Anda di halaman 1dari 10

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

PROSES DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI PROGRAM KAMPUNG


BERKEBUN (STUDI KASUS: KAMPUNG BERKEBUN RW 04,
KELURAHAN PAJAJARAN, KECAMATAN CICENDO, KOTA
BANDUNG)
(1)
Chika Ramdhani N.S. , Ir. Tubagus Furqon Sofhani. MA.,Ph.D.(2)
(1)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.

Abstrak

Peningkatan pertumbuhan penduduk di Kota Bandung memberikan dampak terjadinya alih fungsi
lahan pertanian menjadi non-pertanian. Hal tersebut mengancam ketersediaan dan ketahanan pangan
lokal yang diproduksi sendiri. Dalam menangani permasalahan tersebut, tahun 2014 pemerintah Kota
Bandung menerapkan inovasi berupa program kampung berkebun yang menggunakan konsep urban
farming dan diterapkan pada 151 kelurahan secara serentak. Dalam keberjalanannya, tidak semua
lokasi berhasil mengembangkan program kampung berkebun. Salah satu lokasi yang berhasil dan
menjadi percontohan urban farming di Kota Bandung adalah RW 04 Kelurahan Pajajaran, yang dapat
menjadi rujukan dalam proses penyebarluasan inovasi bagi kelurahan atau kota lain. Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi proses penyebarluasan inovasi berupa proses difusi dan faktor yang
paling memengaruhi kecepatan masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran dalam mengadopsi inovasi.
Kata-kunci : adopsi inovasi, difusi inovasi, faktor kecepatan adopsi inovasi, kampung berkebun, urban farming

Pengantar pangan secara mandiri serta memperbaiki


kondisi lingkungan. Menurut Mardikanto (1993),
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat inovasi adalah suatu ide, perilaku, produk,
menjadi kecenderungan dalam perkembangan informasi dan praktik-praktik baru yang belum
perkotaan. Pesatnya laju pertumbuhan banyak diketahui, diterima, dan diterapkan oleh
penduduk di perkotaan menyebabkan desakan sebagian besar masyarakat dalam sesuatu
kebutuhan lahan untuk pembangunan semakin lokalitas tertentu, yang mendorong terjadi
meningkat, hal tersebut akan berdampak pada perubahan-perubahan disegala aspek
permasalahan berupa sering terjadinya alih kehidupan masyarakat demi terwujudnya
fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian. perbaikan mutu hidup setiap individu
Menurut Sumaryanto dan Sudaryanto (2005), masyarakat yang bersangkutan.
seringnya melakukan tindakan konversi lahan
akan menimbulkan dampak negatif berupa Salah satu inovasi yang dapat diterapkan dalam
degradasi daya dukung ketahanan pangan menangani permasalahan kemandirian
nasional, pendapatan pertanian menurun dan penyediaan pangan bagi tingkat rumah tangga
meningkatnya kemiskinan, pemubaziran serta memperbaiki kondisi lingkungan pada
investasi, dan dampak negatif lainnya. Kondisi suatu kota adalah dengan menerapkan urban
tersebut mendorong pemerintah maupun farming atau pertanian perkotaan. Menurut
masyarakat mencoba mencarikan solusi inovasi Yusro (2014), urban farming merupakan sebuah
yang tepat agar mampu memenuhi kebutuhan upaya pemanfaatan ruang minimalis yang
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 1
Proses Difusi dan Adopsi Inovasi Program Kampung Berkebun (Studi Kasus: Kampung Berkebun Rw 04, Kelurahan Pajajaran,
Kecamatan Cicendo, Kota Bandung)
terdapat di perkotaan untuk dimanfaatkan agar Kelurahan Pajajaran, tentunya dibutuhkan
dapat menghasilkan produksi yang mana proses komunikasi yang baik dalam
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan menyampaikan ide inovasi tersebut ke
pangan. Berdasarkan pengertian tersebut, masyarakat, sehingga masyarakat di sana mau
urban farming menjadi mudah diterapkan menerima dan mengadopsi inovasi tersebut
karena dapat dilakukan pada ruang minimalis secara aktif dan dengan waktu yang relatif cepat
atau lahan sempit perkotaan, namun dibalik dibandingkan dengan lokasi penerapan program
manfaat dan kemudahan dalam penerapannya, lainnya. Salah satu upaya untuk meratakan
perkembangan konsep urban farming di penyebarluasan urban farming di Kota Bandung
Indonesia masih hanya sebatas komunitas sosial adalah dengan meninjau proses penyebarluasan
dan belum bersifat masal. Keberhasilan inovasi terutama proses difusi dan faktor utama
pengembangan suatu inovasi dikarenakan pengaruh kecepatan adopsi yang membuat
adanya penyebarluasan berupa proses masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran berhasil
komunikasi (difusi) yang baik dalam untuk mengembangkan inovasi program
menyampaikan inovasi pada masyarakat (Priono kampung berkebun yang ada, bahkan dapat
dan Widrati). Oleh karena itu, jika ingin menjadi lokasi percontohan terbaik di Kota
mengembangkan inovasi urban farming agar Bandung.
diterima dan meluas secara masal pada seluruh
masyarakat maka dibutuhkan suatu proses Jika dilihat berdasarkan isu pengembangan
difusi inovasi yang baik bagi masyarakat urban farming di Kota Bandung yang gerakan
tersebut. dan pengembangannya belum masif, maka studi
proses penyebarluasan inovasi program
Salah satu kota yang telah menerapkan dan kampung berkebun yang terjadi di RW 04
mengembangkan inovasi urban farming dalam Kelurahan Pajajaran merupakan suatu hal yang
mencegah dampak negatif alih fungsi lahan penting karena dapat menjadi contoh dan
adalah Kota Bandung. Kota Bandung telah rujukan untuk diterapkan pada kelurahan lain
menerapkan program pemberdayaan dalam menyelesaikan permasalahan ketahanan
masyarakat dengan konsep urban farming sejak pangan bagi tingkat rumah tangga, upaya
tahun 2014, yang disebut sebagai kampung peningkatan pemanfaatan RTH di perkotaan,
berkebun dan telah diterapkan serentak pada serta sebagai upaya dalam meratakan
151 kelurahan. Dalam keberjalanannya, dari pengembangan inovasi urban farming di Kota
total 435 RW yang menjadi lokasi awal Bandung. Sampai saat ini belum ada penelitian
sosialisasi penerapan program, saat ini hanya yang membahas mengenai proses
tersisa 140 RW yang masih bertahan dan penyebarluasan inovasi pada RW 04 Kelurahan
berhasil mengembangkan inovasi. Salah satu Pajajaran. Selain itu, berbagai penelitian
lokasi yang berhasil dan menjadi percontohan sebelumnya cenderung berfokus pada
terbaik penerapan inovasi program kampung identifikasi proses difusi dan adopsi inovasi saja,
berkebun adalah kampung berkebun RW 04 tanpa melihat apa faktor utama yang
Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo. Sejak menyebabkan masyarakat memutuskan untuk
diterapkan sebagai lokasi kampung berkebun mengadopsi inovasi dalam waktu yang relatif
tahun 2014, masyarakat RW 04 Kelurahan cepat. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
Pajajaran terus menerus mengembangkan dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu
berbagai kreativitas seperti hidroponik wick, bagaimana proses difusi inovasi program
paranggong bambu, biodigester, dan olahan kampung berkebun atau urban farming yang
minuman kesehatan yang berhasil membuat RW terjadi di RW 04 Kelurahan Pajajaran serta apa
04 Kelurahan Pajajaran mendapatkan berbagai faktor yang paling memengaruhi kecepatan
penghargaan. adopsi inovasi oleh masyarakat di sana. Dengan
demikian, tujuan dari penelitian ini adalah
Dalam pengembangan dan penyebarluasan mengidentifikasi proses difusi inovasi dan faktor
program kampung berkebun di RW 04 yang paling memengaruhi kecepatan adopsi

2 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1


Chika Ramdhani N.S
inovasi program kampung berkebun atau urban Setiawan selaku mantan ketua RW 04 dan
farming pada RW 04 Kelurahan Pajajaran, kepala kelompok berkebun RW 04 Kelurahan
Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Pajajaran serta bapak Bili Edi Sugandi selaku
sekretaris kelompok berkebun RW 04 Kelurahan
Metode Pajajaran. Kegiatan wawancara dengan
keempat narasumber tersebut dilakukan secara
Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan tatap muka pada tanggal 18 sampai 24 Juni
adalah pendekatan metode campuran (mixed 2020, dikarenakan sedang masa pandemi covid-
method) yang merupakan suatu pendekatan 19 baik peneliti dan narasumber tetap
yang mengombinasikan dua bentuk data, yaitu menerapkan protokol kesehatan.
kuantitatif dan kualitatif. Strategi metode
pendekatan campuran yang digunakan adalah 2. Kuesioner
strategi campuran sekuensial (sequential mixed Metode kuesioner pada penelitian ini digunakan
methods) khususnya eksploratoris sekuensial untuk mengidentifikasi faktor yang paling
(sequential exploratory strategy). Menurut memengaruhi masyarakat RW 04 Kelurahan
Creswell (2014), strategi eksploratoris Pajajaran untuk mau menerima dan
sekuensial adalah rancangan penelitian yang mengadopsi inovasi program kampung
terlebih dahulu memulai dengan mengeksplorasi berkebun atau urban farming secara aktif dan
dan menganalisis data kualitatif, kemudian dengan waktu yang relatif cepat. Dalam
mengumpulkan dan menganalisis data menentukan jumlah responden yang berasal
kuantitatif pada tahap kedua. dari masyarakat, peneliti menggunakan metode
sampling dengan menggunakan rumus Slovin.
Metode Pengumpulan Data
Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan
Pada penelitian ini, terdapat dua metode dengan rumus Slovin sebagai berikut:
pengumpulan data yaitu pengumpulan data
n=N/(1+N (e)²)
sekunder dan data primer. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan studi literatur Keterangan:
melalui peninjauan terhadap buku, jurnal,
penelitian sebelumnya, peraturan dan informasi n = Ukuran sampel/jumlah responden
dari media populer yang berkaitan dengan topik
penelitian. Sedangkan, pengumpulan data N = Ukuran populasi
primer dilakukan dengan cara wawancara,
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
kuesioner dan observasi.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang
1. Wawancara didapatkan berdasarkan dari jumlah populasi KK
Metode wawancara dipilih untuk menggali yang ada di RW 04 Kelurahan Pajajaran, yaitu
informasi mendalam terkait proses difusi inovasi 331 KK. Dengan tingkat kepercayaan 90%,
yang meliputi empat elemen utamanya, yaitu maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 78
inovasi, saluran komunikasi, waktu dan sistem KK. Dalam menyebarkan kuesioner pada sampel
sosial pada program kampung berkebun atau 78 KK tersebut, peneliti menggunakan
urban farming berdasarkan pandangan proportional random sampling. Adapun strata
narasumber yang dituju. Peneliti menggunakan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan
rukun tetangga (RT), yaitu RT 01, RT 02, RT 03
metode purposive sampling dalam menentukan
dan RT 04. Berikut ini merupakan rumus
narasumber untuk diwawancarai. Adapun pihak
proportional random sampling menurut
yang diwawancarai terdiri dari 4 (empat) Sugiyono (2008):
narasumber, yaitu bapak Arief Setiawan selaku
pelaksana umum bidang PPK dan ibu Vivi Apianti n= X/N x n1
selaku petugas atau agen penyuluh pertanian
lapangan RW 04 dari Dinas Pangan dan Keterangan:
Pertanian Kota Bandung, bapak Wawan
n = Jumlah sampel dari setiap strata
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 3
Proses Difusi dan Adopsi Inovasi Program Kampung Berkebun (Studi Kasus: Kampung Berkebun Rw 04, Kelurahan Pajajaran,
Kecamatan Cicendo, Kota Bandung)
X = Jumlah populasi setiap strata 3. Analisis Statistik Inferensial
Metode analisis ini digunakan untuk membuat
N = Ukuran populasi seluruh strata (331 KK) kesimpulan umum tentang karakteristik populasi
berdasarkan apa yang dapat dipelajari dari
n1= Sampel populasi seluruh strata (78 KK)
sampel yang diperoleh dari populasi.
Berdasarkan rumus di atas, maka pembagian
sampel pada RT 01 adalah sebanyak 15 KK, 4. Analisis Regresi Linier Berganda
pada RT 02 adalah sebanyak 16 KK, pada RT 03 Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui
adalah sebanyak 23 KK, dan pada RT 04 adalah arah hubungan antara variabel independen
sebanyak 24 KK. Pengambilan kuesioner dengan variabel dependen melalui metode
masyarakat ini dilakukan pada tanggal 27 Juni stepwise dan uji koefisien derteminasi parsial
sampai 5 Juli 2020. Pertanyaan dalam kuesioner agar memunculkan satu faktor yang memiliki
ini bersifat tertutup, sehingga pilihan jawaban pengaruh paling besar di antara faktor lainnya.
yang ada sudah ditentukan terlebih dahulu oleh
Diskusi
peneliti dan responden tidak diberikan alternatif
jawaban.
Menurut Rogers (2003), difusi merupakan
proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan
3. Observasi
melalui saluran tertentu dalam jangka waktu
Pengambilan data melalui observasi digunakan
tertentu di antara para anggota suatu sistem
untuk memperoleh informasi terkait gambaran
sosial. Pembahasan mengenai difusi inovasi
umum lokasi studi dan kondisi nyata interaksi
yang terjadi di RW 04 Kelurahan Pajajaran
dan keterlibatan masyarakat dalam penerapan
terbagi berdasarkan 4 (empat) elemen utama
program kampung berkebun atau urban farming.
difusi inovasi, yaitu inovasi program kampung
Pengamatan secara langsung dilakukan pada
berkebun, saluran komunikasi, waktu dan
tanggal 17 Juni 2020 sampai 11 Juli 2020.
sistem sosial.
Metode Analisis Data
Inovasi
Terdapat 4 (empat) metode analisis data yang
Inovasi dalam penelitian ini adalah program
digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode
kampung berkebun yang berada di RW 04
analisis konten atau analisis isi yang dijelaskan
Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota
secara deskriptif, metode analisis statistik
Bandung. Kampung berkebun merupakan salah
deskriptif, metode analisis statistik inferensial
satu program pemberdayaan masyarakat dalam
serta metode analisis regresi linier berganda.
upaya meningkatkan ketahanan dan kualitas
1. Analisis Konten atau Isi pangan keluarga serta peningkatan kualitas
Metode analisis ini digunakan untuk lingkungan yang digagas oleh pemerintah Kota
mengidentifikasi proses komunikasi inovasi Bandung saat masa kepemimpinan Ridwan
(difusi inovasi), proses adopsi inovasi serta Kamil periode 2013-2018. Pembahasan elemen
faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan inovasi pada proses difusi, peneliti membatasi
masyarakat dalam mengadopsi inovasi. terhadap atribut atau karakteristik inovasi dan
tipe pengambilan keputusan inovasi.
2. Analisis Statistik Deskriptif
1. Atribut Inovasi
Metode analisis ini dilakukan penyajian data
Atribut inovasi adalah ciri-ciri umum dan sifat
melalui tabel, diagram pie chart, serta
dari inovasi, di mana atribut inovasi dapat
perhitungan persentase mengenai proses
menentukan kecepatan suatu proses adopsi
penyebarluasan inovasi.
inovasi (Rogers, 2003). Dalam inovasi program
kampung berkebun ini, karakteristik atau atribut
inovasi yang akan dianalisis adalah keuntungan
relatif, kompatibilitas atau kesesuaian,
4 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
Chika Ramdhani N.S
kompleksitas atau kerumitan dan kemudahan e. Keuntungan Relatif Aspek Edukasi dan
untuk diamati. Wisata
Inovasi program kampung berkebun
a. Keuntungan Relatif Aspek Lingkungan memberikan beberapa keuntungan dalam
Inovasi program kampung berkebun aspek edukasi dan wisata kepada
menjadikan lingkungan RW 04 Kelurahan masyarakat RW 04 Kelurahan Pajajaran,
Pajajaran jauh lebih baik dibandingkan seperti menjadikan lokasi edukasi dan studi
dengan sebelum diadakannya program banding pembelajaran cara bercocok tanam
kampung berkebun. Keuntungan terhadap bagi masyarakat yang berasal dari dalam
aspek lingkungan yang dirasakan setelah maupun luar RW 04.
adanya program ini adalah lingkungan
sekitar menjadi lebih bersih, hijau, produktif f. Kompatibilitas (Compatibility)
dan mengurangi bau sungai. Penerapan program kampung berkebun
pada RW 04 Kelurahan Pajajaran dinilai
b. Keuntungan Relatif Aspek Ekonomi sudah sesuai dengan norma dan kebiasaan
Inovasi program kampung berkebun masyarakat. Program tidak bertentangan
memberikan beberapa keuntungan dalam dengan norma, justru semakin
aspek ekonomi kepada masyarakat RW 04 meningkatkan norma sosial tentang
Kelurahan Pajajaran, seperti menambah kepentingan menjaga kebersihan
pemasukan keuangan bagi masyarakat dari lingkungan serta menjaga norma saling
hasil menjual tanamannya atau bibit yang tolong menolong. Berdasarkan kebiasaan
dimiliki, mengurangi biaya membeli masyarakat, program telah sesuai dengan
kebutuhan pangan sehari-hari, serta kebiasaan dan pengalaman sebagian kecil
membuka lapangan pekerjaan baru. masyarakat di sana.

c. Keuntungan Relatif Aspek Sosial g. Kompleksitas (Complexity)


Inovasi program kampung berkebun Pada dasarnya kegiatan program kampung
memberikan beberapa keuntungan dalam berkebun adalah bercocok tanam, sehingga
aspek ekonomi kepada masyarakat RW 04 itu bukanlah suatu hal yang sulit dilakukan
Kelurahan Pajajaran, seperti semakin oleh masyarakat. Berbagai upaya yang
memperkuat hubungan kerjasama dan dilakukan berupa sosialisasi dan pelatihan
komunikasi antar satu sama lain masyarakat saat awal penerapan program, membuat
serta peningkatan ketersediaan pangan masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk
yang mereka miliki, sehingga meningkatkan menerapkan program kampung berkebun
ketahanan pangan untuk tingkat rumah atau urban farming pada pekarangan
tangga bagi masyarakat. rumahnya masing-masing. Kesulitan yang
dirasakan bukan pada pemahaman cara
d. Keuntungan Relatif Aspek Kesehatan pemasangan, tetapi lebih ke anggaran dana
Inovasi program kampung berkebun untuk pembuatan paranggong yang lebih
memberikan beberapa keuntungan dalam aman.
aspek kesehatan kepada masyarakat RW 04
Kelurahan Pajajaran, seperti semakin h. Keterlihatan atau Kemudahan untuk Diamati
meningkatkan ketersediaan dan konsumsi (Observability)
pangan yang berkualitas lebih sehat, segar Setelah beberapa bulan diterapkannya
dan aman karena semua tanaman yang program kampung berkebun, masyarakat
mereka tanam itu tidak menggunakan dapat merasakan dan melihat bagaimana
pestisida berbahan kimia yang dapat manfaatnya terutama bagi lingkungan yang
menyebabkan gangguan kesehatan bagi menjadi lebih bersih, hijau, dan mengurangi
yang mengonsumsinya. bau sungai. Bahkan hasil penerapan
program kampung berkebun ini pun tidak

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 5


Proses Difusi dan Adopsi Inovasi Program Kampung Berkebun (Studi Kasus: Kampung Berkebun Rw 04, Kelurahan Pajajaran,
Kecamatan Cicendo, Kota Bandung)
hanya dapat dilihat dan dirasakan oleh media sosial dengan grup whatsapp. Saluran
masyarakat yang berasal dari RW 04, tetapi komunikasi menggunakan whatsapp semakin
masyarakat yang berasal dari berbagai kota sering digunakan sejak tahun ini, terutama saat
pun dapat melihat bagaimana perbedaan masa pandemi covid-19 ini karena antar
sebelum dan setelah diterapkannya program masyarakat harus tetap menjaga jarak.
kampung berkebun.
Waktu
2. Tipe Pengambilan Keputusan Inovasi
Dalam inovasi program kampung berkebun yang Dalam penelitian ini, elemen waktu akan
diterapkan di RW 04 Kelurahan Pajajaran, tipe dijelaskan berdasarkan proses pengambilan
keputusan yang digunakan untuk mengadopsi keputusan inovasi. Proses pengambilan
inovasi tersebut adalah opsional, yaitu keputusan inovasi memiliki beberapa tahapan
keputusan yang ditentukan oleh individu atau langkah, dalam penelitian ini proses
(seseorang) secara mandiri terlepas dari pengambilan keputusan inovasi program
keputusan anggota sistem lainnya. kampung berkebun akan dibagi menjadi lima
tahapan atau langkah, yaitu pengetahuan,
Saluran Komunikasi bujukan dan himbauan keputusan, penerapan,
dan konfirmasi.
Saluran komunikasi adalah sarana yang
digunakan untuk mengirim pesan dari satu 1. Tahap Pengetahuan
orang ke orang lainnya (Rogers, 2003). Peneliti Pada tahap pengetahuan, upaya yang dilakukan
membagi pembahasan saluran komunikasi ini ke oleh bapak Wawan Setiawan dan ibu Vivi Apanti
dalam dua bagian, yaitu saluran komunikasi saat sebagai agen peubah dalam menyebarluaskan
awal keberjalanan penyebaran program inovasi program kampung berkebun adalah
kampung berkebun tahun 2014 dan saluran dengan cara sosialisasi baik secara door to door
komunikasi yang digunakan saat ini setelah maupun dengan mengadakan pelatihan masal di
hampir 6 (enam) tahun program diterapkan. gedung serba guna RW. Sosialisasi tersebut
bertujuan untuk mengenalkan program
1. Saluran Komunikasi Saat Awal Keberjalanan kampung berkebun ini dan menjelaskan latar
Program belakang, tujuan dan manfaat yang akan
Penyebarluasan inovasi program kampung diterima oleh masyarakat jika mau menerima
berkebun pertama kali dilakukan oleh Dinas dan mengadopsi program ini.
Pangan dan Pertanian Kota Bandung pada awal
tahun 2014, selang 6 bulan pasca dilantiknya 2. Tahap Bujukan atau Himbauan
bapak Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung. Pada tahap bujukan, upaya yang dilakukan oleh
Saluran komunikasi yang digunakan saat awal bapak Wawan Setiawan dan ibu Vivi Apanti
keberjalanan program adalah secara sebagai agen peubah dalam menyebarluaskan
interpersonal dengan cara sosialisasi dan inovasi program kampung berkebun lebih
penyuluhan secara langsung, selain itu agen maksimal karena pada tahap inilah yang dapat
peubah pun melakukan upaya khusus berupa membuat masyarakat berpikir apakah ingin
door to door pada seluruh masyarakat untuk mengadopsi inovasi atau tidak. Bapak Wawan
memperkenalkan program. Setiawan sebagai penanggung jawab lapangan
penerapan program di RW 04 memiliki 3 (tiga)
2. Saluran Komunikasi saat Ini strategi khusus yang dilakukan untuk membuat
Kondisi saat ini yang terjadi dalam masyarakat RW 04 secara cepat mau
penyebarluasan inovasi program kampung mengadopsi program ini, yaitu mengorbankan
berkebun sudah berbeda seperti dulu. Jika dulu waktu, mengorbankan sendiri sebagai contoh
saat awal penerapan program saluran dan mengorbankan dana pribadi.
komunikasi yang digunakan itu lebih fokus
menggunakan interpersonal, saat ini saluran
komunikasi yang lebih sering digunakan adalah
6 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
Chika Ramdhani N.S
3. Tahap Keputusan yang telah RW 04 terima adalah juara RW-ku
Pada tahap keputusan merupakan penentuan semakin di depan yamaha, juara 2 lomba herbal
apakah masyarakat memilih untuk mengadopsi bejo tahun 2016, juara 3 lomba herbal bejo
inovasi atau justru menolak inovasi. Setelah tahun 2015 serta kejuaraan tingkat kota dan
dilakukannya berbagai upaya baik dari bapak nasional lainnya. Adapun bentuk kreativitas
Wawan Setiawan maupun Dinas Pangan dan masyarakat RW 04 adalah membuat
Pertanian Kota Bandung, sebagian besar paranggong bambu, hidroponik wick,
masyarakat di RW 04 memutuskan untuk mau biodigester untuk pupuk cair organik, dan
mengadopsi program kampung berkebun ini berbagai jenis minuman herbal untuk kesehatan.
meskipun dalam waktu yang berbeda-beda.
Keputusan masyarakat dalam memilih untuk 5. Tahap Konfirmasi
mengadopsi atau tidak mengadopsi program Pada tahap konfirmasi ada dua hal yang dilihat,
kampung berkebun juga dapat dilihat yaitu keberlanjutan dan ketidakberlanjutan.
berdasarkan hasil kuesioner yang telah Dilihat dari keberlanjutannya, program
dilakukan pada 78 sampel KK seperti pada kampung berkebun ini tetap berlanjut sampai
gambar berikut ini. saat ini karena ada kerjasama yang baik antara
pengurus kelompok berkebun RW 04 yang
dipimpin oleh bapak Wawan Setiawan dengan
13% ibu Vivi Apanti sebagai PPL Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Bandung. Baik bapak Wawan
Setiawan maupun ibu Vivi Apianti terus
Iya memantau dan membantu kebutuhan
masyarakat dalam keberjalanan kegiatan urban
Tidak farming di RW 04.

87% Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan seperangkat unit yang


Gambar 1. Persentase Responden Berdasarkan saling berhubungan dan terkait satu sama lain
Keputusan Mengadopsi Program Kampung Berkebun dalam upaya memecahkan masalah untuk
atau Urban Farming mencapai cita-cita bersama(Rogers, 2003).
Berdasarkan data dalam gambar 1 di atas, Pembahasan sistem sosial ini ke dalam dua
terlihat bahwa dari 78 KK sampel responden bagian, sistem norma dan konsekuensi inovasi.
sebesar 87% atau sejumlah 68 orang responden
menjawab bahwa mereka telah memutuskan 1. Sistem Norma
untuk mengadopsi program. Kemudian, Pada masyarakat RW 04, program kampung
berdasarkan perhitungan estimasi proporsi berkebun atau urban farming bukanlah suatu
dengan tingkat kepercayaan 90%, diperoleh hal yang bertentangan dengan norma yang ada,
hasil bahwa sekitar 78%-96% seluruh populasi sejak awal hingga saat ini tidak pernah terjadi
masyarakat di RW 04 telah mengadopsi penolakan secara masal oleh masyarakat.
program kampung berkebun atau urban farming.
2. Konsekuensi Inovasi
4. Tahap Implementasi Selama 6 tahun penerapan program telah
Pada tahap implementasi, masyarakat RW 04 memberikan beberapa konsekuensi atau
sudah terlihat keterlibatannya dalam inovasi dampak pada masyarakat, namun konsekuensi
program kampung berkebun. Dengan adanya yang dirasakan cenderung positif. Berdasarkan
program ini, kreativitas masyarakat semakin uji regresi berganda diperoleh hasil bahwa
meningkat bahkan berhasil memenangkan konsekuensi fungsional yang paling
berbagai penghargaan sebagai lokasi penerapan memengaruhi kecepatan masyarakat dalam
urban farming terbaik. Beberapa penghargaan

Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 7


Proses Difusi dan Adopsi Inovasi Program Kampung Berkebun (Studi Kasus: Kampung Berkebun Rw 04, Kelurahan Pajajaran,
Kecamatan Cicendo, Kota Bandung)
mengadopsi program adalah pada aspek Berikut ini skema proses difusi inovasi program
ekonomi. kampung berkebun RW 04 Kelurahan Pajajaran.
Pada atribut keuntungan relatif, penerapan program memiliki beberapa
keuntungan pada berbagai aspek
Pada atribut kompatibilitas, penerapan program dinilai sudah sesuai dengan
norma dan kebiasaan masyarakat
Pada atribut kompleksitas, berbagai upaya sosialisasi dan penyuluhan
Atribut membuat masyarakat tidak merasa kesulitan untuk menerapkan program
Inovasi Pada atribut kemudahan untuk diamati, berbagai hasil dan manfaat program
Inovasi dapat dilihat secara langsung terutama bagi lingkungan yang menjadi lebih
bersih, sehat dan tidak bau sungai.
Jenis
Keputusan Jenis keputusan untuk mengadopsi inovasi dilakukan secara opsional
Inovasi
Difusi Saluran komunikasi yang digunakan saat awal keberjalanan program
Inovasi Komunikasi adalah secara interpersonal dengan cara sosialiasi dan penyuluhan, selain
Program Saluran Awal Program itu agen peubah pun melakukan upaya door to door pada seluruh
Kampung Komunikasi masyarakat untuk memperkenalkan program
Berkebun Komunikasi Saluran komunikasi yang digunakan saat ini cenderung menggunakan
atau Saat Ini media online/sosial, yaitu dengan menggunakan whatssapp group
Urban
Farming Terdapat beberapa tahapan yang dilalui oleh masyarakat RW 04 sampai
Proses
pada keputusan untuk mengadopsi atau menolak inovasi, yaitu
Waktu Pengambilan
pengetahuan, bujukan atau himbauan, keputusan, implementasi dan
Keputusan
konfirmasi

Program kampung berkebun atau urban farming sama sekali tidak


Norma bersinggungan dan melawan norma sosial yang ada, serta interaksi sosial
Sistem Masyarakat yang terjalin antara masyarakat selama keberjalanan program didasari
Sosial oleh adanya norma kepercayaan timbal balik

Terdapat berbagai konsekuensi yang diterima bagi masyarakat RW 04


Konsekuensi
setelah diterapkannya program kampung berkebun atau urban farming,
Inovasi
namun konsekuensi cenderung bersifat positif.

Gambar 2. Skema Proses Difusi Inovasi Program Kampung Berkebun atau Urban Farming pada
RW 04 Kelurahan Pajajaran
Berikut ini merupakan operasional faktor dan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecepatan sub-faktor yang diduga dapat memengaruhi
Adopsi Inovasi kecepatan adopsi inovasi program kampung
berkebun oleh masyarakat RW 04 Kelurahan
Berdasarkan hasil tinjauan literatur mengenai Pajajaran.
faktor pengaruh kecepatan adopsi inovasi
menurut Rogers (2003), Mardikanto (1993), Tabel 1. Faktor dan Sub-Faktor yang
Lionberger (1960), serta menurut Ban dan Memengaruhi Kecepatan Adopsi Inovasi
Hawkins (1999), diperoleh sintesis bahwa
Faktor Sub-faktor
terdapat 4 faktor yang dapat memengaruhi Sifat Inovasi Keuntungan relatif aspek
kecepatan adopsi suatu inovasi. Metode analisis lingkungan
yang digunakan dalam menentukan faktor yang Keuntungan relatif aspek ekonomi
Keuntungan relatif aspek sosial
paling berpengaruh pada kecepatan adopsi Keuntungan relatif aspek
inovasi adalah analisis regresi linier berganda. kesehatan
Keuntungan relatif aspek edukasi
Dikarenakan seluruh variabel yang digunakan
dan wisata
pada penelitian ini merupakan jenis data ordinal, Kesesuaian inovasi dengan norma
sedangkan untuk menganalisis faktor Kesesuaian inovasi dengan
kebutuhan masyarakat
menggunakan regresi linier berganda harus Kesulitan mendapatkan air bersih
menggunakan data berjenis interval/rasio. Oleh dan bibit tanaman
karena itu, sebelum diolah dengan Kesulitan mengadopsi program
pada pekarangan rumah
menggunakan regresi linier berganda, terlebih Keterlihatan hasil dan dampak
dahulu perlu mentransformasikan data (observability)
menggunakan method of successive interval . Saluran Saluran komunikasi media massa
Komunikasi Saluran komunikasi interpersonal

8 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1


Chika Ramdhani N.S
Faktor Sub-faktor keuntungan relatif 2 (keuntungan relatif pada
Cara Pengambilan Pengambilan keputusan secara
Keputusan opsional aspek ekonomi) secara bersama-sama
Tingkat Kekosmopolitan berpengaruh signifikan terhadap kecepatan
Kekosmopolitan Frekuensi Interaksi adopsi inovasi program kampung berkebun atau
Kecepatan Adopsi Kecepatan adopsi inovasi
Inovasi urban farming.

3. Hasil Uji T
Berikut ini merupakan beberapa uji pada regresi
linier berganda. Tabel 4. Hasil Uji T

1. Hasil Uji Metode Stepwise Coefficientsa


Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Tabel 2. Hasil Uji Metode Stepwise
Std. Sig
Variables Entered/Removeda B Error Beta t .
Model Variables Variables (Constant) 486.52 365.83 1.3 .18
Entered Removed Method 4 9 30 8
1 Saluran_Ko . Stepwise (Criteria: Saluran_Kom .429 .093 .445 4.5 .00
munikasi_2 Probability-of-F-to-enter unikasi_2 85 0
<= ,050, Probability-of- Keuntungan_ .307 .099 .302 3.1 .00
F-to-remove >= ,100). Relatif_2 07 3
2 Keuntunga . Stepwise (Criteria: a. Dependent Variable:
n_Relatif_2 Probability-of-F-to-enter Kecepatan_Adopsi_Inovasi
<= ,050, Probability-of-
F-to-remove >= ,100).
Nilai sig. pada variabel saluran komunikasi
a. Dependent Variable: Kecepatan_Adopsi_Inovasi
interpersonal (X1) adalah sebesar 0,000 dan
Metode stepwise digunakan untuk mendapatkan variabel keuntungan relatif aspek ekonomi (X2)
model terbaik dari sebuah analisis regresi. Pada adalah sebesar 0,003 yang keduanya lebih kecil
akhirnya didapat variabel atau sub-faktor yang dari 0,05. Sehingga hipotesis yang diterima
paling besar pengaruhnya terhadap kecepatan adalah saluran komunikasi interpersonal dan
adopsi inovasi program kampung berkebun atau keuntungan relatif aspek ekonomi secara parsial
urban farming, yaitu saluran komunikasi 2 berpengaruh signifikan terhadap kecepatan
(saluran komunikasi interpersonal atau tatap adopsi inovasi program kampung berkebun atau
muka) dan keuntungan relatif 2 (keuntungan urban farming.
relatif pada aspek ekonomi).
4. Hasil Uji Koefisien Derteminasi Parsial (Uji
2. Hasil Uji F atau Anova
R2)
Tabel 3. Hasil Uji Anova Berikut ini merupakan hasil perhitungan
koefisien determinasi berdasarkan nilai beta
ANOVAc pada tabel 4.
Model Sum of Mean
KD Parsial X1 (saluran komunikasi interpersonal)
Squares df Square F Sig.
Regression 2.037E7 2 1.019E7 23.833 .000
terhadap Y (kecepatan adopsi inovasi) 0,445 x
b 0,557 x 100% = 24,8%
Residual 3.206E7 75 427419.5 KD Parsial X2 (keuntungan relatif pada aspek
44 ekonomi) terhadap Y (kecepatan adopsi inovasi)
Total 5.243E7 77
= 0,302 x 0,466 x 100% = 14,1%
Predictors: (Constant), Saluran_Komunikasi_2,
Keuntungan_Relatif_2
Dependent Variable: Kecepatan_Adopsi_Inovasi Berdasarkan hasil perhitungan koefisien
determinasi tersebut, maka dapat ditarik
Berdasarkan data dalam tabel 3 di atas, terlihat kesimpulan bahwa sub-faktor yang paling
bahwa nilai Sig. adalah 0,000 sehingga hipotesis berpengaruh secara dominan terhadap
yang diterima adalah saluran komunikasi 2 kecepatan adopsi inovasi program kampung
(saluran komunikasi interpersonal) dan
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 9
Proses Difusi dan Adopsi Inovasi Program Kampung Berkebun (Studi Kasus: Kampung Berkebun Rw 04, Kelurahan Pajajaran,
Kecamatan Cicendo, Kota Bandung)
berkebun adalah saluran komunikasi Fauzi, Ahmad Rifqi, Annisa Nur Ichniarsyah, dan
interpersonal atau komunikasi tatap muka. Heny Agustin. 2016. Pertanian Perkotaan:
Urgensi, Peranan, dan Praktik Terbaik.
Kesimpulan Jurnal Agroteknologi, 10(1): 49-62.
Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan
Proses difusi inovasi program kampung Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas
berkebun pada RW 04 Kelurahan Pajajaran Maret University Press.
dimulai pada tahun 2014 yang dikomunikasikan Paraminda, Erika. 2010. Identifikasi Program
oleh Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung. Kampung Hijau (Green Village) sebagai
Aktor yang berperan dalam proses sosialisasi Salah Satu Inovasi dalam Perkotaan [Studi
tersebut adalah para agen peubah, yaitu bapak Kasus : Kampung Banjarsari, Cilandak Barat,
Wawan Setiawan selaku mantan ketua RW 04 Jakarta Selatan]. Tugas Akhir Program
dan ketua kelompok berkebun serta ibu Vivi Sarjana. Bandung: Institut Teknologi
Apanti selaku PPL Dinas Pangan dan Pertanian Bandung.
Kota Bandung. Proses pengambilan keputusan Puriandi, Fandy. (2013). Proses Perencanaan
adopsi oleh masyarakat melalui 5 tahapan, yaitu Kegiatan Pertanian Kota yang Dilakukan
tahap pengetahuan, tahap bujukan atau Oleh Komunitas Berkebun di Kota Bandung
himbauan, tahap keputusan, tahap debagai Masukan Pengembangan Pertanian
implementasi dan tahap konfirmasi. Sekitar Kota di Kawasan Perkotaan. Jurnal
78%-96% seluruh populasi masyarakat telah Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24(3):
mengadopsi program dalam rentang tahun 2014 227-240.
hingga 2020, dengan jumlah pengadopsi inovasi Rogers, Everett M. (2003). Diffusion of
yang meningkat setiap tahunnya Innovation Fifth Edition.USA: Free press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Dapat disimpulkan bahwa dalam proses difusi Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.
inovasi program kampung berkebun Sumaryanto dan Sudaryanto, T. (2005).
dipengaruhi oleh saluran komunikasi Pemahaman Dampak Negatif Konversi
interpersonal oleh para agen peubah, Lahan Sawah Sebagai Landasan Perumusan
karakteristik atribut inovasi, cara pengambilan Strategi Pengendaliannya. Kementerian
keputusan inovasi secara opsional dan sistem Koordinator Bidang Perekonomian dengan
sosial. Dapat disimpulkan juga bahwa faktor Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan
yang paling memengaruhi masyarakat RW 04 Pedesaan (PSP3 - LPPM IPB).
Kelurahan Pajajaran dalam menerima dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015
mengadopsi inovasi program kampung tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
berkebun atau urban farming secara aktif dan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1389 Tahun
dalam waktu yang cepat adalah faktor saluran 2016 tentang Kedudukan, Susunan
komunikasi yang berupa komunikasi Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata
interpersonal atau tatap muka yang terjadi di Kerja Dinas Pangan dan Pertanian Kota
antara para agen peubah dan masyarakat. Bandung.
Rancangan Akhir Rencana Pembangunan
Daftar Pustaka Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Bandung Tahun 2018-2023.
Belinda, Nadia. 2017. Pengembangan Urban Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Farming Berdasarkan Preferensi Masyarakat Daerah (RPJMD) Kota Bandung 2014-2018.
Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Tugas Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Akhir Program Sarjana. Surabaya: Institut Daerah (Renstra-SKPD) Dinas Pertanian dan
Teknologi Sepuluh Nopember Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun
Creswell, J. W. (2014). Research Design: 2013-2018.
Qualitative, Quantitative and Mixed Methods
Approaches (4th ed.). Thousand Oaks, CA:
Sage Publications.
10 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1

Anda mungkin juga menyukai