Anda di halaman 1dari 20

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyebab pemanasan global adalah

meningkatnya gas rumah kaca (GRK) terutama karbon

dioksida (CO2) di atmosfer. Hutan dianggap menjadi

salah satu komponen dalam mekanisme pengurangan emisi

(mitigasi) karbon jika dilakukan secara lestari karena

hutan sebagai sistem yang dinamis sangat besar

peranannya terhadap lingkungan. Biomassa hutan juga

sering dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan

dalam kegiatan pengelolaan hutan lestari khususnya yang

terkait dengan perdangan karbon.

Hal ini disebabkan karena cadangan biomassa yang

bergantung pada kondisi tegakan seperti permudaan alam,

kondisi gangguan dan peruntukan hutannya (IPCC 2001).

Hutan mangrove merupakan salah satu hutan yang simpanan

karbonnya tertinggi di kawasan tropis dan sangat tinggi

dibandingkan rerata simpangan karbon di berbagai tipe

hutan lainnya di dunia (Donato et al. 2012).

Permasalahan utama pada habitat mangrove bersumber

dari berbagai tekanan yang menyebabkan luas hutan

mengrove semakin berkurang anatra lain oleh kegiatan

tambak, atau berbagi kegiatan pengusahaan hutan yang

tidak bertanggung jawab (Bengen, 2000). Pertambahan


2

penduduk terutama di daerah pantai mengakibatkan adanya

perubahan tataguna lahan dan pemanfaatan sumber daya

alam secara berlebihan, sehingga hutan mengrove dengan

cepat menipis dan rusak di seluruh daerah tropis.

Menipisnya hutan mangrove menjadi perhatian serius

negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam masalah

lingkungan dan ekonomi (Anonim d, 1993).

Walaupun mangrove diketahui memiliki kemampuan

asimilasi yang baik dengan komponen lingkunganya serta

mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi, namun

data dan informasi tentang simpanan karbon untuk

beberapa komponen terutama untuk biomassa pohon sangat

terbatas (Komiyama et al. 2008), sehingga menjadi

penting untuk mengetahui informasi biomassa di kawasan

hutan mangrove untuk pengelolaan hutan lestari. Peranan

hutan Mangrove sangat besar bagi kehidupan darat maupun

laut karena mampu mencegah abrasi dan intrusi air laut

ke arah daratan, serta mempertahankan keberadaan

spesies hewan laut penghuni kawasan mangrove. Oleh

karena itu kawasan hutan mangrove perlu dilestarikan.

1.2 Tujuan Pratikum

Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui dan untuk

mengenali dalam menentukan perhitungan produksi serasah

dan biomassa dari berat kering bagian tumbuhan hidup

yang berada didalam kotak 50x50 cm.


3

1.3 Manfaat Pratikum

Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini

adalah, agar praktikan dapat memahami dalam menentukan

biomassa yang terdapat dari suatu tempat dalam waktu

tertentu yang menghasilkan berat kering bagian tumbuhan

hidup.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Hutan Mangrove

Mangrove terdiri dari berbagai bentuk pertumbuhan,

dari pohon, semak, tanaman merambat, paku/palem, dan

herba/rumput yang memiliki kemampuan umum untuk hidup

di tanah yang tergenang air garam secara terus-menerus

(Kitamura 1997). Hutan mangrove merupakan ekosistem

peralihan antara daratan dan lautan yang terjadi di

sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan

subtropis (Liu et al 2014). Jenis mangrove yang

ditemukan di Indonesia lebih banyak dibanding dengan

Negara Asia lainnya, jumlah spesies yang ditemukan

sebanyak 48 jenis mangrove (Noor et al., 2006).

Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem

peralihan antara darat dan laut. Salah satu komponen

utama penyusun ekosistem mangrove adalah vegetasi

mangrove. Mangrove atau mangal merupakan sebutan umum

yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas

komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa

spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai

kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin (Nybakken,

1992). Tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada

daerah pasang surut sesuai dengan toleransinya terhadap


5

salinitas, lama penggenangan, substrat dan morfologi

pantai.

Mangrove dapat di jumpai pada daerah sepanjang

muara sungai atau daerah yang banyak dipengaruhi oleh

aliran sungai (fluvio-marine) dan daerah yang umumnya

didominasi oleh faktor laut (marino-fluvial).

Seringkali mendengar dan menyebut mangrove sebagai:

“bakau”. Istilah bakau adalah sebutan bagi jenis utama

pohon mangrove (Rhizophora spp.) yang didominan

hidupnya di habitat pantai. Menurut LPP Mangrove (2006)

Indonesia mempunyai luas hutan mangrove terbesar di

dunia yaitu 3,7 juta hektar (21,8 % dari luas hutan

mangrove di dunia).

2.2 Hutan Mangrove

Hutan mangrove sering kali disebut dengan hutan

bakau. Akan tetapi sebenarnya istilah bakau hanya

merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan penyusun

hutan mangrove, yaitu Rhizopora spp. Oleh karena itu,

istilah hutan mangrove sudah ditetapkan sebagai nama

baku untuk mangrove forest (Dahuri, 1996). Mangrove

merupakan pohon yang dipengaruhi oleh pasang surut air

laut (intertidal trees), ditemukan di sepanjang pantai

tropis di seluruh dunia.

Pohon mangrove memiliki adaptasi fisiologis secara

khusus untuk menyesuaikan diri dengan garam yang ada di


6

dalam jaringannya. Mangrove juga memiliki adaptasi

melalui sistem perakaran untuk menyokong dirinya di

sedimen lumpur yang halus dan mentransportasikan

oksigen dari atmosfer ke akar. Sebagian besar mangrove

memiliki benih terapung yang diproduksi setiap tahun

dalam jumlah besar dan terapung hingga berpindah ke

tempat baru untuk berkelompok (Kusmana, 1997).

2.3 Pengukuran Biomasa

Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan

informasi tentang nutrisi dan persediaan karbon dalam

vegetasi secara keseluruhan atau jumlah bagian-bagian

tertentu saja seperti kayu yang sudah diekstraksi.

Biomassa vegetasi suatu pohon dalam pengukurannya

tidaklah mudah, khususnya hutan campuran dan tegakan

tidak seumur. Pengumpulan data biomassa dapat

dikelompokkan dengan cara destruktif dan non-destruktif

tergantung jenis parameter vegetasi yang diukur (Cheryl

et al., 1994 dalam Mudiyarso et al., 1994).

Biomasa dapat dibedakan ke dalam dua kategori,

yaitu biomasa di atas tanah (batang, cabang, ranting,

daun, bunga dan buah) dan biomasa di dalam tanah

(akar). Kusmana et al. (1992) menyatakan bahwa,

besarnya biomasa ditentukan oleh diameter, tinggi

tanaman, kerapatan kayu dan kesuburan tanah. Kandungan

karbon pada tanaman menggambarkan berapa besar tanaman


7

tersebut dapat mengikat CO2 dari udara. Sebagian karbon

akan menjadi energi untuk proses fisiologi tanaman dan

sebagian masuk ke dalam struktur tumbuhan dan menjadi

bagian dari tumbuhan, misalnya selulosa yang tersimpan

pada batang, akar, ranting dan daun. Metode destruktif

sampling yaitu metode yang membutuhkan tenaga kerja

yang cukup banyak untuk memberikan hasil yang lebih

akurat. Dan metode nondestruktif dengan menggunakan

allometrik.

dengan biomassanya. Pembuatan persamaan tersebut

dengan cara menebang pohon yang mewakili sebaran kelas

diameter dan ditimbang. Biomassa pohon dalam plot satu

hektar dihitung dengan mengalikan kandungan karbon

serta biomassa dikalikan dengan faktor 0,5.


8

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilakukan pada hari Kamis ,21

Maret 2019 pada jam 09.40-11.40 WIB yang membahas

tentang Biomassa Hutan Mangrove. Di laksanakan di

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan

Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat pratikum antar lain

adalah timbangan analitik, kalkulator, lembar kerja

praktikum, oven, kotak 50x50, kertas aluminium.

Adapun bahan yang mau dipraktikum tentang biomassa

hutan mangrove yaitu daun, buah dan ranting yang di

tertampung di dalam kotak.

3.3 Metode Pratikum

Metode yang di gunakan dalam pratikum biomassa

hutan mangrove ini adalah melakukan pengamatan secara

langsung terhadap objek yang akan di pratikumkan serta

memperhatikan semua hal yang menyangkut dan berhubungan

dengan biomassa hutan mangrove.

3.4 Prosedur Praktikum

Adapaun tahap-tahap dalam melakukan pratikum, yaitu:

Amati kotak yang berukuran 50x50 cm yang telah di

letak selama 14 hari di sekitar pohon. Di dalam kota


9

50x50 cm terdapat beberapa dedaunan, ranting, dan buah

(serasah). Kemudian kelompokkan per jenis serasah ke

dalam aliminium foil. Lalu masukkan ke dalam oven yang

bersuhu 80-100◦C dalam waktu 30 menit agar daun benar-

benar kering, setelah 30 menit keluarkan serasah dan

kemudian di timbang di atas timbangan analitik sampai

mencapai berat kering yang konstan, lalu catat

hasilnya.

Untuk mengetahui produksi serasah per periode

harian dan bulanan dihitung menggunakan persamaan

(Rudiansyah,2013) yaitu :

Xj = Xi/n

Keterangan :

Xj = produksi serasah setiap periode (gram berat

kering/m2/15 hari)

Xi = berat kering daun mangrove(gram berat

kering)

N = luasan litter-trap (m2)

P = Xj/t

Keterangan :

P = produksi serasah harian (gram berat

kering/m2/hari)

Xj = berat kering daun mangrove (gram berat

kering)

T = waktu pemasangan per periode (15 hari)


10

Cara untuk mengetahui turn over dari biomassa mangrove

dengan rumus, yaitu :

K = L/Xss

Keterangan :

K = Turn Over

L = Produksiserasah (gr/0,5 m2/hari)

Xss = Standing Crop (gr/0,25 m2/bulan)


11

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berikut ini merupakan hasil pratikum dari biomassa

hutan mangrove, Hasil dan Analisisnya sebagai berikut:

Tabel 1.Berat kering serasah


NO Stasiun Waktu Komponen Jumlah
(plot/ (minggu) serasah(gr/m2/hari)
tegakan) Daun Ranting Bunga Buah
1. Kotak 14 hari 10,0462 3,1421 - -

Tabel 2.Produksi serasah


No Jenis rasa Produksi serasah Produksi serasah
(gr/m2/hari) (gr/m2/harian)
1. Daun 40,1848 2,8703
2. Batang 12,5648 0,8977

Nilai Turn Over = L / Xss


= 52,7532 / 3,768
= 14,0003
4.2 Pembahasan

Berikut merupakan pembahasan mengenai biomassa

hutan mangrove, yaitu:

Hasil yang di dapatkan pada pratikum biomassa

hutan mangrove dalam mencari serasah per satuan harian

adalah 52,7532 gr/m2/hari. Sedangkan hasil yang di


12

dapatkan dari serasa per satuan bulan adalah 3,768

gr/m2/bulanan. Dan hasil yang di dapat untuk turn over

adalah 14,0003 gr/m2/hari.

Menurut Mastaller (1997) kata mangrove berasal

dari bahasa melayu kuno mangi-mangi untuk menerangkan

marga Avecennia. Mangrove mampu sebagai penyedia pakan,

tempat berlindung dan sebagai pensuplai nutrien bagi

ekosistem sekitar.

Mangrove sebagai habitat dapat dimanfaatkan baik

oleh biota perairan maupun biota terrestrial. Hasil

dari gugurnya daun, buah, ranting pada mangrove di

sebut dengan biomassa. Hasil tetap biomassa organisme

atau kelompok organisme dalam perunit volume/ luas

terdapat dalam suatu tempat dan waktu tertentu di sebut

standing crop. Sedangkan rasio dari rata-rata standing

crop dalam interval waktu yang seharusnya sama dengan

siklus hidup dari spesies disebut turn over. Menurut

Kusmana (1993) besarnya biomass ategakan hutan mangrove

disebabkan olehumur tegakan hutan, sejarah perkembangan

vegetasi, komposisi, dan struktur tegakan.

Biomasa dapat dibedakan ke dalam dua kategori,

yaitu biomasa di atas tanah (batang, cabang, ranting,

daun, bunga dan buah) dan biomasa di dalam tanah

(akar). Kusmana et al. (1992) menyatakan bahwa,

besarnya biomasa ditentukan oleh diameter, tinggi


13

tanaman, kerapatan kayu dan kesuburan tanah. Kandungan

karbon pada tanaman menggambarkan berapa besar tanaman

tersebut dapat mengikat CO2 dari udara. Sebagian karbon

akan menjadi energi untuk proses fisiologi tanaman dan

sebagian masuk ke dalam struktur tumbuhan dan menjadi

bagian dari tumbuhan, misalnya selulosa yang tersimpan

pada batang, akar, ranting dan daun.


14

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pratikum yang diperoleh dapat diketahui

bahwasanya untuk mengetahui biomassa hutan mangrove

menggunakan kotak 50x50 adalah dengan metode ex situ

yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus

perhitungan produksi serasah dan turn over. Sehingga

pendugaan terhadap biomassa hutan mangrove dibutukan

untuk mengetahui perubahan cadangan karbon dan untuk

tujuan lain.

Mangrove memiliki potensi yang sangat besar dalam

upaya mitigasi pemanasan global karena mangrove

ternyata mampu menyerap CO2 yang sangat besar.

Ekosistem pesisir pantai yang berupa hutan mangrove

melakukan mitigasi perubahan iklim dengan cara

menyerap gas karbon dioksida (CO2 ) dari atmosfer

dengan tingkat yang lebih tinggi per satuan luas,

dibandingkan dengan penyerapan dari hutan daratan.

5.2 Saran

Jagalah hutan mangrove dengan cara legalitas

pengelolaan hutan mangrove, aktivitas rehabilitasi

hutan mangrove, dan mengendalikan penebangan liar.

Karena, Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan

potensial, dalam berbagai bentuk bagi semua biota yang


15

hidup di ekosistem mangrove. (Bengen, 2004), komponen

dasar dari rantai makanan di ekosistem mangrove berbeda

dengan tumbuhan pada umumnya, bukan tumbuhan itu

sendiri melainkan detritus yang berasal dari tumbuhan

mangrove (daun, ranting, buah, batang dan sebagainya).

Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi

pantai dari gelombang, angin dan badai. Tegakan

mangrove dapat melindungi pemukiman, bangunan dan

pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut.

Mangrove juga 8 terbukti memainkan peran penting dalam

melindungi pesisir dari gempuran badai. Untuk itu

lestarikan dan jagalah hutan mangrove dengan baik.


16

DAFTAR PUSTAKA

Bengens D.G.2000.Pedoman Teknis Pengenalan dan


Pengelolaan Ekosistem Mangrove.PKSPL.IPB.Bogor.
Fajri, Nur El dkk. 2017. Ekologi Perairan: Penuntun
Pratikum dan Lembar Kerja Pratikum. Pekanbaru.78
Halaman.
http://www.dep.state.fl.us.Mangroves.diaksespada 10-8-

2018.

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1214511019-3-
BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43
274/Chapter%20II.pdf?sequence=4
Mulyadi, Aras.2017.Mangrove Di KampusUniversitas Riau
Dumai.KDT.Riau
Utaryo,D.2009.Perhitungan Biomassa Pengantar untuk Studi
Karbon dan Perdagangan Karbon
17

LAMPIRAN
18

Lampiran 1.Alat dan Bahan yang Digunakan

Kotak timbangan statif

Serasah daun oven

Serasah tangkai kalkulator


19

Lampiran 2.Dokumentasi Kegiatan Pratikum

Daun dan tangkai


Di oven Daun di timbang

Tangkai di timbang
20

Lampiran 3. Rumus dan Perhitungan

Rumus 1.Prdouksi Serasah (gr/m2/hari)

Xj = Xi/n

a. Daun : XjD = Xi/n

= 10,0462 / 0,25

XjD = 40,1848 gr/m2/hari

b. Batang : XjBT= Xi/n

= 3,1421 / 0,25

XjBT= 12,5648 gr/m2/hari

Total Xj= 40,1848 + 12,5648

= 52,7532 gr/m2/hari

Rumus 2.Prdouksi Serasah (gr/m2/bulan)

P = Xj/t

a. Daun : PD = Xj/t

= 40,1848 / 14

PD = 2,8703 gr/m2/harian

b. Batang : PBT = Xj/t

P = 12,5684 / 14

PBT = 0,8977 gr/m2/bulan

Total P = 2,8703 + 0,8977

= 3,768 gr/m2/bulan

Rumus 3.Turn Over

K = L/Xss

K = 52,7532 / 3,768

= 14,0003 gr/m2/hari

Anda mungkin juga menyukai