PAPER
OLEH:
RAHAYU HANDAYANI
NIM.197039012
Indonesia adalah Negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi
hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi
agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur, dan
bunga dapat berlangsung sepanjang tahun. Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas
penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan
terhadap kebutuhan konsumsi buaah dan sayuran, terlihat bahwa kebutuhan masing-
masing akan buah dan sayuran yaitu 32,6 Kg/Kapita/Tahun dan 32 Kg/Kapita/Tahun,
(Sunaryo, 1987 dalam irfansyah, 2014). Dari kenyataan tersebut tercermin adanya
buah-buahan dan tanaman hias berpeluang besar mengalami dampak liberalisasi karena
tiga hal, yaitu : (1) biaya input komersial seperti pupuk, pestisida, dan bibit pada
berdampak pada penghapusan berbagai subsidi factor produksi akan meningkat ongkos
peluang pasar dan menyesuaikan produksinya dengan preferensi konsumen yang dapat
berubah cepat akibat globalisasi informasi. (3) kebutuhan konsumsi setiap produk
hortikultura umumnya bersifat dinamis akibat beragamnya jenis produk yang dikonsumsi,
yang saling bersubstitusi satu sama lain. Konsekuensinya adalah jika produk hortikultura
local kalah bersaing dengan produk impor dalam kualitas organoleptic (rasa, penampilan,
tekstur, aroma, dan seterusnya) maka produk hortikultura yang diproduksi secara local
sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian kedepan.
Dikatakan memberikan peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan
perdagangan juga dapat menimbulkan masalah jika komoditas yang diproduksi secara
local tidak mampu bersaing dengan Negara lain sehingga pasar domestic semakin
dibanjiri oleh komoditas impor, yang pada gilirannya akan merugikan petani. Oleh
karena itu peningkatan daya saing merupakan tuntutan yang tak bisa dihindari dalam
Potensi sub sektor hortikultura Indonesia mempunyai peran yang cukup besar dalam
masalah baik yang bersifat eksternal maupun internal. Apabila potensi, kendala, masalah dan
tantangan tersebut dikelola dengan baik, dapat menjadikan Indonesia sebagai Negara yang
dapat diperhitungkan karena memiliki daya saing yang tinggi dan sumberdaya yang mampuu
hingg saat ini masih dijumpai berbagai kendala baik dari sisi penerapan regulasi, pembinaan,
kapasitas sumberdaya manusia, kelembagaan, dan teknologi. Adapun penjabaran dari setiap
1. Ketersediaan Pasar
Sebagai Negara dengan jumlah penduduk lebih kurang 250 juta jiwa dan
merupakan terbesar ke-4 di dunia, maka Indonesia merupakan pangsa pasar produk
pertanian (pangan) di dunia yang sangat potensial. Sejalan dengan era globalisasi dan
Economic ASEAN (MEA) akan direalisasikan. Kesepakan MEA akan membuka peluang
bagi Indonesia untuk memperluas pangsa pasar, mendorong daya saing serta berpotensi
menyerap tenaga kerja Indonesia. Namun hal ini dilihat keadaannya banyak yang usaha
agribisnis khususnya bidang hortikultura yang memiliki kendala dalam permodalan dan
rendahnya payung hukum. Oleh karena itu dengan adanya pasar bebas ASEAN yang
dimana seluruh Negara harus melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas sebagaimana yang
telah digariskan dalam MEA maka pasar bebas ASEAN akan berdampak cukup besar
bagi semua sector perdagangan, termasuk sub sector hortikultura. Untuk itu,
pertumbuhan ini agar pada gilirannya eksis dalam perdagangan hortikultura di regional
maupun internasional.
Di Indonesia sampai bulan Februari 2012 tercatat 38,23 juta jiwa (33,89%) dari
jumlah tenaga kerja nasional masih menggantungkan hidupnya pada sector pertanian.
Hingga saat Februari 2012 terdapat 2,94 juta jiwa tenaga kerja yang terserap di subsector
hortikultura (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekjen Kementan, 2013). Dari
hasil sensus pertanian 2013 diperoleh jumlah rumah tangga usaha pertanian subsector
pertumbuhan populasi dimasa yang akan datang sebesar 1,13% tiap tahunnya (Data
Proyeksi penduduk 2000-2025, BPS) dan semakin meningkatnya jumlah rumah tangga
usaha pertanian subsector hortikultura setiap tahunnya, hal ini memberikan sebuah
berkompeten. Namun, kapasitas SDM yang kompeten, komitmen dan berdedikasi dalam
membangun hortikultura secara utuh dan terintegrasi dirasa masih belum mampu
Hal ini tergambarkan dari perkembangan usaha hortikultura nasional dengan pada
beberapa kurun waktu terakhir seolah tersalip dengan usaha hortikultura yang
dikembangkan dibeberapa Negara tetangga seperti Vietnam. Kapasitas dan kualitas SDM
hortikultura pada umumnya lebih baik dibanding dengan SDM sub sector pertanian lain.
subsector pertanian lainnya. Keterbatasan ini terlihat dari kurangnya kemampuan atau
kecakapan SDM hortikultura baik aspek manajerian maupun aspek teknis dalam
Ketersediaan lahan untuk pertanian hortikultura sampai saat ini masih sangat kecil
jika dibandingkan dengan lahan pertanian lainnya. Jika dilihat dari potensi kedepannya
mempertimbangkan pemanfaatan lokasi antara di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Di
lain pihak Indonesia mempunyai tipe lahan yang sangat beragam seperti sawah, lahan
kering, rawa, lebak, pasang surut, dan gambut. Keragaman tipe ini berpotensi untuk
dikembangkan hortikultura. Potensi sumberdaya ini harus dikelola dengan baik
pendapatan petani.
kualitas hortikultura adalah belum optimalnya pembinaan teknis. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya : penelitian dan pengembangan yang masih kurang focus dalam
penerapan inovasi teknologi baik prapanen maupun pascapanen, kuantitas dan kualitas
SDM yang kurang, lokasi terpencar, penerapan GAP-SOP yang masih belum konsisten,
serta karakter masyarakat petani yang belum terbuka terhadap transfer inovasi teknologi
oleh petugas Pembina sehingga diperlukan optimalisasi pembinaan teknis dimasa yang
akan datang yang harus dilakukan secara komprehensif dimana peningkatan kualitas dan
kuantitas Pembina harus didukung juga oleh inovasi teknologi melalui penelitian dan
teknologi. Sampai saat ini banyak petani hortikultura yang masih menggunakan teknologi
konvensional. Hal ini menyebabkan daya saing produk hortikultura masih lemah. Inovasi
teknologi sangat bergantung pada hasil penelitian dan pengembangan teknologi. Harus
diakui bahwa kegiatan litbang belum berorientasi pada kebutuhan dilapangan, pasar, dan
perbanyakan benih dan lain sebagainya). Beberapa inovasi telah dihasilkan baik
mengadopsi dati Negara luar maupun hasil litbang dari dalam negeri namum
penerapannya masih terbatas. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
karakter masyarakat yang tidak mudah beradaptasi dengan hasil inovasi, ketidaksesuaian
antara hasil invovasi dibeberapa lokasi tertentu, penyebaran hasil inovasi yang terbatas,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu pencapaian hortikultura yang berkelanjutan harus
ditopang oleh pengembangan inovasi teknologi yang tepat sasaran serta aplikatif dan
Petani hortikultura masih memiliki daya tawar yang lemah dibanding pelaku
usaha lainnya. Hal ini disebabkan oleh masih lemahnya fungsi atau peran dari
berkelompok masih rendah serta peran dari beberapa kelembagaan yang sudah terbentuk
Koperasi, dan lainnya) masih lemah. Pemerintah merupakan salah satu bagian dalam
dukungan dari semua pihak (lembaga hortikultura lainnya). Oleh karena itu
itu, ada beberapa dokumen pendukung penyusunan kebijakan yaitu dokumen cetak biru
beberapa regulasi masih belum sepenuhnya dipatuhi oleh pelaku hortikultura. Hal ini
pelaku usaha untuk menerapkannya, dan kurang komitmennya berbagai pihak untuk
melaksanakannya. Oleh karena itu, pengembangan hortikultura tidak boleh terlepas dari
penerapan regulasi.
KESIMPULAN
tuntutan yang tak bisa dihindari untuk mendorong pertumbuhan sector agribisnis tersebut.
Secara empiric daya saing suatu sector agribisnis ditunjukkan oleh kemampuan dalam
memproduksi dan memasarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen (jenis
produk menurut kuantitas, waktu, dan tempat) dan preferensi konsumen. Dengan kata
lain agribisnis yang berdaya saing adalah agribisnis yang fleksibel dalam merespon
dinamika pasar dan mampu memenuhi kebutuhan pasar secara efektif dan efisien. Pada
sector agribisnis hortikultura setiap kegiatan agribisnis mulai dari kegiatan pengadaan
sarana produksi, kegiatan produksi hingga kegiatan pemasaran dan pengolahan umumnya
dilakukan oleh pelaku agribisnis yang berbeda. Dengan kata lain struktur agribisnis
Irawan, 2007). Struktur agribisnis demikian kurang berdaya saing karena tiga factor,
yaitu : (1) pada agribisnis yang bersifat dispersal, tidak ada keterkaitan fungsional yang
harmonis antara setiap kegiatan agribisnis dengan kegiatan lainnya karena masing-
kegiatan usahanya. (2) terbentuknya marjin ganda sehingga ongkos produksi dan
pemasaran yang harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal, dengan kata lain,
agribisnis yang bersangkutan tidak efisien dalam memenuhi kebutuhan pasar. (3) tidak
adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dan pelaku agribisnis lainnya sehingga
menyebabkan petani sulit mendapatkan harga pasar dan sebagian besar nilai tambah
upaya peningkatan produksi melalui inovasi teknologi, yang belum tentu kondusif bagi
agribisnis diluar petani. Dalam rangka meningkatkan daya saing agribisnis hortikultura
maka kegiatan pembangunan hortikultura kedepan seyogyanya lebih diarahkan pada tiga
upaya, yaitu:
(1) Menciptakan keterkaitan fungsional yang lebih harmonis diantara para pelaku agribisnis
efektif baik untuk kuantitas, kualitas, maupun kontinyuitas pasokan disetiap segmen
pasar. Upaya ini dapat ditempuh dengan mengembangkan unit-unit agribisnis yang
terintegrasi di daerah sentra produksi dan setiap unit agribisnis sedikitnya melibatkan
(2) Menciptakan stabilitas harga produk hortikultura. Upaya ini perlu ditempuh untuk
memperkecil peluang terbentuknya marjin ganda yang bersumber dari transmisi harga
(3) Mengembangkan fasilitas pasca panen pada setiap unit agribisnis. Upaya ini perlu
ditempuh karena posisi tawar petani yang lemah seringkali disebabkan oleh
fasilitas pasca panen yang memadai. Selain itu disetiap unit agribisnis dapat pula
dikembangkan industry pengolahan produk hortikultura dalam rangka memperluas
DAFTAR PUSTAKA
Oktober 2020.
Bogor. https://www.media.neliti.com/media/publications/43875-ID-agribisnis-hrotikultura-