Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDIDAYA IKAN NILA

(Oreochromis niloticus)

DOSEN PENGAMPU:

Ir. Hj. Ririn Kartika Rinie, MP.

DISUSUN OLEH :

ERNA MARLINA
NIM:2110716220002

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KELAUTAN
TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk

meningkatkan produksi perikanan baik di perairan tawar maupun laut. Pada saat sekarang ini

perkembangan usaha budidaya perikanan di Indonesia sangat cocok untuk dikembangkan karena

merupakan salah satu bahan pemenuhan kebutuhan protein hewani yang sangat diminati oleh

masyarakat. Oleh sebab itu perlu diusahakan untuk meningkatkan kegiatan budidaya ikan. Salah

satunya adalah membudidayakan ikan Nila ( Oreochromis niloticus ).

Secara genetik ikan nila telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas

yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lain. Selain itu, ikan nila mempunyai sifat

omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya

rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya

produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan (Food Conversion

Ratio), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang

ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.

Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila

jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai

ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.

Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. Untuk mengantisipasi kendala

ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua

(Sex-reversal) yaitu dengan cara pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron selama

perkembangan larva sampai umur 17 hari.


Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol (
pasangan ) dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya
yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di
tambak. Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000
kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di
tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ikan Nila

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya
Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-
kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

1. Pemerian
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor)
mencapai sekitar cm dan kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu. Sirip punggung
(pinnae dorsalis) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak) dan sirip dubur (pinnae
analis) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip
dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau
kekuningan) ketika musim berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah
untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat
badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara
ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya.
Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil
meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna
lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan
yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.
2. Kebiasaan dan penyebaran
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai
pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali
gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai
Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia yaitu
di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa
pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm.
Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung
pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk
betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut
mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara
sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa
dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di
samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet.
Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di tebar ke
dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikian posisi
ikan pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai
dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.
B. Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam
pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat ,
tidak porous (rembes), ketinggian pematang aman (minimal 30 cm dari permukaan air), sumber
pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2. Di samping
itu perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu,
kucing dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman babas dari pohon
pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. Perbandingan betina dan jantan
untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet
sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini
sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk
diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, sehingga kualitas kemurnian dan
keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva
(benih baru menetas) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan
meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina (900
g). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus (45 hari), induk-induk betina diistirahatkan
dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein
diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina
mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan
induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat
dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m 3. Pengumpulan
larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore dan diusahakan larva yang terkumpul satu hari
ditampung minimal dalam satu happa.
C. Jantanisasi Benih.
Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan (mono seks) maka dilakukan
proses jantanisasi. Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-masing
2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air
minimal 1,5 m. Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor . Larva
diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron
sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran
200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50
g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah pengapuran dan pemupukan,
kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari,
diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Setelah kolam
pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan
kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan pakan berbentuk
tepung yang khusus untuk benih ikan. Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan
seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan
selama pemeliharaan ikan.
Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g (ukuran panjang 3-5
cm) bisa dipanen. Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada pengankapan
awal. Bila jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan
airnya.
Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam keadaan
kosong dan suhu air media relatif dingin. Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya
ikan tidak diberi makan minimal 1 hari. Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana
seper empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi es balok
ukuran 20 x 20 x 20 cm3 (es balok berada dalam media air bersama benih ikan). Kantong plastik
dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa
toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.

Sekilas tentang kolam untuk ikan nila:


Kolam bisa diartikan suatu genangan air yang sengaja dibuat manusia yang keadaannya
dapat dikendalikan. Kolam harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu dapat menampung air dalam
volume yang besar, mudah diairi dan dikeringkan serta dapat terhindar dari banjir.
Kolam yang baik memiliki lima bagian penting, yaitu pematang, pintu pemasukan, pintu
pengeluaran, kema-lir dan kobakan. Pematang dibuat keliling dengan ketinggian antara 80 – 100
cm. Pematang juga dibuat miring ke dalam dan keluar kolam. Lebar bagian atas minimal 40 cm
dan lebar bagian bawah minimal 80 cm.
Pintu pemasukan dibuat dekat saluran pemasukan dengan pipa paralon berdiameter 4 inchi.
Bagian itu tidak boleh menyentuh permukaan air untuk menjaga agar ikan tidak keluar. Jarak
antara pintu pemasukan dengan permukaan air minimal 20 cm. Selain untuk menjaga agar ikan
tidak keluar, tingginya bagian ini bertujuan agar selalu terjadi difusi oksigen dalam kolam.
Pintu pengeluaran dibuat dekat saluran pembuangan dengan menggunakan monik, salah
satu bentuk pintu pengeluaran yang paling praktis. Selain monik, lubang pengeluaran air, bisa juga
dibuat dengan bentuk L, yaitu dibuat dari pipa paran. Hanya bentuk ini kurang praktis.
Kemalir dibuat di dasar kolam dengan lebar antara 40-50 cm dan tinggi 10-20 cm. Arahnya
memanjang dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Fungsi utama kemalir untuk memudahkan
saat panen. Fungsi lainnya untuk tempat berlindung ikan pada siang hari.
Kobakan dibuat di dasar, depan pintu pengeluaran dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m dan
tinggi 20-30 cm. Kobakan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan waktu panen, sehinga
mudah menangkapnya.
D. Pembesaran di Tambak
Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai sasaran
produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak diperbaiki
pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya. Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya
tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah. Pengapuran
dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2.
Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan
dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Pada awal pengisian
air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa
pemeliharaan sampai 15 ppt.
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g (panjang 3-5 cm) dengan ukuran yang
seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap pakan.
Untuk target panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2.
Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan), padat penebaran
sebanyak 4 ekor/m2.
Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 3%-
5% per hari dari biomassa dan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus
berkualitas dengan komposisi protein minimal 25%.
Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm dan bila masa
pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang
pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250
2
g/m , sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-
masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan untuk
produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar enam bulan. Pemanenan dilakukan dengan
cara disusur dari ujung menggunakan jaring seser. Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak
sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan. Diusahakan ikan hasil tangkapan harus dalam
keadaan segar dan prima. Selain itu, untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan
yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan produk.
Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah
dapat dipasarkan dalam keadaan segar. Dalam proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran
dapat menggunakan es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.
1. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah jala,
waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun
benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),
cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan
peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean
diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk
mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat),
hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk
penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut
benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan),
lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan
yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring
berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
2. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan
ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan
ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan
pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700
gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-
masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
E. Sarana Budidaya
Alat/sarana yang digunakan oleh pembudidaya yaitu :
1. Kapur dolomit berfungsi untuk menaikkan kadar pH kolam dan mengendapkan lumpur
yang baru dibuat.
2. Pupuk kandang berfungsi untuk membuat kolam ditumbuhi oleh makanan alami dan
membuat kolam menjadi subur.
3. Benih ikan yang ditebarkan ukurannya berkisar antara 3-5 cm yang seragam.
4. Pakan ikan yang diberikan berupa Pellet (buatan pabrik) yaitu ukuran pakan No. 1 (satu)
yaitu PF 118 dengan kandungan protein 30 %.
F. Penebaran Benih
Setelah kolam dinyatakan sudah siap, lalu dilakukan penebaran benih nila dengan ukuran
3-5 cm dengan padat penebaran 10-15 ekor/m2. Untuk kolam ukuran 100 m2 dapat ditebari benih
1.000 ekor. Benih yang dipilih benar-benar sehat dengan ciri-ciri : warna cerah, gerakannya lincah
dan tidak sakit. Agar benih tidak menderita stress oleh perbedaan suhu udara dan air. Penebaran
benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran pada siang hari dapat membahayakan
keselamatan benih.
Penebaran benih harus dilakukan dengan hati-hati. Cara yang aman dan praktis dengan
mendiamkan wadah berisi air beberapa saat hingga suhunya sama dengan suhu air kolam
pembesaran. Kemudian wadahnya digulingkan secara perlahan-lahan. Biarkan benih keluar
dengan sendirinya. Tinggal saat pertama kali menebar benih harus dicatat agar waktu panen dapat
dipastikan.
G. Pemberian Pakan
Untuk benih ikan sampai hari ketiga, benih tidak perlu diberi makan karena pakan alami
hasil pemupukan masih tersedia. Menginjak hari keempat barulah kita memberikan pakan buatan
berupa pellet berkadar protein 25%. Pakan berupa pellet diberikan setiap hari sebanyak tiga kali
pemberian, disesuaikan dengan umur dan ukuran ikan.
Untuk mengetahui pertambahan berat badan ikan yang ada di kolam, dilakukan
penangkapan seminggu sekali kurang lebih 30% dari jumlah ikan keseluruhan.
Untuk ukuran 20-50 gr diberikan pellet sebanyak 4% - 5% dari bobot total ikan, 50-200 gr
diberikan pellet sebanyak 3% dan ukuran 200-500 gr sebanyak 2% dengan frekuensi pemberian 3
kali sehari.
H. Penerban Benih Ikan Nila
Setelah tahapan proses persiapan kolam terlaksana dengan baik, maka pada hari yang
kelima samapai hari ketujuh setelah masa pengisian air kolam dilakukan akan dilakukan penebaran
benih ikan nila. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ukuran benih ikan yang disebarkan
hendaknya berukuran antara 8-12 cm atau dengan ukuran berat 30 gram/ekor dengan pada tebar
sekitar 5-10 ekor/m2. Pemeliharaan ikan nila dilakukan selama 6 bulan atau hingga ukuran berat
ikan nila sudah mencapai 400-600 gram/ekor.
I. Pemberian Makanan
Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan
alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa,
pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti berikut ini:
1. Protein 20-30%;
2. Lemak 70% (maksimal.);
3. Karbohidrat 63 - 73%.
4. Pakanya berupa hijau-hijauan diantaranya adalah :
 Kaliandra
 Kalikina atau kecubung;
 Kipat
 Kihujan
J. Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh lingkan
dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan makanan,
penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif dilakukan
adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua upaya
yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau
fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah
melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu
dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.

K. Pemanenan Ikan Nila


Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan.
Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu antara 400-
600 gram/ekor.
Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka pemanenan bisa
juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap
pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam
dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air
yang dibuang.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) memiliki prospek yang baik
dikembangkan, karena permintaan pasar yang meningkat sangat meningkat dan rasanya yang gurih
serta harganya relatif mahal dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya.

Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara
budidaya ikan yang mudah dikembangkan di indonesia karena wilayahnya yang banyak air dan
sungai serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai alternatif
sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga.

Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit, karena ia mau menyantap
segala jenis makanan alami maupun buatan (pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun ampas tahu
mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakan campuran (omnivora).

2. Saran

Selama masa pemeliharaan perlu adanya kemungkinan adanya serangan dan hama. Cara
yang paling aman untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap langsung hewan
pembohong/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam. Sedangkan penyakit ikan dapat
terjaga dengan pengapuran yang seimbang untuk mempertahankan kualitas udara, serta suhu udara
yang kurang dari 28 °C.
DAFTAR PUSTAKA

http://tulisankita99.blogspot.com/2017/03/makalah-budidaya-ikan-nila-bab-i.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai