PENDAHULUAN
ekonomi,
harus
ditempatkan
sebagai
motor
penggerak
seperti saat ini peralihan bidang pertanian ke agroindustri dan agrobisnis (Hanani,
2004:1).
Sumber pertumbuhan utama agroindustri adalah konsumsi masyarakat
(private consumption) artinya, perkembangan agroindustri selama ini kurang
memberatkan bagi anggaran pemerintah di samping turut memacu pembentukan
modal, pengembangan agroindustri menjadi agribisnis sesuai dengan asas
kemandirian ekonomi yang diharapkan, bahkan mendukung (Saragih, 1996:16).
Lidah buaya (Aloe Vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama
dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka
penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin popular karena manfaatnya
yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk
aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini,
berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran,
pasar swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya
peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang
terpuruk dewasa ini.
Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia
ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat,
khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di
tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang
karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang
dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar
global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti
dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari
mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai
produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik
maupun global. Tulisan ini akan menyajikan informasi berdasarkan hasil studi
lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi, pemasaran, keuangan, dan
ekonomi-sosial yang terkait dengan pengembangan lidah buaya tersebut.
Pengembangan tanaman Lidah Buaya berpusat di Kota Pontianak karena
kawasan ini terdapat hamparan lahan gambut yang cukup luas, sementara tanaman
Lidah Buaya dapat tumbuh subur pada lahan gambut. Di samping itu Kota
Potianak terdapat pusat penelitian tanaman Lidah Buaya ini. Produksi Lidah
Buaya berupa daun pelepah, pada satu pohon tanaman lidah buaya dapat di panen
12 pelepah setiap bulannya. Produksi lidah buaya Pontianak Kalimantan Barat
minimal 40 ton setiap bulannya dan dipasok ke sejumlah negara seperti
Hongkong, Taiwan, Singapura dan Malaysia. Lidah buaya produksi Pontianak
tersebut baru memenuhi sebagian kebutuhan pasar internasional. Kapasitas
produksi lidah buaya dari lahan pertanaman di Pontianak itu seluas 52,75 hektar
pada sekitar beberapa tahun lalu baru mencapai 1.274 ton lebih per bulannya.
Sebagian dari produksi inilah yang digunakan untuk memenuhi pasar ekspor, dan
sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri yang
kecenderungannya kian meningkat dari waktu ke waktu.
Gambaran tersebut menunjukkan besarnya peluang agroindustri di
Pontianak Kalimantan Barat untuk dapat berkembang untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal tersebut didukung dengan kondisi
lingkungan alam, di mana bidang pertanian lidah buaya sangat cocok dengan
iklim dan kondisi lahan gambut. Kota Pontianak Kalimantan Barat memiliki
keunggulan produk dari sektor pertanian yang sekarang telah berkembang
menjadi
agroindustri,
contohnya
agroindustri
lidah
buaya
yang
terus
dikembangkan hingga saat ini menjadi berbagai macam produk olahan seperti
selai lidah buaya, teh lidah buaya, dodol lidah buaya, rendang daun lidah buaya,
sop lidah buaya, cake multi gizi lidah buaya, dan olahan lainnya.
Perkembangan sektor pertanian di Pontianak Kalimantan Barat membantu
mewujudkan strategi pembangunan pertanian yang tangguh mendukung proses
industrialisasi yang berkesinambungan. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi
pemerintah, yaitu menyiapkan rencana dan strategi pembangunan daerah sehingga
diperlukan perencanaan pembangunan yang tepat dengan memperhatikan berbagai
hal.
I.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek dan peluang usaha
agribisnis lidah buaya di Pontianak Kalimantan Barat.
penggunaan yang optimal dan lestari pada hakekatnya akan sangat tergantung
pada tingkat pemanfaatan. Keterkaitan yang erat antara pertanian, industri dan
jasa menuntut kebijaksanaan pembangunan pertanian yang dinamis, sejalan
dengan berlangsungnya transformasi perekonomian (Suprapto, 1997:9).
Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian penting dan tidak
terpisahkan dari pembangunan ekonomi maupun pembangunan nasional.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia bekerja dan
menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Untuk mencapai tujuan
pembangunan dalam mencapai pemerataan, pembangunan utamanya dilaksanakan
untuk mengembangkan sektor pertanian.
Hasil kajian ekonomi di berbagai negara menunjukkan bahwa terdapat
mekanisme keterkaitan antara pembangunan pertanian, industri dan jasa.
Keberhasilan
pembangunan
pertanian
terutama
dalam
peningkatan
dan
daerah, karena pembangunan daerah secara utuh dan terpadu merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional. Masalah pokok dalam pembangunan daerah
adalah penekanan terhadap kebijaksanaan pembangunan yang didasarkan pada
II.3
komoditas pertanian daerah tropis yang mempunyai peluang sangat besar untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai usaha agribisnis dengan prospek yang cukup
menjanjikan. Hal tersebut mengingat potensi sumber daya alam Indonesia yang
telah terbukti sangat sesuai untuk budidaya tanaman lidah buaya, yaitu seperti
yang telah ditunjukkan dari pengalaman budidaya tanaman tersebut di berbagai
daerah terutama di pulau Jawa dan Kalimantan. Budidaya lidah buaya di Kota
Pontianak Propinsi Kalimantan Barat mampu menghasilkan produksi 8.000 kg/ha,
dengan bagian pelepah yang dipanen dapat mencapai 1,5 kg per pelepah dan
panjang pelepah mencapai 70 cm.
Tumbuhan liar di tempat yang berhawa panas atau ditanam orang di pot
dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya agak runcing berbentuk
taji, tebal, getas, tepinya bergerigi/ berduri kecil, permukaan berbintik-bintik,
panjang 15-36 cm, lebar 2-6 cm, bunga bertangkai yang panjangnya 60-90 cm,
bunga berwarna kuning kemerahan (jingga), Banyak di Afrika bagian Utara,
Hindia Barat. a. Batang Tanaman Aloe Vera berbatang pendek. Batangnya tidak
kelihatan karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam
tanah. Melalui batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadikan
anakan. Aloe Vera yang bertangkai panjang juga muncul dari batang melalui
celah-celah atau ketiak daun. Batang Aloe Vera juga dapat disetek untuk
perbanyakan tanaman. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan memangkas
habis daun dan batangnya, kemudian dari sisa tunggul batang ini akan muncul
tunas-tunas baru atau anakan. b. Daun Daun tanaman Aloe Vera berbentuk pita
dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang,
berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen (banyak mengandung air) dan
banyak mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat. Tanaman
lidah buaya tahan terhadap kekeringan karena di dalam daun banyak tersimpan
cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada waktu kekurangan air. Bentuk
daunnya menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan daun dilapisi
lilin, dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang daun dapat mencapai 50 - 75 cm,
dengan berat 0,5 kg - 1 kg, daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf. c.
Bunga Bunga Aloe Vera berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang
mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam
rangkaian berbentuk tandan, dan panjangnya bisa mencapai 1 meter. Bunga
biasanya muncul bila ditanam di pegunungan. d. Akar Akar tanaman Aloe Vera
berupa akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang akar
berkisar antara 50 - 100 cm. Untuk pertumbuhannya tanaman menghendaki tanah
yang subur dan gembur di bagian atasnya.
Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh
dengan cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, choline, inositol
dan asam folat. Kandungan mineralnya antara lain terdiri dari kalsium (Ca),
magnesium (Mg), potasium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn) dan kromium
(Cr). Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai
pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A,
magnesium dan Zinc. Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini,
serangan jantung dan berbagai penyakit degeneratif. Daun lidah buaya segar
mengandung enzim amilase, catalase, cellulase, carboxypeptidase dan lain - lain.
Selain itu, lidah buaya juga mengandung sejumlah asam amino arginin, asparagin,
asam aspatat, alanin, serin, valin, glutamat, treonin, glisin, lisin, prolin, hisudin,
leusin dan isoleusin.
II.4
dimanfaatkan adalah :
1. Daun dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk
ekstra.
2. Eskudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental) secara
tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut,
penyembuhan luka dan sebagainya.
3. Gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun
setelah eksudat dikeluarkan), bersifat mendinginkan dan mudah rusak karena
oksidasi sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh
gel yang stabil dan tahan lama.
4. Gel lidah buaya mengandung karbohidrat tercerna, sehingga dapat digunakan
sebagai minuman diet. Gel lidah buaya tersusun oleh 96 persen air dan 4
persen padatan yang terdiri dari 75 komponen senyawa berkhasiat. Khasiat
hebat yang dimiliki aloe vera sangat terkait dengan 75 komponen tersebut
secara sinergis.
5. Selain menyuburkan rambut, lidah buaya juga dikenal berkhasiat untuk
mengobati sejumlah penyakit. Di antaranya diabetes melitus dan serangan
jantung. Seorang peracik obat-obatan tradisional berkebangsaan Yunani
bernama Dioscordes, menyebutkan bahwa lidah buaya dapat mengobati
berbagai penyakit. Misalnya bisul, kulit memar, pecah-pecah, lecet, rambut
hepatoprotektor
(pelindung
hati),
imunomodulator
(pembangkit
sistem
III. PEMBAHASAN
3.1 Profil Petani Tanaman Lidah Buaya
Pengusaha tanaman lidah buaya adalah para petani setempat dan
pendatang dengan taraf pendidikan yang relatif rendah. Pada umumnya mereka
berpendidikan sekolah dasar, di antaranya bahkan tidak sampai tamat. Namun, di
antara mereka ada pula yang pernah mengikuti kursus pertanian dan terus
mendapat bimbingan budidaya tanaman lidah buaya dari Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) setempat. Saling tukar pengalaman dalam praktek budidaya
terjadi antar petani tanaman ini meskipun mereka belum terikat dalam suatu
bentuk organisasi profesi.
Usia petani tanaman lidah buaya pada umumnya tergolong usia produktif.
Kepala keluarga bekerja di kebun bersama isteri dan anak-anaknya yang telah
dewasa. Terdapat juga petani yang dibantu oleh anaknya yang masih berusia
sekolah, dimana anak-anak tersebut bekerja di kebun ketika tidak ada kegiatan
sekolah.
Pengusahaan tanaman lidah buaya di daerah survei pada umumnya tidak
merupakan kegiatan khusus. Petani juga menanam komoditi lainnya, terutama
pepaya dalam skala usaha dan perhatian yang sebanding dengan tanaman lidah
buaya. Pengalaman bertani lidah buaya mereka juga dapat dikatakan masih relatif
baru, setelah pengusaha asing datang ke daerahnya membawa informasi mengenai
prospek produk lidah buaya yang baik di pasaran mancanegara.
3.2 Aspek Pemasaran Agribisnis Lidah Buaya
Komoditi lidah buaya baru disadari nilai ekonomiknya belakangan ini,
bahkan oleh instansi pemerintah terkait sekali pun. Karena itu, tidak ada dokumen
resmi tentang besaran permintaannya di Dinas Pertanian Tingkat Provinsi, Dinas
Urusan Pangan Kota Pontianak, dan Biro Pusat Statistik Kota Pontianak.
Sehubungan dengan hal ini, lidah buaya belum tercatat sebagai komoditi ekspor
penghasil devisa yang terukur kontribusinya bagi pendapatan pemerintah daerah
oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pontianak. Demikian juga, nilai pajak
yang dikenakan pada penjualan komoditi tersebut tidak dapat diketahui.
Pengakuan para petani pun sejalan dengan hal tersebut, mereka tidak pernah
dikenai pajak penjualan untuk produk daun lidah buayanya yang dijual kepada
pengumpul.
Secara kuatitatif, hasil survei menunjukkan bahwa daun lidah buaya
dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk obat atau manuman segar.
Perdagangan antarpulau terjadi ke Jakarta dan ke Surabaya; perdagangan ekspor
berlangsung ke Malaysia dan Singapura melalui Kuching dan pengiriman
langsung ke Hongkong. Menurut masyarakat setempat, pengusaha asing yang
1.
2.
3.
berupa
gel,
5.
IV. KESIMPULAN
Tanaman lidah buaya (Aloe vera) dewasa ini merupakan salah satu
komoditas pertanian daerah tropis yang mempunyai peluang sangat besar untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai usaha agribisnis dengan prospek yang cukup
menjanjikan. Hal ini karena selain mempunyai manfaat fisiologis sebagai obat,
lidah buaya juga dapat dimanfaatkan untuk produk-produk makanan dan
minuman, kosmetik, industri farmasi serta budidayanya yang mudah.
Dipandang dari kemudahan petani menjual produk daun lidah buaya yang
dihasilkannya, yakni kepada pedagang pengumpul dan kepada industri
pengolahan setempat, tidak ada kendala pemasaran yang langsung dirasakan oleh
petani. Namun, dipandang dari peluang meningkatkan perolehan keuntungan,
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad L. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Rahmat, M. 1997. Struktur dan Kinerja Agroindustri di Indonesia Analisa
Perubahan Tahun 1974-1993. Dalam Prosiding Industrialisasi, Rekayasa
Sosial dan Peranan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian. Bogor:
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.
Suprapto, A. 1997. Pengembangan Agribisnis-Agroindustri yang Berakar di
Pedesaan. Jakarta: Departemen Pertanian.
Budidaya
Lidah
Buaya,
artikel
digital,
diakses
dari
http://www.lautanindonesia.com/serbarasa/artikel/in-topic/lidah-buayaaloevera-tanaman-hias-yang-sarat-manfaat, diakses tanggal 19 Oktober
2008