Anda di halaman 1dari 10

TUGAS:

ILMU GULMA DAN PENGELOLAANNYA

OLEH
Nama

: JULITA

Stambuk

: D1B1 14 108

Kelas

: Agroteknologi D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSTAS HALU OLEO
2016

TUGAS:
1. Sebutkan 5 Macam Legum Crop ?
2. Jelaskan Sifat-sifat Khas tiap Jenis/ cepat tumbuh umur pendek?
3. Jelaskan Perbandingan bila digabungkan?
JAWAB
Legume Cover Crop (LCC)
Aplikasi LCC merupakan cara yang tepat untuk optimalisasi
potensi lahan dan keramahan lingkungan. Penanaman LCC
mampu memperbaiki kesuburan tanah, menekan pertumbuhan
gulma di areal penanaman, meningkatkan ketersediaan karbon
dan

nitrogen

dalam

tanah,

serta

mengurangi

laju

erosi

(Choudhary, 1993; Barthes, 2004).


1. 5 Macam Legum Crop
a.
b.
c.
d.
e.

Mucuna bracteata
Centrocema pubescens (CP)
Calopogonium muconoides (CM)
Pueraria javanica (PJ)
Calopogonium caeruleum (CC).

2. Sifat-sifat Khas tiap Jenis/ cepat tumbuh umur pendek


a. Mucuna bracteata
Salah satu jenis LCC yang paling banyak digunakan di
perkebunan kelapa sawit adalah M. bracteata. Tanaman ini
termasuk satu dari beberapa tanaman
yang

kacang-kacangan

ditemukan pertama kali di India Utara, tepatnya di

kawasan hutan negara

bagian

Tripura. Awalnya, Mucuna

bracteata ditanam untuk keperluan tanaman pakan hijau.


Perkebunan karet di Kerala, Pertanian di India Selatan sudah
menanam M. bracteata secara intiensif sebagai penutup
tanah (CSIR, 1962; Duke, 1981; Wilmot-Dear, 1984).
Daun Mucuna bracteata memiliki warna hijau tua
berukuran sekitar 15 cm x 10 cm. Seperti kebanyakan
kacangan lainnya, daun Mucuna bracteata adalah trifoliat.

Jika suhu lingkungan terlalu tinggi, maka helaian daun akan


menutup, biasa disebut dengan termonasti. Keadaan tersebut
berfungsi dalam mengurangi penguapan. Mucuna bracteata
memiliki ketebalan vegetasi hingga 40-100 cm, diukur dari
permukaan tanah. Apabila situasi lingkungan dan aspek
budidaya optimal, laju penutupan

pada

masa

awal

penanaman mampu mencapai 2-3 m2 per bulan. Sementara


untuk laju penutupan areal yang sempurna terjadi di tahun
ke-2. Jumlah biomassa pada usia tersebut mencapai 9-12 ton
berat kering per ha dengan ketebalan vegetasi optimal, yakni
40 100 cm (Harahap et al., 2008).
b. Centrocema pubescens (CP)
Centrocema pubescens adalah tanaman yang bersifat
merambat dan memanjat, serta termasuk tanaman umur
panjang. Memiliki panjang batang hingga mencapai 5 m serta
memiliki bulu-bulu halus. Sama seperti tanaman kacangan
lainnya,

terdapat

berbentuk

lonjong

helai

dalam

satu

daun.

Daunnya

dengan permukaan sedikit kasar, serta

terdapat bulu-bulu halus di bagian atas dan bawah daun.


Bunga Centrocema pubescens berbentuk kupu-kupu dengan
warna

violet

keputih-putihan. Buah berbentuk polong,

panjangnya 9-17 cm, saat muda berwarna hijau dan setelah


tua berubah menjadi kecokelatan (Smith, 1985).
Centrocema pubescens merupakan tanaman yang cukup
handal pada kondisi kapasitas air lahan yang ekstrim serta
tahan terhadap naungan (Reksohadiprodjo

1981). Tanaman

ini juga mampu tumbuh baik pada lahan dengan drainase


yang buruk dan pH masam (Smith, 1985).

Sarief (1986)

menambahkan bahwa Centrocema pubescens beradaptasi


baik pada berbagai jenis tanah.
menghendaki

kondisi

pH

Centrocema pubescens

optimum

berkisar

4.5-8.0.

Sementara untuk perkembangan nodul akar menghendaki pH


optimum dengan kisaran 5.5-6.0. Kelebihan lain Centrocema
pubescens ialah cukup toleran di tanah dengan kandungan
Mangan

(Mn)

tinggi.

Tetapi,

cukup

perlu

diperhatikan

keseimbangan kadar Mn dengan pH rendah karena bisa


mengakibatkan keracunan bagi tanaman.
c. Calopogonium muconoides (CM)
Colopogonium muconoides atau sering disebut dengan
calopo termasuk dalam jenis LCC yang banyak dibudidayakan
di perkebunan kelapa sawit. Calopogonium

mucunoides

adalah jenis pupuk hijau dimana ketersediaannya cukup


banyak

kita

merupakan

temui

di

lapangan. Leguminosa

ini

tanaman yang mampu menghasilkan bahan

organik tinggi dan dapat meningkatkan kesuburan tanah


karena dapat memfiksasi nitrogen melalui bakteri rhizobium
di bintil akar tanaman. (Arsyad et al., 2011).
Buah calopo berupa polong denga bentuk lonjong rata
memanjang. Ukurannya sekitar 2 4 cm 0,3-0,5 cm. Benih
berbentuk hampir segi empat, ukuran sisinya sekitar 3 mm,
berwarna

coklat

kemerahan

dan

mengkilap

(Acevedo-

Rodrguez, 2005). C. mucunoides menyebar dengan benih


yang mudah tersebar sebagai kontaminan dalam jerami atau
lumpur mengikuti kendaraan atau aktivitas manusia lainnya
(Smith, 2002).
d. Pueraria javanica (PJ)
Pueraria javanica bermanfaat bagi lahan perkebunan,
sehingga berpotensi sebagai

lahan untuk sumber hijauan

Puero dan biji (bibit) Puero. Pueraria

javanica atau dikenal

dengan sebutan puero toleran pada intensitas cahaya yang


fluktuatif, baik rendah maupun tinggi. Pada intensitas cahaya
penuh, puero mampu berproduksi 10 ton bahan kering per ha
(Valentim dan Andrade 2005). Berkaitan dengan intensitas

cahaya rendah, Ali et al. (2010) menambahkan bahwa puero


toleran terhadap naungan. Puero mampu menghasilkan
produksi tinggi terhadap berat kering dalam areal yang 50%
ternaungi. Melihat beragam kelebihannya, maka puero sangat
tepat untuk dijadikan tanaman hijauan di perkebunan,
maupun sebagai bahan pakan ternak.
Puero memiliki pertumbuhan yang cepat. Sekitar 5-6 bulan
setelah tanam, tanaman ini sudah menutupi permukaan
lahan 90 - 100%. Di tahun keduan, puero sudah mendominasi
lahan,

maka

Biomassa

hasil

perlu

dilaksanakan

pemangkasan

pemangkasan

dapat

digunakan

rutin.
untuk

beragam kegunaan seperti pembuatan kompos maupun


untuk menghambat laju gulma di lahan perkebunan. Seresah
puero bisa dijadikan sebagai mulsa (Prawirosurokarto, 2005).
Berkaitan

dengan

kegunaan

menghambat

pertumbuhan

gulma, rupanya puero memiliki kandungan alelokimia berupa


isoflavonoid. Alelokimi memiliki potensi mampu menghambat
perkecambahan dan pertumbuhan anakan gulma. (Park et al..
2002). Isoflavonoid

merupakan turunan flavonoid, dimana

terdapat satu rantai samping

cincin aromatis. Isoflavonoid

memang banyak dijumpai kacangan.

(Taiz

dan Zeiger,

1991). Patterson (1981) dan Yu el al. (2003)

menyatakan

bahwa isoflavonoid mampu mengganggu proses metabolism,


yakni mengurangi laju respirasi dan fotosintesis.
e. Calopogonium caeruleum (CC).
Calopogonium caeruleum adalah salah satu jenis legum
yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah di
lahan perkebunan kelapa

sawit. Calopogonium caeruleum

atau biasa disingkat CC berasal dari Amerika Tengah, Meksiko


dan Hindia Barat, lalu wilayah tropis Amerika Selatan bagian
timur dan ke Brasil selatan. CC telah luas penyebarannya di

wilayah-wilayah tropika basah, selanjutnya pada tahun 1940


penyebarannya mulai masuk ke Asia Tenggara (t Mannetje
dan Jones, 1992).
Calopogonium caeruleum memiliki batang yang kokoh
agak berkayu, pertumbuhannya menjalar memanjat dan
melilit.

CC

merupakan

kacang-kacangan

yang

berumur

panjang. Daunnya bertipe trifoliate. Panjang petiola sampai


12 cm. tiap helaian daun berbentuk bulat telur, lateral yang
miring. Perbungaannya memanjang, bisa memiliki banyak
bunga. CC memiiki buah berupa polong, bentuknya lonjong
memangjang, dengan panjang 4 sampai 8 cm dan lebar 8
mm. Dalam satu polong terdapat empat sampai delapan biji
(Graham, 1933; Pulle, 1976).
3. Perbandingan bila digabungkan
Alternatif

cara

untuk

memperbaiki

sifat

fisik,

kimia,

maupun biologi tanah yang awalnya buruk seperti di daerah


tambang, yakni membuat tanah menjadi supresif. Tanah supresif
merupakan tanah yang kaya mikroorganisme tanah. Manfaatnya
ialah mendukung pertumbuhan tanaman serta menjadi musuh
bagi mikroba pathogen. Pemberian pupuk hayati merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan tanah, seperti
inokulasi bakteri rhizobium. Perlu ditanam tanaman sebagai
inang rhizobium seperti banyak pohon legume seperti sengon (P.
falcataria), serta tanaman kacangan lainnya yang sudah dibahas
di bagian panjang lebar di bagian sebelumnya, yakni Mucuna
bracteata, Calopogonium muconoides, Centrocema pubescens,
Pueraria javanica, dan Calopogonium caeruleum. Yang peru
diperhatikan juga untuk memilih jenis legum, yaitu

tanaman

yang memiliki jumlah kalor relatif cukup tinggi sekitar 4.464 Kkal
per kg (Samingan, 1983).

Fiksasi N bebas dari udara dengan bantuan bakteri dapat


menghemat penggunaan pupuk N yang berbentuk anorganik.
Tentu

mendukung

dalam

menjaga

stok

energi.

Sebab,

pembuatan pupuk N amat bergantung pada sumberdaya gas dan


minyak bumi. Sedangkan sumber energi yang tidak dapat
diperbarui tersebut diprediksi bisa habis (Kloeper et al., 2001).
Rhizobia

menurut

definisi

merupakan

bakteri

yang

membentuk simbiosis dengan kacang-kacangan, membentuk


akar atau nodul batang pada host atau tanaman inang dan
melakukan fiksasi nitrogen dari atmosfer (N 2). Klasifikasi awal
rhizobia adalah atas dasar konsep kelompok lintasan inokulasi,
dimana kelompok rhizobia didasarkan atas dasar kemampuan
khusus untuk menginfeksi dan melakukan fiksasi N 2 dengan
kelompok kacang-kacangan (Fred et al.,1932).
Beragam

kemanfaatan

penggunaannya

untuk

rhizobium

peningkatan

membuat

produktivitas

sudah

diterapkan di banyak Negara, baik Negara maju maupun


berkembang.

Bakteri rhizobium memiliki prospek yang bagus

untuk ke depannya di dunia pertanian. Inokulasi rhizobium


sangat baik bagi lahan pertanian. Misalnya pada lahan tanaman
kedelai. Pada lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami
kedelai, inokulasi Bradyrhizobium japonicum merupakan upaya
yang tepat. Sebab, lahan pertanian yang tidak pernah ditanami
kedelai atau kacang-kacangan jarang bahkan tidak sama sekali
ditemui bakteri Rhizobium. Fiksasi bakteri terhadap N terjadi
pada nodul atau bintil akar. Sedangkan bintil akar tanaman
leguminosa hanya bisa terbentuk jika bakteri Rhizobium tumbuh
di sekitar tanaman legum inangnya (Brill, 2007).
Perlakuan

inokulasi

Rhizobium

dari

Rhizoplus

yang

dikombinasikan dengan pupuk N (45 kg N/ha) memberikan hasil

biji kedelai tertinggi yaitu 2.696 kg biji kering/ha. Di lahan lebak,


pemberian

Rhizobium

mengefisienkan

pupuk

dari
N

Rhizoplus

sampai

22,5

dan
kg

Legin
N/ha.

dapat

Inokulan

Rhizobium dapat menggantikan fungsi pupuk N sampai dengan


22,5 N/ha atau dapat mengefisienkan pemupukan N sampai 22,5
kg N/ha (Noortasiah, 2005).
Brill, W. J. 2007. Biological Nitrogen Fixation. Science Amer.
3:68-81. (Cit. Muhibuddin. 2009)
Noortasiah. 2005. Pemanfaatan Bakteri Rhizobium Pada
Tanaman
Kedelai
Dilahan
Lebak.
Buletin
Teknik
Pertanian.Vol. 10. No. 2 (Cit. Mayani)
Fred EB, Baldwin IL, McCoy E. 1932. Root nodule bacteria and
leguminous plants. Madison, WI, USA: University of
Wisconsin Press. (Cit. Abdullahi et al. 2000)
Kloeper, J. W. and M. N.
Schroth, 2001. Development of
Powder Formulation of Rhizobacteria for Inoculation of
Potato
Seed Pieces. Phytopathol., 71 : 590-592. (Cit.
Muhibuddin. 2009)
Samingan T. 1983. Dendrologi. Jakarta: PT Gramedia. 90 hal. (Cit.
Mayani)

DAFTAR PUSTAKA
Ali AI, Yakup M, Sabaruddin. 2010. Produksi dan kandungan
mineral Pueraria phaseoloides dengan tingkat naungan dan

inokulasi mikoriza berbeda. Media Petern. 33:155161.Valentim JF, Andrade CMS. 2005. Tropical kudzu
(Pueraria phaseoloides): Successful adoption in sustainable
cattle production systems in the Western Brazilian Amazon.
Trop Grasslands. 38:222-223. (cit Fanindi, 2013)
Arsyad AR, Yulfita Farni dan Ermadani. 2011. Aplikasi Pupuk Hijau
(Calopogonium mucunoides dan Pueraria Javanica)
Terhadap Air Tanah Tersedia dan Hasil Kedelai. J.
Hidrolitan., Vol 2 : 1 : 31 39, 2011
Barthes, B., A. Azontonde., E. Blanchart., G. Girardin., R. Oliver.
2004. Effect of legume cover crop (Mucuna pruriens var
Utilis ) on soil carbon in an ultisol undermaize cultivation
in Southren Benin, Soil Use Manag.20:231-239 (Cit Hilda,
2011)
Choudhary, M. A., C. J. Baker. 1993. Conservation tillage and
seed in systems in South Pacific. Soil Till. Res. 27: 183-302
(Cit Hilda, 2011)
CSIR (Council of Scientific and Industrial Research). 1962. The
wealth of India: a dictionary of Indian raw materials and
industrial product. CSIR. New Delhi, India. Duke, J. F. 1981.
Handbook of Legumes of World Economic Importance.
Plenum Press. New York. NY. USA. (Cit Hilda, 2011)
Harahap, I. Y., C. H. Taufik., G. Simangunsong, dan R.
Rahutomo. 2008. Mucuna bracteata pengembangan dan
pemanfaatannya di
perkebunan kelapa sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit., Medan. (Cit Hilda, 2011)
Park,

L. J., Tanner. R. D. dan Prokop. A. 2002. Kudzu


(Pueraria lobata), a valuable potential commercial
resource: food, paper, textiles and chemicals. In:
Pueraria: Genus Pueraria (ed. By Keung W.M.). Taylor and
Francis, London, 259-272. (Cit. Indraheni)

Park,

L. J., Tanner. R. D. dan Prokop. A. 2002. Kudzu


(Pueraria lobata), a valuable potential commercial
resource: food, paper, textiles and chemicals. In:
Pueraria: Genus Pueraria (ed. By Keung W.M.). Taylor and
Francis, London, 259-272. (Cit. Indraheni)

Prawirosurokarto. 2005. Tanaman penutup tanah. Universitas


Sumatra Utara
Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.
Pustaka Buana. Bandung. 182 hal. (Cit Hilda, 2011)

Smith, A. C. 1985. Flora Vitensis Nova; A New Flora of Fiji.


Lawai. Kauai. Hawai National Tropical Botanical Garden.
Hawai Vol 3. 232p. (Cit Hilda, 2011)
Smith, M.A.K. and A.L. Alli, 2007. Mulching effect of tropical
plant residues on ecological weed growth in maize. Afr.
Crop Sci. Conf. Proc., 8: 11051115 (Cit. Samedani et al.
2014)
Taiz, L. dan ziger. E. 1991. Plant fisiologi. Third Edition.
Sinaueur Asosociates Inc. Pub. Sunderland, Massachusetts
Wilmot-Dear. C.M. 1984. A revision of M. bracteata (LeguminosePhaseoleae) in China and Japan. Kew Bulletin. 39(1): 23-65.
(Cit Hilda, 2011)

Anda mungkin juga menyukai