Anda di halaman 1dari 4

a. Mendeskripsikan disparitas(gap) antara kuantitas produksi & konsumsi dari setiap komoditas.

Disparsitas (GAP) merupakan suatu ketimpangan pembangunan ekonomi. Disparsitas


pada kali ini yaitu ketimpangan antara produksi dan konsumsi padi (beras) yang terhitung dari
tahun 2010-2014 . Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat atau tercipta
ketimpangan produksi dan konsumsi beras pada tahun tersebut. Dari tingkat produksi beras itu
sendiri mengalami peningkatan dan juga penurunan dalam tiap tahun. Misalnya pada tahun
014 mengalami penurunan dari tahun 2013. Selanjutnya dalam kurun waktu 5 tahun paling
tinggi hanya memiliki petumbuhan kurang dari 1% yaitu hanya sebesar 0,6 % . selanjutnya
dalam kurun waktu 2010-2015 mengalami kenaikan dan penurunan jumlah produksi.
Sedangkan untuk tingkat konsumsinya sama halnya dengan tingkat produksi juga telah
mengalami peningkatan dan penurunan dengan tingkat roduksi. Jikalau berbicara tentang
disparsitas terlihat bahwa terjadi kesenjangan antara kuantitas produksi dan kuantitas
konsumsi. Apabila produksi dan konsumsi di kurangi maka masih ada beberapa kelebihan dari
kuantitas produksi sebelum dikurangi dengan kebutuhan yang lainnya.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait
Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi dari daerah
dengan konsentrasi tinggi cenderung tumbuh pesat dibandingkan, sedangkan daerah yang
tingkat konsentrasi ekonomi rendah cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.


Alokasi Investasi
Berdasarkan teori Pertumbuhan Ekonomi dari Harrod Domar menerangkan bahwa adanya
korelasi positip antara tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya rendahnya
investasi disuatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat
per kapita di wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan kegiatan ekonomi yang

produktif.
Tingkat Mobilitas Faktor Produksi Yang Rendah Antar Wilayah
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapital antar propinsi
merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hubungan antara faktor
produksi dan kesenjangan pembangunan atau pertumbuhan antar propinsi dapat delaskan
dengan

pendekatan

mekanisme

pasar.Perbedaan

laju

pertumbuhan

ekonomi

akan

menyebabkan perbedaan pendapatan perkapita antar wilayah dengan asumsi bahwa

mekanisme pasar output atau input bebas. ( tanpa distorsi atau rekayasa ).
Perbedaan Sumber Daya Alam ( SDA ) Antar Wilayah
Dalam arti SDA dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus
dikembangkan selain itu diperlukan fakor-faktor lain yang sangat penting yaitu tehnologi dan
SDM. Semakin pentingnya penguasaan tehnologi dan peningkatan SDM, faktor endowment

lambat laun akan tidak relevan.


Perbedaan Kondisi Domografi antar wilayah
Ketimpangan Ekonomi Regional di Indonesia juga disebabkan oleh perbedaan kondisi
geografis antar wilayah. Terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat
kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Dilihat dari
sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan
pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertuimbuhan kegiatan ekonomi.. Dari sisi
penawaran jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik, disiplin

yang tinggi, etos kerja tinggi merupakan aset penting bagi produksi.
Kurang Lancarnya Perdagangan antar Wilayah
Kurang lancarnya perdagangan antar daerah (intra-trade) merupakan unsur menciptakan
ketimpangan ekonomi regional. Tidak lancarnya Intra-trade disebabkan : Keterbatasan
transportasi dan komunikasi. Tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah
mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah melalui sisi
permintaan dan sisi penawaran.

Faktor-faktor terkait gap produksi dan konsumsi komoditas padi

a. Produktivitas
Kemerosotan produktivitas padi di Indonesia tidak saja karena semakin
berkurangnya sawah beririgasi teknis serta meningkatnya areal sawah tegalan,
tetapi juga pemakaian varietas padi yang tidak mendukung produktivitas lahan. Hal

ini yang menyebabkan tingkat produksi padi di pulau Jawa lebih sedikit
dibandingkan dengan tingkat konsumsi yang terjadi.
(http://anekaplanta.wordpress.com/2010/01/30/meningkatkan-produksi-guladengan-menemukan-varietas-tebu-baru/)
b. Sarana Irigasi
Selain berkurangnya sawah irigasi yang ada di Indonesia, lahan yang digunakan
untuk produksi tebu tergolong lahan kering sehingga akan berpengaruh tehadap
bulir padi yang dihasilkan. Hal ini akan mempengaruhi produksi padi di pulau
Jawa, produksi yang dihasilkan akan rendah.
c. Jumlah Penduduk
Dengan jumlah penduduk sekita 250 juta jiwa, hasil produksi rata dalam kurun
waktu hanya mencapai sekitar 101,58 (ku/ha). Hal ini menyebabkan ketimpangan
antara produksi dengan jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia.
d. Ketersediaan Lahan Menurun
Kondisi ini menjadikan satu lahan pertanian terpaksa dimanfaatkan untuk menanam
berbagai komoditas tanaman pangan secara bergantian. Akibatnya, Indonesia selalu
menghadapi persoalan dilematis dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman
padi. Jika menggenjot produksi padi, misalnya, maka produksi jagung akan turun.
Ini karena lahan yang ada dimanfaatkan untuk padi dan sebaliknya Selama ini
kedua komoditas itu ditanam secara bergantian. Sehingga ketersediaan lahan
berpengaruh terhadap sedikitnya produksi yang dihasilkan di Indonesia.
e. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk tidak membatasi impor beras menyebabkan
kepercayaan konsumen beralih ke beras impor.
f. Budidaya Kedelai
Masa tanaman dalam satu hamparan (> 50 ha) belum serempak, tanaman yang
terlambat tanam sering terserang hama, tumbuh kerdil atau kekeringan. Varietas dan
benih yang ditanam kebanyakan masih bermutu asal-asalan. Populasi tanaman
yang dipanen setiap hektar optimal sehingga hasil rendah. Penyiapan lahan bekas
sawah pada musim kemarau tanpa pembuatan saluran drainase, sehingga masih
tergenang atau tanaman muda mengalami deraan penggenangan sehingga terhambat
pertumbuhannya, pengendalian hama penyakit belum efektif. Hal-hal di atas yang

menyebabkan produksi padi menurun, tidak sebanding dengan tingkat konsumsi


yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai