Anda di halaman 1dari 22

PEMASARAN AGRIBISNIS

”Analisis Usaha dan Pemasaran Selada Hidroponik”


Dosen Pengampu : Dr. Ir. Elpawati, M.P

Oleh :

Anastassyah Azzahra

NIM : 11180920000135

Kelas : 4-P1 Manajemen

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selada sudah dikenal oleh masyarakat dan termasuk komoditas yang digemari,
sehingga permintaan jenis sayuran ini cukup besar. Tanaman selada (Lactuca sativa)
merupakan tanaman asli Eropa dan Asia. Tanaman ini baru mendapatkan perhatian untuk
dibudidayakan setelah diketahui mempunyai manfaat sebagai bahan makanan sayuran yang
memiliki kandungan gizi yang baik. Di samping itu, tanaman selada juga diketahui memiliki
manfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Kini tanaman selada berkembang luas
dibudidayakan dengan baik oleh masyarakat di berbagai negara dengan berbagai varietas
yang ditanam. Tanaman selada di Indonesia dibudidayakan oleh masyarakat di daerah-daerah
sentra sayuran dataran rendah maupun dataran tinggi dengan bermacam-macam varietas yang
ditanam.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi selada secara kontinyu adalah dengan
menggunakan teknologi hidroponik. Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa
menggunakan media tanah melainkan menggunakan air atau bahan porous (Lingga, 2005).
Metode hidroponik merupakan metode yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan
pestisida. Kelebihan bertanam hidroponik adalah perawatan lebih praktis, pemakaian pupuk
lebih efisien,tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, tanaman tumbuh lebih cepat, produksi
lebih tinggi, dan tidak mengenal musim (Lingga, 2005). Pemanfaatan teknologi hidroponik
untuk produksi tanaman selada merupakan solusi untuk menghasilkan komoditas yang bebas
residu pestisida, bebas mikroorganisme berbahaya dan kualitas produk yang dihasilkan lebih
seragam.

Bisnis pertanian hidroponik perlu dipertimbangkan untuk memenuhi permintaan pasar


yang cukup tinggi. Peningkatan jumlah penduduk dan permintaan sayuran yang meningkat,
membuat produksi sayuran hidroponik perlu ditingkatkan. Peluang bisnis selada juga dapat
dilihat dari semakin berkembangnya jumlah hotel, restoran atau kedai-kedai makan di
Indonesia yang banyak menyajikan masakan-masakan yang menggunakan daun selada,
misalnya salad, hamburger, hot dog, dan sebagainya. Permintaan selada di pasar senantiasa
meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan jumlah penduduk dan
pertumbuhan pendapatan masyarakat.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana analisis usaha selada hidroponik?
2. Bagaimana analisis kegiatan pemasaran selada hidroponik?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui usaha selada hidroponik
2. Mengetahui analisis kegiatan pemasaran selada hidroponik
BAB II

TINJAUAN PUSAKA

2.1 Tanaman Selada

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermathophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Species : Lactuca sativa L

Selada (Lactuca sativa) adalah sayuran daun yang umur panen sekitar 30 sampai 45
hari setelah tanam. Selada termasuk kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal
dimasyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat-zat gizi khususnya vitamin dan mineral yang
lengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Selada juga sebagai bahan makanan
bisa dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai lalapan yang dimakan bersama dengan bahan
makanan lain (Wicaksono, 2008).

Selada sangat efektif untuk menurunkan berat badan karena mengandung zat besi dan
magnesium yang berfungsi membantu kerja uretik. Selain itu, selada juga bagus untuk
mereka yang menderita batuk dan insomnia, membersihkan darah dan membuang kelebihan
lemak dalam tubuh.

2.2 Hidroponik

Berkebun secara hidroponik (hydroponic) memungkinkan kita menanam sayuran atau


tanaman hias di halaman rumah yang tidak ada tanahnya, bahkan di dalam rumah. Sesuai
namanya, hidroponik adalah cara bertanam menggunakan media air, sehingga tidak
memerlukan tanah atau area yang luas. Secara sederhana, hidroponik adalah metode budidaya
tanaman dengan menggunakan air yang diperkaya dengan nutrisi, bukan tanah. Dengan
demikian, nutrisi, pengendalian hama, penyakit, dan pencahayaan lebih mudah dikelola.
Hidroponik tidak memerlukan pemakaian herbisida (gulmasida) dan pestisida beracun
sehingga lebih ramah lingkungan, maka sayuran yang dihasilkan pun akan lebih sehat.
Bertanam dengan hidroponik menghasilkan tanaman berkualitas tinggi dan sehat (bebas
bahan kimia berbahaya).

Ada banyak cara untuk berkebun hidroponik. Kultur air atau dikenal pula sebagai
nutriculture atau aquaculture adalah metode hidroponik dengan merendam akar tanaman
dalam campuran kompleks nutrisi. Ada pula yang dikenal sebagai kultur agregat. Ini adalah
cara bertanam dengan menggunakan pasir, kerikil atau kelereng untuk tempat tanaman
tumbuh. Dengan cara ini, media agregat akan memerangkap nutrisi yang dibutuhkan tanaman
sehingga dapat diserap akar. Dalam sistem hidroponik kontinyu, larutan air yang telah
diperkaya nutrisi dialirkan ke akar tanaman menggunakan pompa. Untuk pertanian skala
besar, ini adalah jenis hidroponik yang banyak digunakan. Terakhir, ada pula aeroponik yaitu
cara menanam tanaman dengan menggantung akar tanaman di udara, dan secara berkala
menyemprotnya dengan kabut yang telah diperkaya nutrisi.

Untuk menjaga tanaman sehat, beberapa media digunakan untuk mendukung


pertumbuhan tanaman serta memfasilitasi distribusi dan penyerapan nutrisi oleh akar.
Biasanya, bahan berpori digunakan karena sifatnya yang dapat menahan air. Keuntungan lain
dari berkebun hidroponik adalah bahwa segala parameter untuk budidaya tanaman lebih
mudah dikelola dan dikendalikan. Beberapa parameter yang penting antara lain cahaya, suhu,
dan air.

Hidroponik dapat dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Hidroponik indoor


menggunakan sistem pencahayaan khusus untuk menggantikan ketiadaan sinar matahari.
Dengan bertanam hidroponik di dalam ruangan, kelembaban menjadi lebih terkontrol,
sehingga membuat masalah bakteri lebih jarang muncul. Hidroponik bisa mengurangi
kerepotan yang umum timbul saat Anda berkebun secara konvensional seperti keharusan
menyiangi gulma dan pengendalian hama.

2.2.1 Nutrisi Hidroponik

Nutrisi hidroponik merupakan unsur hara yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara tanaman. Pada sistem hidroponik seluruh kebutuhan hara hanya diperoleh dari
nutrisi yang diberikan sehingga pemberian unsur hara yang tepat jumlah dan komposisinya
dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Kebutuhan unsur hara tanaman dibagi kedalam
dua kelompok yaitu unsur hara makro unsur C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan unsur hara
mikro Cu, Mn, Fe, Zn, B, Mo dan Cl. Unsur C, H, O diperoleh dari air dan udara sehingga
dalam pembuatan nutrisi hidroponik tidak diperhitungkan. Unsur hara yang diperhitungkan
dalam pembuatan atau formulasi nutrisi hidroponik umumnya hanya 13 unsur. Unsur-unsur
hara fungsional seperti silika (Si) ditambahkan pada larutan nutrisi hidroponik untuk tanaman
tertentu contohnya tanaman padi (Qurrohman, 2017).

Nutrisi hidroponik atau dikenal dengan istilah AB Mix merupakan senyawa kimia
yang telah diformulasi berdasarkan persentase masing-masing unsur yang ditemukan pada
biomassa tanaman. Beberapa formulator nutrisi hidroponik menggunakan rasio antara unsur
makro dengan N total. Istilah N total digunakan karena dalam nutrisi hidroponik sumber N
yang diberikan pada tanaman berasal dari ion nitrat (NO3 -) dan amonium (NH4+). Menurut
Wang et al. (2009) rasio nitrat:amonium yang terbaik meningkatkan pertumbuhan tanaman
adalah 75:25. Rasio nitrat:amonium bervariasi antara satu tanaman dengan tanaman lainnya
namun umumnya amonium tidak melebihi 25% dari N total. Menurut Hochmuth et al. (2018)
masingmasing unsur hara memiliki peranan spesifik terhadap pertumbuhan tanaman.

1. Nitrogen (N) Unsur N merupakan pembentuk sebagian besar tubuh tanaman


termasuk di dalamnya klorofil, asam amino, protein dan asam nukleat.
2. Posfor (P) Unsur P berperan dalam transfer energi, asam nukleat, dan genetik pada
sel tanaman.
3. Kalium (K) Unsur K berperan penting sebagai aktivator pada sebagian besar
reaksi enzimatis. Berperan pada sel daun sel yaitu sel penjaga (guard cell)
disekitar stomata.Tekanan turgor pada daun sebagian besar dipengaruhi
pergerakan K pada sel penjaga.
4. Sulfur (S) Unsur S merupakan komonen asam amino seperti metionin. Sulfur
terkandung pada sulfuhidril beberapa enzim.
5. Kalsium (Ca) Unsur Ca merupakan komponen kalsium pektat penyusun dingding
sel. Ca merupakan ko-faktor reaksi enzimatik tertentu.
6. Magnesium (Mg) Unsur Mg berperan penting pada sel tanaman. Beberapa reaksi
enzimatis memerlukan Mg sebagai ko faktor.
7. Besi (Fe) Unsur Fe digunakan tanaman dalam reaksi biokomia yang membentuk
klorofil dan merupakan bagian dari enzim yang bertanggung jawab terhadap
reduksi nitratmenjadi amonia. Enzim katalase dan peroksidase juga memerlukan
Fe.
8. Boron (B) Unsur B pada tanaman belum diketahui secara pasti. Boron berperan
dalam perkembangan jaringan meristem tanaman seperti ujung akar.
9. Mangan (Mn) Unsur Mn berperan pada beberapa reaksi enzimatik yang
melibatkan senyawa energi adenosine triphospate (ATP).
10. Tembaga (Cu) Unsur Cu merupakan penyusun protein plastocianin, terlibat dalam
transpor elektron dalam kloroplas, dan tembaga adalah bagian dari beberapa
enzim yang disebut oksidase.
11. Seng (Zn) Unsur Zn terlibat dalam aktivasi beberapa enzim di tanaman dan
diperlukan untuk sintesis asam indol asetat (indoleacetic acid), pengatur
pertumbuhan tanaman.
12. Molybdenum (Mo) Unsur Mo merupakan penyusun dua enzim yan terlibat dalam
metabolisme N. Yaitu nitrat reduktanse dan enzim yang terlibat dalam reduksi N-
nitrat menjadi N-amonium.
13. Klor (Cl) Unsur Cl berperan dalam fotosintesis dan turgor sel.
2.2.2 Media Tanam Hidroponik

Media tanam pada sistem hidroponik fungsi utamanya adalah untuk menopang
tanaman agar tetap tegak sehingga sinar matahari maupun sinar buatan (lampu pertumbuhan)
dapat dimanfaatkan tanaman secara maksimal. Pemilihan jenis media tanam harus
menyesuaikan dengan sistem hidroponik yang akan digunakan. Jenis media tanam tertentu
dapat digunakan untuk beberapa jenis sistem hidroponik (NFT, DFT, aeroponik, rakit apung,
sistem sumbu, irigasi tetes) contohnya rockwool sedangkan sekam bakar hanya sesuai
digunakan pada sistem hidroponik irigasi tetes.

Media tanam yang digunakan untuk budidaya hidroponik dibagi menjadi dua yaitu
media tanam organik dan media tanam anorganik. Media tanam organik adalah media tanam
yang berasal dari bahanbahan organik baik yang telah melalui proses tertentu maupun
digunakan secara langsung.

 Media tanam organik: sekam bakar, cocopeat, kompos daun bambu dan kompos
jerami.
 Media tanam anorganik berasal dari bahan-bahan anorganik seperti busa, rockwool,
perlite, zeolit dan bahan-bahan lainnya yang dapat menopang pertumbuhan tanaman
dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Menurut Aini & Azizah (2018) dan Roberto (2003) media tanam harus memenuhi
beberapa karakteristik berikut:

1. Memiliki kapasitas menyimpan air (water holding capacity)


2. Memiliki aerasi dan drainase yang baik.
3. Media bebas dari bahan berbahaya atau beracun.
4. Media harus mendukung pertumbuhan tanaman.
5. Media bebas dari penyakit.
6. Media bebas dari salinitas.
7. Media bebas dari benih gulma.
8. Media memiliki karakteristik proses dekomposisi lambat.
9. Media tidak bereaksi (bersifat inert) dengan unsur hara atau AB mix.
10. Media murah harganya dan mudah didapat.
11. Media memilki kemampuan sebagai penyangga pH (buffer pH).
12. Media dapat digunakan secara berulang dan dapat terdekomposi apabila dibuang.

Media tanam dapat digunakan secara tunggal maupun komposit dengan mencampurkan
beberapa bahan media dengan perbandingan secara proporsional. Sebagai contoh sekam
bakar dicampur dengan cocopeat akan menghasilkan komposisi media yang memiliki
kapasitas menyimpan air lebih tinggi dibandingkan media sekam bakar 100% namun tetap
memiliki porositas lebih baik dibandingkan dengan 100% cocopeat (Indrawati et al., 2012).

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Hidroponik

Ketika dihadapkan pada masalah yang dihadapi di dunia berkaitan dengan produksi
pangan, berkebun dengan sistem hidroponik (hydroponic system) menawarkan solusi yang
menjanjikan. Di negara-negara miskin dimana tanah atau iklim tidak ramah terhadap
pertanian, hidroponik menawarkan cara untuk menumbuhkan tanaman pangan dengan
mudah. Juga, di daerah dimana tanah telah kehilangan nutrisi atau tanah subur sulit didapat,
hidroponik dapat menjadi alternatif ideal untuk bercocok tanam. Tapi sama seperti dengan
hal apapun juga, selain segala kelebihan tadi, hidroponik juga mempunyai beberapa
kekurangan atau kelemahan.

Sebelum memutuskan untuk berkebun secara hidroponik, terutama untuk skala besar,
perlu ditimbang terlebih dahulu pro kontra dari cara bertanam ini. Mari kita tinjau terlebih
dahulu kelebihan berkebun secara hidroponik. Kelebihan pertama, berkebun dengan cara
hidroponik dapat menghemat tempat. Dalam hidroponik, tanaman dapat ditanam berdekatan.
Dengan luas tempat yang sama, sistem hidroponik dapat menanam 4 kali lebih banyak
dibanding bertanam dengan cara tradisional. Hidroponik juga dapat meminimalkan masalah
yang berhubungan dengan pertanian tradisional. Tanaman hidroponik relatif lebih tahan hama
dan lebih sehat. Penyakit yang berasal dari tanah tidak akan menyerang karena bertanam
hidroponik tidak menggunakan tanah.

Pada sistem hidroponik, Anda dapat mengatur sendiri jumlah nurtrisi yang diperlukan
oleh tanaman. Ini berbeda dengan berkebun secara konvensional dimana Anda harus
menebak atau mencari tanah yang cocok dengan tanaman yang hendak ditanam. Konsumsi
air dalam hidroponik relatif lebih sedikit dibanding metode tradisional. Dalam banyak kasus,
tanaman hidroponik hanya menggunakan sepersepuluh air dari tanaman yang ditanam di
tanah. Selain itu, air juga digunakan secara lebih efektif. Gulma dan tumbuhan pengganggu
tidak dapat tumbuh dan mencuri persediaan air dari tanaman utama. Karena tanaman
hidroponik berada dalam lingkungan yang terkendali, tidak akan ada pestisida yang akan
mencemari tanah sekitarnya.

Namun tentu tidak berarti hidroponik tidak punya kelemahan. Biaya yang cukup
tinggi masih menjadi salah satu kendala. Berkebun hidroponik umumnya dilakukan di dalam
rumah kaca. Konsumsi energi yang signifikan diperlukan untuk memberikan tanaman
hidroponik semua cahaya yang mereka butuhkan. Terlepas dari kekurangan diatas, penelitian
di bidang hidroponik terus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sistem hidroponik. Sistem
hidroponik tetap menjadi salah satu alternatif bercocok tanam yang menjanjikan, terutama
dengan semakin terbatasnya lahan pertanian yang tersedia dari waktu ke waktu.

2.3 Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani

Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk dalam suatu periode tertentu dan dinyatakan dalam nilai uang. Biaya usahatani
dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah
semua biaya yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi benih
dan pupuk organik. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung biaya tenaga
kerja dalam keluarga, biaya penyusutan peralatan, dan biaya sewa lahan milik sendiri.
(Fitriadi & Nurmalina 2008).
Penerimaan (revenue) usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari
usahatani dalam satu periode, satu musim tanam, atau satu tahun (Soekartawi 1995).
Rumusnya adalah:

TR = Q x P

dimana: TR = penerimaan total (total revenue) usaha (Rp). Q = hasil produksi


(quantity) selada organik (batang). P = harga jual (price product) per unit (Rp/batang).

Pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya
usahatani per musim tanam atau per tahun (Yuhono 2004). Secara matematis ditulis sebagai
berikut.

Π atas biaya tunai = TR – BT Π atas biaya total = TR – (BT + BD)

dimana: Π = pendapatan usaha (Rp). TR = penerimaan total (Rp). BT = biaya tunai


(Rp). BD = biaya diperhitungkan (Rp).

Analisis R/C. Analisis R/C merupakan analisis imbangan penerimaan dan biaya, yaitu
perbandingan antara jumlah penerimaan total usahatani dan biaya total usahatani. Hal ini
menunjukkan besaran penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang
dikeluarkan. Untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani, digunakan rumus sebagai
berikut.

R/C = Revenue / Cost

Usahatani dikatakan layak jika memiliki nilai R/C lebih dari satu, artinya penerimaan
yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau kegiatan usahatani tersebut
menguntungkan. Sebaliknya jika nilai R/C kurang dari satu, maka usahatani tersebut rugi dan
tidak layak. Jika nilai R/C sama dengan satu berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi
impas.

2.4 Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan
baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya, untuk mendapatkan laba dan untuk berkembang. Hal tersebut disebabkan
karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, dimana secara langsung
berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan
manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.

Menurut Philip Kotler, “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain” (1995). Sedang definisi pemasaran menurut William J. Stanton, (1984) yaitu:
“Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang
yang memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen
potensial”.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut berarti pemasaran terdiri dari tindakan-


tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas barang serta jasa dan yang
menimbulkan distribusi fisik mereka. Proses pemasaran meliputi aspek fisik dan non fisik.
Aspek fisik menyangkut perpindahan barang-barang ketempat dimana mereka dibutuhkan.
Sedangkan aspek nonfisik dalam arti bahwa para penjual harus mengetahui apa yang
diinginkan oleh para pembeli dan pembeli harus pula mengetahui apa yang dijual.

2.4.1 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran merupakan falsafah perusahaan yang menyatakan bahwa


keinginan pembeli adalah syarat utama bagi kelangsungan hidup perusahaan. Konsep
pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen.
Definisi konsep pemasaran menurut Basu Swastha (2002) “Konsep pemasaran adalah sebuah
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat
ekonomis dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan”.

Ada lima konsep pemasaran yang mendasari cara perusahaan melakukan kegiatan
pemasarannya yaitu:

1. Konsep berwawasan Produksi

Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah didapat
dan murah harganya sehingga fokus utamanya adalah meningkatkan efisiensi produksi
dan memperluas cakupan distribusi.

2. Konsep berwawasan Produk


Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan
mutu, kinerja terbaik dan hal-hal inovative lainnya sehingga fokus utamanya adalah
membuat produk yang lebih baik dan berusaha terus menerus untuk
menyempurnakannya.

3. Konsep berwawasan Penjualan

Konsep ini berpendapat bahwa kalau konsumen dibiarkan saja maka konsumen tidak
akan membeli produk perusahaan dalam jumlah cukup.oleh karena itu, perusahaan harus
melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.

4. Konsep berwawasan Pemasaran

Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari pada persaingannya. Konsep ini
didasarkan pada empat sendi utama, yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran
yang terkoordinasi, serta keuntungan.

5. Konsep berwawasan Pemasaran bermasyarakat

Konsep ini berpendapat bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan
keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhinya dengan lebih efektif dan
efisiensi dari pada saingannya dengan cara mempertahankan atau meningkatkan
kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

2.4.2 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah himpunan asas yang secara tepat, konsisten dan layak
dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar yang dituju (target market) dalam
jangka panjang dan tujuan perusahan jangka panjang (objectives), dalam situasi persaingan
tertentu.

Dalam strategi pemasaran ini terdapat strategi acuan/bauran pemasaran (marketing


mix), yang menetapkan komposisi terbaik dari keempat variable pemasaran (4p), untuk dapat
mencapai sasaran pasar yang dituju sekaligus mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.

1. Strategi Produk
Setiap perusahaan di dalam mempertahankan dan meningkatkan penjualan dan share
pasarnya, perlu mengadakan usaha penyempurnaan dan perubahan produk yang
dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya guna dan daya
pemuas serta daya tarik yang lebih besar. Strateginya adalah menetapkan cara dan
penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para
konsumennya dan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka
panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan share pasar.

Dalam marketing mix, strategi produk merupakan unsur yang paling penting karena
dapat mempengaruhi strategi pemasaran lain. Strategi produk yang dapat dilakukan
mencakup keputusan tentang acuan atau bauran produk (product mix), merk dagang
(brand), cara pembungkusan atau kemasan produk (product packaging), tigkat mutu atau
kualitas dari produk dan pelayanan (services) yang diberikan. Tujuan utama strategi
produk adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan meningkatkan
kemampuan bersaing atau mengatasi persaingan.

2. Strategi Harga

Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan


penjualan. Dalam penentuan baik untuk harga jual atau harga beli pihak bank harus
berhati-hati. Sebab, kesalahan dalam penentuan harga akan menyebabkan kerugian bagi
bank. Dalam menentukan harga harus dipertimbangkan berbagai hal, misalnya tujuan
penentuan harga tersebut, hal ini disebabkan dengan diketahuinya tujuan penentuan harga
tersebut menjadi mudah. Sedangkan tujuan penentuan harga secara umum adalah sebagai
berikut:

1) Untuk bertahan hidup.


2) Untuk memaksimalkan laba.
3) Untuk memperbesar market share.
4) Mutu produk.
5) Karena pesaing.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga:

1) Kebutuhan dana
2) Persaingan
3) Kebijaksanaan pemerintah
4) Target laba yang diinginkan
5) Jangka waktu
6) Kualitas jaminan
7) Reputasi perusahaan
8) Produk yang kompetitif
9) Hubungan baik
3. Strategi Penyaluran atau Distribusi

Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dibidang pemasaran,
setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan
penyampaian produk ke tangan konsumen atau si pemakai pada waktu yang tepat. Yang
dimaksud dengan saluran distribusi adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk
berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Bentuk pola saluran
distribusi dapat dibedakan menjadi:

1) Saluran langsung: Produsen → konsumen


2) Saluran tidak langsung:
 Produsen → Pengecer → Konsumen
 Produsen → Pedagang besar / menengah → Pengecer → Konsumen
 Produsen → Pedagang besar → Pedagang menengah → Pengecer →
Konsumen

4. Strategi Promosi

Promosi merupakan salah satu konsep dari marketing mix, promosi lebih kepada
menawarkan akses atau channel kepada pembeli. Bagaimana pembeli atau nasabah bisa
mendapatkan informasi yang lebih baik, bagaimana bank mengedukasi calon nasabah,
maka promosi adalah salah satu medium yang tepat. Kegiatan promosi yang dilakukan
suatu perusahaan menggunakan konsep mix promotion, yang terdiri dari:

1. Advertensi, yaitu suatu bentuk penyajian dan promosi dan gagasan, barang, atau
jasa yang dibiayai oleh suatu sponsor tertentu yang bersifat massif dan
nonpersonal.
2. Personal Selling, yaitu penyajian secara lisan dalam suatu pembicaraan dengan
seseorang atau lebih calon pembeli dengan tujuan agar dapat terealisasinya
penjualan.
3. Promosi Penjualan, yaitu segala kegiatan pemasaran selain personal selling,
advertising dan publicity. Yang merajuk konsumen untuk membeli seperti
exhibition, roadshow, dan semua hal tentang penjualan yang tidak dilakukan
secara teratur atau berkelanjutan.
4. Publicity, yaitu usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara
massif seperti layanan masyarakat, berderma dan kegiatan sosial lainnya yang
menyangkut nama baik perusahaan.

2.4.3 Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan suatu produk
dari produsen sampai ke konsumen. Sementara itu, ada dua karakteristik utama yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu jumlah penjual dan pembeli, serta
keadaan produk yang diperjualbelikan, apakah homogen atau heterogen (Sudiyono 2001).

Saluran pemasaran adalah salah satu yang menentukan keputusan pemasaran yang
lainnya seperti dalam hal penetapan harga produk (pricing). Ketika perusahaan memilih
memasarkan produknya secara terbatas, pasti harganya pun tinggi karena adanya nilai
eksklusifitas. Kondisinya berbeda ketika perusahaan memasarkan produknya secara massal
yang pastinya membuat harga produk lebih murah. Perlu diingat juga saluran pemasaran
tidak hanya melayani pasar tetapi juga menciptakan pasar.

Menurut Kottler (2006) dalam bukunya manajemen pemasaran mengemukakan ada


dua strategi yang sering digunakan perusahaan dalam mengelola saluran pemasaran terutama
dalam penciptaan saluran pemasaran baru, yaitu strategi dorong (push strategy) dan strategi
tarik (pull strategy). Pemakaian strategi ini tergantung keputusan perusahaan terutama
tergantung popularitas produk perusahaan tersebut.

Strategi dorong dalam pelaksanaanya adalah mencoba membujuk perantara agar mau
memasarkan produknya dengan memberikan fasilitas-fasilitas tertentu misal potongan yang
tinggi dalam pembelian produk. Strategi ini cocok dilakukan untuk produk yang loyalitas
mereknya masih rendah dan pilihan merek dilakukan ditoko. Strategi ini cocok untuk produk
baru yang mempunyai dana promosi terbatas, sehingga mencoba menggunakan saluran
pemasaran yang sudah berpengalaman dalam memasarkan berbagai produk.

Strategi tarik dalam pelaksanaannya adalah dengan cara perusahaan membangun


positioning produk melalui promosi ke konsumen seperti iklan media cetak, elektronik atau
melalui events tertentu. Sehingga dengan fokus kepada promosi akan membuat konsumen
tertarik untuk mencoba. Permintaan konsumen terhadap produk yang diiklankan biasanya
menarik banyak perusahaan ingin menjadi agen atau salah satu saluran pemasarannya.

Apabila sudah demikian perusahaan akan mempunyai daya tawar terhadap perantara.
Karena banyaknya calon agen yang mengajukan sebagai perantara produk, membuat
perusahaan bisa memilih calon agen yang mempunyai cakupan wilayah pemasaran yang luas
sehingga produk akan cepat menyebar.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Usaha Selada Hidroponik

Selada merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis cukup
tinggi. Selada dibutuhkan untuk mempersiapkan berbagai jenis hidangan yang dijual di
restoran, café, maupun dalam berbagai acara resmi seperti pernikahan. Kita bisa
membudidayakan tanaman ini secara organik dengan metode hidroponik. Biaya budidaya
hidroponik yang akan dilakukan akan dihitung untuk luas lahan 150m 2. Lahan yang
digunakan untuk instalasi hidroponik kurang lebih 100m2 dengan model instalasi membentuk
huruf A bertingkat. Lahan seluas ini bisa ditanami dengan 11.200 tanaman sayur selada.
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah:

1. Kebun hidroponik dibangun tanpa menggunakan greenhouse.


2. Tanaman yang ditanam adalah tanaman sayur selada.
3. Luas lahan yang digunakan 150m2 dengan luas yang digunakan untuk instalasi
hidroponik kurang lebih 100m2 dengan model instalasi membentuk huruf A
bertingkat.
4. Jumlah lobang setiap m2 nya berkisar 112 lubang dengan jarak tanam 15cm.
5. Jumlah populasi sebanyak 11.200 tanaman selada.
6. 2000 benih tanaman selada dengan tingkat pertumbuhan 70% - 80%.
7. Waktu budidaya tanaman selada berkisar 28-30 hari.
8. Asumsi banyaknya tanaman selada perkg sebanyak 16 sayuran selada.
9. Asumsi tingkat kerusakan 10% dengan hasil panen 630kg.
10. Harga pasaran tanaman selada hidroponik kurang lebih Rp. 40.000.
11. Tanaman selada dikemas dalam wadah berbobot kurang lebih 25gr/pack, sehingga
ada 2.520 bungkus per-pack panennya.

Uraian Harga Biaya


A. Biaya Investasi
1. BANGUNAN
Bangunan semi permanen 25m2 10.000.000 10.000.000
Pemasangan listrik 2.200 watt 1.500.000 1.500.000
Subtotal 11.500.000
2. INSTALASI HIDROPONIK
Intalasi hidroponik tingkat 100m2 400.000 40.000.000
Instalasi meja semai 2.700.000 2.700.000
Pompa sirkulasi HP 1 buah 5.280.000 5.280.000
Pompa air jet pump (100 watt) 1 buah 2.000.000 2.000.000
Tangki air 1.500 liter 1 buah 3.000.000 3.000.000
Jaringan utilitas 1.000.000 1.000.000
Pemasangan instalasi 1.000.000 1.000.000
Subtotal 54.980.000
3. PERALATAN
Keranjang plastik 5 buah 100.000 100.000
EC meter 1 buah 250.000 250.000
pH meter 1 buah 300.000 300.000
Timbangan meja 1 buah 100.000 100.000
Subtotal 1.150.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 67.630.000

Uraian Harga Biaya


B. Biaya Produksi
1. BIAYA TETAP
Sewa lahan 150m2 1.000.000 1.000.000
Transportasi 2.500.000 2.500.000
Penyelia 1 orang 2.500.000 2.500.000
Tenaga kerja lapangan 2.000.000 2.000.000
Listrik dan air 750.000 750.000
Penyusutan bangunan masa pakai 10 tahun 95.833 95.833
Penyusutan instalasi masa pakai 5 tahun 916.333 916.333
Penyusutan peralatan masa pakai 3 tahun 31.944 31.944
Subtotal 8.794.111
2. BIAYA VARIABEL 11.200 TANAMAN
Benih selada 8 bungkus 35.000 280.000
Rockwool 56 buah 20.000 1.120.000
Nutrisi 32 botol 35.000 1.120.000
Kemasan + label @2520 1.100 2.800.000
Subtotal 5.320.000
TOTAL BIAYA PRODUKSI 14.114.111

Uraian Harga Biaya


C. Pendapatan
Penjualan Selada 630kg 40.000 25.200.000
Keuntungan 11.085.889

1. BEP untuk volume produksi


BEP = Total biaya produksi / Harga rata-rata
BEP = Rp. 14.114.111 / Rp. 40.000
BEP = 353 kg
Artinya, bahwa titik balik modal tercapai bila total produksi selada mencapai 353 kg.
2. BEP untuk harga produksi
BEP = Total biaya produksi / Volume rata-rata
BEP = Rp. 14.114.111 / 630 kg
BEP = Rp. 22.403
Titik balik modal dicapai bila harga jual selada Rp. 22.403 per kg dengan asumsi.

3. Ratio Pendapatan per biaya (R/C Ratio)


R/C Ratio = Pendapatan kotor / Total biaya
= Rp. 25.200.000 / 14.114.111
= 1,78
Artinya, bahwa setiap biaya sebesar Rp. 1.000 memperoleh penerimaan sebesar Rp.
1,78.

Perkiraan keuntungan yang bisa didapatkan dari analisis asumsi usaha selada hidroponik
adalah Rp. 11.085.000.

3.2 Analisis Pemasaran Selada Hidroponik


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. & Azizah, N. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Hidroponik.
Malang: UB Press.

Qurrohman, Budy Frasetya Taufik. 2019. Bertanam Selada Hidroponik Konsep dan Aplikasi.
Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN SGD Bandung.

Luthfi. Harisudin. Aulia. 2017. Analisis Usaha dan Strategi Pemasaran Hidroponik pada
UMKM Bakoel Sayur Kabupaten Karanganyar. ISSN : 2302-1713.

Roidah, IS. 2014 . Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo.

Sunarjono, Hendro. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P. 2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Cahyono, B. 2005. Teknik Budi Daya dan Analisa Usahatani Selada. Semarang: Aneka Ilmu.

Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu dan H. Sunarjono. 2003. Sawi Dan Selada. Jakarta: PT
Penebar Swadaya.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budi Daya Secara Hidroponik. Nuansa Aulia.
Bandung.

Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik Ala Yos. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Masduki, Anang. 2017. Hidroponik Sebagai Sarana Pemanfaatan Lahan Sempit di Dusun
Randubelang, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Jurnal Pemberdayaan Universitas Ahmad
Dahlan.

Mas’ud, H. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng.

Sari, Rentika. & Fitriani. 2019. Pengembangan Agribisnis Sayuran Hidroponik di PT ABC.
KTI Politeknik Negeri Lampung.

Haryanti, Made Desi. 2018. Strategi Pemasaran Selada Siomak di MDH Bandar Lampung.
KTI Politeknik Negeri Lampung.

Simatupang, Bonni. 2002. Analisis Strategi Pemasaran Sayuran Organik Merek Delfarm
Vegetables. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahmawati, Agnia. & Rosyad, Anisur. 2013. Kajian Pemasaran Selada Organik di
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Universitas Jenderal Soedirman.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Sutarni, Fitriani. & Analianasari. 2014. Tingkat Pendapatan dan Titik Impas (Break Event
Point) Agroindustri Pengawetan Ikan Asin Teri. Prosiding Seminar Nasional.

Anda mungkin juga menyukai