Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem

hutan. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di

daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di

muara sungai yang dicirikan oleh tidak terpengaruh

iklim, dipengaruhi pasang surut, tanah tergenang air

laut, tanah rendah pantai, hutan tidak mempunyai

struktur tajuk, dan terdiri dari jenis api-api

(Avicenia sp), pedada (Sonneratia sp), bakau (Rhizopora

sp), tancang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus sp),

dan nipah (Nypa sp) (Soerianegara dan Indrawan, 2006).

Ekosistem mangrove, baik sebagai sumber daya alam

maupun sebagai pelindung lingkungan memiliki peran yang

amat penting dalam aspek ekonomi dan ekologi bagi

lingkungan sekitarnya.

Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis

satwa liar, seperti primata, reptilia dan aves. Selain

sebagai tempat berlindung dan mencari makan, mangrove

juga merupakan tempat berkembang biak bagi burung air.

Bagi berbagai jenis ikan dan udang, perairan mangrove

merupakan tempat ideal sebagai daerah asuhan, tempat


2

mencari makan dan tempat pembesaran anak. Mangrove di

Indonesia dikenal keragaman jenis yang tinggi.

Pertambahan penduduk terutama di daerah pantai

mengakibatkan adanya perubahan tataguna lahan dan

pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan,

sehingga hutan mengrove dengan cepat menipis dan rusak

di seluruh daerah tropis. Peranan hutan Mangrove sangat

besar bagi kehidupan darat maupun laut karena mampu

mencegah abrasi dan intrusi air laut ke arah daratan,

serta mempertahankan keberadaan spesies hewan laut

penghuni kawasan mangrove. Oleh karena itu kawasan

tersebut perlu dilestarikan.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari Praktikum ini adalah untuk mengetahui

berat bobot yang terdapat dari dedaunan, buah, ranting,

bunga, dan lain sebagainya yang berada di sekeliling

kita, untuk mengetahui berat bobot tersebut kita harus

mengumpulkan sampel selama 14 hari.

1.3 Manfaat praktikum

Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar

dapat berat bobot yang terdapat pada tumbuhan, serta

juga dapat memahami langkah-langkah untuk menghitung

berat bobot yang telah di keringkan. Tak hanya itu,

penulisan laporan ini juga dapat menambah wawasan atau


3

pengetahuan kita mengenai cara cara penghitungan berat

bobot kering pada semua bagian tumbuhan.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi mangrove Indonesia baik secara kualitatif

dan kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun. Pada

tahun 1982, hutan mangrove di Indonesia tercatat seluas

5.209.543 ha sedangkan pada tahun 1993 menjadi

2.496.185 ha, terjadi penurunan luasan hutan mangrove

sekitar 47,92 % (Dahuri, 2001).

Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem dan

sumberdaya alam pemanfaatannya diarahkan untuk

kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan pemanfaatannya

agar dapat berkelanjutan, maka hutan mangrove perlu

dijaga keberadaannya (Kusmana, 2005).

Ekositem hutan mangrove sering disebut ekosistem

hutan rawa dan ekosistem hutan pasang surut. Disebut

ekosistem hutan rawa karenaterdapat di daerah payau

(estuaria), yaitu daerah yang memiliki kadar garam atau

salinitas pada perairannya berkisar antara 0,5 - 30‰.

Dan disebut ekosistem hutan pasang surut karena

terdapat di daerah pasangsurut, (Indrianto, 2006)

Serasah adalah bahan-bahan yang telah mati,

terletak diatas permukaan tanah dan mengalami

dekomposisi dan mineralisasi. Komponen-komponen yang

termasuk serasah adalah daun, ranting, cabang kecil,


5

kulit batang, bunga dan buah. (Mindawati dan Pratiwi,

2008).

Menurut Dharmawan et al. (2016), serasah daun

sebagai komponen utama dalam produtivitas primer bakau

merupakan sumber karbon penting dalam proses

dekomposisi. Stok karbon yang sangat tinggi dalam

tanah, maupun biomassa vegetasinya menghasilkan

keberadaan sumber karbon yang berlimpah untuk mendukung

proses dekomposisi yang terjadi di dalamnya.

Pernyataan Moller dalam Soeroyo (2003) bahwa

semakin tinggi kerapatan pohon maka semakin tinggi pula

produksi serasah yang dihasilkan. Begitu juga

sebaliknya, semakin rendah kerapatan pohon maka semakin

rendah pulalah produksi serasah yang dihasilkan.

Dekomposisi serasah adalah perubahan fisik maupun

kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah

(bakteri, fungi, dan hewan tanah lainnya) yang disebut

dekomposer/pengurai. Dekomposisi juga dikenal dengan

istilah mineralisasi, yaitu proses penghancuran bahan

organik yang berasal dari hewan dan tanaman menjadi

senyawa-senyawa organik sederhana (Arisandi, 2002)

Sampah daun dan kayu yang mencapai tanah akan

membusuk dan secara bertahap akan dimasukkan ke dalam

horizon mineral tanah melalui aktivitas organisme

tanah. Proses dekomposisi berjalan secara bertahap,


6

dimana laju dekomposisi paling cepat terjadi pada

minggu pertama. Hal ini dikarenakan pada serasah yang

masih baru masih banyak persediaan unsur-unsur yang

merupakan makanan bagi mikroba tanah atau bagi

mikroorganisme pengurai, sehingga serasah cepat hancur

(Zamroni, 2008).

Serasah vegetasi mangrove yang telah terurai

melalui proses dekomposisi, sebagian akan diserap oleh

mangrove itu sendiri dan sebagian lainnya menjadi

tambahan masukan bahan organik bagi ekosistem mangrove

di sekitarnya. Manfaat akumulasi bahan organik hasil

dekomposisi serasah hutan mangrove antara lain

memperkaya hara pada ekosistem mangrove, sebagai daerah

asuhan dan pembesaran (nursery ground), daerah

pemijahan(spawning ground), dan perlindungan bagi aneka

biota perairan (Wibisana, 2004).

Tingkat penutupan (tebal tipisnya) lapisan serasah

pada permukaan tanah berhubungan erat dengan laju

dekomposisinya (pelapukannya). Semakin lebat

terdekomposisi maka keberadaannya dipermukaan tanah

menjadi lebih lama. Laju dekomposisi serasah berbeda

antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya. Laju

ini terutama dipengaruhi oleh kelembapan udara,

organisme flora dan fauna mikro dan kandungan kimia

dari serasah (Hairiah et al., 2003)


7

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum biomassa hutan

mangrove adalah sisa vegetasi tumbuh-tumbuhan seperti

daun, ranting, buah, dan bunga yang telah jatuh atau

masuk ke dalam kotak yang telah di siapkan.

Adapun alat yang digunakan untuk pratikum ini

adalah kotak triplek (50cm × 50cm × 50cm) , oven,

kartas aluminium, timbangan analitik, kitchen glove,

dan kalkulator.

3.2 Metode Praktikum

Pada praktikum biomassa hutan mangrove metode yang

di gunakan untuk pengambilan sampel serasah adalah

litter-trap(perangkap serasah) yang menggunakan kotak

(50cm × 50cm) dengan tinggi kotak 50cm sebagai alat

untuk mengumpulkan sisa vegetasi atau sampel

serasahnya, dan kotak tersebut akan didiamkan selama 14

hari. Sebelum mengaalisis serasah atau sisa vegetasi,

sisa vegeta tersebut di pisah-pisah terlebih dahulu.

Produksi serasah dengan satuan gram/m²/hari. Berat

basah serasah diperoleh setelah ditimbang sebelum

dioven. Berat kering serasah diperoleh setelah


8

dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C sampai mencapai

berat konstan (±24 jam) (Rudiansyah 2013). Namun saat

praktikum berlangsung, waktu yang digunakan untuk

mengeringkan produksi serasah di dalam oven adalah 30

menit.

3.3 Prosedur Praktikum

Sebelum praktikum dimulai, asisten menjelaskan cara

menggunakan alat-alat yang akan digunakan nantinya.

Asisten juga menjelasakan cara perhitungan masing-

masing serasah ( daun, ranting, dan buah) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut,


Xi
Produksi serasah setian harian( Xj ) = n

Keterangan :

Xj = Produksi serasah setian harian ( gram berat

kering/m2/14 hari )

Xi = Berat kering daun Mangrove ( gram berat

kering )

n = Luasan litter-trap ( m2 )

Xj
Produksi serasah setiap harian ( P ) = t

Keterangan :

P = Preduksi serasah harian (gram berat kering/m2/

hari )
9

Xi = Berat kering daun Mangrove seriap hari ( gram

berat kering )

t = Waktu ( 14 hari )

L
Jumlah berat keseluruhan ( K ) = Xss

Keterangan :

K = Turn over

L = Prokdusi serasah ( gram/0,5m2 /harian )

Xss = Standing croop ( gram/0,25m2 /harian )


10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil praktikum biomassa hutan mangrove

adalah sebagai berikut,

TABEL 1. HASIL DATA BERAT KERING SERASAH

WAKTU KOMPONEN SERASAH ( Xi )


No.
( HARI ) Daun Ranting Buah
1 14 Hari 17,1293 12,4888 9,3735

TABEL 2. HASIL DATA PRODUKSI SERASAH

No. JENIS SERASAH Xj P


1 DAUN 68,5172 4,8940
2 RANTING 49,9552 3,5682
3 BUAH 37,4940 2,6781
TOTAL 155,9664 11,1403

4.2. Pembahasan

Berikut merupakan pembahasan mengenai perhitungan

biomassa hutan mangrove yang di jadikan materi

praktikum.

4.2.1. BERAT KERING SERASAH

Sisa vegetasi yang telah di pisahkan menjadi

beberapa bagian yang sama jenisnya, lalu dikeringkan

didalam oven dengan suhu 100°c selama 30 menit.

Peroduksi serasah yang didapatkan dalam praktikum ini


11

adalah 17,1293 untuk serasah daun, 12,4888 untuk

serasah ranting, 9,3735 untuk serasah buah

4.2.2. PRODUKSI SERASAH

Produksi serasah adalah serasah yang telah

dipilah-pilah dan dikeringkan lalu bagi dengan luasan

kotak ( n ), setelah mendapatkan hasil setiap jenis

serasah kemudian di jumlahkan, itulah jumlah produksi

serasah ( L ) yang ingin kita dapatkan.

Untuk mendapatkan nilai produksi serasah

harian,terlebih dahulu kita harus mencari nilai Xj (

produksi serasah setiap harian ), setelah mendapatkan

nilai Xj kita bagi dengan total waktu pemasangan ( t )

yaitu selama 14 hari dan kita mendapatkan nilai

produksi serasah harian ( P ). Setelah produksi serasah

harian ( P ) dijumlahkan makan kita akan mendapatkan

nilai standing croop ( Xss ).

Untuk mendapatkan nilai rasio produksi rata-rata

standing croop dalam interval waktu yang telah di

tentukan atau yang disebut turn over ( K ), nilai

produksi serasah ( L ) yang telah di dapatkan tadi

dibagi dengan standing croop ( Xss ). Maka dapatlah

nilai turn over ( K ).


12

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah diadakannya praktikum biomassa hutan

mangrove, didapatkan hasil komponen serasah dengan

jenis yang berbeda, 17,1293 untuk serasah daun, 12,4888

untuk serasah ranting, dan 9,3735 untuk serasah buah.

Produksi serasah harian untuk jenis daun hasil yang

di dapatkan adalah 68,5172 ,untuk jenis ranting hasil

yang di dapatkan 49,9552 , dan untuk jenis buah hasil

yang di dapatkann 37,4940.

Sedangkan untuk nilai Turn Over nya kami

mendapatkan 14,0001974, dengan nilai produksi serasah

sebanyak 155,9664 dan nilai Standing Croop nya adalah

11,1403.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum berikutnya adalah lebih

berhati-hati dalam melakukan praktikum lapangan dan

dalam penggunaan alat. Serta lebih teliti dalam

melakukan perhitungan.
13

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, P. 2002. Dekomposisi Serasah Mangrove.

Lembaga Kajian Ekologi Dan Konservasi Lahan Basah-

ECOTON

Dahuri et al., 2001.Pengelolaan Sumber Daya Wilayah

Pesisir dan Lautan Seacara Terpadu. PT. Pradnya

Paramita. Jakarta.

Dharmawan, I. W. E, Zamani. N. P, dan Madduppa. H. H.,

2016. Laju Dekomposisi Serasah Daun di Ekosistem

Bakau Pulau Kelong, Kabupaten Bintan. Oseanologi

dan Limnologi di Indonesia. 1 (1) : 1-10.

Hairiah, Kurniawan, D. S., Widianto, Berlian, Erwin,

S., Aris, M., Rudy. H. W., Cahy, P dan Subekti, R.

2003. Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan

Agroforestri Berbasis Kopi: Ketebalan Serasah,

Populasi Cacing Tanah dan Makroporositas Tanah.

World Agroforestry Centre: 68-80

Kusmana, C. 2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove

dan Hutan Pantai Pasca Tsunami di NAD dan Nias .

Makalah dalam Lokakarya Hutan.

Mindawati, N. dan Pratiwi. 2008. Kajian penetapan daur

optimal hutan tanaman Acacia mangium ditinjau dari

kesuburan tanah. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman.

Vol.V.No.2 ; P. 109-118.
14

Rudiansyah.R., 2013.Analisis Laju Produksi Kandungan

Karbon (C) Serasah Daun Mangrove Di Kampung Gisi

Desa Tembeling Kabupaten Bintan. [skripsi].

Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Soerianegara, I dan Indrawan. 2006. Ekologi Hutan

Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor.

Soeroyo. 2003. Pengamatan Gugur Serasah di Hutan

Mangrove Sembilang Sumatera Utara. P3O-LIPI:38-44

Wibisana, Bambang Tresna. 2004. Produksi dan laju

dekomposisi serasah mangrove di wilayah pesisir

Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur.

Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Zamroni, Y. dan Immy, S.R. 2008. Produksi Serasah Hutan

Mangrove di Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok

Barat. Volume 9, Nomor 4 Oktober 2008, Halaman:

284-287
15

LAMPIRAN
16

LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN

1. Berat Kering Serasah (Xi)

a. Daun = 17,1293 g

b. Buah = 9,3735 g

c. Ranting = 12,4888 g

2. Produksi Serasah harian (Xj)


Berat Kering Serasah (Xi)
Produksi Serasah harian (Xj) = Luasan Litter-trap (n)

Berat Kering Daun (Xi)


a. Xj Daun = Luasan Litter-trap (n)

17,1293
= = 68,5172 gram/m2
0,25

Berat Kering Buah (Xi)


b. Xj Buah = Luasan Litter-trap (n)

9,3735
= = 37,4940 gram/m2
0,25

Berat Kering Daun (Xi)


c. Xj Ranting = Luasan Litter-trap (n)

12,4888
= = 49,9552 gram/m2
0,25

3. Produksi Serasah (L)

Produksi Serasah (L) = ∑Xj

= Xj Daun + Xj Buah + Xj Ranting

= 68,5172 + 37,4940 + 49,9552

= 155,9664 gram/m2

4. Produksi Serasah Bulanan (P)


17

Produksi Serasah Harian (Xj)


Produksi Serasah Bulanan (P) = Waktu Pemasangan per periode (t)

Xj Daun
a. P Daun = t

68,5172
= = 4,8940 gram/0,25m2/14 hari
14

Xj Buah
b. P Buah = t

37,4940
= = 2,6781 gram/0,25m2/14 hari
14

Xj Ranting
c. P Ranting = t

49,9552
= = 3,5682 gram/0,25m2/14 hari
14

5. Standing Croop (Xss)

Standing Croop (Xss) = ∑P

= P Daun + P Buah + P Ranting

= 4,8940 + 2,6781 + 3,5682

= 11,1403 gram/0,25m2/14 hari

6. Turn Over (K)

Produksi Serasah (L)


Turn Over (K) =
Standing Croop (Xss )

155,9664
= = 14,0001971
11,1403

Lampiran 2. ALAT DAN BAHAN


18

Timbangan
Kotak Triplek Kertas Aluminium
Analitik

Oven Daun Buah

Kalkulator Ranting
19

Lampiran 3. KEGIATAN PRAKTIKUM

1. Mencari Nilai Xi Daun

1 2

3 4

Mencari Nilai Xi Daun

1. Daun masih berada didalam kotak.

2. Daun didalam kotak tadi dimasukkan ke dalam kertas

aluminium yang telah dibentuk seperti pada gambar.

3. Kemudian dimasukkan ke dalam oven bersuhu 80°c selama

30 menit.

4. Setelah itu ditimbang menggunakan timbangan analitik

untuk mendapatkan nilai Xi Daun.


20

2. Mencari Nilai Xi Buah

1
2

3 4

Mencari Nilai Xi Buah

1. Buah masih berada didalam kotak.

2. Buah didalam kotak tadi dimasukkan ke dalam kertas

aluminium yang telah dibentuk seperti pada gambar.

3. Kemudian dimasukkan ke dalam oven bersuhu 80°c selama

30 menit.

4. Setelah itu ditimbang menggunakan timbangan analitik

untuk mendapatkan nilai Xi Buah.


21

3. Mencari Nilai Xi Ranting

1 2

3 4

Mencari Nilai Xi Ranting

1. Ranting masih berada didalam kotak.

2. Ranting didalam kotak tadi dimasukkan ke dalam kertas

aluminium yang telah dibentuk seperti pada gambar.

3. Kemudian dimasukkan ke dalam oven bersuhu 80°c selama

30 menit.

4. Setelah itu ditimbang menggunakan timbangan analitik

untuk mendapatkan nilai Xi Ranting.

Anda mungkin juga menyukai