Anda di halaman 1dari 11

REHABILITASI DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA

PERAIRAN
“Ketam Kelapa (Birgus)”

KELOMPOK 6
• DWI ANDIKA L011181347
• RISNAWATI AZIS L011191004
• TASKIAH AULIAH PUTRI ALI L011191038
• NUGRAHA ALI DIMYATI L011191126
• -ANDI MUH. YUDRIL S L011191153
PENDAHULUAN

Kepiting kelapa atau ketam kelapa (Birgus latro) adalah salah satu anggota dari ordo Decapoda
yang banyak menghabiskan waktunya di daratan. Kepiting kelapa adalah hewan crustacea yang paling
besar dibandingkan dengan jenis-jenis crustacea lainnya, sehingga dikenal sebagai Arthropoda daratan
terbesar di dunia.
Kepiting kelapa menyebar luas dari lautan Pasifik Barat hingga Samudra Hindia bagian timur.
Di daerah tersebut hewan ini menempati pulau-pulau berbatu di kawasan lautan. Selain itu kepiting
kelapa ini juga hidup di daerah pantai yang menyatu dengan daratan kepulauan dan umumnya tidak
dijumpai di daerah karang atol karena di wilayah tersebut sumber makanan yang dibutuhkan tidak
memadai.
PEMBAHASAN
Ketam kelapa (Birgus latro)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Malacostraca
Superfamily : Paguroidea
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus
Spesies : Birgus latro
TEKNIK REHABILITASI

Ketam kenari , Birgus latro atau biasa di sebut dengan kepiting kelap merupakan
artropoda darat yang terbesar didunia. Hewan ini merupakan jenis umang umang
kenari. Ketam ini di kenal karena kemampuannya mengupas buah kelapa dengaan
capitnya yang kuat untuk memakan isinya. Ia satu satunya spesies dari genus birgus.
Seni budidaya kepiting kelapa, tambak kepiting harus mempunyai kontruksi yang
berorientasi pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan
secara normal. Sehingga efisiensi pemanfaatan lahan dan waktu saat pemeliharaan.
Secara prinsip , bangunan tambak harus kuat dan kedap air. Untuk mencegah agar
kepiting tidak melarikan diri dari petak pemeliharaan dan mencegah masuknya hama
dari luar dibuat karamba bambu atau kurungan.
TEKNIK BUDIDAYA PERSIAPAN TAMBAK

Pengolahan tanah dasar ditujukan memperbaiki mutu/kualitas tanah untuk meningkatkan daya dukung
lahan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembalikan, penjemuran, pencucian dan pengapuran.
Pembalikan tanah bertujuan untuk mempercepat proses penguraian bahan organik dan gas-gas beracun,
yang dilakukan dengan mencangkul/membajak dengan kedalaman ± 20 – 30 cm. Penjemuran bertujuan
untuk mereduksi bahan organik dan gas-gas beracun yang dilakukan dengan sinar matahari hingga warna
tanah coklat alami. Lama penjemuran selama 5 – 7 hari. Pengapuran bertujuan memperbaiki dan
menstabilkan pH tanah hingga kisaran normal (pH 7 – 8). Jenis kapur yang digunakan harus sesuai
dengan jenis tanah dasar setempat. Tempat pemeliharaan kepiting bisa berupa kurungan bambu, waring,
maupun bak beton. Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang berasal dari kurungan bambu (karamba)
disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau 2x1x1meter, hal ini bertujuan memperrmudah pengelolaannya
terutama pada waktu mengangkat karamba di waktu panen.b.Pemilihan dan Penebaran Benih Benih yang
digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor atau lebar cangkang (karapas) 3 -4 cm. Benih kepiting yang
kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan dan pudar serta pergerakannya lamban.
PEMBERIAN PAKAN
Kegiatan pemberian pakan meliputi :
(1) memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan,
(2) cara pemberian pakan,
(3) dosis pakan,
(4) teknik sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti bentos dan
cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau pellet. Khususnya untuk pakan ikan
rucah, daging kerang dan hancuran daging siput dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah
kering dengan kadar air berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan dimakan seluruhnya,
maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya ditambah.
Pengendalian hama dan penyakit
Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara
pergantian air yang cukup, pengapuran secara rutin dan
penyaringan air pasok dan pemberian feed aditive (vit. C 2-
4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg pakan secara
periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik)
merupakan alternatif paling akhir jika dengan cara
pencegahan tidak berhasil.e.Panen dan Pasca Panen Panen
kepiting biasanya dilakukan setelah masa pemeliharaan
mencapai 4-5 bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Cara
panen kepiting dari kurungan bambu dengan menggunakan
seser atau rakkang. Pasca panen dengan mengikat kaki dan
capit kepiting dengan tali secara individu. Produk hasil
panen ditempatkan di wadah yang berlobang-lobang
dengan dialasi pelepah pisang yang dibasahi air laut guna
mempertahankan tingkat kelembaban, selanjutnya kepiting
dapat dipasarkan langsung ke pengumpul dalam keadaan
hidup.
Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik di
pasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting
(ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan
terhadap kepiting bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan
kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan
waktu yang cukup pendek yaitu 10 – 20 hari. Harga jual kepiting gemuk
menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi
petani. Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan
selama 15 hari, tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju
pertumbuhan oleh jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk
memanen kepiting digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan
total maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga
terampil untuk menangkap dan kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan
waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen menentukan
kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat sekitar 3 – 4% dapat
menyebabkan kematian.
KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASINYA

Di Indonesia, ketam kenari tersebar paling banyak di kawasan Indonesia TImur yaitu Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan yakni di Pulau
Derawan. Harga ketam kenari terbilang cukup tinggi, per ekornya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 300
ribu, tergantung besarnya. Ketam ini memang bisa mencapai ukuran besar dengan panjang sekitar
40cm dan berat per ekor mencapai 4 kilogram.
Data tentang populasi ketam kenari di Indonesia dapat dikatakan sangat kurang. Jumlahnya
menurun secara signifikan karena terus dieksploitasi sebagai sumber protein hewani. Penangkapan
ketam kenari kerap dilakukan di beberapa daerah terluar Indonesia, dan kerap disalahgunakan sebagai
pintu keluar masuk penyelundupan. Secara hukum, ketam kenari ditetapkan sebagai hewan yang
dilindungi, sebagaimana tertera pada PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Satwa Liar.
Permintaan pasar akan ketam raksasa ini terus meningkat, namun berbanding terbalik dengan
ketersediaan spesies ini. Eksploitasinya tidak didukung dengan upaya konservasi dan pengelolaan
yang tepat, tentu dapat mengakibatkan menyebabkan kepunahan. Kita masih berharap adanya suaka
tersendiri bagi ketam kenari. Agar spesies ini terus terjaga kelestariannya.
CONTOH KASUS
Di Pulau Siompu bagian selatan Pulau Buton aktivitas perburuan terhadap
kepiting kelapa masih terjadi dan telah berlangsung selama bertahun tahun secara
turun temurun. Bukan tanpa pencegahian, langka pelestarian Birgus latru sendiri
telah pemerintah canangkan lewat PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Satwa.
Di dalam peraturan tersebut, spesies kepiting kenart digolongkan sebagai fauna
endemik yang haram dieksploitasi karena berstatus rawan, dilindungi serta dijaga
kelestariannya oleh negara. Namun minimnya sosialisasi oleh pemerintah serta
lemahnya pengawasan terhadap aktivitas perburuan membual aktivitas perburuan
kepiting ini masih terjadi hingga sekarang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai