Oleh:
Nama
NIM
Kelompok
Asisten
: Rafta FirmanaAdhiem
: B0A014014
:3
: Sri Amini
I.
PENDAHULUAN
tingkah
laku
ikan
memberikan
pemahaman
dan
Larva adalah anak ikan yang baru menetas dimana tubuhnya belum
sempurna baik organ bagian dalam maupun organ bagian luarnya untuk menjadi
individu ikan yang utuh. Larva yang baru ditetasi memiliki panjang total 1,21
hingga 1,65 mm dengan rata-rata 1,49 mm. Rata-rata panjang kantong kuning
telur 0,86 mm. Pigmentasi awal tidak seragam, mata, saluran pencernaan, kloaka
dan sirip kaudal transparant. Tiga hari setelah menetas, sebagian besar kuning
telur diserap dan butir minyak berkurang hingga ukuran yang tidak signifikan.
Tahapan ini mulut ikan akan terbuka dan rahang mulai bergerak saat larva mulai
makan. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan larva misalnya
dalam faktor fisika air yang mencantum mengenai kekeruhan air, arus, begitu juga
dengan kimia air misalnya kualitas air dan begitu juga dengan faktor biologi dan
fisiologi ikan itu sediri, hal ini biasanya menyangkut dengan populasi dan
ekosistem serta habitat ikan dalam lingkungannya (Rusdi, 1988).
Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang senang
tinggal diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam, rawa, telaga,
danau serta waduk (Djuhanda, 1981).
Klasifikasi ikan gurame menurut Susanto (1989) adalah sebagai berikut:
Filum: Chordata
Kelas: Pisces
Ordo: Labirintichi
Subordo: Anabantoide
Famili: Anabantidae
Genus: Osphronemus
3.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah akuarium dan
loupe atau kaca pembesar.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah air bersih dan
larva ikan gurami (Osphronemus gouramy)
3.2 Cara Kerja
1. Larva ikan didalam inkubator diamati selama beberapa saat.
2. Interval waktu berikutnya diamati kembali gerakan larva ikan selama
beberapa saat.
3. Larva ikan yang diamati digolongkan ke jenis larva aktif atau larva pasif.
3.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Pembenihan Perikanan Tawar acara Pengamatan
Tingkah Laku Larva dilaksanakan pada hari Jumat, 20 November 2015, pada
pukul 08.00-10.30 WIB di Stasiun Percobaan D-III PSDP, Fakultas Biologi,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
IV.
.1 Hasil
Gambar 4.1.1
yang sudah
ikan
Akuarium
berisi larva
Gambar 4.1.2
penggolongan
dan pasif
Pengamatan
larva aktif
.2 Pembahasan
Larva merupakan anak ikan yang baru menetas dan belum memiliki
organ tubuh lengkap seperti induknya. Larva akan mengalami metamorfosa
agar dapat memiliki organ yang lengkap. Larva melalui dua stadia yaitu stadia
pro dan post larva. Stadia pro larva dimulai ketika larva baru menetas dari
telur serta memiliki kuning telur. Pro larva berubah menjadi post larva ketika
larva sudah kehabisan kuning telurnya. Stadia post larva akan terbentuk organ
baru dan penyempurnaan organ. Larva yang memiliki organ sempurna sama
seperti induknya akan menjadi juvenil atau benih (Nugraha 2004). Larva yang
baru menetas tidak perlu diberi pakan karena masih memiliki cadangan
makanan berupa kuning telur. Pemberian pakan adalah pada hari ke-14 dimana
kuning telur pada larva sudah benar-benar habis. Pertumbuhan panjang larva
gurami disebabkan karena pakan yang diberikan disukai oleh larva, yang
ditandai dengan aktifnya larva gurami saat pemberiaan pakan yaitu dengan
mengejar dan menangkap pakan yang diberikan. Larva ikan gurami lebih
cenderung memilih pakan yang bergerak daripada pakan yang tidak bergerak
(Lucas, 2015)
Upaya pembenihan gurami khususnya pada fase larva diperlukan
ketelitian.Masa kritis larva, yaitu saat kuning telur mulai habis dan larva
mulai mengambil makanan dari luar. Hal itu ditandai dengan larva yang
sudah mulai berenang. Jika 50 % larva sudah mulai berenang, kondisi ini
merupakan saat yang tepat bagi larva untuk mulai diberi pakan (Khairuman
dan Amri, 2003). Terjadinya mortalitas itu karena faktor lingkungan dan diri
larva itu sendiri. Kematian larva karena lingkungan disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor biologi diantaranya makanan, predator dan kanibal, faktor
kimia diantaranya pencemaran, oksigen terlarut, derajat keasaman, dan
salinitas, sedangkan faktor fisika diantaranya suhu perairan, arus, dan
turbiditas. Larva mengalami masa peralihan antara fase primitif dengan fase
definitive. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk
secara sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase
definitive yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh
secara sempuran dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti yang terdapat
pada induknya (Djojosoebagio, 1996)
Salah satu tahap penting pada fase larva adalah pembentukan sirip
karena sirip merupakan organ yang digunakan ikan untuk aktif bergerak
mencari makan dan aktifitas lainnya. Larva yang sudah memiliki organ lengkap
merupakan tanda bahwa larva telah memasuki fase juvenile . Semasa ikan
dalam bentuk individu larva memiliki dua fase dalam masa larva, yaitu masa
pro larva dan masa postlarva. Masa pro larva yaitu masa larva ikan yang masih
memiliki kunig telur yang dijadikan sebagai cadangan makan ikan baik
berbentuk ovale, bundar maupun berbentuk oblong, tubuhnya transparan
dengan beberapa butiran pigmen. Sirip dada dan ekor sudah ada namun belum
sempurna sementara iakan menjadi individu ikan yang lebih sempurna, dan
pada masa postlarva ialah masa individu larva iakan sudah tidak memiliki
kunig telur lagi, dan pada biasanya masa ini larva sudah mulai sempurna baik
dari organ bagian dalam maupun organ bagian luarnya (Sutisna, 1995).
Larva yang baru ditetaskan biasanya disebut larva berumur 0 hari
dengan membawa cadangan kuning telur dan gelembung minyak. Larva yang
baru menetas bersifat pasif karena mulut dan matanya belum membuka
sehingga pergerakannya tergantung arus air. Ukuran cadangan kuning telur dan
gelembung minyak serta letak gelembung minyak pada kuning telur
tergantung pada
jenis
dan beronang,
letak gelembung
dengan
banyak
diselingi
oleh
istirahat
karena
tidak
dapat
V.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa larva
dibedakan menjadi larva pasif dan aktif. Gerakan larva dipengaruhi
keberadaan banyak sedikitnya kuning telur, pengaruh luar seperti guncangan
dan kelengkapan organ seperti bentuk sirip yang telah menyerupai ikan
dewasa.
5.1 Saran
Sebaiknya dalam praktikum alat dan bahannya lebih dipersiapkan lagi,
agar tidak memakan waktu yang lebih lama dan lebih berhati-hati ketika
melakukan pengamatan yang berhubungan dengan pengamatan sehingga tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
5.2
DAFTAR PUSTAKA
Djojosoebagio, S. 1996. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Bandung: Armico.
Effendi. 1997. Budidaya Perairan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta:
Rineka Putra.
Hajar, A. I. 2011. Fish Behavior Ultization in Capture Process of Jaring
Perangkap Pasif (Set Net Teichiami). Mallasoro Gay: Jeneponto
Regency.
Khairuman, Amri K. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurami. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Lucas, Weismann G. F., Kalesaran, Ockstan J., dan Lumenta, Cyska. 2015.
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Gurami (Osphronemus
gouramy) dengan Pemberian Beberapa Jenis Pakan. Jurnal Budidaya
Perairan. Vol. 3(2): 19 - 28
Majumdar, N. N. 1985. Textbook of Vetebrates Embriology. New Delhi: Tata
McGraw Hill.
Nugraha, F. 2004. Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Rainbow
(Glossolepis incises). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pingguo, He. 1987. Behavior of Marine Fishes: Capture Processes
and Conservation Challenges. United States. University of
Massachusetts Dartmouth Press.
Pulungan P. C. 2012. Buku Ajar Biologi Perikanan. Riau: Fakultas Perikanan,
Universitas Riau.
Rusdi, J. 1988. Budidaya Ikan Gurami. Yogyakarta: Kanisius.
Sudrajat, A.O., Muttaqin, M., & Alimuddin. 2013. Efektivitas Hormon Tiroksin
Dan Hormon Pertumbuhan Rekombinan Terhadap Pertumbuhan Larva
Ikan Patin Siam. Jurnal Akuakultur Indonesia. 12 (1), 3139. Bogor: IPB.
Susanto, Heru. 1989. Budidaya Ikan Gurame. Jakarta: Penebar Swadaya.