DISUSUN OLEH:
ARIKA FEBRIANI AMINAH
TOLONG DITULIS YA :*
Penulis
DAFTAR ISI
Isi Hal
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu lingkungan yang kompleks yang berisi berbagai macam organisme,
aktivitas metabolisme suatu organisme akan berpengaruh terhadap lingkungannya.
Mikroorganisme seperti halnya organisme lain yang berada dalam lingkungan yang komplek
senantiasa berhubungan baik dengan pengaruh faktor abiotik dan pengaruh faktor biotik.
Sedikit sekali di alam ada suatu jenis mikroorganisme yang hidup secara individual.
Sekalipun suatu biakan mikroorganisme murni yang tumbuh dalam suatu medium, tetap akan
beruhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan secara terbatas.
Interaksi yang “netral” sebenarnya jarang terjadi hanya dapat terjadi dalam keadaan
dorman seperti endospora. Jumlah populasi mikroorganisme dalam suatu komunitas supaya
dapat mencapai jumlah yang optimal, maka mikroorganisme berinteraksi dan mempengaruhi
organisme lain. Mikroorganisme harus berkompetisi dengan organisme lain dalam
memperoleh nutrisi dari lingkungannya, sehingga dapat terus “lulus hidup” dan dapat
berkembangbiak dengan sukses.
2.1.1 Komensalisme
Interaksi antara mikroorganisme dengan organisme lain dimana satu jenis dapat
diuntungkan dan jenis lain tidak dirugikan, hubungan interaksi semacam ini disebut
komensalisme atau metabiosis. Interaksi bentuk komensalisme antar mikroorganisme
biasanya berhubungan dalam proses metabolisme, satu jenis mikroorganisme
memberikan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme lain. Sebagai
contoh dalam saluran pencernaan manusia mikroorganisme anaerob obligat
merupakan mikroorganisme yang berlimpah dan tumbuh dengan optimal. Bakteri
asam asetat dan khamir terjadi hubungan komensalisme selama proses fermentasi
asam asetat, dimana sel khamir menyediakan substrat alkohol bagi pertumbuhan
bakteri asam asetat.
2.1.2 Mutualisme
Interaksi antar mikroorganisme dapat saling menguntungkan, interaksi semacam
ini disebut mutualisme. Hubungan interaksi mutualisme dapat terjadi antar
mikroorganisme yang berkerjasama dalam proses metabolisme. Biasanya satu jenis
mikroorganisme menyediakan nutrisi bagi mikroorganisme lain begitupula sebaliknya.
Contohnya: Streptococcus faecalis dan Lactobacillus arabinosis yang bisanya tidak
dapat tumbuh pada medium tanpa glukosa. S. faecalis membutuhkan asam folat yang
dihasilkan oleh L. arabinosus sebaliknya L. arabinosus membutuhkan fenilalanin yang
dihasilkan oleh S. faecalis. Ketika kedua baiakan mikroorganisme ditumbuhkan dalam
medium yangsama, maka mereka mendapatkan nutrisi yang lengkap. Contoh lain
antara bakteri Escherichia coli dan Proteus vulgaris, dimana E.coli menghidroslisis
laktosa bagi Proteus vulgaris, sementara itu P. vulgaris menguraikan urea yang
melepaskan sumber Nitrogen bagi pertumbuhan E.coli
2.1.3 Antagonisme
Hubungan antara mikroorganisme dengan organisme lain yang saling menekan
pertumbuhannya disebut antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan suatu hubungan
asosial. Biasanya Spesies yang satu menghasilkan suatu senyawa kimia yang dapat
meracuni spesies lain yang menyebabkan pertumbuhan spesies lain tersebut terganggu.
Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa sekret atau metabolit sekunder. Contoh
dari antagonisme antara lain Streptococcus lactis dengan Bacillus subtilis. Pertumbuhan
B. subtilis akan terhambat karena asam laktat yang dihasilkan oleh S. lactis. Interaksi
antagonisme disebut juga antibiois. Bentuk lain dari interaksi antagonisme di alam
dapat berupa kompetisi, parasitisme, amensalaisme dan predasi. Biasanya bentuk
interaksi ini muncul karena ada beberapa jenis miktororganisme yang menempati ruang
dan waktu yang sama, sehingga mereka harus memperebutkan nutrisi untuk tetap dapat
tumbuh dan berkembangbiak. Akhirnya dari interaksi semacam ini memberikan efek
beberapa mikroorganisme tumbuh dengan optimal, sementara mikroorganisme lain
tertekan pertumbuhannnya.
2.2 Interaksi Mikroorganisme Dengan Tumbuhan
Area terjadinya interaksi antara mikroba udara (aerial microbes) dengan bagian
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah diberi istilah filosfir (phyllosphere).
Menurut Wikipedia filosfir merupakan habitat yang disediakan oleh bagian tanaman di
atas permukaan tanah (above ground) yang mampu menyokong komunitas mikroba
yang besar dan kompleks. Pengetahuan kita mengenai populasi mikroba filosfir baik
susunan komunitas maupun peranannya belum semaju pengetahuan kita tentang
rizosfir.
Permukaan tanaman yang mengalami kontak dengan udara memuat berbagai
macam mikroba, sebagian diantaranya mungkin berpotensi sebagai pengganggu
tanaman, namun sebagian lainnya merupakan mikroba yang menguntungkan. Beberapa
spesies dapat diisolasi dari bagian jaringan dalam tanaman namun umumnya ditemukan
pada permukaan tanaman. Secara terperinci, Lindow and Brandl (2012) membagi dua
mikroba yang mengkoloni filosfir yaitu mikroba filosfir dan mikroba efifit. Mikroba
filosfir merupakan koloni mikroba udara (aerial) yang ditemukan pada permukaan
tanaman (daun, kulit batang, dsb) sedang mikroba yang ditemukan pada jaringan bagian
dalam tanaman disebut mikroba efifit.
Filosfir umumnya dikoloni oleh berbagai mikroba dari kelompok bakteri, , dan
fungi (Lindow and Brandl, 2012). Sedangkan hasil penelitian Andrews and Harris
(2000) menjumpai berbagai kelompok mikroba yang mengkoloni daun seperti berbagai
genera bakteri, ,algae, dan kadang-kadang protozoa dan nematoda. merupakan
penghuni sementara pada permukaan daun karena umumnya mereka segera membentuk
spora, adapun merupakan penghuni yang lebih aktif. Andrews and Harris (2000) juga
menemukan koloni beberapa jenis mikroba pada tunas dan bagian bunga, namun
sebagian besar ilmuwan terfokus pada daun atau bagian lain tanaman yang langsung
memiliki kontak dengan udara. Bakteri merupakan kelompok yang paling banyak
ditemukan mengkoloni daun, jumlahnya berkisar antara 10 -10 koloni/cm (kira-kira 10
koloni/g) daun (Beattie and Lindow, 1995; Hirano and Upper, 2000).
Beberapa peneliti telah membuat suatu model estimasi populasi bakteri yang
mengkoloni daun. Menurut hasil estimasi total luas daun di seluruh daratan bumi yang
dikoloni oleh mikroba kira-kira sebesar 6,4 × 10 km (Morris and Kinkel, 2002),
sehingga total populasi bakteri filosfir di seluruh planet ini diperkirakan sejumlah 10
koloni (Morris and Kinkel, 2002). Jumlah tersebut diperkirakan mencukupi untuk
berbagai proses yang penting yang diperlukan untuk membantu pertumbuhan tanaman
lebih optimal.
Daerah dalam tanah yang ditempati bagian dari tanaman (akar) yang berinteraksi
dengan mikroba secara umum dikenal sebagai rizosfir (rhizosphere). Menurut Lines-
Kelly (2005) rizosfir merupakan lingkungan dalam tanah di sekeliling akar suatu
tanaman dimana aktivitas kimia dan biologinya dipengaruhi oleh akar secara langsung.
Jadi aktivitas kimia dan biologi pada area tersebut secara intensif dipengaruhi oleh
senyawa kimia yang dihasilkan oleh akar dan oleh mikroorganisme yang menghuni
daerah tersebut. Wikipedia mendefinisikan rizosfir sebagai suatu area mikroekologi
yang secara langsung bersentuhan dengan akar tanaman. Sehingga rizosfir merupakan
suatu area dimana terjadi suatu saling ketergantungan antara akar tanaman dengan
mikroba yang berasosiasi di sekitarnya. Oleh karena itu rizosfir merupakan suatu satuan
ekologi yang sangat kecil (hanya pada lingkungan akar suatu tanaman)tetapi
merupakan sistem yang lebih sibuk, lebih cepat terjadi perpindahan nutrisi dan
merupakan lingkungan yang lebih kompetitif dibandingkan lingkungan di sekitarnya.
Sejalan dengan pertumbuhan akar tanaman mensekresikan senyawa yang mudah
larut dalam air misalnya asam amino, gula dan asam-asam organik yang akan
menyediakan makanan bagi mikroba. Adanya suplai makanan tersebut mengakibatkan
aktivitas mikroba di rizosfir jauh lebih tinggi disbanding lingkungan tanah yang jauh
dari akar tanaman. Sebaliknya adanya aktivitas mikroba yang tinggi akan membantu
menyediakan nutrisi bagi tanaman. Karena tingginya aktivitas di rizosfir, Lines-Kelly
(2005) menyebut rizosfir sebagai suatu lingkungan yang sangat dinamis di dalam tanah.
Di lingkungan rizosfir terdapat area pada epidermis akar dan korteks luar di mana
partikel tanah, bakteri dan hifa fungi melekat (bersentuhan secara langsung) disebut
rizoplen (rhizoplane) (Singer, 2006; Sylvia, 2005). Dalam rizoplen terdapat lebih
banyak mikroba dibandingkan dengan bagian rizosfir lain yang tidak bersentuhan
dengan akar tanaman. Mikroba lebih banyak terdapat pada akar yang lebih tua daripada
yang lebih muda karena pada akar yang lebih tua terdapat selain eksudat akar juga sel-
sel yang sudah mati. Kalau pada bagian atas tanaman mikroba dibedakan menjadi
filosfir dan efifit, pada bagian bawah tanaman bakteri dan fungi yang terdapat di dalam
sel sel akar tidak termasuk rizoplen tetapi disebut endofit (Sylvia, 2005).
Lindow, S.E. and M.T. Brandl. 2012. Microbiology of the Phyllosphere. Tersedia di:
http://intl-AEM.asm.org
Andrews, J.H. and R.F. Harris. 2000. The Ecology And Biogeography Of Microorganisms
On Plant Surfaces.Annu. Rev. Phytopathol. 38:145-180.
Beattie, G.A. and S.E. Lindow. 1995. The Secret Life Of Foliar Bacterial Pathogens on
Leaves.Annu. Rev. Phytopathol. 33:145-172.
Hirano, S.S. and C.D. Upper. 2000. Bacteria in the Leaf Ecosystem with Emphasis on
Pseudomonas syringaea Pathogen, Ice Nucleus, and Epiphyte. Microbiol. Mol. Biol. Rev.
64:624-653.
Morris, C.E. and L.L. Kinkel. 2002. FiftyYears of Phylosphere Microbiology: Significant
Contributions To Research In Related Fields, p. 365-375. In S.E. Lindow, E.I. Hecht-
Poinar, and V. Elliott (ed.). Phyllosphere Microbiology.APSPress, St. Paul, Minn.
Lines-Kelly, R. 2005. Defend the Rhizosphere and Root Against Pathogenic Microorganisms.
http://ice.agric.uwa.edu.au/soils/soilhealth
Singer, Michael J. and Donald N. Munns. 2006. Soils: an Introduction. Pearson Education
Inc. New Jersey.
Sylvia, D., Fuhrmann, J., Hartel, P. and Zuberer, D. 2005. Principles and Applications of Soil
Microbiology. Pearson Education Inc.NewJersey.
Kinkel, L.L., M.Wilson, and S.E. Lindow. 2000. Plant Species and Plant Incubation Conditions
Influence Variability in Epiphytic Bacterial Population Size. Microb. Ecol. 39:1-11.
Jacobs, J.L., and G.W. Sundin. 2001. Effect of Solar UV-B Radiation on a Phyllosphere Bacterial
Community.Appl. Environ. Microbiol. 67:5488-5496.
Fokkema, N.J. and B. Schippers. 1986. Phyllosphere vs Rhizosphere As Environments For
Saprophytic Colonization. p. 137-159. In N. J. Fokkema and J. Van den Heuvel (ed.).
Microbiology of the phyllosphere. Cambridge University Press. London. United Kingdom.
O'Brien, R.D. and S.E. Lindow. 1989. Effect of Plant Species and Environmental Conditions on
Epiphytic Population Sizes of Pseudomonas syringae and other Bacteria. Phytopathology
79:619-627.
Thompson, I.P., M.J. Bailey, J.S. Fenlon, T.R. Fermor, A.K. Lilley, J.M. Lynch, P.J. McCormack,
M.P. McQuilken, and K.J. Purdy. 1993. Quantitative and Qualitative Seasonal Changes in the
Microbial Community from the Phyllosphere of Sugar Beet (Beta vulgaris ). Plant Soil
150:177-191.