Anda di halaman 1dari 29

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perairan merupakan suatu ekosistem yang memiliki

peran dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan

manusia. Kehidupan di dalamnya sangat beragam. Mulai

dari organisme mikroskopik sampai ukuran yang makro

dapat terlihat langsung oleh mata tanpa bantuan alat.

Salah satu organisme yang terdapat di perairan adalah

plankton. Plankton merupakan organisme mikroskopis yang

berada di permukaan perairan dan berfungsi sebagai pro-

dusen ekosistem perairan. Sebagai biota mikroskopis

perairan, plankton sangat berperan sebagai produsen

primer dan sekunder (Nybakken, 2012).

Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplank-

ton. Fitoplankton adalah plankton menyerupai tumbuhan

yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan serta

mampu berfotosintesis. Zooplankton adalah organisme

renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan

air yang berasal dari jasad hewani (Gusrina, 2008).

Fitoplankton merupakan pensuplai utama oksigen terlarut

di perairan, sedangkan zooplankton meskipun sebagai

pemanfaat langsung fitoplankton, merupakan produsen


2

sekunder perairan (Nybakken, 2012). Plankton merupakan

makanan alami larva organisme perairan.

Keragaman spesies plankton di dalam ekosistem

perairan sering digunakan sebagai tolak ukur untuk

mengetahui produktivitas primer perairan dan kondisi

ekosistem perairan tersebut. Kedua hal tersebut mem-

iliki hubungan yang saling mempengaruhi. Plankton men-

jadi salah satu bioindikator untuk mengetahui produk-

tivitas ekosistem perairan karena memiliki peran se-

bagai produsen. Produktivitas primer adalah laju pem-

bentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari

senyawa-senyawa anorganik. Sedangkan ekosistem dengan

keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan ter-

hadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan

ekosistem yang memiliki keragaman tinggi. Kondisi suatu

ekosistem tidak stabil dan rentan yang terjadi dapat

mempengaruhi produktivitas primer perairan tersebut se-

hingga berdampak pada jarring makanan ekosistem.

Komponen-komponen di ekosistem perairan berdasarkan

cara hidupnya adalah bentos, perifiton, plankton, dan

nekton. Salah satu komponen yang memiliki variasi

organisme yang sedikit dalam suatu perairan adalah

nekton dan memiliki peranan cukup penting dalam rantai

makanan suatu perairan (Umar, 2012).


3

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum mengenai Plankton dan Peri-

fiton ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis plankton

dan perifiton di Waduk UR serta mengetahui berbagai in-

formasi tentang plankton dan perifiton.

1.3. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum mengenai Plankton

dan Perifiton adalah bisa mengidentifikasi jenis-jenis

yang bisa ditemukan di Waduk UR. Selain itu, praktikan

juga menjadi paham bagaimana langkah-langkah dari

mengambil sampel di lapangan sampai mengamati plankton

dan perifiton lewat mikroskop di laboratorium dan se-

terusnya. Sehingga ilmunya bisa diterapkan dan di-

manfaatkan untuk kepentingan umum.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Plankton

Plankton merupakan kumpulan dari organisme pelagis

yang sangat mudah hanyut oleh gerakan massa air.

Plankton berbeda dengan nekton (ikan) yang juga

merupakan organisme pelagis yang dapat berenang cukup

kuat sehingga dapat melawan gerakan massa air. Plankton

juga memiliki perbedaan dengan bentos yang terdiri dari

organisme yang hidup di dasar perairan (Stewart, 1986).

Dalam klasifikasinya, organisme plankton dapat

dibedakan berdasakan:

1. Berdasarkan Fungsi

Plankton digolongkan menjadi empat golongan utama,

yaitu:

 Fitoplankton

Fitoplankton adalah tumbuhan yang hidupnya

mengapung atau melayang di perairan. Ukurannya sangat

kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.

Umumnya fitoplankton berukuran 2 µm – 200 µm (1 µm =

0,001 mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel

tunggal (Anonim1, 2010).

Fitoplankton mempunyai fungsi penting di perairan

karena bersifat autotroph, yakni dapat menghasilkan


5

sendiri bahan organik makanannya. Selain itu,

fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis

untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung

klorofil dan karena kemampuannya ini fitoplankton

disebut sebagai primer producer (Stewart, 1986).

 Zooplankton

Zooplankton adalah hewan yang hidupnya mengapung

atau melayang dalam perairan. Kemampuan berenangnya

sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan

kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat

heterotrofik, artinya tidak dapat memproduksi sendiri

bahan organik dari bahan anorganik. Jadi zooplankton

lebih berperan sebagai konsumen bahan organik (D. B,

Mukayat, 1994).

Adapula Zooplankton yang dapat melakukan migrasi

vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir

semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau

yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal

kehidupannya sebagai zooplankton yaitu ketika masih

berupa telur dan larva (D. B, Mukayat, 1994)

 Bakterioplankton

Bakterioplankton merupakan bakteri yang hidup

sebagai plankton. Bakterioplankton mempunyai ciri yang

khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak


6

mempunyai inti sel dan umumnya tidak mempunyai klorofil

yang dapat berfotosintesis (Dianthani, 2003).

Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah

sebagai pengurai (decomposer). Semua biota laut yang

mati akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan

menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan

sebagainya. Hara ini kemudian akan didaurulangkan dan

dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam proses

fotosintesis (Dianthani, 2003).

 Virioplankton

Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai

plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil (kurang dari

0,2 μm) dan menjadikan biota lainnya, terutama

bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang

(host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan

kegiatan hayati. Virioplankton dapat memecahkan dan

mematikan sel-sel inangnya (Dianthani, 2003).

2. Berdasarkan Daur Hidupnya

 Holoplankton

Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh

daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari

telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton

termasuk dalam golongan ini. Contohnya : kokepod,

amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga

umumnya adalah holoplankton (Anonim1, 2010).


7

 Meroplankton

Plankton dari golongan ini berperan sebagai

plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota

tersebut, yaitu pada tahap sebagai telur dan larva

saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton,

yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau

sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar

laut. Oleh sebab itu, meroplankton disebut sebagai

plankton sementara (Anonim1, 2010).

Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan

umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari

bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan

kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkat-

tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan

persamaan dengan bentuk yang dewasa (Anonim1, 2010).

 Tikoplankton

Tikoplankton sebenarnya bukan plankton yang sejati

karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar

laut sebagai bentos. Namun karena gerak air menyebabkan

ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara

sementara sebagai plankton (Anonim1, 2010).

2.1.1. Peranan Plankton

Plankton sebagai bioindikator kualitas suatu

perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan


8

berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang

mempengaruhi tingkat tropik perairan tersebut.

Fluktuasi dari populasi plankton sendiri dipengaruhi

terutama perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi populasi plankton

adalah ketersediaan nutrisi di suatu perairan. Unsur

nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi

dalam suatu perairan akan menyebabkan terjadinya

ledakan populasi fioplankton dan proses ini akan

menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat

menurunkan kualitas perairan (Umar, 2002).

2.1.2. Faktor-faktor Ekologis yang Mempengaruhi

Keanekaragaman Plankton

Suhu yang sesuai dengan fitoplankton berkisar

antara 250-300°C, sedangkan untuk pertumbuhan dari

zooplankton berkisar antara 150-340C°. Faktor penetrasi

cahaya lebih banyak mempengaruhi pada fitoplankton

karena penetrasi cahaya menjadi faktor pembatas bagi

organisme fotosintetik (fitoplankton) untuk melakukan

kerjanya dan juga mempengaruhi migrasi vertikal harian.

Arus mempengaruhi penyebaran organisme plankton itu

sendiri. Adanya arus pada suatu ekosistem akuatik

membawa plankton (khusus fitoplankton) yang menumpuk

pada suatu tempat tertentu yang dapat menyebabkan


9

terjadinya blooming pada lokasi tertentu (Yazwar,

2008).

Ditinjau dari faktor kimia, organisme akuatik

dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai

pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah

sampai basa lemah, yaitu 7 sampai 8,5. Kondisi asam

atau basa suatu perairan akan membahayakan kelangsungan

hidup organisme tersebut karena dapat menyebabkan

gangguan metabolisme dan respirasi. Kandungan unsur

nutrisi, plankton dari jenis fitoplankton dapat

menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika

tersedia bahan nutrisi yang paling penting seperti

nitrat dan fosfat. Nitrat dan fosfat diperlukan

fitoplankton sebagai unsur hara yang menunjang

pertumbuhannya. DO (Dissolved Oxygen) yang baik untuk

kehidupan biota perairan berkisar antara nilai 4,45 -

7,00 mg/l, sedangkan kadar BOD (Biology Oxygen Demand)

yang baik antara 10 mg/l – 20 mg/l yang mempengaruhi

perkembangan dan produktivitas dari plankton itu

sendiri (Yazwar, 2008).


10

2.2. Perifiton

Salah satu biota yang memiliki peranan penting di

dalam perairan dan dapat dijadikan sebagai indikator

biologi adalah perifiton. Perifiton merupakan organisme

yang tumbuh atau menempel pada substrat tetapi tidak

melakukan penetrasi ke dalam substrat tersebut. Secara

alami perifiton bersifat tetap dan menempel pada akar

tumbuhan, bebatuan, kayu, dan benda-benda dalam air

lainnya, sehingga memiliki kecenderungan lebih banyak

menerima polutan dari area tersebut dibandingkan dengan

hidrobiota yang lain. Organisme yang terdapat pada air

yang telah tercemar berbeda dengan yang terdapat pada

air yang belum tercemar (Indrawati et al., 2010).

Salah satu organisme yang erat kaitannya dengan

tumbuhan lamun ialah perifiton. Perifiton merupakan

jasad-jasad yang dapat hidup melekat pada permukaan

daun lamun. Perifiton adalah bagian dari trofic level

yang memiliki peranan baik secara langsung ataupun tid-

ak langsung. Biomassa yang terbentuk merupakan sumber

makanan alami bagi biota air yang lebih tinggi yaitu

zooplankton, juvenil, udang, moluska dan ikan (Klumpp

et al., 1992 dalam Zulkifli, 2000).

Komunitas perifiton berpotensi sebagai indikator

ekologis karena perifiton berperan penting sebagai pro-

dusen utama dalam rantai makanan, dapat bertahan pada


11

perairan dengan kecepatan arus yang besar, dan ke-

banyakan jenis-jenis perifiton dapat bersifat sensitif

atau toleran terhadap pencemaran, baik terhadap pence-

maran organik maupun logam berat (Sitompul, 2000).

Besarnya peranan dari perifiton sebagai pendukung

ekosistemperairan menjadikan praktikum analisis komuni-

tas perifiton diekosistem perairan menggenang ini men-

jadi penting untuk dilakukan (Sunarto, 2008)

Produktivitas perifiton di sungai sebagian besar

dipengaruhi oleh keberadaan cahaya. Adanya faktor pem-

batas seperti nutrien juga akan mempengaruhi produksi

perifiton. Oksigen yang dihasilkan dalam proses

fotosintesis paling banyak dipengaruhi oleh faktor ter-

sebut. Sehingga, keberadaan dan besarnya oksigen yang

dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi di alam (Larned &

Santos 2000).

Berdasarkan tipe tempat menempelnya, perifiton ,

diklasifikasikan sebagai berikut (Wetzel, 1982 dalam

Hertanto, 2008).

1. Epifitik, menempel pada permukaan tumbuhan,

2. Epipelik, menempel pada permukaan sedimen,

3. Epilitik, menempel pada permukaan batuan,

4. Epizooik, menempel pada permukaan hewan,

5. Epipsammik, hidup dan bergerak diantara butir-

butir pasir
12

Fitoplankton, perifiton, dan makrofita merupakan

biota utama dalam menentukan produktivitas primer

perairan. Komunitas perifiton berperan dalam menentukan

produktivitas primer baik di perairan mengalir maupun

tergenang. (Barnes dan Mann, 1982 dalam Supriyanti,

2001).

Klorofil yang terdapat di dalam perifiton (teruta-

ma klorofil-a) merupakan katalisator yang esensial da-

lam berlangsungnya proses fotosintesis. Selain sebagai

katalisator klorofil juga berperan sebagai penyerap en-

ergi cahaya yang dapat digunakan dalam proses fotosin-

tesis. Oleh karena itu para peneliti menentukan

produktivitas primer dengan menggunakan data klorofil

dan intensitas cahaya. Untuk menentukan produktivitas

suatu perairan berdasarkan klorofil perlu ditentukan

lebih dahulu assimilation number-nya yaitu angka yang

menunjukkan laju asimilasi per satuan berat klorofil

(Riyono, 2006)
13

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Ekologi Perairan mengenai

Plankton dan Perifiton ini dilaksanakan pada hari

Kamis, tanggal 4 Maret 2019, pukul 09.30-11:30 WIB,

yang bertempat di Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan

dan Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan

Perairan, Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM. 12,5

Simpang Baru, Panam, Pekanbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

air sampel atau objek pratikum itu sendiri, larutan

lugol sebagai pengawet objek praktikum, perfiton dan

plankton, akuades.

Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini

adalah plankton net, ember, sikat, pipet tetes, botol

sampel, penggaris, wadah, kalkulator, mikroskop binoku-

ler, object glass, cover glass, kalkulator, laptop,

buku penuntun praktikum dan lembar kerja praktikum.


14

3.3. Metode Praktikum

Metode dalam praktikum ini adalah metode

pengamatan secara langsung (metode survey) dengan

menggunakan analisis secara in situ dan ek situ. Data

yang diperoleh merupakan hasil pengamatan secara

langsung di lokasi (waduk). Dengan metode ini dapat

diketahui bagaimana prosedur pengambilan sampel,

pengawetan dan penangan sampel plankton dan perifiton

di lapangan, dan analisis plankton dan perifiton

(pengamatan dan perhitungan) di laboratorium.

3.4. Prosedur Praktikum

Asisten menjelaskan materi plankton dan prosedur

serta cara menggunakan alat-alat dan bahan yang akan

digunakan di waduk nantinya, serta penjelasan rumus da-

lam menganalisis plankton dan perifiton yang akan dil-

akukan di laboratorium setelah pergi mengambil sampel

di lapangan.

Setelah itu, praktikan dibimbing asisten pergi

menuju waduk sambil membawa alat-alat dan bahan yang

dibutuhkan. Pengambilan sampel dan pengawetan dilakukan

di waduk, sedangkan analisis yang berupa pengamatan dan

perhitungan dilakukan di laboratorium.

3.4.1. Pengambilan Sampel Plankton Di Lapangan


15

Adapun prosedur pengambilan sampel dengan

menggunakan plankton net adalah sebagai berikut :

1. Rangkailah mulut plankton net (yang berbentuk keruc-

ut) dengan silinder penampung air sampel.

2. Pasangkan penyumbat pada silinder penampung.

3. Air dapat disaring melalui mulut plankton net, vol-

ume air contoh yang akan disaring diambil dengan em-

ber dan air yang disaring harus diketahui.

4. Dengan membuka penyumbat silinder tampunglah sampel

plankton ke dalam botol-botol kecil.

5. Berikan label untuk setiap botol tersebut dan

lakukan segera pengawetan.

6. Tambahkan larutan lugol sebagai zat pengawet yang

tidak merusak sel plankton.

3.4.2. Pengamatan Plankton Di Laboratorium

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam

pengamatn plankton :

1. Menyiapkan objek glass dan cover glass dan

dibersihkan dengan menggunakan tissue secara searah

agar tidak tergores. Kemudian ditutup objek glass

dengan cover glass pada bagian tengah.

2. Kemudian sampel plankton diambil dengan menggunakan

pipet tetes dan dituangkan pada objek glass (haemo-

cytometer/ SRCC). Lalu disiapkan mikroskop dan

dinyalakan lampu dengan perbesaran 400x


16

3. Letakkan preparat pada meja objek serta diamati

setelah ditemukan focus. Pada saat pengamatan,

dibagi menjadi 5 bidang pandang dan dihitung jumlah

plankton yang terdapat pada tiap bidang pandang ter-

sebut lalu dicatat dan digambar.

4. Setelah itu diidentifikasi dengan buku identifikasi

untuk menentukan jenis dan spesies plankton yang

ditemukan. Lalu dimasukkan ke dalam tabel.

3.4.3. Pengambilan Sampel Perifiton Di Lapangan

Sampel perifiton diambil dari permukaan substrat

seperti batu, kayu, dan tumbuhan yang telah ditetapkan

luasannya. Misalnya luas kerikan 5x5cm atau disesuaikan

dengan kondisi substrat. Selanjutnya hasil pengerikan

dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah diberikan

label dan diberikan pengawet seperti larutan lugol.

Sampel dianalisi di laboratorium dengan menggunakan

mikroskop seperti pada analisis sampel plankton.

3.4.4. Pengamatan Perifiton Di Laboratorium

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam

pengamatan perifiton :

1. Menyiapkan objek glass dan cover glass dan

dibersihkan dengan menggunakan tissue secara searah

agar tidak tergores. Kemudian ditutup objek glass

dengan cover glass pada bagian tengah.


17

2. Kemudian sampel perifiton diambil dengan menggunakan

pipet tetes dan dituangkan pada objek glass (haemo-

cytometer/ SRCC). Lalu disiapkan mikroskop dan

dinyalakan lampu dengan perbesaran 400x

3. Letakkan preparat pada meja objek serta diamati

setelah ditemukan focus. Pada saat pengamatan,

dibagi menjadi 5 bidang pandang dan dihitung jumlah

perifiton yang terdapat pada tiap bidang pandang

tersebut lalu dicatat dan digambar.

4. Setelah itu diidentifikasi dengan buku identifikasi

untuk menentukan jenis dan spesies perifiton yang

ditemukan. Lalu dimasukkan ke dalam tabel.


18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil dari praktikum Plankton dan Perifiton

adalah sebagai berikut,

Tabel 1. Nilai Kelimpahan dan Indeks Keragaman Plankton


di Perairan
Kelimpahan pi = log 2 pi log
NO Nama Jenis log pi
(ni) ni/N pi 2 pi
Ghomphosphosphaeria
1 1300 0.67 -0.18 -0.58 -0.39
aponina
Oscillatoria
2 150 0.08 -1.11 -3.70 -0.28
simplicissima
3 Calothrix Sp 400 0.21 -0.69 -2.29 -0.47
4 Daphnia Sp 50 0.03 -1.59 -5.29 -0.14
Pleurocapsa
5 50 0.03 -1.59 -5.29 -0.14
fuliginosa
Total N = 1950 1.00 -5.16 -17.14 -1.14

Tabel 2. Nilai Indeks Dominansi Plankton di Perairan


Kelimpahan pi = ni 2
No. Nama Jenis ∑( ) =pi2
(ni) ni/N N
1 Ghomphosphosphaeria ap- 1300 0.67 0,4444
onina
2 Oscillatoria simplicis- 150 0.08 0,0059
sima
3 Calothrix Sp 400 0.21 0,0420
4 Daphnia Sp 50 0.03 0,0006
5 Pleurocapsa fuliginosa 50 0.03 0,0006

Total N = 13650 1,00 ∑ = 0,494


19

Tabel 3. Nilai Indeks Keseragaman Plankton di Perairan


No. Nama Jenis
1. Ghomphosphosphaeria aponina
2. Oscillatoria simplicissima
3. Calothrix Sp
4. Daphnia Sp
5. Pleurocapsa fuliginosa
Total = 5 jenis

Tabel 4. Nilai Kelimpahan dan Indeks Keragaman


Perifiton di Perairan

Kelimpahan pi = pi
NO Nama Jenis log pi log2 pi
(ni) ni/N log2pi
1 Pinnularia 300 0,1379 -0.8604 -2,8581 -0.3941
2 Novicula sp 1125 0,5172 -0,2863 -0,9510 -0,4918
3 Scenedesmus sp 750 0,3448 -0,4624 -1,5360 -0,5296
Total N = 2175 1 -1,6091 -5,3451 -1,4155

Tabel 5. Nilai Indeks Dominansi Perifiton di Perairan


Kelimpahan ni 2
No. Nama Jenis pi = ni/N ∑( ) =pi2
(ni) N
1 Pinnularia 300 0,1379 0,0190
2 Novicula Sp 1125 0,5172 0,2675
3 Scenedesmus Sp 750 0,3448 0,1189

Total N = 13650 1,00 ∑ = 0,4054

Tabel 6. Nilai Indeks Keseragaman Perifiton di Perairan


No. Nama Jenis
1. Pinnularia
2. Novicula Sp
3. Scenedesmus Sp
Total = 3 jenis
20

4.2. Pembahasan Plankton

Pada saat melakukan pengamatan jenis-jenis

plankton yang ada di Waduk FPK UR, ditemukan berbagai

jenis plankton seperti Ghomphosphosphaeria aponina

sebanyak 26, Oscillatoria simplicissima sebanyak 3,

Calothrix Sp sebanyak 8, Daphnia Sp sebanyak 1, dan

Pleurocapsa fuliginosa sebanyak 1.

Semua jenis plankton itu dihitung menggunakan

perhitungan kelimpahan individu dan hasil kelimpahan

terbesar dimiliki oleh spesies Ghomphosphosphaeria apo-

nina sebesar 1300 sel/L, sehingga menyebabkan indeks

keragaman jenisnya rendah karena Ghomphosphosphaeria

aponina mendominasi lokasi ini. Keragaman jenis merupa-

kan karakteristik struktur suatu komunitas. Suatu

komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis yang

tinggi apabila terdapat banyak jenis dengan jumlah in-

dividu dari masing-masing spesies yang relatif merata.

Sebaliknya jika suatu komunitas hanya terdiri dari be-

berapa jenis dengan jumlah yang tidak merata, keragaman

jenisnya rendah (Barus, 2002). Kelimpahan terkecil di-

miliki oleh spesies Daphnia Sp, dan Pleu-

rocapsa fuliginosa sebesar 50 sel/L.

Data indeks keanekaragaman (H’) total yang di-

peroleh adalah H’ = 1.1434. Jika nilai H’ = 1.1434 (1,0

< H’ < 3,0) maka perairan Waduk FPK UR memiliki keane-


21

kargaman sedang dan sebaran individu sedang, yang

mengindikasikan tekanan(gangguan) ekologis yang sedang,

dan struktur komunitas organusme yang sedang. (Shannon

Weiner dalam Odum, 1971)

Indeks dominansi (C’) tertinggi diperoleh oleh

spesies jenis Ghomphosphosphaeria aponina yaitu sebesar

0,494. Yang berarti Ghomphosphosphaeria aponina merupa-

kan jenis yang mendominasi. Karena jika angka indeks

mendekati 1 berarti ada jenis yang mendominasi dan jika

ada yang mendekati 0 berarti tidak ada yang mendomi-

nasi. (Odum, 1977)

Indeks keseragaman jenis (E) yang didapatkan =

0,8924. Dikarenakan nilai E mendekati 1 atau E < 1 be-

rarti keseragaman jenis organisme dalam perairan terse-

but seimbang, tidak terjadi persaingan baik pada tempat

maupun makanan (Weber, 1973).

4.3. Pembahasan Perifiton

Pada saat melakukan pengamatan jenis-jenis peri-

fiton yang ada di Waduk FPK UR, ditemukan berbagai

jenis perifiton seperti Pinnularia, Novicula Sp, dan

Scenedesmus Sp.

Semua jenis perifiton itu dihitung menggunakan

perhitungan kelimpahan individu dan hasil kelimpahan

terbesar dimiliki oleh spesies Novicula Sp sebesar 1125


22

sel/L, sehingga menyebabkan indeks keragaman jenisnya

rendah karena Novicula Sp mendominasi lokasi ini.

Keragaman jenis merupakan karakteristik struktur suatu

komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keraga-

man jenis yang tinggi apabila terdapat banyak jenis

dengan jumlah individu dari masing-masing spesies yang

relatif merata. Sebaliknya jika suatu komunitas hanya

terdiri dari beberapa jenis dengan jumlah yang tidak

merata, keragaman jenisnya rendah (Barus, 2002). Kelim-

pahan terkecil dimiliki oleh spesies Pinnularia, dan

sebesar 300 sel/L.

Data indeks keanekaragaman (H’) total yang di-

peroleh adalah H’ = 1.4155. Jika nilai H’ = 1.4155 (1,0

< H’ < 3,0) maka perairan Waduk FPK UR memiliki keane-

kargaman sedang dan sebaran individu sedang, yang

mengindikasikan tekanan(gangguan) ekologis yang sedang,

dan struktur komunitas organusme yang sedang. (Shannon

Weiner dalam Odum, 1971)

Indeks dominansi (C’) tertinggi diperoleh oleh spe-

sies jenis Novicula Sp yaitu sebesar 0,4054. Yang be-

rarti Novicula Sp merupakan jenis yang mendominasi. Ka-

rena jika angka indeks mendekati 1 berarti ada jenis

yang mendominasi dan jika ada yang mendekati 0 berarti

tidak ada yang mendominasi. (Odum, 1977)


23

Indeks keseragaman jenis (E) yang didapatkan =

0,722. Dikarenakan nilai E mendekati 1 atau E < 1 be-

rarti keseragaman jenis organisme dalam perairan terse-

but seimbang, tidak terjadi persaingan baik pada tempat

maupun makanan (Weber, 1973).


24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah diadakannya praktikum mengenai plankton

dan perifiton di Waduk FPK UR, didapatkanlah kesimpulan

berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum ini sebagai

berikut :

1. Adapun jenis plankton yang berhasil didapatkan ada-

lah Ghomphosphosphaeria aponina, Oscillatoria sim-

plicissima, Calothrix Sp, Daphnia Sp, dan Pleu-

rocapsa fuliginosa. Lalu untuk perifiton, ditemukan

adalah Pinnularia, Novicula Sp, dan Scenedesmus Sp

2. Jumlah total spesies plankton yang ditemukan

sebanyak 37. Dengan kelimpahan plankton terbesar di-

miliki oleh spesies Ghomphosphosphaeria aponina

sebesar 1300, sedangkan kelimpahan terkecil dimiliki

oleh spesies Daphnia Sp, dan Pleurocapsa fuliginosa

sebesar 50. Dengan indeks keragamanan tertinggi ter-

dapat pada spesies Ghomphosphosphaeria aponina sebe-

sar -0,39 dan indeks keragaman terendah terdapat pa-

da spesies Daphnia Sp, dan Pleurocapsa fuliginosa

sebesar -0,14. Dan total indeks keragaman adalah

1,41. Indeks dominansi tertinggi diperoleh oleh spe-


25

sies jenis Ghomphosphosphaeria aponina yaitu sebesar

0,44. Dan indeks keseragaman jenisnya adalah 0,89.

3. Jumlah total spesies perifiton yang ditemukan

sebanyak 3 spesies. Dengan kelimpahan perifiton

terbesar dimiliki oleh spesies Novicula Sp, sebesar

1125, sedangkan kelimpahan terkecil dimiliki oleh

spesies Pinnularia sebesar 300. Dengan indeks

keragamanan tertinggi terdapat pada spesies

Scenedemus sp sebesar 0,5296 dan indeks keragaman

terendah terdapat pada spesies Pinnularia sebesar -

0,3941. Dan total indeks keragaman adalah 1,41. In-

deks dominansi tertinggi diperoleh oleh spesies

jenis Novicula Sp yaitu sebesar 0,2675. Dan indeks

keseragaman jenisnya adalah 0,722

4. Mengacu indeks keanekaragaman total plankton yang

diperoleh maka perairan Waduk FPK UR memiliki keane-

kargaman sedang dan sebaran individu sedang, yang

mengindikasikan tekanan ekologis yang sedang, dan

ekosistem yang stabil. Ghomphosphosphaeria aponina

mendominasi perairan waduk ini. Berdasarkan indeks

keseragaman jenis, keseragaman jenis organisme dalam

perairan tersebut seimbang, tidak terjadi persaingan

baik pada tempat maupun makanan.


26

5. Mengacu indeks keanekaragaman total perifiton yang

diperoleh maka Waduk FPK UR memiliki keanekargaman

sedang dan sebaran individu sedang, yang mengindi-

kasikan tekanan ekologis yang sedang, dan ekosistem

yang stabil. Novicula Sp mendominasi perairan waduk

ini. Berdasarkan indeks keseragaman jenis, keseraga-

man jenis organisme dalam perairan tersebut seim-

bang, tidak terjadi persaingan baik pada tempat mau-

pun makanan.

5.2. Saran

Demi menjaga kualitas air di Waduk FPK UR, di-

harapkan kepada semua pihak agar tidak mencemari air

yang ada di waduk tersebut. Karena banyak organisme

seperti plankton dan perifiton yang mengandalkan waduk

tersebut sebagai habitat hidupnya.

Saran untuk praktikum berikutnya adalah lebih ber-

hati-hati dalam melakukan praktikum lapangan dan dalam

penggunaan alat.
27

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T. A. 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi

FMIPA USU. Medan.

Fajri, Nur El. dkk. 2019. Penuntun Praktimum dan Lembar

Kerja Praktikum EKOLOGI PERAIRAN. Fakultas Peri-

kanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Direktorat Pem-

binaan Sekolah Menengah Kejuruan. Klaten: PT.

Macaan Jaya Cemerlang.

Hertanto. Y., 2008. Sebaran Asosiasi Perifiton Pada

Ekoistem Padang Lamun (Enhalus acoroides) Di

Perairan Pulau Tidung Besar, Kepulauan Seribu, Ja-

karta Utara. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor

Indrawati, dkk. 2010. Perifiton Sebagai Indikator Bi-

ologi Pada Pencemaran Limbah Domestik Di Sungai

Cikuda Sumedang. Prosiding Seminar Nasional Lim-

nologi.

Larned Scott T. & Scott R Santos. 2000. Ligth and Nu-

trient Limited Periphyton in Low Order Streams of

Ohau, Hawaii. Journal. Kluwer Academic Publishers.

Hydrobiologia 432:101-111

Mukayat, D.B. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


28

Nyibakken. 2012. Pengertian dan Definisi Plankton.

(http://blogger.com/pengertian-dan-definisi-

plankton//). Diakses pada 28 Maret 2019.

Odum, E. P., 1997. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga.

Yogyakarta: UGM Press.

Riyono, S.H., 2006, Klorofil Fitoplankton dan Produk-

tivitas Primer,Warta Oseanografi Vol XX no. 1, hal.

17

Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Lim-

nologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Uni-

versiras Riau. Pekanbaru.

Sitompul, S. 2000. Struktur Komunitas Perifiton di

Sungai Babon Semarang. Skripsi Universitas Dipone-

goro.

Stewart, M.E., dkk. 1986. Kunci Identifikasi Zooplank-

ton. Jakarta : UI-press.

Sunarto, 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plank-

ton bagi Ekosistem Laut. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Supriyanti, S., 2001, Struktur Komunitas Perifiton pada

Substrat Kaca di Lokasi Pemeliharaan Kerang Hijau

(Perna viridis L.), Perairan Kamal Muara, Teluk Ja-

karta, Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelau-

tan, IPB, Bogor


29

Syukur, A. 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas

Fitoplankton di Waduk Uwai Kelurahan Pulau Kecama-

tan Bangkinang Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Uni-

versitas Riau. Pekanbaru. 51 hal. (tidak diterbit-

kan).

Umar, N. A. 2002. Hubungan antara Kelimpahan Fitoplank-

ton dan Zooplankton (Kopeoda) dengan Larva Kepiting

di Peraian Teluk Siddo Kabupaten Barru Sulawesi Se-

latan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Yazwar. 2008. Keanaekargaman Plankton dan Keterkai-

tannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba.

Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

Zulkifli. 2000. Sebaran Spasial Komunitas Perifiton dan

Asosiasinya Dengan Lamun di Perairan Teluk Pandan

Lampung Selatan .Tesis Pascasarjana.

Anda mungkin juga menyukai