Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TATA NIAGA

SALURAN TATA NIAGA BAWANG PUTIH

Disusun oleh :
Jaenur Rohmad (36144131048)
Ratna Safitri (361441311071)
Regina Nindya Pinilih (361441311066)
Ita Sari (361441311038)
AGRIBISNIS 2B

PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2016
KATA PENGANAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ilmiah tentang
Tataniga Bawang putih
Laporan ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Laporan ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan ilmiah tentang Tataniga Bawang putih untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banyuwangi, 10 Juni 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sector pertanian. Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia berdasarkan suravey angkatan kerja nasional Tahun 2004 hingga 2011
menyatakan penduduk Indonesia taerserap di sector pertanian sekitar 35-36%. Sektor
pertanian memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional untuk
mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Bawang putih merupakan komoditi yang
nilai impornya tertinggi di su sector hortikultura. Pemerintah mengambil kebijakan impor
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri saat produksi dalam negeri
tidak mampu menutupi permintaan pasar (Cristianto E, 2013)
Salah satu komoditas yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat adalah bawang putih.
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan semakin kecil nilai produksi bawang putih
menimbulkan kondisi disequilibrium dalam pasar bawang putih dalam negeri, semakin
menurunnya produksi bawang putih antara lain di sebabkan oleh berkurangnya minat petani
terhadap bawang putih. Membanjirnya produk bawang putih impor yang memiliki harga
murah dan ukuran umbi yang besar diduga menjadi salah satu penyebab menurunnya minat
petani untuk mengusahakan bawang putih. Rendahnya produktivitas antara lain juga
disebabkan oleh penerapan kultur teknis yang belum sesuai dengan SOP ( standar
operasional prosedur) dalam budidaya bawang putih,juga disebabkan oleh penggunaan bibit
dengan kualitas yang belum memadai ( Prastuti dkk,2011).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1) Bagaimana saluran Tataniaga pada komiditi bawang putih pada pedagang 1 dan 2 di
kecamatan Genteng ?
2) Bagaimana Margin pemasaran, Farmer Share, dan Distribusi Margin untuk masing-
masing saluran Pemasaran?
3) Saluran Pemasaran manakah yang efisien dilakukan oleh Produsen?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah
1) Untuk mengetahui saluran tataniaga pada Komoditi bawang putih di daerah pasar 1 dan 2
di kecamatan Genteng.
2) Untuk mengetahui Margin Pemasaran, Farmer Share, dan Distribusi Margin untuk
masing-masing saluran Pemasaran.
3) Untuk mengetahui Saluran Pemasaran manakah yang efisien dilakukan oleh Produsen

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak seperti:
1) Petani dan lembaga tataniaga sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan system
tataniaga bawang putih yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
2) Pemerintah sebagai bahan informasi bagi perencanaan kebijaksanaan guna meningkatkan
efisiensi tataniaga bawang putih.
3) Pihak lain sebagai bahan masukan atau rujukan bagi penelitian berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

Sumodiningrat,(2000) Sistem tataniaga yang baik maka tidak mungkin akan meningkatkan
pendapatan petani. baik atau buruknya sistem tataniaga sangat menentukan tinggi atau rendahnya
pendapatan petani. Tataniaga merupakan salah satu komponen penting bagi usahatani, petani
perlu mengalokasikan biaya tataniaga seefisien mungkin dan memperoleh keuntungan yang
besar.
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran,
menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai
hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga-lembaga tataniaga dalam
menyampaikan komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk
jaringan tataniaga.Arus tataniaga yang terbentuk dalam proses tataniaga ini beragam sekali,
misalnya produsen berhubungan langsung dengan tengkulak atau pedagang pengumpul (Jahira
Sabang. Dkk, 2011). Kegiatan-kegiatan tataniaga atau pemasaran menurut fungsinya dapat
dibedakan atas:
a) Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi fisik. Misalnya
badan pengangkutan/ transportasi.
b) Lembaga perantara tataniaga ialah suatu lembaga yang khusus mengadakan fungsi
pertukaran.
c) Lembaga fasilitas tataniaga ialah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi
fasilitas seperti bank desa,kredit, desa, KUD.
Lembaga-lembaga pemasaran menurut pengusaan terhadap barang dan jasa terdiri dari:
a) Lembaga pemasaran yang tidak memiliki teteapi mengusai barang misalnya agen,
perantara dan broker.
b) Lembaga pemasaran yang memiliki dan mengusai barang. Contohnya pedagang
pengumpul, pedagang pengecer, grosir,eksportir, dan importir.
Pada pemasaran komoditi pertanian, lokasi produksi seringkali terpisah jauh dari tempat
konsumen. Agar produk pertanian ini dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Diantara produsen dan
konsumen akhir terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran
komoditi pertanian tersebut. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pendistribusian
buah tomat tidak berbeda dengan jalur-jalur pemasaran komoditas pertanian lainnya. Lembaga-
lembaga pemasaran ini umumnya terdiri atas tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar,
pengecer

2.2 Saluran Pemasaran


Saluran tataniaga adalah kegiatan usahatani yang bertujuan untuk mengalirkan barang dan
jasa dari titik produsen ke konsumen (Hamid, 1974). Menurut Niti Semito (1991), tataniaga
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke
konsumen secara efisien, dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif sehingga
tataniaga bukan semata-mata kegiatan untuk menjual barang dan jasa saja, karena sebelum dan
sesudahnya merupakan kegiatan tataniaga.
`Limbong dan Sitorus (1985) mendefinisikan saluran pemasaran adalah rangkaian lembaga-
lembaga niaga yang dilalui barang dalam penyalurannya dari produsen ke konsumen.
Saluran pemasaran dapat dipilih secara bebas artinya lembaga pemasaran dapat memilih
langsung saluran pemasaran mana yang lebih menguntungkan.Untuk produk pertanian umumnya
lewat pedagang pengumpul kemudian ke pedagang pengecer.Saluran pemasaran dapat berbentuk
secara sederhana dan dapat pula rumit sekali.Menurut panjang pendeknya saluran pemasaran
dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Saluran Pemasaran Langsung
Pada sebuah saluran pemasaran pihak produsen berhubungan langsung dengan pihak
konsumen .
2. Saluran tidak langsung
Pihak produsen menggunakan pihak pertama yaitu pedagang untuk menyalurkan barang
kepada konsumen.
Produsen dalam memilih saluran pemasaran harus mempertimbangkan beberapa factor yaitu
waktu tempat bentuk dan kualitas .
Menurut limbong (1985), menjelaskan panjang pendeknya saluran pemasaran tergantung pada:
1. Macam komoditi
2. Lembaga pemasaran
3. Sistim pasar.
Fungsi utama dalam saluran pemasaran ialah menyalurkan barang dari produsen ke
konsumen.Tingkat saluran pemasaran yang ada dan umum digunakan adalah sebagai berikut
(Kotler, 1995):
1. Saluran nol tingkat:Produsen→Konsumen
Saluran ini disebut juga saluran pemasaran langsung terdiri dari produsen-produsen yang
menjual langsung kepada konsumen.
2. Saluran satu tingkat : Produsen→Pengecer→Konsumen
Terdiri dari satu perantara.Dalam pasar konsumen biasanya perantara ini berupa seorang
pengecer, yaitu pedagang yang menjual hasil petani ke konsumen dengan tujuan
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam partai kecil.
3. Saluran dua tingkat: Produsen→Pengumpul→Pengecer→Konsumen
Terdiri dari dua perantara yaitu pedagang pengumpul yang mengumpulkan barang-
barang hasil pertanian dari petani produsen dan kemudian memasarkan kembali dalam
partai besar kepada pedagang lain dan pedagang pengecer.
4. Saluran tiga tingkat: Produsen →Pengumpul→Pemborong→Pengecer→Konsumen

2.3 Fungsi- Fungsi Pemasaran


Dalam proses pemasaran produk pertanian dari produsen hingga ke konsumen akhir, terjadi
peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat dan waktu. Hal ini disebabkan oleh
berbagai kegiatan pemasarn sebelum produk pertanian sampai ke konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pertanian, mencangkup
fungsi pertukaran,fungsi fisik, dan fungsi fasilitasi:
1. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang
dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pemasaran ini terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi
penjualan.
a. Fungsi pembelian merupakan fungsi yang berhubungan dengan pemindahan hak milik
dari sejumlah barang dan jasa yang dipasarkan.
b. Fungsi penjualan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari atau
mengusahakan agar ada permintaan atau pembelian terhadap barang dan jasa yang
dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan.
2. Fungsi penyediaan fisik yaitu kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan
barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi fisik ini
meliputi pengangkutan dan penyimpanan.
a. Fungsi pengangkutan meliputi perencanaan, pemilihan dan pergerakan. fungsi
pengangkutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa
di daerah konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya.
b. Fungsi penyimpanan (kegunaan waktu) yaitu untuk menyimpan barang selama belum
dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran, untuk memperkecil fluktuasi
harga komoditi yang bersifat musiman, mengatur keseimbangan suplai sepanjang tahun,
menjaga mutu komoditi pertanian yang mudah rusak.
3. Fungsi penyediaan fasilitas, merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk
meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi ini meliputi
standarisasi, penanggungan resiko, informasi pasar, dan penyediaan dana.
a. Fungsi standarisasi merupakan suatu ukuran atau penentuan mutu suatu barang dengan
menggunakan berbagai ukuran seperti warna, bentuk, kekuatan atau ketahanan, kadar air,
tingkat kematangan, rasa, ukuran bentuk.
b. Fungsi penanggungan resiko yaitu kemungkinan yang sifatnya merugikan yang akan
dihadapi dalam penyaluran barang dari produsen hingga tingkat konsumen.
c. Fungsi informasi sangat penting terhadap penawaran dan permintaan.

2.4 Analisis Stuktur, Tingkah Laku dan Penampilan Pasar.


2.4.1 Struktur
Pasar adalah hal yang dapat mempengaruhi tingkah lakudan kinerja perusahaan pasar,
seperti jumlah perusahaan, skala produksi, dan jenis produksi. Struktur pasar yang kompetitif
adalah struktur pasar dimana perusahaan-perusahaan yang ada didalamnya sama sekali tidak
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga dan jumlah barang dipasar. Semakin lemah
kemampuan-kemampuan perusahan-perusahaan tersebut semakin kompetitif struktur pasarnya.
Unsur-unsur struktur pasar meliputi:
1. Konsentrasi
2. Deferensiasi produk
3. Ukuran perusahaan
4. Hambatan masuk
5. Integrasi vertical
6. Difersifikasi
Struktur pasar disuatu negara dapat bergerak mulai dari struktur pasar persaingan sempurna
sampai dengan monopoli.

2.4.2 Perilaku Pasar


Perilaku pasar adalah pola kebiasan pasar meliputi proses (mental) pengambilan
keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu, konsisten
selama periode waktu tertentu. Kegiatan-kegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian,
keyakinan, usaha memperoleh, pola penggunaan, maupun penolakan suatu produk.
2.4.3 Penampilan Pasar
Scherer(1990),kalau terlalu bersifat deterministik untuk memahami fungsi
ketidaksempurnaan pasar. Suatu kondisi yang sering terjadi di Negara sedang berkembang
seperti Indonesia.Model SCP dinamik, Model diasumsikan mempunyai hubungan interdepensi
atau simultan diantara struktur pasar, perilaku pasar dan penampilan pasar. Struktur pasar dan
tingkah laku pasar akan mempengaruhi penampilan pasar. Begitu pula sebaliknya penampilan
pasar akan mempengaruhi struktur dan tingkah laku pasar dalam jangka panjang.
Untuk mengetahui penampilan pasar dapat diperhatikan beberapa hal, antara lain :
1. Biaya pemasaran. Biaya pemasaran dihitung dari seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh pedagang untuk penyelenggaraan usaha pemasaran yang dihitung pada setiap
tingkat pemasaran
2. Margin pemasaran. Total margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang
diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen, atau dapat juga sebagai
penjumlahan margin pemasaran pada setiap tingkat pemasaran yang terlibat
dalam satu saluran pemasaran
3. Keuntungan pemasaran. Keuntungan pemasaran lembaga ke-i merupakan selisih
antara harga jual dan harga beli oleh lembaga pemasaran ke-i terhadap biaya yang
dikeluarkan oleh lembaga tersebut
4. Share Harga yang Diterima Petani. Share harga yang diterima petani merupakan
proporsi dari harga yang diterima petani terhadap biaya yang dibayar konsumen
akhir
5. Share Biaya dan Keuntungan Pemasaran
6. Tingkat Pengembalian Modal (Return On Capital/ROC). Pengukuran
pengembalian atas modal yang digunakan dilakukan untuk mengetahui seberapa
efektif perusahaan atau lembaga pemasaran menggunakan sumberdaya yang ada

2.5. Efisiensi Pemasaran


Menurut Sudiyono (2004), sistem pemasaran dapat dianggap efisien apabila memenuhi
syarat, yaitu mampu menyampaikan hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya
semurah mungkin, dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari pada keseluruhan harga
yang dibayar oleh konsumen terakhir kepada semua pihakyang ikut serta dalam kegiatan
produksi dan pemasaran barang itu.
Menurut Cahyono (1998) contoh pendistribusian buah tomat dari petani produsen ke
konsumen yang dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pedoman untuk menentukan kegiatan
pemasaran yang efisien menurut kondisi setiap daerah produsen dan permodalan yang ada.
1. Rantai Pemasaran I :
Petani Produsen→Tengkulak→Pedagang Pengumpul→Pedagang Besar→Pedagang
Pengecer→Konsumen.
2. Rantai Pemasaran I :
Petani Produsen→Tengkulak→Pedagang Pengumpul→Pedagang Besar→Pedagang
Pengecer→Konsumen.
3. Rantai Pemasaran III :
Petani Produsen→Eksportir atau Petani Produsen→Industri Makanan
4. Rantai Pemasaran IV :
Petani Produsen→Tengkulak→Pedagang Pengumpul→Pedagang Besar →Eksportir atau ke
Industri Makanan
5. Rantai Pemasaran V :
Petani Produsen→Pedagang Besar→Pedagang Pengecer→Konsumen
6. Rantai Pemasaran VI :
Petani Produsen→Tengkulak→Pedagang Pengumpul→Eksportir Ke Industri makanan

Rantai pemasaran I dan IV merupakan jalur pendistribusian yang panjang karena melibatkan
banyak lembaga pemasaran.Dengan demikian, sistim pemasaran pada rantai pemasaran I dan IV
tidak efisien untuk menunjang keberhasilan usahatani.Jalur pemasaran yang pendek dapat
ditempuh melalui rantai pemasaran II, III, V dan VI.
Kegiatan pemasaran yang efisien adalah jika petani produsen dapat menjual produknya
dengan memperpendek jalur pemasaran. Dengan demikian, tingkat harga yang dapat diperoleh
akanlebihtinggi sehingga keuntungan juga menjadi lebih tinggi. Keuntungan lainnya adalah daya
beli masyarakat atau konsumen menjadi lebih tinggi karena tingkat harga yang ditawarkan lebih
layak atau terjangkau.

2.6 Marjin Pemasaran


Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan
harga yang diterima petani. Komponen margin pemasaran ini terdiri biaya-biaya yang diperlukan
lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya
pemasaran.
MP = BP + K atau MP = Pr – Pf
Di mana:
MP = marjin pemasaran
BP = biaya pemasaran
K = keuntungan
Pr = harga di tingkat konsumen
Pf = harga di tingkat produsen
Dengan kaidah keputusan:
a. 0 - 33% = efisien
b. 34 - 67% = kurang efisien
c. 68 - 100% = tidak efisien
2.6.1 Nilai margin pemasaran
Nilai marjin pemasaran ialah besarnya marjin pada volume produk pertanian yang
dintransaksikan secara matematis nilai marjin pemasaran di formulasikan:
VM=(Pr-Pf)Q⃰
Keterangan :
VM : Nilai marjin pemasaran
Pr : Harga di tingkat pengecer
Pf : Harga ditingkat petani
Q⃰ : Jumlah produk pertanian yang ditransaksikan.
2.6.2 Farmer’s Share
Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah
dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang
dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam
bentuk persentase (Limbong & Sitorus, 1987). Farmer’s share berhubungan negatif dengan
marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh
petani (farmer’s share) semakin rendah. Rumus untuk menghitung farmer’s share adalah:
Fs = x 100%
Di mana:
Fs = farmer’s share
Pf = harga di tingkat petani
Pr = harga di tingkat konsumen akhir
2.6.3 Distribusi Margin
Distribusi margin = biaya yang dikeluarkan x 100%
margin pemasaran
Marjin pemasaran sama dengan selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat
petani (M=Pr–Pf). Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan
sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat Secara grafis
marjin tataniaga dapat dilihat pada gambar berikut ini :

2.7 Manajemen Pemasaran


Manajemen pemasaran adalah salah satu kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan perusahaanya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan
laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi dan tidak
berakhir dengan penjualan .Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan
kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai
pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan.
Secara definisi,manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang
dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan.
Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan factor penting untuk
mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat
didalamnya. Cara dan falsafah ini disebut “Konsep Pemasaran
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktik Lapang.


Kegiatan pelaksanaan praktik lapang di ikuti oleh mahasiswa agribisnis semester IV yang
dilaksanakan :
Tempat : Pasar Genteng
Hari/ Tanggal : Rabu/01 – Juni - 2016
Pukul : 18.30-selesai

3.2 Metode pengambilan sampel


Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel responden di Pasar Genteng dengan
menemui dan wawancara secara langsung dengan petani/ pedagang/responden cara ini biasa
dikatakan pengambilan sampel data primer

3.3 Analisa data


Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder .Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dengan petani, pedagang pengumpul,pedagangpengecer
menggunakan daftar pertanyaan yang disiapkan dalam bentuk kuisioner.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini
seperti Direktorat jenderal Tanaman pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian, Badan
Pusat Statistik, serta literature-literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan judul
penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik responden


Pedagang 1
Nama : Aris Biantoro
Umur : 21-26 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA/SMEA

Pedagang 2
Nama : Sukaryo
Umur : >36
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SD

4.2 Pembahasan
Saluran tataniaga Bawang Putih di pasar Genteng Sehat mulai dari petani hingga
konsumen melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu Agen – Pedagang – Konsumen,
BAB V
PENUTP

5.1 Kesimpulan
1. Sistem pemasaran Bawang Putih di Pasar Genteng terdiri dari dari 2 salurang yaitu Agen
Lokal – Pedagang Besar- Pedagang Kecil – Konsumen dan Impor- Pedagang Besar-
Konsumen.
2. Analisis margin pemasaran di lakukan untuk mengetahui efesiensi pemasaran Bawang
putih dari tingkat produsen sampai ke tangan konsumen
3. Distribusi Margin yang di dapat dari Biaya Transportasi 1,25%
4. Analisis margin pemsaran paling efesien

5.2 Saran
a. Pedagang
1. Pedagang harus memperpendek saluran tataniaga yang digunakan harga harga
produk lebih terjangkau
2. Pedagang dan petani harus memiliki perencanaan yang lebih baik agar tidak terjadi
kelangkaan maupun melimpahnya produk bawang putih
b. Pemerintah
1. Pemerinah harus membatasi jumlah impor bawang putih dari china, karena impor
akan menurunkan daya saing produk local
2. Untuk dapat mendistribusikan bawang putih secara efesien di butuhkan kerjasama
dengan pihak yang mau menampung bawang putih
DAFTAR PUSTAKA

Antara.M.Muis.A.Rizka.2015.Analisis Pemasaran Tomat Didesa Labuan Toposo Kecamatan


Labuan Kabupaten Donggala.e-JAgrotekbis.3(6):759-764

Dewi E . 2015. Analisa Usahatani Dan Efisiensi Pemasaran Bawang Prei (Allium Porrum Bl.) Di
Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung (Studi kasus di Desa Pinggirsari Kecamatan
Ngantru Kabupaten Tulungagung). Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita. 11(06) 112-
134

Dhewi T.S, 2014. Analisis efisiensi pemasaran bawang merah Di kabupaten probolinggoFakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang. Jurnal Tataniaga. 12(06) 250-255

Heriani.N.Soelaiman.A. Zakaria.W.A 2013.Analisis Keuntungan Dan Risiko Usahatani Tomat


Di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.Jurnal I I A.vol1- (2)

S.Jahira. D.Naomi dan W.Tetti .2011.Sistem Pemasaran Tomat (Lycopersicum Esculentum


L.Mill) Didesa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara.EPP.8(2): 41 -47.

Khols dan Uhls, (1990), perilaku pasar. http://farinaseftiani.blogspot.co.id/2014/05/perilaku-


pasar.html. Di akses 2014.

Limbong dan Sitorus, (1987), lembaga dan saluran tataniaga. http://nadya-


isti.blogspot.com/2013/01/lembaga-dan-saluran-tataniaga.html. Di akses 2013.

Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

Rahardi, (2000), Manajemen pemasaran. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_pemasaran.


Di akses 2013.

Sudiyono, (2001), lembaga pemasaran. https://sriwijayanti.wordpress.com/lembaga-pemasaran/.


Di akses 2012
LAMPIRAN

A. Tabel data primer


Tabel 1: Analisis Margin, Distribusi Margin, Farmer;s Share pemasaran Bawang Putih untuk
esponden 1
Lembaga pemasaran dan
Rp/ Kg DM(%) Share (%)
komponen margin
1 2 3 4
AGEN
Harga beli 20.000 83,33
Biaya Transportasi 300 7,5 1,25
Biaya Timbang 50 1,25 0,21
Biaya Sortasi 50 1,25 0,21
Keuntungan 3600 120 15
Harga Jual 24.000 16,67

PENGECER
Harga Beli 24,000 85,71
Biaya Transportasi 300 7,5 1,07
Biaya timbang 50 1,25 0,18
Keunungan 3850 96,25 13,75
Harga jual 28.000 700 100,71
Margin Pemasaran 4000
Tabel 2: Analisis Margin, Distribusi Margin, Farmer;s Share pemasaran Bawang Putih untuk
esponden 2
Lembaga pemasaran dan
Rp/ Kg DM(%) Share
komponen margin
1 2 3 4
AGEN
Harga beli 15.000 68,18
Biaya Transportasi 400 5,71 1,81
Biaya Timbang 100 1,42 0,45
Biaya Sortasi 100 1,42 0,45
Keuntungan 6400 91,42 29,09
Harga Jual 22.000 99,98

PENGECER
Harga Beli 22.000 88
Biaya Transportasi 400 5,71 1,6
Biaya timbang 100 1,42 0,4
Keunungan 2500 35,71 10
Harga jual 25.000 357,14 100
Margin Pemasaran 7.000

B. Tabel data sekunder


Tabel 3. Margin pemasaran bawang putih
Harga di tingkat Harga di tingkat Margin Pemasaran
Tahun
agen (Pf)/kg pengecer (Pr)/kg (M)
2013 `21000 23000 2000
2014 22500 23000 2500
2015 23000 25000 3000
2016 24000 28000 4000
Responden 1

Responden 2

Anda mungkin juga menyukai