(Oreochromis niloticus)
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
ERNA MARLINA
NIM:2110716220002
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk
meningkatkan produksi perikanan baik di perairan tawar maupun laut. Pada saat sekarang ini
perkembangan usaha budidaya perikanan di Indonesia sangat cocok untuk dikembangkan karena
merupakan salah satu bahan pemenuhan kebutuhan protein hewani yang sangat diminati oleh
masyarakat. Oleh sebab itu perlu diusahakan untuk meningkatkan kegiatan budidaya ikan. Salah
Secara genetik ikan nila telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lain. Selain itu, ikan nila mempunyai sifat
omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya
rendah. Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya
produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan (Food Conversion
Ratio), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang
Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila
jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina. Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai
ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.
Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. Untuk mengantisipasi kendala
ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua
PEMBAHASAN
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya
Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-
kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama
ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
1. Pemerian
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor)
mencapai sekitar cm dan kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu. Sirip punggung
(pinnae dorsalis) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak) dan sirip dubur (pinnae
analis) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip
dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau
kekuningan) ketika musim berbiak.ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah
untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat
badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara
ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya.
Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil
meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna
lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan
yang betina biasanya pada bagian perutnya besar.
2. Kebiasaan dan penyebaran
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai
pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali
gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai
Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia yaitu
di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa
pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm.
Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung
pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk
betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut
mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara
sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa
dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di
samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan filet.
Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di tebar ke
dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air dan menggantikian posisi
ikan pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai
dan danau Indonesia tanpa memperhatikan dampaknya.
B. Pembenihan
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam
pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat ,
tidak porous (rembes), ketinggian pematang aman (minimal 30 cm dari permukaan air), sumber
pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2. Di samping
itu perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu,
kucing dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman babas dari pohon
pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. Perbandingan betina dan jantan
untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2. Pemberian pakan berbentuk pellet
sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini
sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk
diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, sehingga kualitas kemurnian dan
keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva
(benih baru menetas) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva. Jumlah ini akan
meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina (900
g). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus (45 hari), induk-induk betina diistirahatkan
dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein
diatas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina
mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan
induknya. Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat
dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m 3. Pengumpulan
larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore dan diusahakan larva yang terkumpul satu hari
ditampung minimal dalam satu happa.
C. Jantanisasi Benih.
Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan (mono seks) maka dilakukan
proses jantanisasi. Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-masing
2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air
minimal 1,5 m. Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor . Larva
diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron
sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran
200 m2. Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50
g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2. Setelah pengapuran dan pemupukan,
kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari,
diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2. Setelah kolam
pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan
kepadatan 250 ekor/m2. Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan pakan berbentuk
tepung yang khusus untuk benih ikan. Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan
seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan
selama pemeliharaan ikan.
Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g (ukuran panjang 3-5
cm) bisa dipanen. Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada pengankapan
awal. Bila jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan
airnya.
Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam keadaan
kosong dan suhu air media relatif dingin. Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya
ikan tidak diberi makan minimal 1 hari. Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana
seper empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi es balok
ukuran 20 x 20 x 20 cm3 (es balok berada dalam media air bersama benih ikan). Kantong plastik
dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa
toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.
1. Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) memiliki prospek yang baik
dikembangkan, karena permintaan pasar yang meningkat sangat meningkat dan rasanya yang gurih
serta harganya relatif mahal dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya.
Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara
budidaya ikan yang mudah dikembangkan di indonesia karena wilayahnya yang banyak air dan
sungai serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai alternatif
sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga.
Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit, karena ia mau menyantap
segala jenis makanan alami maupun buatan (pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun ampas tahu
mau juga. Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakan campuran (omnivora).
2. Saran
Selama masa pemeliharaan perlu adanya kemungkinan adanya serangan dan hama. Cara
yang paling aman untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap langsung hewan
pembohong/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam. Sedangkan penyakit ikan dapat
terjaga dengan pengapuran yang seimbang untuk mempertahankan kualitas udara, serta suhu udara
yang kurang dari 28 °C.
DAFTAR PUSTAKA
http://tulisankita99.blogspot.com/2017/03/makalah-budidaya-ikan-nila-bab-i.html?m=1