Anda di halaman 1dari 29

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekosistem perairan pesisir di Indonesia merupakan

kawasan yang akhir-akhir ini mendapat perhatian cukup

besar dalam berbagai kebijaksanaan dan perencanaan

pembangunan di Indonesia. Wilayah ini kaya dan

memiliki beragam sumber daya alam yang telah

dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan utama,

khususnya protein hewani. Secara empiris wilayah

pesisir merupakan tempat aktivitas ekonomi yang

mencakup perikanan laut dan pesisir, transportasi dan

pelabuhan, pertambangan, kawasan industri, agribisnis

dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan

pemukiman dan tempat pembuangan limbah.

Semua organisme yang hidup di alam tidak dapat

hidup sendiri. Kehidupan organisme di alam bergantung

pada kelompoknya, kelompok yang lain serta lingkungan

dimana ia tingggal. Organisme yang hidup dalam sebuah

sistem ditopang oleh berbagai komponen yang saling

mempengaruhi, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung. Kesatuan dari seluruh sistem yang ada di alam

disebut ekosistem. Ekosistem memperlihatkan adanya

interaksi bolak balik antar makhluk hidup (biotik)

dengan alam atau abiotik (Odum, 1993).


2

Komponen-komponen di ekosistem perairan berdasarkan

cara hidupnya adalah bentos, perifiton, plankton, dan

nekton. Salah satu komponen yang memiliki variasi

organisme yang sedikit dalam suatu perairan adalah

nekton dan memiliki peranan cukup penting dalam rantai

makanan suatu perairan (Umar, 2012).

Pada praktikum ini kita akan melihat bagaimana

hubungan benthos dan nekton terhadap lingkungannya.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum mengenai Benthos dan Nekton

adalah untuk mengetahui jenis-jenis benthos dan nekton

di Waduk FPK UR dan berbagai informasi tentang benthos

dan nekton.

1.3. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum mengenai Benthos dan

Nekton adalah bisa mengidentifikasi jenis-jenis Benthos

dan Nekton yang ditemukan di Waduk FPK UR. Sehingga

tergambarnya kualitas perairan Waduk FPK UR.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benthos

Salah satu kelompok organisme penyusun ekosistem

laut adalah bentos.Bentos adalah organisme yang hidup

di dasar laut dengan melekatkan diri pada substrat atau

membenamkan diri di dalam sedimen.Mereka tinggal di

dekat sedimen laut lingkungan dari kolam pasang surut

di sepanjang tepi pantai ke benua rak dan kemudian

turun ke kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan jumlah

dan macam organisme pada sistem muara laut ialah daerah

bentik (Hakim, 2009).

Menurut Lalli & Parsons (1993), berdasarkan ukuran

tubuhnya benthos dapat dibagi menjadi beberapa bagian,

yaitu:

2.1.1. Makrobenthos

Makrobenthos adalah kelompok hewan yang ukurannya

lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan

benthos yang terbesar. Jenis hewan yang termasuk

kelompok ini adalah molusca, annelida, crustaceae,

beberapa insekta air, larva dari dipteral, odonata, dan

lain sebagainya (Syamsurisal, 2011).


4

2.1.2. Mesobenthos

Mesobenthos adalah kelompok benthos yang berukuran

antara 0,1 mm – 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil

yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang

termasuk kelompok ini adalah molusca kecil, cacing

kecil, dan crustaceae kecil (Syamsurisal, 2011).

2.1.3. Mikrobenthos

Mikrobenthos adalah kelompok benthos yang

berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Kelompok ini

merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk

kedalamnya adalah protozoa khususnya ciliata

(Syamsurisal, 2011)

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya

adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta,

Mollusca, Nematoda dan Annelida. Taksa-taksa tersebut

mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas

perairan karena sebagian dari padanya menempati

tingkatan trofik kedua ataupun ketiga. Sedangkan

sebagian yang lain mempunyai peranan yang penting di

dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-

bahan organik, baik yang berasal dari perairan maupun

dari daratan (Janto et all., 1981 dalam Sri jarwanto,

2010)
5

APHA (dalam Nurkholis,2010) menyatakan bahwa

makrozoobentos dapat ditahan dengan saringan No. 30

Standar Amerika. menyatakan bahwa makrozoobentos

merupakan organisme yang tertahan pada saringan yang

berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500

mikrometer.

Barnes and Hughes dan Nybakken dalam Aliman,2010

menyatakan bahwa berdasarkan keberadaannya di dasar

perairan, maka makrozoobentos yang hidupnya merayap di

permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna,

seperti Crustacea dan larva serangga. Sedangkan

makrozoobentos yang hidup pada substrat lunak di dalam

lumpur disebut dengan infauna, misalnya Bivalve dan

Polychaeta.

2.2. Nekton

Salah satu komponen yang memiliki variasi organisme

yang sedikit dalam suatu perairan adalah nekton dan

memiliki peranan cukup penting dalam rantai makanan

suatu perairan (Umar, 2012).

Nekton adalah organisme laut yang dapat bergerak

atau berenang sendiri dalam air sehingga tidak

bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air

yang disebabkan oleh angin. sebagai contohnya adalah

ikan, cumi-cumi, udang, kepiting, mamalia dan reptil

laut (Alfiah, 2011).


6

Banyaknya nekton yang tertangkap pada hutan

mangrove sebagian besar berada pada tingkatan juvenile

dan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi biologi

kawasan mangrove sebagai kawasan pemijah (spawning

ground) atau asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan,

kepiting, kerang dan sebagainya yang kemudian setelah

dewasa akan kembali ke lepas pantai (Saparinto, 2007).

Irwanto (2006), juga menjelaskan bahwa berbagai

hewan seperti, reptil, ampibi, mamalia, datang dan

hidup walaupun tidak seluruh waktu hidupnya dihabiskan

di habitat mangrove. Berbagai jenis ikan, ular,

serangga dan lain-lain seperti burung dan jenis hewan

mamalia lainnya dapat bermukim di sini. Sebagai sifat

alam yang beraneka ragam maka berbeda tempat atau

lokasi habitat mangrovenya akan berbeda pula jenis dan

keragaman flora maupun fauna yang hidup di lokasi

tersebut.

Salah satu ikan yang sering di jumpai dan bertahan

lama hidup pada hutan mangrove adalah ikan Gelodok

(Periopthalmus argentilineatus) dan ikan Teri

(Stolephorus indicus) (Latupapua, 2011). Pamungkas

(2009), juga menjelaskan bahwa banyak sekali jenis ikan

pelagik maupun demersal yang hidup di laut. Tetapi pada

awal daur hidupnya, hidup di daerah mangrove atau

estuari. Ikan yang bernilai ekonomis tinggi seperti


7

Kakap (Lates calcasifer), Sembilang (Plotusus canius),

Belanak (Mugil Sp) dan Bandeng (Chanos chanos)

menghabiskan awal siklus hidup meliputi stadia telur,

larva dan benih pada habitat mangrove.


8

III. Metode Praktikum

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Ekologi Perairan mengenai

Benthos dan Nekton ini dilaksanakan pada hari Senin,

tanggal 4 Maret 2019, pukul 09.30-11:30 WIB, yang

bertempat di Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan dan

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan,

Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM. 12,5 Simpang

Baru, Panam, Pekanbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

tangguk, kantong plastik, penyaring, corong, pipa

paralon, penggaris, wadah, kalkulator, laptop, buku

penuntun praktikum dan lembar kerja praktikum. Dan

bahannya adalah objek praktikum itu sendiri, benthos

dan nekton.

3.3. Metode Praktikum

Metode dalam praktikum ini adalah metode pengamatan

secara langsung (metode survey) dengan menggunakan

analisis secara in situ dan ek situ. Data yang

diperoleh merupakan hasil pengamatan secara langsung di

lokasi (waduk). Dengan metode ini dapat diketahui

bagaimana prosedur pengambilan sampel di lapangan dan


9

analisis benthos dan nekton (pengamatan dan

perhitungan) di laboratorium.

3.4. Prosedur Praktikum

Sebelum praktikum dimulai, praktikan mengikuti

kuis/ respon mengenai materi yang berhubungan dengan

praktikum yaitu Benthos dan Nekton. Kemudian, asisten

menjelaskan materi tersebut dan prosedur serta cara

menggunakan alat-alat dan bahan yang akan digunakan di

waduk nantinya, serta penjelasan rumus dalam

menganalisis perifiton dan nekton yang akan dilakukan

di laboratorium setelah kembali dari mengambil sampel

di lapangan.

Setelah itu, praktikan dibimbing asisten pergi

menuju lapangan sambil membawa alat-alat dan bahan yang

dibutuhkan. Pengambilan sampel dilakukan di waduk,

sedangkan analisis yang berupa pengamatan dan

perhitungan dilakukan di laboratorium.

3.4.1. Benthos

Pertama sekali siapkan alat-alat yang akan

digunakan, seperti pipa paralon, cawan patri, mistar

atau penggaris, penyaring, ember, kemudian tentukan

lokasi pengambilan sampel benthos (Waduk FPK), setelah

sampai lokasi maka tancapkanlah pipa paralon kedalam

perairan, ukur kedalam perairan dari pipa paralon

menggunakan penggaris panjang atau mistar. Setelah itu


10

tutuplah ujung paralon bagian bawah agar benthos dapat

masuk kedalam pipa paralon tersebut, kemudian angkat

segera pipa paralon kedalam alat penyaring sehingga

tersaringlah benthos yang ada didalam perairan, jika

sudah menemukan benthos segera letakkan didalam cawan

patri, setelah sampel yang diambil mencukupi, maka bawa

benthos hasil saringan tadi ke laboratorium untuk

diamati jenis benthos apa yang terdapat pada perairan

Waduk FPK.

Saat di laboratorium, siapkan sampel benthos yang

telah disaring letakkan didalam cawan patri, kemudian

ambil buku identifikasi cari dan amatilah benthos yang

ditemukan dengan menggunakkan buku identifikasi,

setelah benthos ditemukan maka sesuaikan bentuk benthos

dengan yang ada di buku identifikasi benthos. Jika

sesuai, gambarkan pada lembar kerja praktikum. Lalu

lakukanlah perhitungan kelimpahan jenis benthos dengan

rumus, Rumus Perhitungan Kelimpahan Benthos :

Px 10000 (cm)
K=
luas penampang alat (cm)

Keterangan:

K = Kelimpahan benthos (ind/m2)


P = Individu yang ditemukan
10000 = Merupakan konversi 1 meter perkiraan kawasan
pelemparan alat.
11

3.4.2. Nekton

Menentukan stasiun pengambilan. Pengambilan sampel

dilakuka menggunakan alat sesuai habitat atau sifat

hidup ikan seperti jarring, bubu, pancing, dsb. Ikan

yang tertangkap dimasukkan ke dalam kantong dan diberi

label serta diawetkan dengan larutan formalin 5-10%.

Meletakkan identifikasi serta menghitung kelimpahan

ikan dengan menggunakan rumus Brower et al (1990).

y = ni/b

Dimana : y = kelimpahan (ekor/m2)


ni = jumlah individu per jenis (ekor)
b = luat alas tangkap (m2)

3.4.3 Perhitungan

Rumus Perhitungan Keanekaragaman (H’) menurut

Shannon-Wienner (dalam Odum, 1971)


𝑠

𝐻 ′ = − ∑ 𝑝𝑖 𝑙𝑜𝑔2 𝑝𝑖
𝑖=1

Dimana : log 2 = 3,321928


pi = ni/N (N= total nilai kelimpahan)
log2 pi = log 2 x log pi

Indeks Dominansi Jenis Organisme (C) menurut

Simpson (dalam Odum, 1971)

𝑛𝑖
𝐶 = ∑𝑠𝑖=1 ( 𝑁 )2

Dimana : ni = banyaknya individu yang ditemukan


N = jumlah ni = ∑ ni
12

Indeks Keseragaman Jenis Organisme (E) menurut Pilo

(dalam Krebs, 1985)

𝐻′ 𝐻′
𝐸= =
𝐻′𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑙𝑜𝑔2 𝑆

Dimana : S = banyaknya jenis yang ditemukan

log 2 S = log 2 x log S = 3,321928 x log (S)


13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil dari praktikum Benthos dan Nekton

adalah sebagai berikut,

Tabel 1. Nilai Kelimpahan dan Indeks Keragaman Benthos


di Perairan
pi
Kelimpahan pi = log log2
No. Nama Jenis log2
(ni) ni/N pi pi
pi
- - -
1. Lumbricus sp. 708 0,1429
0,84 2,78 0,39
Pila - - -
2. 1062 0,2142
sp. 0,66 2,19 0,46
Chironomus - - -
3. 1415 0,2856
sp. 0,54 1,79 0,51
Macrobrachium - - -
4. 1769 0,3571
sp 0,44 1,46 0,52
- - -
Total N = 4953 1,000
2,48 8,22 1,88

Nilai indeks H’ = − ∑𝑆𝑖 = 1 𝑝𝑖 𝑙𝑜𝑔2 𝑝𝑖


= - ( - 1,88 )
= 1,88
Tabel 2. Nilai Indeks Dominansi Benthos di Perairan
𝒏𝒊 𝟐
Kelimpahan (ni/N) = ∑( )
No. Nama Jenis 𝑵
(ni) pi
= 𝒑𝒊𝟐
1. Lumbricus sp. 708 0,1429 0,0204
2. Pila sp 1062 0,2142 0,0458
3. Chironomus sp. 1415 0,2856 0,0815
4. Macrobrachum sp 1769 0,3571 0,1275
Total N = 4953 1,000 ∑ =0,2752

𝑛𝑖
Nilai indeks C’ = ∑( )2
𝑁

= ∑ 𝑝𝑖 2
= 0,2752
14

Tabel 3. Nilai Indeks Keseragaman Benthos di Perairan


No. Nama Jenis
1. Lumbricus sp.
2. Pila sp
3. Chironomus sp.
4. Macrobrachum sp
Total = 4 jenis

Nilai H’ = 1,88
Nilai S = 4 , maka logS = log4
= 0,6020
H'
Nilai indeks keseragaman jenis (E) = H Max
H'
= log 2 x log s
1,394
= 3,321928 x 0,47121

= 0,879625554

Tabel 4. Jenis dan Kelimpahan Nekton di Perairan


Jumlah
Individu/ Luas area
No. Nama Jenis Ikan
spesies (m)
(ekor) ni
1. Betta sp. 3
2. Oreochromis niloticus 3
3. Trichogaster trichopterus 2

Tabel 5. Nilai Kelimpahan dan Indeks Keragaman Nekton


di Perairan
pi
Kelimpahan pi = log log2
No. Nama Jenis log2
(ni) ni/N pi pi
pi
- - -
1. Betta sp. 79 0,37
0,43 1,2284 0,5282
Oreochromis - - -
2. 79 0,37
niloticus 0,43 1,2284 0,5282
Trichogaster - -
3. 53 0,25 -0,83
trichopterus 0,60 0,2075
- - -
Total N = 211 1,000
1,46 3,2868 1,2639

Nilai indeks H’ = − ∑𝑆𝑖 = 1 𝑝𝑖 𝑙𝑜𝑔2 𝑝𝑖


= - ( - 1,2639 ) = 1,2639
15

Tabel 6. Nilai Indeks Dominansi Organisme Nekton di


Perairan
𝒏𝒊 𝟐
Kelimpahan (ni/N) = ∑( )
No. Nama Jenis 𝑵
(ni) pi
= 𝒑𝒊𝟐
1. Betta sp. 79 0,37 0,1369
2. Oreochromis 0,37 0,1369
79
niloticus
3. Trichogaster 0,25 0,0625
53
trichopterus
Total N = 211 1,000 ∑ =0,3363

ni 2
Nilai indeks C’ = ∑( )
N

= ∑ pi2
= 0,3363

Tabel 7. Nilai Indeks Keseragaman Nekton di Perairan


No. Nama Jenis
1. Betta sp.
2. Oreochromis niloticus
3. Trichogaster trichopterus
Total = 3 jenis

Nilai H’ = 1,2639
Nilai S = 3 , maka logS = log3
= 1,5839
H'
Nilai indeks keseragaman jenis (E) = H Max
H'
= log 2 x log s
1,2639
= 3,321928 x 1,5839

= 0,7979
16

4.2. Pembahasan

4.2.1. Benthos

Pada saat melakukan pengamatan jenis-jenis benthos

yang ada di Waduk FPK UR, ditemukan berbagai jenis

benthos seperti Lumbricus sp. sebanyak 2

individu, Pila sp. sebanyak 3 individu, Chironomus sp.

Sebanyak 4, dan Macrobranchiium sp. Sebanyak 5.

Semua jenis benthos itu dihitung menggunakan

perhitungan kelimpahan individu. Keragaman jenis

merupakan karakteristik struktur suatu komunitas. Suatu

komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis yang

tinggi apabila terdapat banyak jenis dengan jumlah

individu dari masing-masing spesies yang relatif

merata. Sebaliknya jika suatu komunitas hanya terdiri

dari beberapa jenis dengan jumlah yang tidak merata,

keragaman jenisnya rendah (Barus, 2002).

Data indeks keanekaragaman (H’) total yang

diperoleh adalah H’ = ,88. Jika nilai H’ = 1,88 (H’ =

1,0 - 3,0) maka perairan Waduk FPK UR memiliki

keanekargaman sedang dan sebaran individu sedang,

produktivitas sangat rendah, yang mengindikasikan

tekanan ekologis yang sedang, dan ekosistem yang

stabil. (Shannon Weiner dalam Odum, 1971)

Indeks dominansi (C’) yang diperoleh sebesar

0,2752. Yang berarti tidak ada jenis yang mendominasi.


17

Karena jika angka indeks mendekati 1 berarti ada jenis

yang mendominasi dan jika ada yang mendekati 0 berarti

tidak ada yang mendominasi. (Odum, 1977)

Indeks keseragaman jenis (E) yang didapatkan =

0,9409. Dikarenakan nilai E mendekati 1 atau > 0,5

berarti keseragaman jenis organisme dalam perairan

tersebut tidak seimbang, terjadi persaingan baik pada

tempat maupun makanan (Weber, 1973).

4.2.2. Nekton

Pada saat melakukan pengamatan jenis-jenis nekton

yang ada di Waduk FPK UR, ditemukan berbagai jenis

nekton seperti Betta sp., Oreochromis niloticus,

Trichogaster trichopterus.

Nilai indeks keragaman nekton di Waduk FPK UR

adalah sebesar 1,2639. Keragaman jenis merupakan

karakteristik struktur suatu komunitas. Suatu komunitas

dikatakan mempunyai keragaman jenis yang tinggi apabila

terdapat banyak jenis dengan jumlah individu dari

masing-masing spesies yang relatif merata. Sebaliknya

jika suatu komunitas hanya terdiri dari beberapa jenis

dengan jumlah yang tidak merata, keragaman jenisnya

rendah (Barus, 2002).

Data indeks keragaman (H’) total yang diperoleh

adalah H’ = 1,2639 . Jika nilai H’ > 1 maka perairan


18

Waduk FPK UR memiliki keragaman sedang dan sebaran

individu sedang (Shannon Weiner dalam Odum, 1971).

Indeks dominansi (C’) yang diperoleh adalah 0,3363.

Berarti ada jenis yang medominasi. Jika angka indeks

mendekati 0 berarti tidak ada jenis yang mendominasi

dan jika mendekati 1 berarti ada yang mendominasi.

(Odum, 1977)

Indeks keseragaman jenis (E) yang diperoleh adalah

0,7979. Dikarenakan nilai E mendekati 1 atau > 0,5

berarti keseragaman jenis organisme dalam perairan

tersebut seimbang, tidak terjadi persaingan baik pada

tempat maupun makanan (Weber, 1973).


19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah diadakannya praktikum mengenai benthos dan

nekton di Waduk FPK UR, didapatkanlah kesimpulan

berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum ini sebagai

berikut :

1. Adapun jenis benthos yang berhasil didapatkan adalah

Lumbricus sp. Pila sp. Chironomus sp. Dan

Macrobrachiium sp. Dan jenis nektonnya adalah Betta

sp., Oreochromis niloticus, dan Trichogaster

trichopterus.

2. Jumlah total kelimpahan benthos yang diperoleh

adalah 4953 Dengan indeks keragamanan (H’) = 1,88.

Indeks dominansi (C’) yang diperoleh adalah 0,2752.

Indeks keseragaman jenis (E) yang diperoleh adalah

0,9409. Mengacu pada indeks-indeksnya dapat

disimpulkan bahwa pada Waduk FPK UR benthosnya

memiliki keragaman sedang dan sebaran individu

sedang, tidak ada jenis yang medominasi, keseragaman

jenis organisme dalam perairan tersebut seimbang,

tidak terjadi persaingan baik pada tempat maupun

makanan.

3. Jumlah total kelimpahan nekton yang diperoleh adalah

211 Dengan indeks keragamanan (H’) = 1,2639. Indeks


20

dominansi (C’) yang diperoleh adalah 0,3363. Indeks

keseragaman jenis (E) yang diperoleh adalah 0,7979.

Mengacu pada indeks-indeksnya dapat disimpulkan

bahwa pada Waduk FPK UR nektonnnya memiliki

keragaman rendah dan sebaran individu tidak merata,

ada jenis yang medominasi, keseragaman jenis

organisme dalam perairan tersebut seimbang, tidak

terjadi persaingan baik pada tempat maupun makanan.

5.1. Saran

Demi menjaga kualitas air di Waduk FPK, diharapkan

kepada semua pihak agar tidak mencemari air yang ada di

waduk tersebut. Karena banyak organisme seperti benthos

dan nekton yang mengandalkan kolam tersebut sebagai

habitat hidupnya.

Saran untuk praktikum berikutnya adalah lebih

berhati-hati dalam melakukan praktikum lapangan dan

dalam penggunaan alat.


21

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, T. 2011. Pencemaran Lingkungan. Laporan, Teknik

Lingkungan. ITATS.

Barus, T. A. 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi

FMIPA USU. Medan..

Fajri, Nur El. dkk. 2017. Penuntun Praktimum dan Lembar

Kerja Praktikum EKOLOGI PERAIRAN. Fakultas

Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau.

Pekanbaru.

Latupapua, M. J. J. 2011. Keanekaragaman Jenis Nekton

di Hutan Mangrove Kawasan Segoro Anak Taman

Nasional Alas Purwo. ISSN: 1907-7556, Vol. VI, No.

2.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Oxford of

University.W.B Saunders Publishing Company Ltd,

Japan.

Odum, E. P. 1997. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga.

Yogyakarta: UGM Press.

Pamungkas, S. 2009. Struktur Komunitas Larva dan Benih

Ikan Pada Ekosistem Mangrove Dengan Umur Vegetasi

Yang Berbeda Di Teluk Awur Jepara. Semarang:

Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

UNDIP.
22

Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Hutan

Mangrove. Effhar dan Dahara Prize, Semarang.

Umar, R. M. 2012, Penuntun Praktikum Ekologi Umum,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Jarwanto,Sri.2010.laporan Praktikum Ekoper

plankton.laboratorium ekoper faperika.Universitas

riau

Nurkholis.2010.laporan Praktikum Ekoper plankton

.laboratorium ekoper faperika.Universitas riau

Hakim, L. 2009. Makrozoobentos Sebagai Indikator

Pencemaran Lingkungan.
23

LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Alat Dan Bahan Praktikum

Ember Tangguk

Saringan Kantong Plastik

Paralon Nampan
25

Lampiran 2. Kegiatan Prakikum

1. Benthos

3
1 2

1. Praktikan menancapkan pipa paralon ke dalam air


dengan kemiringan 45°
2. Ujung pipa paralon di tutup lalu di arahkan ke
alat penyaring,
3. Saringan lalu di ayak untuk melihat benthos nya

2. Nekton

1 2

1. Praktikan menangkap ikan dengan menggunakan


tangguk
2. Ikan yang telah didapatkan diletakkan di
nampan
26

Lampiran 3. Perhitungan

1. Benthos
Nilai Kelimpahan dan Indeks Keragaman Benthos di
Perairan

Nilai indeks H’ = − ∑𝑆𝑖 = 1 𝑝𝑖 𝑙𝑜𝑔2 𝑝𝑖


= - ( - 1,88 )
= 1,88

Nilai Indeks Dominansi Benthos di Perairan


𝑛𝑖
Nilai indeks C’ = ∑( )2
𝑁

= ∑ 𝑝𝑖 2
= 0,2752

Nilai Indeks Keseragaman Benthos di Perairan

Nilai H’ = 1,88
Nilai S = 4 , maka logS = log4
= 0,6020

H'
Nilai indeks keseragaman jenis (E) = H Max
H'
= log 2 x log s
1,394
= 3,321928 x 0,47121

= 0,879625554
2. Nekton
Nilai Kelimpahan dan Indeks Keragaman Nekton di
Perairan

Nilai indeks H’ = − ∑𝑆𝑖 = 1 𝑝𝑖 𝑙𝑜𝑔2 𝑝𝑖


= - ( - 1,2639 )
= 1,2639
27

Nilai Indeks Dominansi Organisme Nekton di Perairan


ni 2
Nilai indeks C’ = ∑( )
N

= ∑ pi2
= 0,3363

Nilai Indeks Keseragaman Nekton di Perairan

Nilai H’ = 1,2639
Nilai S = 3 , maka logS = log3
= 1,5839

H'
Nilai indeks keseragaman jenis (E) = H Max
H'
= log 2 x log s
1,2639
= 3,321928 x 1,5839

= 0,7979
28

Lampiran 4. Gambar Benthos dan Nekton

1. Benthos

Lumbricus sp. Pila sp.

chironomus sp. macrobrachium sp.


2. Nekton

Betta sp. Oreochromis niloticus

Trichogaster trichopterus
29

Anda mungkin juga menyukai