
tetap (fixed cost) merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung pada
pinjaman, bahkan pada saat perusahaan tidak berproduksi (Q = 0), biaya tetap
harus dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Biaya variabel (variable cost)
adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi, contohnya upah
yang diterima dari penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang
serta tidak dihitung nilai produk yang dikonsumsi sendiri (Soekartawi, 2011).
tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total
2.7 Harga
Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai
ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya
penawaran pasar.
Harga merupakan salah satu faktor penting dalam produksi pertanian
harga merupakan salah satu gejala ekonomi yang berhubungan dengan pelaku
kewaktu sangat di tentukan oleh kedua kekuatan tersebut dan juga ada
kebijakan pemerintah.
2.8 Pendapatan
2006).
selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, baik produksi yang tidak
dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang
(Sudjarmoko, 1999).
(deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995)
variation).
dapat diketahui terlebih dahulu. Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa
hasil pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit
keuntungan besar dan rantai pemasaran yang panjang sehingga terjadi turun
rasional enggan menanggung risiko terlebih petani kecil; dengan kata lain,
dalam berusahatani ada yang berani terhadap risiko (risk lover), ada yang
enggan terhadap risiko (risk averter), dan ada yang netral terhadap risiko (risk
Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha
ditanggung petani. Selain itu penentuan batas bawah sangat penting dalam
digunakan untuk usahatani padi organik sebesar Rp. 3.026.746,39 per hektar
dan biaya tetap Rp. 172.914,29 per hektar sehingga diperoleh biaya total Rp.
Rp. 3.957.088,44 per hektar dan biaya tetap Rp. 156.507,54 per hektar
sehingga diperoleh biaya total Rp. 4.113.595,98 per hektar. Hal ini
anorganik lebih besar dibanding usahatani padi organik. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani padi anorganik
berupa biaya pupuk dan biaya obat-obatan yang lebih besar dibanding pada
usahatani padi organik. Adapun biaya pupuk dan biaya obat-obatannya lebih
besar dibanding pada usahatani padi organik karena harga obat-obatan yang
dipakai memang lebih mahal dan dari segi jenis yang dipakai juga lebih
organik di pasaran lebih tinggi dibanding harga padi anorganik dan biaya
anorganik.
produksi padi sawah. Dengan kata lain budidaya seperti ini dikenal sebagai
upaya dalam peningkatan produktivitas dengan dilihat dari sisi baik untuk
kesehatan dan lingkungan hidup. Namun untuk memenuhi kebutuhan beras,
Ditinjau dari sisi produksi, perbedaan input produksi padi organik dan
non organik hanya terletak pada penggunaan pupuk, pestisida dan zat
perangsang tumbuh. Apabila ditinjau dari segi total biaya produksi, maka
pada umumnya biaya produksi dari budidaya padi organik relatif lebih sedikit
daripada biaya produksi padi non organik. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya biaya yang dikeluarkan oleh para petani padi organik untuk
membeli pupuk dan pestisida kimia yang harganya lebih mahal daripada
pupuk dan pestisida organik. Selain itu, apabila ditinjau dari segi harga jual
beras yang dihasilkan dari kedua jenis budidaya padi sawah tersebut diketahui
bahwa harga jual beras organik relatif lebih mahal daripada beras non organik.
Proses produksi padi organik dan padi non organik memerlukan biaya
– biaya input produksi yakni biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
Produksi padi dikali dengan harga jual padi merupakan penerimaan petani.
Bila penerimaan tersebut dikurang dengan total biaya maka akan mejadikan
biaya serta pendapatan yang berbeda. Dengan besarnya biaya total yang
diterima petani akan berdampak pada besar pendapatan yang akan diterima
petani. Selain total biaya dan pendapatan, penerimaan juga mengandung risiko
karena perbedaan harga yang berlaku dipetani dan tergantung pula pada
untuk melihat seberapa besar peluang terjadinya kerugian dari tiga apek
berikut :
Usahatani
Penerimaan Penerimaaan
Pendapa Pendapatan
tan
1. Terdapat perbedaan usahatani padi organik dan non organik dilihat biaya
2. Besarnya risiko ekonomi harga pada usahatani padi organik lebih tinggi
METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus (case study)
yaitu penelitian yang digunakan dengan melihat langsung kelapangan, karena study
kasus merupakan metode yang menjelaskan jenis penelitian mengenai study objek
tertentu selama kurun waktu, atau suatu fenomena yang ditentukan pada suatu tempat
Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa daerah
antara petani organik dan petani anorganik yang terdapat di Desa Lubuk Bayas.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 15 orang petani organik dan 15 petani
1. Observasi, teknik ini dipergunakan sebagai salah satu alat pengumpulan data
kuisioner.
Biaya produksi usahatani padi organik dihitung dengan rumus berikut ini :
TC = FC + VC
non organik
(Suratiyah, 2009)
Pd = TR – TC
(Rp)
Setelah mendapatkan hasil dari pendapatan rata – rata, dilakukan uji beda
paling sesuai untuk membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel
Kriteria uji :
a. Risiko