Kelas W
Kelompok 1 :
Sholikah W.R
(135040200111000)
(135040200111008)
Fardiansyah Nasution
(135040200111069)
Wulan Kartika W
(135040200111089)
Restu Nurwanto
(135040201111006)
Rieke Herlanda
(135040201111013)
Andrew Josua M
(135040201111020)
Puput Ariska D
(135040201111216)
Firdausul Marifah
(135040201111352)
(135040201111389)
1. Perkembangan produksi & konsumsi yang dipaparkan pd slide 12 - 16 didasarkan pada data:
th 2009 2013
Tingkat Nasional
Terkait dengan kebutuhan manusia akan bahan pangan, Mahasiswa diminta untuk:
a. Mendeskripsikan disparitas (gap) antara kuantitas produksi & konsumsi dari setiap
komoditas.
1. Tabel Produksi dan Konsumsi Padi
selanjutnya mengalami kenaikan dan hingga pada akhirnya produksi meningkat pada
tahun 2013 , di mana pada tahun ini mencapai tingkat produksi yang paling tinggi
dari tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk tingkat konsumsinya sama halnya dengan tingkat produksi
juga telah mengalami peningkatan dan penurunan dengan tingkat produksi. Jikalau
berbicara tentang disparsitas terlihat bahwa terjadi kesenjangan antara kuantitas
produksi dan kuantitas konsumsi. Apabila produksi dan konsumsi di kurangi maka
masih ada beberapa kelebihan dari kuantitas produksi sebelum dikurangi dengan
kebutuhan yang lainnya.
2. Tabel Produksi dan Konsumsi Jagung
produksi dari tahun sebelumnya . Pada tahun 2010 mengalami peningkatan seperti
tahun sebelumnya. Setelah itu, 2011 mengalami penurunan tingkat produksi jagung
sebesar 684,386 ton. Tahun selanjutnya juga mengalami peningkatan lagi sebesar
1.743.772 ton. Hingga pada tahun 2013 mengalami penurunan.
Sedangkan untuk tingkat konsumsinya sama halnya dengan tingkat produksi
juga telah mengalami peningkatan dan penurunan dengan tingkat produksi, hanya
pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1.100.000 ton sedangkat tahun
lainnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jikalau berbicara tentang
disparsitas terlihat bahwa terjadi kesenjangan antara kuantitas produksi dan kuantitas
konsumsi. Apabila produksi dan konsumsi di kurangi maka masih ada beberapa
kelebihan dari kuantitas produksi sebelum dikurangi dengan kebutuhan yang lainnya.
3. Tabel Produksi dan Konsumsi Ubi Kayu
Disparsitas (GAP) pada kali ini yaitu ketimpangan antara produksi dan
konsumsi ubi kayu yang terhitung dari tahun 2009-2013. Dari tabel dan grafik di atas
dapat disimpulkan bahwa terdapat atau tercipta ketimpangan produksi dan konsumsi
ubi kayu pada tahun tersebut. Dari tingkat produksi ubi kayu itu sendiri mengalami
peningkatan dalam tiap tahun. Misalnya pada tahun 2010 mengalami peningkatan
produksi dari tahun sebelumnya . Pada tahun 2011 mengalami peningkatan seperti
tahun sebelumnya. Setelah itu, 2012 mengalami peningkatan tingkat produksi ubi
kayu. Tahun selanjutnya juga mengalami peningkatan lagi sebesar 133.347ton.
Hingga pada tahun 2013 terus mengalami peningkatan produksi.
Sedangkan untuk tingkat konsumsinya mengalami peningkatan dan penurunan
dalam setiap tahunnya, Jikalau berbicara tentang disparsitas terlihat bahwa terjadi
kesenjangan antara kuantitas produksi dan kuantitas konsumsi. Apabila produksi dan
konsumsi di kurangi maka masih ada beberapa kelebihan dari kuantitas produksi
sebelum dikurangi dengan kebutuhan yang lainnya.
4. Tabel Produksi dan Konsumsi Tebu (Gula)
Disparsitas pada kali ini yaitu ketimpangan antara produksi dan konsumsi Gula
mentah (raw sugar) dan gula rafinasi (refined sugar) yang terhitung dari tahun 20082013. Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat atau tercipta
ketimpangan produksi dan konsumsi gula pada tahun tersebut. Dari tingkat produksi
gula mentah itu sendiri mengalami peningkatan dalam tiap tahun, kecuali pada tahun
2011 terjadi penurunan sebesar 2.600.000 ton. Sama halnya dengan gula mentah,
gula refina atau gula Kristal atau gula mentah yang sudah diproses juga mengalami
peningakatan produksi setiap tahunnya akan tetapi mengalami penurunan pada tahun
2011. Pada tahun 2013 mencapai tingkat produksi yang paling tinggi dari tahuntahun sebelumnya.
b. Mengidentifikasi penyebab terjadinya disparitas (gap) antara produksi dan konsumsi
faktor-faktor yang terkait
Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan
antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi tinggi cenderung
tumbuh pesat dibandingkan, sedangkan daerah yang tingkat konsentrasi
ekonomi
rendah
cenderung
mempunyai
tingkat
pembangunan
dan
Berdasarkan
teori
Pertumbuhan
Ekonomi
dari
Harrod
Domar
menerangkan bahwa adanya korelasi positip antara tingkat investasi dan laju
pertumbuhan ekonomi. Artinya rendahnya investasi disuatu wilayah membuat
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per kapita di
wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan kegiatan ekonomi yang
produktif.
Tingkat Mobilitas Faktor Produksi Yang Rendah Antar Wilayah
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan
kapital antar propinsi merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi
regional. Hubungan antara faktor produksi dan kesenjangan pembangunan
atau pertumbuhan antar propinsi dapat dijelaskan dengan pendekatan
mekanisme pasar. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan
perbedaan pendapatan perkapita antar wilayah dengan asumsi bahwa
mekanisme pasar output atau input bebas. ( tanpa distorsi atau rekayasa ).
Perbedaan Sumber Daya Alam ( SDA ) Antar Wilayah
Dalam arti SDA dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang
selanjutnya harus dikembangkan selain itu diperlukan fakor-faktor lain yang
sangat penting yaitu tehnologi dan SDM. Semakin pentingnya penguasaan
tehnologi dan peningkatan SDM, faktor endowment lambat laun akan tidak
relevan.
Perbedaan Kondisi Domografi antar wilayah
Ketimpangan Ekonomi Regional di Indonesia juga disebabkan oleh
perbedaan kondisi geografis antar wilayah. Terutama dalam hal jumlah dan
pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan,
disiplin masyarakat dan etos kerja. Dilihat dari sisi permintaan, jumlah
penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang
berarti faktor pendorong bagi pertuimbuhan kegiatan ekonomi.. Dari sisi
penawaran jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan
yang baik, disiplin yang tinggi, etos kerja tinggi merupakan aset penting bagi
produksi.
Kurang Lancarnya Perdagangan antar Wilayah
Kurang lancarnya perdagangan antar daerah (intra-trade) merupakan unsur
menciptakan ketimpangan ekonomi regional. Tidak lancarnya Intra-trade
Harga jual di tingkat petani yang rendah, menyebabkan produksi ubi kayu yang
dihasilkan semakin sedikit .
dengan tingkat konsumsii yang dialakukan oleh penduduk Indonesia. Harga jual ubi
kayu di tingkat petani sekitar Rp 300,00/ kg (Kabupaten Malang), sedangkan di
perkotaan sekitar Rp 1.000,00/ kg (Kota Malang).
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/pkm/article/view/2349)
2. Terkait dg UU Energi No. 30 th 2007 serta prediksi pemenuhan bahan bakar nabati (khususnya
bioetanol) yg disajikan pada slide 25 - 27; Mahasiswa diminta untuk:
a. Download :
konversi bahan baku (rendemen) ketela pohon dan tetes tebu menjadi bioetanol
produktivitas komoditas ketela pohon dan tebu pada lahan sawah & tegal di tingkat
propinsi Jawa Timur/Kota/Kabupaten (pilih salah satu)
b. Prediksikan
Luas panen ketela pohon dan tebu untuk memenuhi prediksi kebutuhan bioetanol pada
industri & komersial tsb.
Tugas TUTOR
Jelaskan degradasi lingkungan krn pemenuhan kebutuhan hidup lebih besar drpd carryng
capacity!