Anda di halaman 1dari 13

BUDIDAYA IKAN BARONANG (SIGANUS SP.

Disusun oleh:
Andesta Hutabarat 170254243025
Andri Elvando 170254243022
Arman Syahroni 170254243018
Nadia Resti Sri Miati 170254243024
Sanda Guntara 170254243023

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
segala berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dalam
tempo waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini telah disusun secara maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga mendapat kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen Manajemen Pemberian Pakandan memberikan informasi
yang berkaitan tentang Budidaya Ikan Baronang (Siganus sp.). Informasi ini pun
penulis dapat dari berbagai sumber dan referensi yang telah dirangkum supaya
menjadi kesatuan yang kompleks, sistematis, dan mudah dipahami oleh pembaca.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini baikdari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis akan menerima segala kritik dan
saran dari para pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Tanjungpinang, 11 November
2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Ikan merupakan hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai


tulang belakang, insang dan sirip dan terutama ikan sangat bergantung atas air
sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di
dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk
menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau
gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
Ikan merupakan sumberdaya alam yang sering dijadikan objek atau target
terakhir dari suatu proses pemanfaatan sumberdaya hayati akuatik. Ikan juga
merupakan organisme yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan
dengan organisme akuatik lainnya. Hasil perikanan Indonesia merupakan salah
satu pemasok devisa negara. Sumberdaya perikanan laut seperti ikan, udang dan
rumput laut, disamping mempunyai nilai ekspor juga untuk kebutuhan konsumsi
dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.
Salah satu sumberdaya hayati perairan laut yang banyak dikonsumsi dan
merupakan ikan favorit bagi pemancing di Indonesia adalah ikan Baronang
(Siganus sp.). Ikan baronang dari famili Siganidae memiliki keanekaragaman
spesies yang tersebar di berbagai wilayah perairan di Indonesia, ikan baronang
tersebar hampir diseluruh perairan dangkal atau karang. Ikan dari famili ini terdiri
dari satu genus yaitu Siganus, yang keberadaannya di Indonesiater dapat 12
spesies. Ikan ini banyak ditemukan di daerah terumbu karang dan padang
lamun. Ikan baronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda
satu sama lain seperti di Pulau Seribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan
nama biawas, dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakannya samadar.
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu
mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham
berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan
mempunyai permukaan yang luas, ikan baronang termasuk herbivora, namun bila
dibudidayakan ikan ini mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti
pakan buatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN
Pemilihan Indukan Ikan Baronang
Pemilihan indukan ikan baronang yang memenuhi kriteria standar yakni
berwarna cerah, memiliki organ tubuh lengkap (tidak cacat), tubuh kenyal dan
gerakan aktif. Sebelum induk di pelihara dalam bak pemeliharaan induk terlebih
dahulu diadaptasikan lingkungan terutama suhu dan salinitas.
Ciri-ciri ikan baronang betina
1. Ukuran ikan betina lebih besar dari jantan
2. Perut bagian bawah ikan betina lebih besar
3. Lubang genital ikan baronang betina lebih besar
4. Apabila bagian perut diurut, cairan berwarna jingga keluar dari lubang genital.

Ciri- ciri ikan baronang jantan


1. Berat induk jantan sekitar 250 gram.
2. Ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan betina

Pemijahan Ikan Baronang


Pemijahan alami pada induk ikan baronang umumnya terjadi pada bulan gelap,
waktu memijah sekitar sore menjelang malam atau dini hari menjelang subuh.
Sedangkan pemijahan buatan dilakukan dengan teknik stripping. Stripping
dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Stripping Cara Basah
Sel telur dan sperma hasil stripping dicampur air laut yang telah disterilisasi
dan dibiarkan selama 10 menit, lalu dicuci dan dipindahkan ke dalam bak
penetasa.
2. Stripping Cara Kering
Sel telur hasil stripping dicampur dengan sperma jantan. Pencampuran
dilakukan dengan bulu ayam atau bulu bebek, kemudian dibiarkan selama 10
menit. Setelah itu cuci dengan air laut yang telah disaring dan disterilisasi,
setelah itu dipindahkan ke bak penetasan.

Penetasan Telur Ikan Baronang


Bersihkan bak penetasan dengan menggunakan bahan kimia chlorine dengan
dosis 200ppm. Kualitas air seperti oksigen, pH, salinitas, suhu, kecerahan,
kandungan gas dan logam berat harus dijaga. Telur yang dibuahi akan menetas
dalam waktu 22-24 jam pada suhu perairan 26-28ºC. Sedangkan telur yang tidak
dibuahi akan tenggelam ke dasar bak.

Pendederan
Benih berukuran 1-3 g/ekor dapat didederkan dalam keramba dengan kepadatan
300-500 ekor/m3. Untuk mencapai ukuran 30-50 g,diperlukan waktu pendederan 2
bulan.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Ikan baronang dapat terserang parasit sejenis dinoflagelata, yaitu Amyloodinium
ocellatum. Organ yang diserang adalah insang dan kulit. Ikan yang terinfeksi oleh parasit
ini menunjukkan gejala berenang megap-megap dipermukaan, muncul warna
merali di sekeliling mulut, dan gejala anemia. Pencegahan dan pengobatan dilakukan
perendaman denganformalin 200 ppm selama satu jam yang disertai aerasi kuat. Hal
ini disebabkan penggunaan formalin dengan dosis tinggi dapat menurunkan kadar
oksigen terlarut dalam air.

Panen
Baronang dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi, yaitu 300-400 g/ekor
dengan waktu pemeliharaannya selama 3-4 bulan. Adapun pemanennya seperti panen ikan pada
umumnya di KJA.

2.2 BIOLOGI IKAN BARONANG


Taksonomi
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Subordo : Acanthuroidei
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Species : Siganus spp.

Gambar 1. Ikan Baronang (Siganus sp.)

Morfologi
Famili Siganidae memiliki ciri-ciri antara lain badan pipih dengan bentuk
mulut yang kecil. Sirip punggung mempunyai 13 duri keras dan 10 duri lunak,
sedangkan sirip-sirip dubur terdiri dan 7 duri keras dan 9 duri lunak. Duri-duri
pada ikan baronang mengandung kelenjar bisa sehingga orang akan merasa sakit
bila tersengat oleh duri-duri tersebut. Siganidae juga disebut rabbitfish yang
berarti ikan kelinci karena moncongnya menyerupai kepala kelinci.

Habitat & Penyebaran


Famili Siganidae menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir
tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat. Pada umumnya
ikan baronang hidup terutama di sekitar ekosistem terumbu karang, ekosistem
yang banyak ditumbuhi lamun dan rumput laut. Kadang-kadang didapatkan juga
di daerah hutan bakau, bahkan di pelabuhan yang pada umumnya telah. Beberapa
jenis baronang yaitu S. guttatus dan S. vermiculatus dapat hidup masuk ke
perairan sungai dan danau.

Kebiasaan Makan & Makanan


Ikan ini diketahui sebagai "primary herbivor" yaitu pemakan plankton
nabati tumbuhan dan juga pemakan makanan buatan. Sesuai dengan morfologi
dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri
pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding
lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas,
ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan
ikan beronang mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan
buatan.

2.3 WADAH BUDIDAYA


Teknologi Budidaya
1) Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal
memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan
dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini, pemilihan
lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkan dari aspek
teknis dan non teknis. Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan
meliputi:
 Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan
gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
 Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40
cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang
dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan
arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang
didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan arus.
 Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri
maupun limbah rumah tangga.
 Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar
dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator).
 Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang
baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
- Suhu air berkisar antara 28 ~ 320 C.
- O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
 Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha
budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia,
pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang cukup
memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah diperoleh.
Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor
yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan
dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.

2) Sarana produksi
Metode budidaya ikan baronang di laut dapat dilakukan dengan metoda
Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang
terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut.
a) Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan,
pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen tersebut
adalah sebagai berikut:
- Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini
berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat
dan terbuat dari bahan bambu atau kayu. Setiap unit kerangka dapat
terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan
sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi
budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada
tempatnya atau tidak terbawa arus.
- Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari
bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75 ~ 1".
Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat
persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3 . Jaring apung yang telah siap dibuat
di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut
bagian atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatan kurungan dan
cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan agar
kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut
bagian bawah jaring diberi pemberat.
- Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan
pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik volume 200 liter.
Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampung sebanyak 12 buah.
Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris tengah 0,8
~ 1,0 cm.
- Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser
dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang.
Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang
terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5
kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.

b) Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih
yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan
lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikan di dalam wadah budidaya.
Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara lain
adalah :
1) Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;
2) Gerakan ikan lincah;
3) Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan.
Penyediaan Benih Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan
dalam usaha budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan
beronang dapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak benih.
Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan setiap lokasi.
Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai saat ini
masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa jenis sudah
berhasil dilakukan.

c) Penanganan dan Transportasi Benih


Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti suhu
dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang sangat perlu dijaga
hati-hati. Pada saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus
selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih dapat dilakukan sehari
setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat bagi ikan dan untuk
perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan seser yang tidak cekung
untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibat persentuhan benih satu sama
lain. Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat digunakan
keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air. Keramba
diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untuk jarak jauh dapat
digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuk tanah. Benih ikan
beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup dapat ditransportasi
sampai maksimum 48 jam.

2.4 DOSIS PAKAN


Larva
Larva ikan baronang yang baru saja keluar dari telur yang menetas
dilengkapi dengan mata dan mulut yang belum fungsional. Larva akan
mengonsumsi cadangan nutrien dari dalam tubuhnya (endogenous nutrient, yolk).
Pada tahap ini larva diberi pakan hidup alami berupa chlorella sp, rotifera dan
daging ikan yang dicincang untuk proses pertumbuhannya. Ukuran bukaan mulut
larva menjadi penting dalam penerapan manajemen pemberian pakan. Larva ikan
baronang memiliki ukuran bukaan mulut sebesar 100µm. Dari beberapa macam
jenis pakan tersebut tidak diberikan secara bersamaan melainkan disusun menurut
jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan larva.
Hari ke- 0 sd 10 , jenis pakan adalah Larva bivalvia
Hari ke- 0 sd 30 , jenis pakan adalah Rotifera
Hari ke- 5 sd 35 , jenis pakan adalah Nauplii artemia
Hari ke-30 , jenis pakan adalah Copepoda (Tigriopus sp)
Hari ke-30 , jenis pakan adalah Daging cincang
Hari ke-40 , jenis pakan adalah Daging/udang/ikan

Juvenil
Juvenil ikan baronang mempunyai dinding perut yang tebal dan usus yang
sangat panjang dengan luas permukaan yang sangat besar. Juvenil memanfaatkan
alga hijau benang (filamentous green alga) sebagai makanannya. Selain itu, dapat
memanfaatkan pakan campuran antara tepung kedelai (53%), tepung ikan (14%),
tepung jagung (15%), tepung gandum (15%) dan vitamin-mineral (3%) sebagai
pakan juvenil dengan bobot tubuh 3g/ekor.

Dewasa
Di alam ikan baronang, mengonsumsi rumput laut dan alga benang.
Sedangkan di wadah pemeliharaan, ikan baronang mengonsumsi apa saja seperti
tepung ikan, tepung udang, tepung ketela pohon ataupun pakan buatan dalam
bentuk pelet.
BAB III
PENUTUP

Ikan Baronang merupakan salah satu sumberdaya hayati perairan laut yang
banyak dikonsumsi dan merupakan ikan favorit bagi pemancing di Indonesia.
Ikan ini begitu banyak diminati oleh konsumen karena ikan ini memiliki daging
yang gurih dan bernilai gizi yang lumayan tinggi. Penyebaran ikan Baronang
cukup luas dan ada hampir di seluruh wilayah perairan laut Indonesia. Hal ini
karena Indonesia merupakan negara dengan wilayah perairan laut yang luas. Ikan
Baronang memiliki mulut yang kecil, gigi seri pada masing-masing rahang, gigi
geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halus yang
panjang dan permukaannya luas yang membuat ikan ini tergolong sebagai ikan
herbivora. Tetapi kalau dibudidayakan, ikan Baronang juga mampu memakan
makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Gundermann, M., D.M. Popper dan L.Lichatowich, 1983. Biology and life cycle
of Siganus vermiculatus (Siganidae, Pisces). Pacific Sci. 32 (2), 165 – 180.

Letsoin P.P. 2006. Beberapa aspek bioekologi ikan baronang (Siganus (S.)
fuscescens) di Perairan Desa NiNgilngof Kecamatan Kei Kecil Kabupaten
Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi
Manado. 38 hal.

Marasabessy, M.D. 1991. Penelitian Budidaya Ikan Samadar (Siganus


Canaliculatus) di Pulau-Pulau Kai Kecil, Maluku Tenggara. Eds Perairan
Maluku Tenggara. Ambon : Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang
Oseanografi LIPI. Hlm : 35-41.

Majore 2006. Komposisi Spesies Dan Ukuran Ikan Baronang (Siganidae; Siganus
Spp) Di Daerah Terumbu Karang Perairan Bitunuris Kecamatan Lirung
Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Merta, I. G. S. 1980. Makanan Ikan Baronang Lingkis, Siganus canaliculatus


(Park 1797). Dari Teluk Banten Pantai Utara Jawa Barat. Balai Penelitian
Perikanan Laut. Jakarta. Bull. Pen. Perikanan. 424 hal.

Anda mungkin juga menyukai