Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat
pulih (renewable resoursces) sehingga apabila dikelola dengan baik dapat
memberikan hasil maksimum berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat
dan pendapatan negara. Pengelolaan perikanan selain setelah memberikan
keuntungan, juga meninggalkan berbagai permasalahan, seperti kelebihan
penangkapan (overfishing) dan kerusakan habitat (habitat destruction) (Ali,
2005). Perairan Indonesia juga memiliki karakteristik serta biodiversitas fauna
tropis yang sangat tinggi. Dewasa ini diketahui bahwa di perairan Indonesia
terdapat sekitar 2.500 spesies ikan yang berbeda (Ramadhan, 2016).
Ikan belanak adalah jenis ikan yang banyak dijumpai di perairan laut
tropis dan subtropis yang bentuknya hampir menyerupai bandeng. Ikan
belanak merupakan spesies ikan eurihalin yang tersebar di daerah tropis dan
sub tropis. Ikan belanak memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan
banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Populasinya tersebar di perairan tropis
dan subtropis. Kebanyakan ikan belanak ditemukan secara mengelompok 20-
30 ekor yang berenang hilir mudik di permukaan estuaria (Ramadhan, 2016).
Berdasarkan uraian di atas maka makalah ini dibuat untuk mengetahui
cara budidaya ikan belanak untuk akuakultur payau.

0
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klafisikasi Ikan Belanak

Gambar 1. Morfologi ikan belanak (Mugil dussumieri)


Menurut Kottelat et al. (1993) dalam Ramadhan (2016) , ikan belanak
diklasifikan ke dalam:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Mugiliformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugil
Spesies : Mugil dussumieri

B. Ciri Biologis Ikan Belanak


Adapaun ciri biologis ikan belanak adalah (Wiadnya, 2012) :
Karakteristik : badan bulat panjang, mulut kecil dan bisa ditarik keluar
(protactile), dua sirip punggung yang terpisah cukup jauh satu sama lain dan
tidak mempunyai gurat sisi (lateral line). Sirip dada kecil dan berwarna
kehitaman. Genus yang paling umum di Indonesia adalah Mugil spp. Nama
lokal: Gereh, Gerpuh, Gerita, Jumpul, Kedera, Rapang. Ikan belanak
merupakan ikan yang habitatnya berasal dari air laut. Jenis-jenis ikan
belanak diperairan pantai Indonesia digolongkan kedalam Genus Mugil.
Warna : Bagian belakang berwarna kehijau-hijauan atau abu-abu
kecoklatan, pada bagian sisi dan perut berwarna keperakan; pinggiran
belakang sirip ekor berwarna hitam; pada permulaan sirip dada terdapat spot
biru Moolgarda delicatus. Ikan belanak bersisik cycloid atau ctenoid, bisa
dengan jari-jari kecil di tepinya atau tidak, ujung rahang atas melengkung ke
bawah dan terlihat pada saat mulutnya tertutup.
1
Habitat : Ikan belanak sebenarnya termasuk jenis ikan laut (daerah
Pantai), namun sering juga tertangkap di daerah air payau dan kadang
sampai ke daerah aliran sungai. Hidupnya lebih banyak di dasar (demersal)
perairan yang berlumpur. Jenis makanannya fitoplankton (diatom) dan
detritus pada sedimen dasar.
Perikanan : Ikan ini dulunya sangat terkenal di pantai Utara Jawa (tahun
1980an). Masyarakat Indra Mayu merupakan wilayah penangkapan utama
dan digemari oleh masyarakat lokal. Jenis alat tangkap utama adalah jermal,
togo dan sero yang operasinya dibantu dengan alat lampu. selain itu ikan ini
juga ditangkap dengan gill net. alat jenis purse seine kurang tepat untuk
menangkap ikan Belanak karena sering meloncat setelah terkurung.

C. Teknik Budidaya
Ikan belanak dapat dibudidayakan pada beberapa tempat yaitu
(Zainudhin, 2016) :
1. Pemeliharaan ikan belanak di tambak
Pemeliharaan belanak di tambak tidak berbeda dengan bandeng
Belanak diproduksi sebagai ikan konsumsi langsung, ukuran 300-500
gr/ekor. Benih belanak ukuran 0,5-1,0 gr/ekor atau panjang 3-5 cm
ditebar dengan kepadatan 1-5 ekor atau 10.000-50 000 ekor/ha. Padat
penebaran pada tambak tradisional antara 0,3-0,8 ekor/m 3 (3.000-8.000
ekor/ha). Belanak dapat dipelihara bersama dengan ikan bandeng
Belanak dapat pula dipoliksiltur dengan udang (Penaeus Litopenaeus),
rumput laut (Gracillaria), dan kepiting bakau (Scylla serrata) di tambak.
Belanak juga dapat dipolikultur dengan rajungan(portunus) di JKD,
Bila budidaya dilakukan secara semiintensip dengan padat penebaran
1.2 ekor/m2 belanak dapat diberi pakan buatan sebanyak 3-5%  bobot
biomassa dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Lama pemeliharaan 6-7
bulan untuk menghasilkan belanak ukuran 300 500 grekor.
Belanak cocok dipelihara secara semiintensif dan dipolikultur dengan
komoditas lain yang harganya lebih tinggi, seperti udang dan kepiting lika
dipolikultur dengun udang atau kepiting belanak merupakan komoditas
sampingan atau komoditas kedua.Sistema budi daya polikultur di tambak
cocok diterapkan pada tambak yang dikelola secara eksenaf dan
ekstensif plus. Tambak yang dikelola secara semiintensif dan intensif
tidak cocak diterapkan sister polikultur

2
Persiapan tambak untuk polikultur tidak berbeda dengan persiapan
tambak untuk sistem monokultur, Udang PL 30-PL 45 (ada juga
petambak menebar benih udang PL 12)  ditebar dengan kepadatan 10-
12 ekor/m2 atau 100.000 ekor/ha. Setelah 45 hari pemeliharaan udang, 
biasanya telah bermunculan klekap. Saat itu, dapat ditebar benih
belanak ukuran gelondongan  (5-10 cm) sebanyak 1.000-1.500 ekor/ha.
Udang budidaya diberi pakan 1-2 kali sehari sebanyak 15-20%  dari
berat badan udang per hari, sedangkan belanak memanfaatkan pakan di
tambak.
Belanak yang dipolikultur dengan kepiting berfungsi sebagai
pengendali pertumbuhan plankton, karena kepiting bakau merupakan
karnivora. Benih kepiting bakau berukuran 20-40 gr ditebar dengan
kepadatan 1-2 ekor/m2 dan belanak berukuran 5-10 cm ditebar
sebanyak 2.000-2.500 ekor/ha. Pemberian pakan cukup dilakukan
terhadap kepiting bakau. Dengan cara makan kepiting bakau yang
menghancurkan pakan dan mengeluarkan partikel halus akan
mengakibatkan tingkat kesuburan air tambak, sehingga terjadi
pertumbuhan plankton Plankton inilah menjadi makanan bagi belanak di
tambak.
2. Pemeliharaan ikan belanak di KJA
Belanak dapat dipelihara di KJA sebagaimana bandeng untuk me
duksi akan konsumsi langsung (300-500 gr/ekor). Untuk kegiatan pem
besaran di KJA sebaiknya menggunakan benih gelondongan dengan
berat 20-50 gr/ekor dan panjang 7-10 cm. Seleksi perlu dilakukan
sebelum benih ditebarkan ke dalam KUA guna memperoleh benih yang
sehat dan seragam padat penebaran optimal adalah 500-600 ekor/m3
dengan perkiraan tingkat kematian mencapai 10%.
Pemeliharaan belanak di KJA hanya mengandalkan pakan buatan
oleh karena itu, teknik,  jumlah, waktu, dan frekuensi pemberian pakan
perlu diperhatikan dengan cermat. Umumnya pakan diberikan sebanyak
5-10% dari total berat ikan per hari dengan metode satiasi (sekitar 90%
ikan dalam kondisi kenyang). Pemberian pakan sebaiknya dilakukan
pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut
terendah), atau di saar aras sangat lemah,  sebanyak 2-3 kali sehari,
yaitu pagi antara pukul 07.00-08.00, siang antara 11.00-12.00,  dan sore
sekitar pukul 16.00-17.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi

3
sedikit agar tidak banyak yang terbuang Saat diberi pakan, bandeng
akan bergerak aktif. berebut, sehingga menimbulkan gerakan arus air
dalam KJA .
Pertumbuhan ikan perlu dipantau tiap 2 minggu sekali guna mendapat
kan data yang kemudian akan digunakan dalam menentukan jumlah
pakan yang harus diberikan serta mengevaluasi perkembangan bobot
dan kesehatan ikan.  Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50
ekor, diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang
dilakukan terhadap sampel yang telah dibius dengan phenoxy ethanol
200-225 ppm.
Pemanenan dilakukan bila belanak telah mencapai target ukuran
Untuk memproduksi belanak konsumsi langsung diperlukan waktu
pemeliharaan 4-5 bulan
3. Pemeliharaan ikan belanak di hampang
Berat awal benih belanak yang ditebar pada bampang ditentukan oleh
ukuran celah atau mata jala/kawat anyam bahan hampang. Sedangkan
padat penebaran ditentukan oleh tingkat kesuburan lahan dan sistem
pengelolaan. Atas dasar ini maka padat penebaran belanak untuk bet at
bersih 20-50 grlekor cukup disebar sebanyak 45 ekor/m2.
Jika ukuran hampang lebih kecil, maka pengelolaan mudah dilakukan.
Belanak di hampang diteri pakan buatan berupa pelet imengandung
protein minimal 20% dengan ransum 5-10%dari bobot ikan per hari.
Karena hampang berada di perairan dangkal dan air dalam kondisi
tenang diam, pemberian pakan cukup 2-3 kali sehari. Pemberian pakan
yang banyak akan memperoepat penimbunan limbah di dalam hampang.
4. Pemeliharaan ikan belanak di JKD
Belanak juga dapat dipelihara di jaring kurung dasar (JKD)  baik
secara monokultur maupun polikultur Untuk monokultur belanak ditebar
dengan kepadataa 10-20 ekor/m3 untuk benih ukuran 10 20 gr/ekor,
sedangkan bila dipol kultur cukup 1.3 ekor/m3 salah satu biota yang
dapat dipolikultur dengan belanak adalah rajungan (Portunus sp),  dan
rajungan merupakan komoditas utama.
Padat penebaran untuk polikultur rajungan dan belanak adalah, benih
rajungan berumur 25-30 hari ditebar dengan kepadatan 3-7 ekor/m3,
sedangkan belanak berukuran 10-20 gr/ekor ditebar dengan kepadatan
1- 3 ekor/m3. Pakan berupa ikan-ikan rucah, daging kerang atau pelet

4
diberikan kepada rajungan secukupnya, dan diberikan pada pagi dan
sore hari. Jumlah pakan yang diberikan kepada rajungan adalah 5-10% 
dari berat biomassa.
Sementara akan belanak dapat memanfaatkan pakan alami di dalam
JKD Jika ingin mempercepat pertumbuhan belanak, maka dapat
diberikan pakan tambahan 2-3 hari sekali.  Pakan tambahan yang
diberikan berupa pelet.

5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ikan belanak merupakan Biasa hidup mulai dari muara sungai,
pelabuhan, dermaga dan pantai. Jarang berada terlalu jauh dari pantai.
Merupakan ikan bento pelagik (hidup di dasar sampai permukaan air) dan
bergerombol dalam jumlah banyak. Belanak suka memakan klekap (lumut)
dan bahan organik di dasar muara sungai.

B. Saran
Sebaiknya mahasiswa mampu lebih banyak membaca sehingga lebih
banyak mendapatkan informasi ataupun referensi tentang jenis ikan yang
dapa dibudidayakan di air payau.

Anda mungkin juga menyukai