Anda di halaman 1dari 12

Rotifera (Brachionus plicatilis) adalah sejenis organisme plankton yang dapat dijadikan sebagai

makanan larva/ benih ikan. Rotifera atau disebut juga hewan beroda, pada tahun 1696 yang waktu
itu dikenal dengan nama bdelloid rotifer yaitu hewan mirip cacing. Rotifera adalah hewan
mikroskopis dengan struktur tubuh yang relatif sederhana. Brachionus plicatilis merupakan jenis
plankton hewani yang hidup di perairan litoral dan termasuk pakan larva ikan laut yang penting.
Dalam percobaan pembenihan ikan laut, rotifera diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih
satu bulan.

Brachionus plicatilis pertama kali diidentifikasi sebagai Hama pada kolam budidaya belut pada tahun
1950-an dan 1960-an. Dan penelitian pertama di Jepang, Rotifera dapat digunakan sebagai pakan
hidup yang sesuai bagi larva ikan yang masih muda. Dua puluh lima tahun setelah penggunaan
rotifera pertama kali sebagai pakan dalam pemeliharaan larva ikan, beberapa teknik budidaya untuk
menghasilkan produksi rotifera yang intensif diterapkan di selurih dunia.

Brachionus memiliki ukuran yang kecil dengan kecepatan renang yang lambat menjadikan mereka
mangsa yang cocok bagi larva ikan yang hanya menyerap cadangan makanan tetapi belum mampu
mencerna naupli Artemia. Rotifera memiliki potensi yang sangat tinggi (kepadatan hingga 2000
ind/ml) karena tingkat reproduksinya yang sangat tinggi dan dapat menghasilkan keturunan yang
besar dalam waktu yang sangat singkat.

Suhu Jumlah telur Umur Hidup Panen Pertama Panen Kedua Do/ O2 PH

22-30 20-23 12-19 1-2 hari 3-5 jam >2 7-8,5

20 23 10 1.9 hari 4 jam >2 6,6-8,5

25 20 17 1.3 hari 3 jam >2 6,6-8,5

Klasifikasi Rotifera Brachionus Sp

Phylum : Rotifer

Kelas : Monogona ta

Ordo : Ploima

Familia : Brachionidae

Genus : Brachionus

Spesies : Brachionus sp.


NILAI NUTRISI BRACHIONUS

Pengayaan rotifera dengan berbagai gizi dikarenakan rotifera merupakan hewan yang dapat
menyerap berbagai nutrisi dari jenis makanan yang dicerna, semakin banyak nutrisi dalam pakan
rotifera, semakin baik nilai gizi rotifera untuk makanan larva ikan. Berikut contoh nilai gizi pengayaan
Rotifera pada jenis Brachionus :

1. Rotifera dengan Pengayaan HUFA (n-3)

a. Alga

Tingginya kandungan asam lemak essensial Asam Eicosapentaenoic (EPA) dan Asam
Docosahexaaeonic (DHA) pada beberapa mikroalga menjadikan mereka makanan hidup yang baik
bagi rotifera. Pengayaan dengan HUFA dilakukan dengan pemeliharaan bersama antara Brachionus
bersama alga (5.106 sel alga/ ml), sehingga terjadi kerjasama dalam menghasilkan asam lemak
essensial dalam waktu beberapa jam dan membuat keseimbangan dengan MA / EPA pada tingkat di
atas 2 untuk Brachionus-lsochrysis.

b. Formula Makanan

Brachionus tumbuh pada penggantian diet CS yang terdapat komposisi yang baik 5,4 mg bahan
kering EPA; 4,4 ing DHA; dan 15,6 mg (n-3) HUFA.

c. Minyak Emulsi

Salah satu cara yang murah untuk pengayaan Brachionus adalah dengan menggunakan minyak
emulsi, karena minyak emulsi skala rumah tangga dapat disiapkan dari lichitin telur dan minyak ikan.
Emulsi komersial yang dijual umumnva lebih stabil dan mengandung komposisi HUFA.

2. Rotifera dengan Pengayaan Vitamin C

Budidaya Rotifera Brachionus menggunakan media ragi roti, yang mengandung 150 mg vit C/ g berat
kering dan media chlorella yang mengandung 2300 mg vit C/ g berat kering.

Penyuburan Brachionus dengan AA dapat diikuti dengan penggunaan AP (Ascorbyl palmitat) sebagai
sumber tambahan vitamin C. AP diubah olel Brachionus menjadi AA aktif hingga mencapai 1700
mg/g berat kering setelah peyimpanan 24 jam pengayaan dengan menggunakan 5% emulsi AP
Kandungan nutrisi Brachionus ketika dijadikan makanan bagi larva tidak berubah.
Kekurangan vitamin C pada larva ikan menyebabkan terjadinya kelainan bentuk operculum.
Kandungan vitamin C berpengaruh pada makanan Brachionus yaitu pada tingkat asam askorbat (AA)
antara budidaya dan pengayaan.

3. Rotifera dengan Pengayaan Protein

Protein hanya digunakan dalam diet pengayaan khususnya dirancang untuk penyuburan protein
Brachionus. Tingginya kandungan protein yang digunakan dalam budidaya meningkat secara
kontinyu dan berkembang selama periode pengayaan. Umumnya digunakan untuk hal yang sama
sebagai minyak emulsi dan didistribusikan di tangki dengan konsentrasi 125 mg/ liter air Iaut dengan
interval 2 kali yaitu antara 3 - 4 jam.

4. Penyimpanan Rotifera Brachionus tanpa pengayaan

Pemanenan Brachionus yang tidak mengalami pengayaan seharusnya diberi filter yang diletakkan di
bawah permukaan air. Pemanenan pada pengayaan Brachionus dilakukan dengan perhatian yang
lebih ekstrim agar mereka tetap dalam keadaan bersama dalam 1 rumpun. Khususnya ketika
pemanenan binatang yang dikayakan sebelum dicuci, aerasi dapat menghasilkan kelompok-
kelompok.

Brachionus tidak dapat dimakan dengan segera karena membutuhkan penyimpanan dalam suhu
yang dingin (4C) agar dapat menjaga kualitas nutrisi mereka. Selama masa kelaparan pada suhu 25
C, Brachionus dapat kehilangan 26 % berat tubuhnya sebagai basil dan metabolisme. Brachionus
pada saat lapar (didukung dengan minyak emulsi, diet mikropartikular atau mikroalga) sebelum
diberikan sebagai pakan pada larva ikan (prosedur pengayaan secara tidak langsung) menurunkan
kandungan asam lemak dengan sangat cepat. Pengayaan dalam waktu yang lama (secara langsung)
dapat meningkatkan kandungan asam lemak Brachionus. Cadangan asam lemak ini lebih stabil dan
dapat turun dengan cepat selama lapar.

Peranan Rotifera Dalam Budidaya Perikanan

Kegunaan Rotifera Brachionus plicatilis secara tidak langsung mulai berkembang. Brachionus
plicatilis merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga seringkali sangat
diperlukan dalam budidaya.

Penyediaan pakan alami berupa plankton nabati dan plankton hewani yang tidak cukup tersedia,
seringkali menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan.
Brachionus plicatilis sangat penting dalam menunjang budidaya perikanan, terutama sebagai pakan
yang baik

Pada larva ikan bandeng

Larva ikan kakap putih

Larva Lobster

Maupun Larva udang windu

Larva Udang putih

Crustacea

Bivalve

dan larva lainnya

Ketergantungan pakan alami Budidaya ikan secara komersial dari berbagai jenis species-species
diantaranya bivalve, crustaceae, dan ikan bertulang belakang akan mengalami permasalahan yang
serius apabila didalam proses produksinya tidak tersedia pakan alami yang kontinyu baik kuantitas
maupun kualitasnya.

Sebagaian besar larva ikan umumnya memakan tumbuhan dan atau hewan yang berukuran 4-200
mikron. Jenis tumbuhan dan hewan tersebut termasuk didalamnya adalah plankton, yakni
organisme yang hidup melayang dalam air gerakannya selalu mengikuti arus. Namun Pakan Alami
larva harus memenuhi kriteria tertentu.

Berikut Kriteria Pakan Alami Ikan

ukuran sel sesuai dengan bukaan mulut larva,

kandungan nutrisi cukup tinggi,

mudah dicerna dan dapat diserap dalam tubuh larva,

gerakannya lambat sehingga larva ikan mudah menangkapnya,

mudah dikultur dan mampu bertahan hidup terhadap lingkungan yang fluktuatif salinitas, suhu,
dan intensitas cahaya,
pertumbuhan populasi membutuhkan waktu yang relatif cepat sehingga dengan segera dapat
digunakan dalam keadaan segar dan hidup,

usaha pembudidayaannya memerlukan biaya yang relatif sedikit, selama daur hidupnya tidak
menghasilkan bahan beracun yang dapat membahayakan kehidupan larva.

Dari kriteria tersebut Brachionus plicatilis telah memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai
pakan alami larva ikan karena memiliki ukuran yang relatif kecil, lambat dalam berenang, mudah
dibudidayakan, mudah dicerna dan mempunyai nilai gizi yang tinggi serta diperkaya dengan asam
lemak dan antibiotik (Alam Ikan 9).

Baca Juga : Penyakit infeksi Insang dan Kulit ikan

Morfologi

Ukuran Brachionus antara 60 - 80 mikron, sampai 300 mikron. Tubuh Brachionus terdiri dari sekitar
1000 sel yang seharusnya tidak dianggap sebagai tanda-tanda tunggal, tetapi sebuah plasma area.
Pertumbuhan hewan ini diyakini sebagai peningkatan plasma dan bukan pembelahan sel.

Epidermis mengandung lapisan padat yaitu protein keratin yang disebut lorika. Bentuk lorika dan
penampakan spina (tulang punggung), serta ornamen yang ada membedakan antar spesies. Tubuh
Brachionus dibedakan menjadi 3 bagian yaitu kepala, tubuh, dan kaki. Bagian kepala terdapat organ
untuk berputar ataukorona yang disebut cilia anular dan memiliki nama asli rotatoria. Bagian depan
korona dapat ditarik masuk dan dapat memutar sesuai gerakan air untuk mengambil partikel
makanan kecil (terutama alga dan detritus). Bagian tubuh terdiri dan sistem pencemaan, sistem
pengeluaran, dan organ genitalia. Karakteristik organ Brachionus adalah mastax (yang dilengkapi
dengan bagian yang keras karena kapur disekitar mulut), dimana sangat efektif untuk menggiling
partikel yang susah dicerna. Kaki berupa struktur yang dapat ditarik masuk dengan bentuk melingkar
tanpa ruas-ruas akhir pada 1 atau 4 jari.

Habitat dan Sifat

Brachionus di alam hidup di perairan telaga, sungai, rawa, maupun danau. Tetapi jumlah yang
terbanyak di air pavan. Brachionus terdapat melimpah pada perairan yang kaya nannoplankton dan
detritus.
Brachionus bersifat omnivor, jenis makanannya terdiri atas perifiton, nannoplankton, detritus dan
semua partikel organik yang sesuai dengan lebar mulutnya. Makanan masuk ke dalam mulutnya
dibantu oleh silia yang terletak di sekitar mulut sebelah atas. Makanan dipecah oleh alat disebut
trophy. Makanan yang sudah dipecah masuk ke dalam lambung untuk dicerna.

Siklus Hidup

Masa hidup Brachionus antara 3,4 - 4,4 hari pada 25C. Umumnya larva menjadi dewasa setelah 0,5 -
1,5 hari dan betina mulai menetaskan telur setiap 4 jam sekali betina mampu menghasilkan 10
generasi keturunan sebelum mereka mati. Lama hidup Brachionus betina lebih lama dibandingkan
dengan Brachionus jantan. Brachionus betina hidup selama 12 - 19 hari, sedangkan yang jantan
berkisar 3 - 6 hari.

Terdapat dua tipe Brachionus betina, yaitu tipe amiktik dan miktik. Satu tipe betina dapat
menghasilkan satu tipe telur, yaitu telur amiktik atau miktik. Betina amiktik ialah betina yang
menghasilkan telur dan melakukan pembelahan meiosis. Telur amiktik apabila tidak dibuahi
menghasilkan telur yang ukurannya kecil. Apabila telur dibuahi, menghasilkan telur yang ukurannya
besar yang disebut telur dorman, dengan kulit tebal dan akan berkembang menjadi betina yang
bersifat amiktik. Generasi selanjutnya dapat bersifat amiktik atau miktik. Sedangkan betina miktik
adalah betina yang menghasilkan telur secara parthenogenesis.

Baca Juga : Hydrilla Tanaman Air Budidaya

Cara Produksi Massal Rotifera Brachionus

Produksi massal Brachionus sebagai makanan larva melalui reproduksi ainiktik dapat
menguntungkan ketika produksi telur istirahat digunakan sebagai bibit. Telur yang istirahat ini sering
disebut sebagai kista yang relatif besar (volume mencapai 60 % dari ukuran normal betina dewasa)
yang ideal untuk penyimpanan dan transport, serta dapat digunakan sebagai inokulan pada
budidaya massal.

Telur yang istirahat akan tenggelam dan dapat dipanen. Pada kasus sampah yang banyak di dasar
perairan, pergantian air diperlukan dengan air asin agar telur istirahat dapat mengapung dan dapat
dikumpulkan pada permukaan perairan.

Telur istirahat dalam keadaan kering dapat disimpan lebih dan 1 tahun ketika ditempatkan pada air
laut, pada suhu 25C dengan kondisi sinar yang rendah. Telur yang istirahat ini dapat didisinfeksi
dengan antibotik dengan dosis yang besar, sehingga Brachionus yang dihasilkan bebas dari bakteri.
Explanation

Alam Ikan 9 : Murtiningsih, 1985

Sepandai - pandainya tupai melompat sesekali jatuh juga, Sepandai - pandainya seseorang sekali
waktu ada salahnya pula.

Filum ROTIFERA

Rotifera pertama kali ditemukan oleh John Harris tahun 1696 yang waktu itu dikenal dengan nama
bdelloid rotifer yaitu hewan mirip cacing. Rotifera atau rotatoria terdapat di segala penjuru
dunia,meskipun beberapa jenis terdapat pada tempat-tempat tertentu.Dari 1.700 spesies,
kebanyakan hidup di air tawar,hanya 50 spesies di laut,beberapa di hamparan lumur lumut yang
basah. Rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500 mikron,rata-rata
200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau sessile. Beberapa jenis merupakan
endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah, dan dalam ganggang jenis Vaucheria
dan Volvox. Biasanyua transparan, beberapa berwarna cerah seperti seperti merah atau coklat
disebabkan warna saluran pencernaan.

Anatomi

Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian anterior yang pendek, badan yang besar
dan kaki. Dibagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas filum Rotifera.

Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang bercilia, dan cilia ini melebar di seputar tepi anterior
hingga seperti bentuk mahkota. Gerakan cilia pada trochal disk..Mastax terletakantara mulut dan
pharynx. Mastax ialah pharynx yang beretot yang berotot, bulat atau lonjong dan bagian dalamnya
terdapat trophy, semacam rahang berkhitin. Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling
berhubungan.Mastax berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka
asesuai dengan tipe kebiasaan makan rotifera.

Bentuk badan bulat atau selindris. Pada bagian badan(trunk) terdapat tiga buah tonjolan kecil yaitu
sebuah atau sepasang antena dorsal dan 2 buah antena lateral. Pada unjung antena biasanya
terdapat terdapat bulu-bulu sebagian alat indera.
Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior. Kultikula pada kaki acapkali berkerut-kerut
sehingga tampak seperti beruas-ruas, yang dapat memendek dan dimasukkan ke dalam badan. Pada
ujung kaki biasanya terdapat satu sampai empat buah jari, di dalam kaki terdapat kelenjar kaki
(pedal gland) yang menghasilkan bahan perekat untuk menempel pada subtrat. Selain empat buah
jari, jenis Bdelloidea mempunyai sepanjang taji (spur). Pada jenis yang sessile seperti Cotheca dan
Floscularia, kelenjar kaki menghasilkan bahan pembentuk selubung seperti vas bunga. Kakipada jenis
plankton adakalanya mengecil, lenyap atau di bagian ventral.

Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sinsitial, dengan jumlah nuclei yang
selalu tetap. Epidermis menghasilkan kultikula, tipis sampai tebal, tersgantung jenisnya, bahkan ada
yang mengeras seperti cangkang disebut lorica. Lorica adakalanya dihiasinya galur-galur, duri yang
pendek, atau panjang dan dapat digerakan, misalnya pada Filinia.

Dibawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun tidak terorganisir sebaik
pltyhelninthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom yang berisi cairan
dan sel-sel ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti jala sinsitial.

Fisiologi

a. Pencernaan

Mulut rotifera terletak di bagian ventral dan biasanya dikeliling oleh sebagian corona. Daerahm
sekitar mulut (buccal field) pada beberapa jenis Colothecacea mengalami modifikasi, melebar
sedemikian rupa hingga menyerupai corong, dan mulut terletak di dasar corong. Jenis filter feeder
memakan partikel organic yang lembut dengan bantuan aliran airnyang dihasilkan cilia pada corona.
Makanan dari mulut dialirkan ke mastaz. Pharinx dihubungkan dengan perut oleh esofagus. Perut
berbentuk tabung dan kantong, berhubungan dengan usus yang pendek dan berakhir pada anus.
Jenis karnivora memakan protozoa, rotifera yang kecil dan metazoan lain. Mangsa ditangkan dengan
cara dicengkram atau dijebak. Mangsa dicengkap dengan menggunakan trophy yang berbentuk
seperti penjepit, atau mangsa yang terjebak di dalam corong yang bersetae akan melipat ke dalam
dan berkerut, hingga mangsa masuk ke mulut.

b. Alat ekskresi

Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bul. Kedua protonephrida
tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada bagian ventral kloaka. Isi
bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan kontraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali
per menit. Pembuangan yang demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephrida adalah
sebagai osmoregulator, osmoregulator yaitu membuang kelebihan air didalam tubuh. Dalam
beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara dengan berat tubuh rotifera tersebut.

c. Susunan saraf

Rotifera mempunyai otak yang terdiri atas massa ganglion dorsal, dan terletak di atas mastax. Dari
otak keluar sejumlah pasang saraf yang menuju ke berbagai alat inra, antara lain ke mata dan ke
antena. Beberapa jenis rotifera, terutama yang sessile tidak mempunyai mata. Mata yang berupa
ocellus sederhana, dan berjumlah tiga hingga lima buah.

Reproduksi

Semua rotifera dioecious. Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil daripada
betina, biasnya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya memiliki alat
reproduksi saja. Partogenesis merupakan peristiwa yang umum terjadi. Perkawinan pada rootifera
biasanya dengan jalanhypodermic impregnation, dimana sperma masuk melalui dinding tubuh.
Tiap nukleus pada ovari menjadi sebuah telur. Kebanyakan spesies mempunyai ovari dengan sepulu
sampai dua puluh nuklei, maka telur yang dihasilkan selama hidupnya tidak lebih dari jumlah
tersebut.

Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas, kemudian akan mati. Bila
tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung
pada jenisnya. Pada Bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya reproduksi selalu dengan cara
partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang menetas menjadi betina.
Pada kelas Monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada jantannya, terdapat tiga macam telur.
Tipe pertama adalah telur amictic, hasil dari partenogenesis, bercangkang tipis, diploid, tidak dapat
dibuahi dan menetas menjadi betina amictic. Tipe kedua ialah telur mictic, bercangkang tipis, tetapi
haploid, bila tidak dibuahi secara partenogenik akan menetas menjadi jantan yang haploid. Bila telur
mictic dibuahi oleh sperma dari jantan yang haploid tersebut maka akan menjadi telur dorman.,
bercangkang tebal dank eras, resisten terhadap kekeringan dan lingkungan yang buruk, dan
memerlukan istirahat beberapa bulan sebelum menetas. Dalam lingkungan yang baik, telur dorman
menetas menjadi betina amictic dan diploid.

Peranan

Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan tawar. Di satu
pihak memakan serpihan-serpihan organic dan ganggang bersel satu, dilain pihak rotifera
merupakan makan bagi hewan yang lebih besar seperti cacing dan crustacea.

Branchionus merupakan rotifera yang benyak dibudidayakan sebagai makanan alami untuk larva
ikan dan udang. Karena berukuran kecil sekitar 3000 mikron, dan berkembang biak secara
cepat,membuatnya cocok untuk makanan larva ikan mas yang baru habis kuning telurnya. Di daerah
tropis,Branchionus mulai bertelur pada umur 28 jam, dan setelah 24 jam telur menetas. Selama
hidupnya yang sebelas hari, seekor Branchionus menghasilkan 20 butir telur. Pada habitat yang
tercemar bahan-bahan organic dan berlumut, biasanya banyak dijumpai Bdelloidea seperti Philodina
dan Rotaria.

Klasifikasi

a. Kelas Seisonoida

tubuh panjang

corona mengecil

ovari sepasang
jantan berkembang baik

hanya mempunyai satui genus

dengan dua spesies dilaut

hidup komensal pada Nebalia.

b. Kelas Bdelloidea

bentuk tubuh silindris dan retraktil

Corona seperti dua roda yang berputar

Memiliki ovari sepasang

Kaki mempunyai dua sampai empat jari atau tidak ada

Reproduksinya dengan cara partenogenesis

Bergerak dengan cara berenang atau merayap

Contoh genus:Philodina,Embata, dan Rotaria

c. Kelas Monogononta
Memiliki sebuah ovari

Individu jantan ada namun mengalami degenerasi

Sumber :

Timothymalau. Filum Rotifera. http://timothymalau .blogspot .com/2009/04/filum- rotifera.html

Anda mungkin juga menyukai