) SISTEM JAJAR
LEGOWO DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI
SUKAMANDI KABUPATEN SUBANG
Oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2020
i
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PADI (ORIZA SATIVA L.) SISTEM JAJAR
LEGOWO DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI
SUKAMANDI KABUPATEN SUBANG
Oleh:
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas curahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Usulan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul ”Teknik
Budidaya Tanaman Padi (Oriza Sativa L.) Sistem Jajar Legowo Di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Kabupaten Subang” dapat tersusun.
Dalam penyusunan Usulan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan, yang telah berkenan
memberikan ijin untuk melaksanakan Pratik Kerja Lapangan.
2. Ubad Badrudin, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
Usulan Pratik Kerja Lapangan.
3. Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi beserta staf yang
telah memberikan ijin dan fasilitas untuk melaksanakan Pratik Kerja
Lapangan.
4. Kedua orang tua dan keluarga besar, yang telah memberikan semangat dan
bantuan dalam penyusunan Usulan Pratik Kerja Lapangan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Usulan Pratik Kerja
Lapangan.
Demikian Usulan Pratik Kerja Lapangan ini, penulis menyadari bahwa
Usulan Pratik Kerja Lapangan ini masih kurang sempurna. Penulis berharap
semoga Usulan Pratik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Penulis
iii
DAFRTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.............................................. Error! Bookmark not defined.
iv
3.3. Metode Praktik Kerja Lapangan ........................................................ 18
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan sistem tanam jajar legowo maka tanaman padi pada barisan
tanaman terluar memperoleh ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus sirkulasi
udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu,
upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih
mudah (Dirjen Tanaman Pangan, 2016).
Berdasarkan hasil Survei Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT) tahun
2017, rumah tangga petani padi sawah di Jawa Tengah sebagian besar masih
menggunakan sistem tanam tegel yaitu sebesar 61,97 persen, sedangkan yang
menerapkan sistem tanam jajar legowo hanya sebesar 32,05 persen. Padahal, rata-
rata produktivitas padi sawah yang dihasilkan dengan menggunakan teknik
budidaya jajar legowo lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata produktivitas padi
sawah yang menggunakan sistem tegel. Produktivitas padi sawah yang dihasilkan
dengan sistem tanam jajar legowo mencapai 54,48 ku/ha. Sementara itu,
produktivitas padi sawah yang ditanam dengan sistem tegel hanya mencapai 47,68
ku/ha. (Prasetyo, 2019)
Adapun sistem tanam legowo yang digunakan adalah jajar legowo (2 : 1)
adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu
barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris
sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar
barisan. Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris
tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak
tanaman antar barisan. Jajar legowo (4 : 1) adalah caratanam padi dimana setiap
empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua
kali dari jarak tanaman antar barisan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
2013).
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka akan dilaksanakan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) mengenai budidaya tanaman padi sitem jajar
legowo di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Kabupaten Subang.
3
2. Akar serabut (akar adventif); setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar
serabut akan tumbuh.
3. Akar rambut; merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan akar
serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada di luar, dan ini
penting dalam pengisapan air maupun zat-zat makanan. Akar serabut biasanya
berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya sama dengan akar serabut.
4. Akar tajuk (crown roots); adalah akar yang tumbuh dari ruas batang terendah.
Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah yaitu
akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan udara di dalam tanah
rendah, maka akar-akar dangkal mudah berkembang.
terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daunbendera.
Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun bendera, di situlah
timbul ruas yang menjadi bulir padi.
Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat
satu batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu
sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma
ini timbul tunas yang disebut tunasorde pertama.
1. Helaian daun ; terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya
memanjang seperti pita. Panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas
padi yang bersangkutan.
2. Pelepah daun (upih) ;merupakan bagian daun yang menyelubungi batang,
pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang
jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.
3. Lidah daun ; lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih.
Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi. Lidah daun
duduknya melekat pada batang. Fungsi lidah daun adalah mencegah
masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun (upih). Disamping itu
lidah daun juga mencegah infeksi penyakit, sebab media air memudahkan
penyebaran penyakit.
Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptile.
Koleopti lkeluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai
permukaan air. koleoptil baru membuka, kemudian diikuti keluarnya daun
pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun
bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga. Daun bendera
merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun
lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun bendera ini terletak di bawah malai
padi. Daun padi mula-mula berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi
daun. Daun pertama pada batang keluar bersamaan dengan timbulnya tunas (calon
daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun
baru) mempunyai selang waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul daun
baru lainnya (Herawati, 2012).
4. Bunga
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada
batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara
bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku148yang terakhir inilah
biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan
menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara
20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai
berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang
terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan
mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa
mencapai100-120 bunga.
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6
buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala
putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu
(Herawati, 2012).
Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah:
1. sari
2. tangkai sari,
3. palea (belahan yang besar),
4. lemma (belahan yang kecil)
5. kepala putik,
6. tangkai bunga.
5. Buah
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya
bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini
terjadi setelah selesai penyerbukkan dan pembuahan. Lemma dan palea serta
bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah.
Jika bunga padi telah dewasa, kedua belahan kembang mahkota (palea dan
lemmanya) yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya sedemikian
rupa sehingga antara lemma dan palea terjadi siku/sudut sebesar 30-600.
Membukanya kedua belahan kembang mahkota itu terjadi pada umumnya pada
hari-hari cerah antara jam 10-12, dimana suhu kira-kira 30-320C. Di dalam dua
daun mahkota palea dan lemma itu terdapat bagian dalam dari bunga padi yang
terdiri dari bakal buah (Herawati, 2012)
2.3. Teknik Budidaya Padi
1. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Padi dapat tumbuh dalam iklim yang beragam, tumbuh di daerah tropis
dan subtropis pada 45°LU dan 45°LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi
dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah
200mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Di dataran rendah padi memerlukan
ketinggian 0 – 650 mdpl dengan temperatur 22-27°C, sedangkan di dataran tinggi
650-1500 mdpl dengan temperatur 19-23°C. Tanaman padi memerlukan
penyinaran penuh tanpa naungan. Angin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman padi yaitu dalam penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang
akan merobohkan tanaman. Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah
yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air (Herawati, 2012).
2. Tanah
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau yang memiliki
lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Mengendaki tanah lumpur yang
subur dengan ketebalan 18-22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Kondisi
yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porisitas
10
tanag yang rendah dan tingkat keasaman yang netral, sumber air alam, serta
kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Herawati, 2012)
3. Persiapan Benih
Benih yang digunakan berasal dari benih yang sudah bersertifikat (merah
jambu/ES). Ciri-ciri benih yang bagus adalah:
1. Bentuk bulat, seragam dan warnanya cerah
2. Kadar airnya 10-14%
3. Daya kecambah 80-90%
4. Berasal dari penangkar bersertifikat (Iskandar, 2007).
Sementara itu, perendaman padi dilakukan dengan cara merendamkan
benih selama 24 jam kemudian diperam selamaa 48 jam dan selanjutnya ditutup
dengan karung goni (Ghulamahdi, 2010).
4. Persemaian
Sebelum bibit padi ditanam disawah, biasanya bibit disemaikan dahulu di
persemaian. Ada beberapa macam cara persemaian padi yaitu cara persemaian
basah (wet bed), persemaian kering (dry bed), dan persemaian dapog. Umur bibit
siap dipindahkan tergantung dari cara persemaian. Bibit dari persemaian basah
dapat dipindahkan pada umur 20-30 hari, persemaian kering umur 20-30 hari
setelah tabur dan cara dapog bibit siap dipindahkan pada umur 9-14 hari. Tinggi
genangan air di persemaian biasanya antara 2-5 cm (Taslim et al., 2010).
5. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap
hasil padi selain pemupukan, pengairan yang cukup, dan pengendalian
hama/penyakit (Taslim et al., 2010).
Pengolahan tanah sawah meliputi 3 fase yaitu (1) penggenangan tanah
sawah sampai tanah jenuh air, (2) membajak, sebagai awal pemecahan bongkah
dan membalik tanah, dan (3) menggaru, untuk menghancurkan dan melumprkan
tanah dengan air (Sutrisno, 2011).
6. Penanaman Bibit
Petani melakukan penanaman dengan menggunakan sistem tanam pindah
(tapin) dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Cara menanam bibit dari pesemaian
11
dengan cara mencaplak atau mengajir dan rata-rata bibit padi ditanam sebanyak 3-
4 batang per rumpun. Penanaman dilakukan dimana kondisi tanah macak-macak
(Waruyu, 2016)
2.4. Pemeliharaan Tanaman Padi
1. Pengairan
Apabila kondisi air betul-betul bisa diatur (beririgasi penuh) maka metoe
pemberian air pada padi sawah (tabel 1) ini dapat diikuti.
Tabel 1. Pengaturan air
No. Umur/fase tanaman Pemberian air
1 Tanam-3 HST Kondisi tanah mancak-mancak
2 4 HST-10 HST Digenagi setinggi 2-5 cm
3 11 HST-menjelang berbunga Air dipetakan dibiarkan mengering
sendiri (5-6 hari), setelah mengering
petakan diairi setinggi 5 cm dab
kemudian dibiarkan lagi mengering
sendiri.
4 Fase berbunga 10 HST Diairi terus-menerus setinggi 5 cm
5 10 HST-panen 10 Petakan dikeringkan
2. Penyiangan
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gensir, teki, dan
eceng gondok umumnya dilakukan 3 kali, biasanya pada umur 14 HST, 35 HST,
dan 55 HST. Penyiangan bisa secara menual dengan mencabut rerumputan yang
ada pada tanaman atau dengan menggunakan herbisida (Herawati, 2012).
3. Pemupukan
Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan
pupuk buatan/kimia. Pupuk organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang
atau pupuk hijau dengan dosis 2-5 ton/ha yang diberikan saat pengolahan sifat
fisik dan kimia tanah, dan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai
setengahnya. Disis pupuk anjuran adalah 200kg/ura/ha, 75-100 diberikan 2-3 kali,
yaitu pada umur 14 HST (hari setelah tanam), 30 HST, dan saat primordial bunga.
Sedangkan pupuk SP 36 dan KCL diberikan saat tanam atau pada umur 14 hari.
12
Apabila digunakan pupuk NPK adalah setengah dosis pada umur 14 HST, dan
sisanya pada umur 50 HST (Herawati, 2012).
2.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
3. Legowo 4:1
1. Tipe 1
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan
keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada
kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai
256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola
tegel (25x25)cm (Abdulrachman et al., 2013).
2. Tipe 2
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya
memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir.
Populasi tanaman 192.712 ± 4260 rumpun/ha dengan persentase peningkatan
hanya sebesar 20,44% dibanding pola tegel (25x25)cm. Pola ini cocok diterapkan
pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan
hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga
mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan (Abdulrachman et
al., 2013).
Bahan dan alat yang di perlukan dalam pelaksaan kegiatan praktek kerja
lapangan adalah benih padi, pupuk, pestisida, cangkul, parang, hand traktor,
indojarwo, tray semai, camera, alat tulis.
3.3. Metode Praktik Kerja Lapangan
Dalam pratek kerja lapangan ini akan menggunakan medote:
1. Observasi
Observasi lapang oleh mahasiswa pratik dilakukan secara langsung
dengan ikut bekerja di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Seluruh peserta yang
dilakukan pratik kerja lapangan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi juga
mengamati kegiatan-kegiatan yang tidak dapat secara langsung dipratikkan.
Kegiatan ini dilakukan apabila peserta pratik tidak memungkinkan ikut bekerja
langsung sebagaimana halnya para pekerja sesuai kebijakan dari Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
2. Interview
Interview dilaksanakan dengan melakukan sesi tanya jawab secara
langsung kepada mandor atau petani yang ada di kebun yang berkaitan dengan
materi pratik kerja lapangan dan kegiatan yang dipelajari di lapangan kepada
pembimbing lapang dan dengan pihak-pihak yang ditugaskan di setiap bagian-
bagiannya.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi sebagai data pelengkap,
pendukung dan pembanding serta konsep dalam alternatif pemecah masalah.
Referensi tersebut antara lain diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan internet.
19
Minggu ke
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan
2 Pelaksanaan PKL
3 Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, Dr. Sarlan, Dr. Made Jana Mejaya, Nurwulan Agustiani, SP, Indra
Gunawan, SP, Dr. Priatna Sasmita, Ir. Agus G. (2013). Sistem Tanam
Legowo. Sukamandi: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Jambi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. (2016). Petunjuk
Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo Tahun 2016. DKI Jakarta: Dirjen
Tanaman Pangan.
Donggulo, Candra V., Iskandar M. Lapanjang, Usman M. 2017. Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Berbagai Pola Jajar
Legowo dan Jarak Tanam. Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako, Palu.
Ghulamahdi, M. 2010. Modul Kuliah Budi Daya Padi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Herawati W. D. 2012. Budidaya Padi. JAVALITERA, Depok Sleman, Jogjakarta.
Iskandar. 2007. Bertanam Padi Pandan Wangi. Sinergi. Bandung
Kaya, E. 2013.Pengaruh Kompos Jerami dan Pupuk NPK Terhadap N-Tersedia
Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.).
Prosiding FMIPA Universitas Pattimura 2013–ISBN: 978-602-97522-0-5.
Hal.42
Prasetyo Octavia Rizky dan Kadir. 2019. Teknik penanaman jajar legowo untuk
peningkatan produktivitas padi sawah di jawa tengah. Badan Pusat
Statistik. Sragen.
Sembiring H. 2001. Komoditas Unggulan Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Utara. 58 p.
Sulistyawati, E. dan R. Nugraha. 2010. Efektivitas Kompos Sampah Perkotaan
Sebagai Pupuk Organik dalam Meningkatkan Produktivitas dan
Menurunkan Biaya Produksi Budidaya Padi. Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati - Institut Teknologi Bandung.
Sutardio Yudie. 2012. Tanam Padi Sistem Jajar Legowo.
https://sekarmadjapahit.wordpress.com/2012/01/30/tanam-padi-sistem-
jajar-legowo/#more-219, diakses pada tanggal 28 November 2019.
Sutrisno. 2011. Budidaya Padi Sawah (Oryza sativa) Di Desa Bojong Kuln
Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon. Program Keahlian Teknologi
Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian Direktorat Program
Diploma Institut Pertanian Bogor.
Taslim, H., Partohardono, S. dan Djunainah. 2010. Bercocok Tanam Padi Sawah.
Padi Buku 2. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor.
Waruwu amarul amin. 2016. Teknologi bercocok tanam padi sawah lahan irigasi
(konvensioanal). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara