Anda di halaman 1dari 9

Nama: Hafid Nur Holis

NPM: 19742033

Prodi: Budidaya Perikanan

Matkul: Teknik Budidaya Air Tawar

LAPORAN PRAKTIKUM
Pembesaran Ikan Nila

BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Secara genetik ikan nila telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas
yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila mempunyai
sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya
rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya
produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion
Ratio ), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ;
sedang ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila
jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Disamping itu, yang betina apabila sudah
mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh
dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. untuk
mengantisipasi kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi
ikan menjadi jantan semua ( S e x-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa
methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol (
pasangan ) dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya
yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di tambak.
Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen,
di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak
sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
1.2 Tujuan
» Mengetahui Teknik Pembesaran ikan nila
» Untuk mengetahui pemijahan ikan nila
» Mengetahui pemnyakit apa saja yang menyerang Ikan nila.

BAB II. Metodelogi


2.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/Tanggal: Kamis, 12 November 2020
Waktu: 15:00-selesai
Lokasi: di Rumah
2.2 Alat dan Bahan
» Hand Phone
» Internet
» Literatur/ Video
» Alat tulis

BAB III. Pembahasan

3.1 Ikan Nila


Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya
Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-
kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile
Tilapia.
1. Pemeliharaan
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor)
mencapai sekitar 30 [[sentimeter|cmdan]] kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu.
Sirip punggung ('' pinnae dorsalis'') dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak);
dan sirip dubur (''pinnae analis'') dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor ''bergaris-garis tegak'', 7-12 buah. Tenggorokan,
sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan
(atau kekuningan) ketika musim berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya
adalah untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.

Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat
badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan
antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin
sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa
tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan
juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan
kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.

2. Kebiasaan dan penyebaran


Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai
pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai
pengendali gulma air. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan
mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai
Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan
ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm.
Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir,
tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah,
induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku
ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).

Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara
sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa
dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di
samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet. Ikan ini
menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di tebar ke dalam sungai
dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikian posisi ikan
pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai
dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.
3.2 Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam pemijahan
dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat, tidak
rembes, ketinggian pematang aman (minimal 30 cm dari permukaan air), sumber pemasukan
air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing-masing 200 m2. Di samping itu, perlu
di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu,
kucing dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar lingkungan perkolaman babas dari pohon-
pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. Perbandingan betina dan jantan untuk
pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet
sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini
sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk
diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian
dan keunggulannya terjamin.

Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva
(benih baru menetas) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini
akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk
betina. Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus, induk-induk betina diistirahatkan
dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan
protein diatas 35 %.

Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina mulai
ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan
induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang
terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9
m3. Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva
yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa.

3.3 Jantanisasi Benih.


Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan ( monos eks ) maka dilakukan
proses jantanisasi. Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-
masing 2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan
kedalam air minimal 1,5 m. Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-
30.000 ekor . Larva diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17
Alpha Methyl Testosteron sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran
200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50
g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah pengapuran dan
pemupukan, kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi
selama 3 hari, diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25
g/m2. Setelah kolam pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi
dimasukkan dengan kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan
dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan. Pemupukan ulang dengan urea
dan dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25
g/m2 kolam dan diberikan selama pemeliharaan ikan.

Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran panjang 3-5
cm ) bisa dipanen. Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada
pengankapan awal. Bila jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan
pengeringan airnya.

Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam keadaan
kosong dan suhu air media relatif dingin. Karena itu apabila akan panen dan diangkut
sebaiknya ikan tidak diberi makan minimal 1 hari. Pengangkutan menggunakan kantong
plastik, dimana seper empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni
yang diberi es balok ukuran 20 x 20 x 20 cm3 ( es balok berada dalam media air bersama benih
ikan ). Kantong plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm maksimal 1.500
ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.

Sekilas tentang kolam untuk ikan nila:


Kolam bisa diartikan suatu genangan air yang sengaja dibuat manusia yang keadaannya
dapat dikendalikan. Kolam harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu dapat menampung air
dalam volume yang besar, mudah diairi dan dikeringkan serta dapat terhindar dari banjir.
Kolam yang baik memiliki lima bagian penting, yaitu pematang, pintu pemasukan, pintu
pengeluaran, kema-lir dan kobakan. Pematang dibuat keliling dengan ketinggian antara 80 –
100 cm. Pematang juga dibuat miring ke dalam dan keluar kolam. Lebar bagian atas minimal
40 cm dan lebar bagian bawah minimal 80 cm.

Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4 inchi.
Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak keluar. Jarak
antara pintu pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar ikan
tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.

Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik, salah
satu bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa
juga dibuat dengan bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paran. Hanya bentuk ini kurang praktis.

Untuk lebih jelasnya, lubang pengeluaran monik dapat dilihat dalam buku Pembenihan dan
pembesaran nila GIFT, karya Usni Arie yang diterbitkan oleh Penebar Swadaya Jakarta.
Kemalir dibuat di dasar kolam dengan lebar antara 40-50 cm dan tinggi 10-20 cm. Arahnya
memanjang dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Fungsi utama kemalir untuk
memudahkan saat panen. Fungsi lainnya untuk tempat berlindung ikan pada siang hari.

Kobakan dibuat di dasar, depan pintu pengeluaran dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m dan
tinggi 20-30 cm. Kobakan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan waktu panen, sehinga
mudah menangkapnya.

3.4 Sarana Budidaya


 Kapur dolomit. Yang gunanya untuk menaikkan kadar pH kolam dan mengendapkan
lumpur yang baru dibuat.
 Pupuk kandang. Pupuk yang gunanya untuk membuat kolam ditumbuhi oleh makanan
alami dan membuat kolam menjadi subur.
 Benih ikan. Benih ikan didapatkan dari Balai Benih yang ada di Kuala Kapuas yaitu
dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas, ukuran benih yang ditebarkan
ukurannya berkisar antara 3-5 cm yang seragam.
 Pakan ikan. Pakan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran pakan No.
1 (satu) yaitu PF 118 dengan kandungan Protein 30 %.

3.5 Penebaran Benih


Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran benih nila dengan ukuran 3-
5 cm dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2. Untuk kolam ukuran 100 m2 dapat ditebari benih
1.000 ekor. Benih yang dipilih benar-benar sehat dengan ciri-ciri : warna cerah, gerakannya
lincah dan tidak sakit. Agar benih tidak menderita stress oleh perbedaan suhu udara dan air.
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran pada siang hari dapat
membahayakan keselamatan benih.
Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang aman dan praktis dengan
mendiamkan wadah berisi air beberapa saat hingga suhunya sama dengan suhu air kolam
pembesaran. Kemudian wadahnya digulingkan secara perlahan-lahan. Biarkan benih keluar
dengan sendirinya. Tinggal saat pertama kali menebar benih harus dicatat agar waktu panen
dapat dipastikan.

3.6 Pemberian Pakan


Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi makan karena pakan alami
hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak hari keempat barulah kita memberikan pakan
buatan berupa pellet berkadar protein 25%. Pakan berupa pellet diberikan setiap hari sebanyak
tiga kali pemberian, disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan.
Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di kolam, dilakukan
penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari jumlah ikan keseluruhan. Untuk ukuran
20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari bobot total ikan, 50-200 gr diberikan pellet
sebanyak 3% dan ukuran 200-500 gr sebanyak 2% dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.

3.7 Penerban Benih Ikan Nila


Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik, maka pada hari yang kelima
samapai hari ketujuh setelah masa pengisian air kolam dilakukan akan dilakukan penebaran
benih ikan nila. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ukuran benih ikan yang
disebarkan hendaknya berukuran antara 8-12 cm atau dengan ukuran berat 30 gram/ekor
dengan pada tebar sekitar 5-10 ekor/m2. Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 6 bulan atau
hingga ukuran berat ikan nila sudah mencapai 400-600 gram/ekor.

3.8 Pemberian Makanan


Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan
alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas
kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:

1. Protein 20-30%;

2. Lemak 70% (maksimal.);

3. Karbohidrat 63 - 73%.

4. Pakanya berupa hijau-hijauan diantaranya adalah : Kaliandra, Kalikina atau kecubung,


Kipat, Kihujan.
3.9 Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh lingkan
dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan
makanan, penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif
dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua upaya
yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau
fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.

Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah
melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu
dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari
permulaan.

3.10 Pemanenan Ikan Nila


Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan.
Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu antara
antara 400-600 gram/ekor. Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal,
maka pemanenan bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran
konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya
secara bertahap. Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka
kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya
sebagian air yang dibuang.

BAB III. Pembahasan


Kesimpulan
Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara
budidaya ikan yang mudah dikembangkan di indonesia yang banyak air dan sungai serta pola
budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai alternatif sumber pendapatan
dan pemenuhan gizi keluarga. Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak
sulit, karena ia mau menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan (pellet), bahkan
diberi dedak halus ataupun ampas tahu ia mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus)
termasuk jenis ikan pemakan campuran (omnivora).

Pengendalian hama dan penyakit meliputi pemantauan dengan cara memperhatikan Selama
masa pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit. Cara yang
paling aman untuk mengendalikan hama dan penyakit ikan yaitu selalu memperhatikan
lingkungan sekitar kolam budidaya dan selalu mengechek kesehatan ikan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai