Anda di halaman 1dari 27

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air

tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada

awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke

seluruh dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena

kebiasaannya "mencium" saat mengambil makanan dari permukaan benda padat

maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki

banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda.

Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang.

Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil

makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam

gigi bertanduk, tetapi gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain

seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga

memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel

makanan yang masuk bersama dengan air.

Guppy, ikan seribu, ikan cere, atau suwadakar (Poecilia reticulata), adalah

salah satu spesies ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena

mudahnya menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat

di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan.

Dalam perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish, di
2

berbagai daerlokal seperti gepi, bungkreung, cethul atau cithul, klataw, dan lain-

lain.

Guppy adalah ikan yang sangat mudah berkembang biak. Masa kehamilan

ikan ini berkisar antara 21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu airnya.

Suhu air yang paling cocok untuk berbiak adalah sekitar 27 °C (72 °F). Alih-alih

bertelur, ikan gupi mengandung dan melahirkan anaknya (livebearers). Setelah ikan

betina dibuahi, daerah berwarna gelap di sekitar anus yang dikenal sebagai ‘bercak

kehamilan’ (gravid spot) akan meluas dan bertambah gelap warnanya.

Menjelang saat-saat kelahirannya, bintik-bintik mata anak-anak ikan dapat

terlihat dari kulit perut induknya yang tipis dan menerawang. Seekor induk gupi

dapat melahirkan burayak (anak ikan) antara 2–100 ekor pada setiap kelahiran,

tetapi kebanyakan antara 5–30 ekor saja. Beberapa jam setelah persalinan, induk

gupi telah siap untuk dibuahi lagi.

Begitu keluar dari perut induknya, anak-anak guppy telah mampu hidup

sendiri. Berenang, mencari makanan, dan menghindari musuh-musuhnya. Anak-

anak gupi ini umumnya akan terus bergabung dengan kelompoknya, dan dengan

ikan-ikan lain yang lebih besar. Namun gupi yang telah dewasa tidak akan segan-

segan memangsa burayak yang berukuran jauh lebih kecil; sehingga apabila

dipelihara di akuarium, anak-anak ikan ini perlu dipisahkan dari ikan-ikan dewasa.

Telur-telur ikan yang telah dibuahi maka di dalam telur itu akan terjadi

proses embriologi hingga terbentuknya individu ikan lalumenetas dan keluar dari

cangkang telur. Telur ikan yang beru menetas akan mengeluarkan anaikan yang

disebut dengan larva. Larva yang baru keluar dari cangkang telur disebut pro (pre)
3

larva dengan ciri larva belum memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk

sempurna, membawa kuning telur sebagai cadangan makanan selama masa pro

larva.

Perkembangan larva dibagi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Pro (pre) larva

dengan ciri belum memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk sempurna,

membawa kuning telur sebagai cadangan makanan selama masa pro larva. 2. Post

larva dan pada saat ini bukaan mulut sudah terbentuk dan beberapa organ tubuh

mulai terbentuk sempurna serta mulai difungsikan (Pulungan ,2006).

Menurut Effendie (1997) perkembangan larva dibagi menjadi dua tahap,

yaitu: Prolarva dan Postlarva. Untuk membedakannya, prolarva masih mempunyai

kantung kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang

fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan sirip ekor sudah ada tetapi belum

sempurna bentuknya dan kebanyakan prolarva baru keluar dari cangkang telur ini

tidak mempunyai sirip perut yang nyata melainkan hanya tonjolan saja. Mulut dan

rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus.

Sedangkan masa Postlarva ikan ialah masa larva mulai dari hilangnya kantung

kuning telur sampai terbentuknya organ-organ yang telah ada sehingga pada masa

akhir dari postlarva tersebut secara morphologis sudah mempunyai bentuk hampir

seperti induknya.

Secara garis besar susunan saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut,

oesophagus, lambung, intestinum dan anus. Akan tetapi, pada jenis ikan Channa

organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat pyloric caeca.

Selain itu pada mulut ikan dapat dijumpai gigi yang berperan untuk mambantu

mendapatkan makanan. (Pulungan, 2006).


4

Oleh karena itu, saluran pencernaan, bentuk mulut dan gigi, bentuk dan

ukuran lambung serta intestinum yang di miliki setiap jenis ikan bervariasi, maka

menyebabkan cara pengambilan makanan setiap spesies ikan juga bervaiasi.

Sehingga berdasarkan cara mendapatkan makanannya, maka ikan-ikan itu dapat di

golongkan menjadi ikan bersifat predator, pemikat, penyumpit, penunggu,

penyaring makanan dan parasit.

Sistem Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara

fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam

usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.

Sedangkan analisis aaluran pencernaan adalah proses pengamatan saluran saluran

sistem pencernaan guna melihat jenis makanan apa saja yang dikonsumsi ikan.

Organ-organ saluran pencernaan terdiri dari (dari arah depan/anterior ke arah

belakang/posterior) berturut-turut : mulut/rongga mulut, Oesophagus, lambung,

usus dan anus. Organ-organ tambahan: kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar

pancreas. Organ-organ pelengkap: sungut, gigi, tapis insang.

Maka perlu dilakukan pratikum mengenai Larva ikan dan Analisis Saluran

Pencernaan pada Ikan agar dapat mengetahui ciri-ciri pertumbuhan spesies ikan

yang dimulai dari larva, dan mengetahui apakah ikan tergolong karnivora,

herbivora atau omnivore yang dilihat melalui pengamatan saluran pencernaan ikan

dan apa saja jenis makanan yang dikonsumsi spesies ikan tersebut.

Dari penjelasan diatas, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai larva ikan

dan analisis saluran pencernaan. Maka, dilakukannya praktikum ini agar mahasiswa

lebih mengetahui lagi tentang larva ikan dan penentuan umur ikan pada ikan air

tawar maupun air laut.


5

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum tentang Larva Ikan adalah untuk

mengetahui bentuk dan ciri-ciri larva yang sedang mengalami masa pro larva

dengan yang mengalami post larva, dan pada analisa isi saluran pencernaan yaitu

dapat mengamati dan menghitung berat lambung yang berisi dan yang kosong

kemudian mengetahui jenis-jenis makanan ikan yang terdapat dalam saluran

pencernaan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum tentang Larva Ikan dan Analisa isi saluran

pencernaan adalah praktikan dapat membedakan ciri-ciri antara masa pro-larva dan

post-larva, serta dapat mengamati dan menghitung berat lambung yang berisi dan

yang kosong kemudian mengetahui jenis-jenis makanan ikan yang terdapat dalam

saluran pencernaan.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larva Ikan

Menurut Effendie (1997) anak ikan yang baru menetas disebut larva dimana

tubuhnya belum dalam keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ

luarnya. Dalam bidang Budidaya larva yang baru keluar dari telur disebut Hatcling.

Sedangkan perkembangannya larva terdiri dari masa prolarva dan postlarva.

Tahap larva adalah tahap paling kritis dalam kehidupan ikan karena banyak

faktor penyebab mortalitas mulai dari larva, menetas ke alam samapai dapat

mencari makanan sendiri. Terjadinya mortalitas itu karena faktor lingkungan dan

dirilarva itu sendiri. Kematian larva karena lingkungan disebabkan oleh faktor:

Biologi (Makanan, Predator dan Kanibal), Kimia (Pencemaran, Oksigen terlarut,

Derajat Keasaman, dan Salinitas) dan Fisika (Suhu Perairan, Arus dan Turbiditas)

(Pulungan et. al., 2006).

Larva yang baru menetas sangat peka terhadap lingkungan seperti suhu,

sinar matahari, dan kulitas air. Untuk itu, sebaiknya larva diperlukan secara hati –

hati, terutama saat mengganti air. Penggantian air ini dilakukan setelah larva mulai

berenang. Jumlah air yang diganti tidak lebih dari separuh. Terutama bila

menggunakan obat anti jamur saat penetasan, airnya harus cepat mungkin

dihilangkan dengan cara setiap hari diganti. Obat anti jamur seperti metil biru dalam

kadar pekat yang berada dalam air kotor lebih dari seminggu akan bereaksi menjadi

komponen kimia berbahaya bagi larva sehingga dapat mempercepat naiknya


7

amonia. Kualitas air ini harus terjaga, terutama suhunya antara 26 – 29o C yang

umum untuk ikan – ikan tropis (Dermawan, 2001).

Effendie (1997), menyatakan bahwa tahap larva dibedakan menjadi tahap

pro-larva dan post-larva. Ciri-ciri pro-larva adalah masih adanya yolk, tubuh

transparan dengan beberapa pigmen yang belum diketahui fungsinya, serta adanya

sirip dada dan sirip ekor (caudal fin) walaupun bentuknya belum sempurna. Mulut

dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung halus, pada

saat tersebut pakan didapatkan dari yolk yang belum habis terserap. Masa post-larva

ikan ialah masa dari habisnya yolk sampai terbentuk organ-organ baru atau

penyempurnaan organ-organ yang ada. Pada akhir fase tersebut, secara morfologi

larva telah memiliki bentuk tubuh hampir seperti induknya. Pada tahap ini sirip

punggung (dorsal fin) sudah mulai dapat dibedakan, sudah ada garis bentuk sirip

ekor (caudal fin) dan larva ikan sudah lebih aktif berenang.

Menurut Jamieson (2009) masa post-larva berakhir, ikan akan memasuki

masa juvenil. Pertumbuhan dan perkembangan larva berlangsung dengan cepat

ketika ketersediaan pakan berlimpah.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas pakan

merupakan faktor yang sangat penting dan berhubungan dengan perkembangan

larva ikan (Samsudin et al., 2010).

2.2 Analisa Isi Saluran Pencernaan

Analisis isi pencernaan ikan merupakan kajian tentang hubungan antara

komposisi pakan alami dalam lambung dan habitatnya, baik yang bersifat

planktonik, bentik maupun nektonik dan lainnya. Kebiasaan makanan ikan (food

habits) dapat digunakan untuk mengetahui hubungan ekologi dengan organisme di


8

dalam perairan, misalnya pemangsaan, persaingan dan rantai makanan. Makanan

merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan.

Macam makanan satu spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat dan

waktu (Herdia, T., 2007)

Berdasarkan makanannya secara garis besar ikan dapat digolongkan

menjadi herbivora, karnivora, dan omnivora. Akan tetapi, dalam kenyataannya

banyak sekali terjadi tumpang tindih (overlap) yang disebabkan oleh keadaan

habitat ikan itu hidup. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

hubungan ini diantaranya faktor penyebaran organisme sebagai makanan ikan,

faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor

fisik yang mempengaruhi perairan (Effendie, 2002).

Menurut Mudjiman (2001) setiap ikan mempunyai makanan yang berbeda.

Jika dilihat dari jenis makanannya maka ikan dapat dibagi menjadi tiga golongan

yaitu herbivor, karnivora dan omnivora. Berdasarkan cara makannya ikan

dibedakan menjadi lima golongan yaitu pemangsa (predator), penggerogot (grazer),

penyaring (strainer), penghisap (sucker) dan parasit.

Pulungan et. al., (2005) menyatakan jenis makanan alami yang dimakan

ikan sangat bermacam-macam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umur ikan.

Selanjutnya dikatakan juga bahwa jenis makanan alami yang terdapat di perairan

yang menjadi makanan ikan antara lain fitoplankton, zooplankton, fauna

invertebrata dan vertebrata.

Saluran pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian yaitu saluran

pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria).


9

Saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, kerongkongan, esofagus, lambung

dan usus.Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan kantong

empedu.Lambung dan usus juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan(Mudjiman,

2001).

Menyatakan jenis makanan alami yang dimakan ikan sangat bermacam-

macam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umur ikan. Selanjutnya dikatakan

juga bahwa jenis makanan alami yang terdapat di perairan yang menjadi makanan

ikan antara lain fitoplankton, zooplankton, fauna invertebrata dan

vertebrata. (Pulungan et al, 2013)

Spesies ikan yang bersifat predator akan mengupayakan makanan dengan

cara memburu/mengejar mangsanya yang tergolong hewan nekton

(Djarijah, 2002). Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mempelajari

kebiasaan makan pada ikan yaitu dengan menggunakan metode jumlah metode

frekuensi kejadian, metode perkiraan tumpukan dengan persen, metode volumetric

dan metode gravimetric. (Pulungan etal., 2013).


10

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan mengenai Larva ikan dan Analisa Isi Saluran

Pencernaan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 07 November 2019, bertempat

di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas

Riau, Pekanbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah baki atau nampan,

gunting bedah, cutter, serbet, laporan sementara, buku pratikum, penggaris, alat

tulis, cawan petri, objek glass, cover glass, mikroskop, gelas ukur, pipet tetes,

penjepit dan buku identifikasi plankton. Sedangkan bahan yang digunakan selama

praktikum ini adalah larva ikan Guppy (Poecilia reticulata), awetan saluran

pencernaan ikan tambakan (Helostoma temminckii).

3.3 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode dengan

pengamatan secara langsung terhadap objek praktikum yang akan diteliti atau yang

di amati. Dimana data dan informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cara

mengamati secara langsung di Laboratotium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, sehingga praktikan dapat memberikan

gambaran mengenai objek yang dipraktikumkan.


11

3.4 Prosedur Praktikum

- Prosedur praktikum larva ikan:

a. Menyiapkan larva ikan pada sebuah wadah yang berisi air.

b. Kemudian membersihkan objek glass dan meletakkan larva tersebut pada

objek glass dan menutupnya dengan cover glass lalu diamati di bawah

mikroskop dengan posisi kepala di sebelah kanan.

c. Selanjutnya menentukan apakan pro larva atau post larva dengan melihat

kondisi kandungan kuning telur dan perkembangan dari organ-organ

tubuh pada larva.

- Prosedur praktikum analisa isi saluran pencernaan:

a. Bersihkan usus dari larutan formalin menggunakan air mengalir.

b. Ukur panjang usus menggunakan penggaris.

c. Isi gelas ukur dengan air sebanyak 10 ml, masukkan awetan usus ke dalam

gelas ukur, hitung jumlah kenaikan volume air sesudah dan sebelum di

masukkan.

d. Kemudia letakkan usus di cawan petri dan keluarkan isi yang ada di dalam

usus.

e. Masukkan kembali usus ke dalam gelas ukur yang di isi oleh air 10 ml,

hitung jumlah kenaikan volume air sebelum dan sesudan di masukkan.

f. Letakkan sampel isi usus ke dalam cawan petri, kemudian beri air

secukupnya.

g. Ambil menggunakan pipet tetes, kemudian di letakkan di objek glass.

h. Amati menggunakan mikroskop dan identifikasi.


12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Larva Ikan

Jenis Ikan : Ikan Guppy

Habitat : Air tawar

Klasifikasi Ikan:

Kingdom: Animalia

Kelas: Chordata

Ordo: Cyprinodontiformes

Famili: Poeciliidae

Genus: Poecilia

Spesies: Poecilia reticulata

Ukuran: 0,8 cm

Gambar 1. Larva Ikan Guppy (Poecilia reticulata)


13

4.1.2 Analisa Isi Saluran Pencernaan

Jenis Ikan : Ikan Tambakan

Habitat : Air tawar

Klasifikasi Ikan:

Kingdom : Animalia

Filum : Cordhata

Kelas : Pisces

Ordo : Perciformes

Subordo : Anabantoide

Family : Helostomatidae

Genus : Helostoma

Spesies : Helostoma temmincki

Gambar 2. Saluran Pencernaan Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)


14

Jenis plankton yang di temukan dalam saluran pencernaan:

a. Scenedesmus sp.

Divisi: Chlorophyta

Kelas: Chlorophyceae

Ordo: Sphaeropleales

Famili: Scenedesmaceae

Genus: Scenedesmus Gambar 3. Scenedesmus sp.

Jumlah yang di temukan: 10 .

b. Aphanizomenon sp.

Domain: Bakteri

Divisi: Cyanobacteria

Kelas: Cyanophyceae

Ordo: Nostocales

Famili: Aphanizomenonaceae Gambar 4. Aphanizomenon sp.

Genus: Aphanizomenon

Jumlah yang di temukan: 4.

- Metode yang di gunakan untuk mempelajari kebiasaan makan pada ikan:

Metode Volumetrik

𝒏
Rumus: Vi= (∑𝒏) x Vp
15

Keterangan: Vi: presentase 1 jenis makanan.

n: jumlah 1 jenis makanan.

∑n: jumlah semua jenis makanan.

Vp: volume makanan ikan.


Perhitungan:
∑n= 10 + 4 = 14
Vp= timbangan usus berisi (ml)– timbangan usus kosong (ml)
Vp= 12 – 11 = 1
10
 Va= (14) x 1 = 0.71 ml

4
 Vb= (14) x 1 = 0.28 ml

4.2 Pembahasan

4.2.1 Larva Ikan Guppy (Poecilia reticulata)

Dari hasil pengamatan praktikum diperoleh bahwa larva ikan Guppy

tersebut termasuk pre larva dimana perbedaan yang paling nyata dari larva ikan

Guppy baik dari pre larva dan post larva adalah; pada tahap pre larva, larva

membawa kantong kuning telur yang berada pada bagian abdominal tubuh yang

besarnya hampir setengah dari tubuhnya, jumlah kuning telur yang terkandung di

dalam kantung kuning telur sangat banyak, masa pre larva pada ikan Guppy

biasanya mencapai kisaran tiga hari, sirip-sirip untuk pergerakan belum

berkembang dengan sempurna, sehingga pada tahap ini, larva tidak banyak

bergerak karena disamping pergerakannya terbatas, juga untuk menghindari cepat

habisnya kuning telur, bentuk tubuh sangat sederhana dengan warna tubuh yang

transparan sehingga memperlihatkan bagian tubuh dalam, khususnya kuning telur


16

yang dibawanya, sungut sudah mulai terbentuk sangat pendek dan gemuk

berjumlah empat pasang.

Sedangkan pada tahap post larva, larva sudah tidak mempunyai kantong

kuning telur dan tidak terdapatnya kuning telur untuk makanannya, sehingga larva

harus mencari makan dari lingkungannya. Sirip-sirip di tubuh sudah mulai

berkembang dengan baik dan dapat digunakan untuk mencari makan dan

menghindari predator, tubuh mulai berpigmen hitam yang menutupi seluruh

permukaan tubuh sehingga tubuh tidak lagi menjadi transparan.

4.2.2 Analisa isi Saluran Pencernaan

Ikan tambakan yang diamati mempunyai usus yang jauh lebih panjang dari

ukuran tubuhnya dikarenakan ikan Tambakan adalah termasuk ikan herbivora, dari

pratikum tersebut kami mendapatkan 2 jenis spesies plankton diantaranya yaitu

Scenedesmus sp dan Aphanizomenon sp. Plankton yang didapatkan berjumlah 14

buah.

Ikan herbivor tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut

untuk menyaring phytoplankton dari air. Ikan herbivora tidak mempunyai lambung

yang sesungguhnya, lambung hanya merupakan bagian usus yang mempunyai

jaringan otot kuat, mengekskresi asam, mudah mengembang terdapat di bagian

muka alat pencerna makanannya. Ususnya panjang berliku-liku dan berdinding

tipis.

Secara umum sistem pencernaan pada ikan dapat dibedakan menjadi 2 bagian

yaitu sistem saluran pencernaan (tractus digesticus) dan sistem kelenjar pencernaan

(glandula digestovia). Sistem saluran pencernaan pada ikan terdiri dari beberapa

organ yang menyatu menjadi satu saluran. Saluran ini mengelola makanan yang
17

masuk melalui mulut dan akhirnya sisa dari pemprosesan itu dikeluarkan melalui

anus.

Organ-organ penyusun saluran pencernaan pada ikan tidak sama untuk semua

jenis ikan. Hal ini tergantung kepada makanan yang biasa dimakan ikan, kebiasaan

makan, jenis makanan dan cara mendapatkan makanan. Alat-alat pencernaan

makanan pada ikan Tambakan terdiri dari : mulut, pharynx, esophagus, lambung,

usus dan anus. Organ-organ pencernaanya ini juga dilengkapi dan dibantu oleh hati,

empedu dan pancreas (Pulungan, 2006). Sedangkan menurut Nelson, J.S. (2001),

saluran pencernaan ikan Tambakan berupa segmen-segmen, meliputi mulut, rongga

mulut, faring, esofagus, pilorus, usus, rektum dan anus.

Ikan Tambakan dapat memakan plankton maupun invertebrata kecil. Atas

dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa ikan Tambakan merupakan ikan

herbivora. Keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan

kompensasi terhadap kondisi makanan yang memiliki kadar serat yang tinggi

sehingga memerlukan pencernaan lebih lama.


18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Larva pada ikan terbagi dua yaitu pro (pre) larva dan post larva. Pro (pre)

larva adalah larva yang baru keluar dari cangkang telur. Post larva adalah larva yang

telah habis cadangan makanan berupa kuning. Dari hasil pengamatan ikan yang

diamati telah memasuki masa post larva dengan ciri sudah memiliki bukaan mulut,

cadangan makanan berupa kuning telur sudah habis dan beberapa organ tubuh

mulai terbentuk sempurna serta mulai difungsikan.

Saluran pencernaan yang dimiliki setiap jenis ikan bervariasi, maka

menyebabkan setiap spesies ikan cara mengambil makanannya juga bervariasi

maka makanan yang dimakan oleh spesies ikan juga dapat bervariasi. Berdasarkan

jenis makanan yang dimakannya maka ikan-ikan yang terdapat di alam dapat

digolongkan menjadi ikan karnivora, herbivore dan omnivora. Dari hasil

pengamatan saat pratikum didapatkan bahwa ikan tambakan tergolong ikan

herbivora karena usus atau saluran pencernaan ukurannya lebih panjang daripada

ukuran tubuh ikan tambakan yaitu dengan panjang usus 72 cm.

5.2 Saran

Adapun saran dari pratikum ini adalah usahakan kondisi usus atau saluran

pencernaan ikan yang jadi objek pratikum tetap segar dan tidak bau agar saat

mengidentifikasi mendapatkan hasil yang baik . Serta diperlukan kehati-hatian dan

ketelitian saat menggunakan mikroskop ketika melakukan pengamatan larva ikan

dan sistem saluran pencernaan.


19

DAFTAR PUSTAKA

Effendie, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama, Yogyakarta. 163


hal.

Lesmana dan Dermawan, 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penabar
Swadaya. Jakarta. 160 hal.

Pulungan, 2006. Buku Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Pekanbaru.

Putra et al. 2018. Penuntun Pratikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan UNRI.

Saanin, H.1984. Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta 520 Hal.

Sumandinata, k. 1983. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. Fakultas


Perikanan, IPB. Bogor.117 hal.

Suyanto, Rachmatun S., Dra. 2008. Budidaya Ikan Nila. Penebaar


Swadaya. Jakarta.

Tim Ikhtiologi. 1989. Diktat Ikhtiologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


20

LAMPIRAN
21

Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktikum

NAMPAN PENGGARIS

PENGHAPUS PENA
22

SERBET TISSUE

PENJEPIT PENSIL
23

CAWAN PETRI MIKROSKOP

BOTOL SAMPEL PIPET TETES


24

GELAS UKUR OBJEK GLASS

SAMPEL USUS DAN LAMBUNG LARVA IKAN


25

Lampiran 2. Kegiatan Selama Praktikum


26

Lampiran 3. Rumus dan Perhitungan

- Metode yang di gunakan untuk mempelajari kebiasaan makan pada ikan:

Metode Volumetrik

𝒏
Rumus: Vi= (∑𝒏) x Vp

Keterangan: Vi: presentase 1 jenis makanan.

n: jumlah 1 jenis makanan.

∑n: jumlah semua jenis makanan.

Vp: volume makanan ikan.

Perhitungan:

∑n= 10 + 4 = 14

Vp= timbangan usus berisi (ml)– timbangan usus kosong(ml)

Vp= 12 – 11 = 1

𝒏
 Vi= (∑𝒏) x Vp

10
Va= (14) x 1 = 0.71 ml

𝒏
 Vi= (∑𝒏) x Vp

4
Vb= (14) x 1 = 0.28 ml
27

Anda mungkin juga menyukai