Anda di halaman 1dari 12

TEMU PUTIH

Sumber : https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/

A. Penamaan Temu Putih


Nama Ilmiah : Curcuma zedoaria Rosc
Sinonim : Curcuma poliida Lour
Nama Daerah : Koneng Tegal (Sunda), Temu Pepet (Jawa)
Nama Asing : White Tumeric (Inggris), Ambhalad (India), Cedoaria
(Spanyol), Pheng E Zhu (Cina)
B. Taksonomi Temu Putih
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.
C. Morfologi Temu Putih
Tanaman temu putih (Curcuma zedoaria) merupakan tanaman semak
semusim yang mempunyai tinggi 30-70 cm.
 Rimpang
Untuk menentukan rimpang temu putih (Curcuma zedoaria)
dengan jenis yang lainnya dapat dilihat dari warna dan aromanya.
Temu putih memiliki rimpang warna putih kekuningan dengan
aromanya wangi harum seperti buah manga mangkal (Listiana, Adi,
2015).
 Batang
Batang dari temu putih ini lunak, berpelepah, berbentuk rimpang
dan warnanya hitam keabu-abuan (Listiana, Adi, 2015).
 Daun
Daun temu putih berupa daun tunggal serta berpelepah, bangun
daun jorong/oval serta lebar. Ujung dan pangkal daunnya meruncing,
sedangkan tepi daunnya rata. Memiliki panjang 31-84 cm serta
lebarnya 10-18 cm. Memiliki jumlah daun 2-5 helai pada setiap
batangnya. Warna daunnya hijau serta pada sepanjang tulang daunnya
berwarna hijau gelap dan memiliki bercak putih berpola, memiliki
tulang daun yang menyirip (Lianah, 2020).
 Bunga
Bunga temu putih termasuk kedalam bunga majemuk, bentuknya
tabung, bentuk kelopak lanset, mempunyai panjang 4-8 cm, lebar 3,5
cm, Panjang mahkota 10-19 cm, benang sari dan putiknya kecil
(Listiana, Adi, 2015). Perbungaan temu putih mempunyai daun
pelindung yang berwarna merah muda, mahkota bunga berwarna putih
dengan tepi yang berwarna merah atau kuning (Lianah, 2020).
 Akar
Akar temu putih berbentuk serabut dan berwarna putih (Listiana,
Adi, 2015).
D. Penyebaran Temu Putih
Curcuma zedoria atau disebut juga temu putih, zedoaria, gajutsu
merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga/famili zingiberaceae.
Temu putih ini berasal dari India, Bangladesh dan Srilanka, serta sudah
banyak dibudidayakan di Jepang, Cina, Thailand, Nepal, dan Brazil
(Wardhani et al., 2019). Secara spesifik tanaman temu putih ini merupakan
tanaman spesies asli dari India dan temu putih ini hampir diseluruh Asia
Tenggara telah dibudidayakan termasuk juga di Indonesia. Penamaan temu
putih ini diduga karena adanya umbi yang berwarna putih meskipun demikian
rhizomanya berwarna kuning. Temu putih ini telah banyak dimanfaatkan
sebagai bahan masakan ataupun obat. Di Indonesia daun temu putih
digunakan untuk menambah cita rasa pada masakan ikan serta masakan
lainnya. Temu putih telah lama digunakan sebagai pengobatan oleh berbagai
etnis di Indonesia, India dan Malaysia. Di Malaysia temu putih digunakan
sebagai rempah-rempah dan sebagai makanan bagi ibu yang telah melahirkan
(postpartum) (Roscoe & Silalahi, 2018).
E. Tempat Tumbuh Temu Putih
Tanaman temu putih dapat tumbuh pada daerah dataran rendah
maupun dataran tinggi (optimal pada ketinggian 45 meter diatas permukaan
laut). Temu putih dapat tumbuh atau berkembang biak diberbagai cuaca.
Dapat tumbuh dengan intensitas cahaya sedang ataupun intensitas cahaya
yang tinggi. Temu putih tumbuh pada tanah dengan unsur hara yang
mencukupi serta memiliki tanah yang gembur (Widyanata et al., 2020)
F. Kandungan Temu Putih
Kandungan yang terdapat pada temu putih terdiri dari curcumin,
zedoarin, gum, resin, polisakarida, saponin, flavonoid, polifenol, serta minyak
atsiri diantaranya cineol, camphene, zingiberene, borneol, dan champor
(Hartono et al., 2011). Adapun metabolit sekunder utama yang ditemukan
pada rimpang temu putih (Curcuma zedoaria) yaitu terpenoid khususnya
seskuiterpenoid dan monoterpenoid (Roscoe & Silalahi, 2018).
G. Senyawa yang Berperan sebagai Imunomodulator
Temu putih (Curcuma zedoaria) adalah tanaman yang digunakan
sebagai imunomodulator. Hal ini karena senyawa yang terdapat pada temu
putih mampu memperbanyak jumlah limfosit, meningkatkan toksisitas sel
pembunuh kanker (natural killer), sintesis antibody serta merangsang aktivitas
makrofag. Sifat-sifat itulah yang dapat memperkuat system pertahanan tubuh
(Primawati et al., 2014).
Senyawa kurkumin yang terdapat pada rimpang temu putih (Curcuma
zedoaria) diduga bermanfaat sebagai imunomodulator dan dapat
meningkatkatn system kekebalan tubuh (Primawati et al., 2014). Menurut
penelitian Varalakshmi senyawa kurkumin memiliki efek sitostatik dan
sitotoksik. Injeksi kurkumin dapat meningkatkan potensi proliferasi sel T
yang diinduksi mitogen dan antigen. Kemudian, senyawa polisakarida yang
terdapat temu putih juga bermanfaat sebagai imunomodulator. Hal ini karena
polisakarida dapat meningkatkan dan mengaktivasi respon imun dari
makrofag yang memiliki peran dalam aktivitas imunomodulator,
penyembuhan luka, antitumor serta aktivitas terapetik lainnya (Faradilla &
Iwo, 2014).
H. Khasiat
Temu putih memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai
perangsang nafsu makan, tonikum, penghangat badan, obat luka, limpa, ayan,
cacingan, wasir, pencahar, penghilang bau mulut, stimulan dan sakit gigi
(Evizal, 2013). Selain itu, menurut penelitian (Bright, 2007) temu putih juga
berkhasiat sebagai analgesik, antiinflamasi, anti kanker, autoimun dan
antioksidan. Khasiat dari antioksidan dipeoleh dari kemampuan senyawa yang
terkandung pada temu putih yang bermanfaat sebagai imunomodulator
(Primawati et al., 2014).
I. Bagian Tanaman yang Digunakan untuk Pengobatan
Bagian tanaman temu putih yang digunakan untuk pengobatan yaitu
rimpang, akar, batang, dan daun (Putri, 2014). Namun, yang paling umum
digunakan yaitu bagian rimpangnya.
J. Budidaya Tanaman Temu Putih
Temu putih dapat tumbuh baik pada lahan yang gembur dengan unsur
hara yang mencukupi. Cara budidaya temu putih pertama-tama dengan
memilih bibit temu putih yang sehat. Bibit temu putih diperoleh dari
rimpangnya, yang mana rimpang dipotong sama panjang sekitar 5-7 cm
dengan berat 20-30 gram/rimpang. Kemudian, bibit diangin-anginkan
ditempat yang lembab selama 1-1,5 bulan. Setelah bibit bertunas dengan
panjang sekitar 2-3 cm maka dapat dipindahkan ke media tanam. Untuk
penanaman temu putih ini dilakukan dengan membuat lubang dengan ukuran
30 × 30 × 60 cm lalu bibit dapat ditanam. Apabilah setelah beberapa minggu
bibit ditanam ada bibit yang tidak tumbuh sempurna atau mati maka bibit
harus segera diganti dengan bibit yang baru agar tumbuh seragam. Tanaman
temu putih ini tidak tahan air maka perlu diperhatikan dalam penyiraman dan
drainasenya agar lahan tidak tergenang air. Untuk pemupukan, tanaman temu
putih dilakukan pada awal tanam dan pemupukan kedua dilakukan ketika
tanaman temu putih sudah berumur 3-4 bulan.setelah itu, jangan lupa untuk
melakukan penyiangan pada gulma agar tanaman temu putih tidak terganggu
pertumbuhannya. Tanaman temu putih dipanen setelah berumur kira-kira 8-11
bulan setelah masa tanam (Widyanata et al., 2020).
K. Pengolahan Temu Putih sebagai Imunomodulator
Pengolahan temu putih dapat dibuat menjadi minuman hangat ataupun
dibuat menjadi serbuk instan. Untuk pembuatan menjadi minuman hangat
cara pengolahannya yaitu ambil satu atau dua ruas rimpang temu putih yang
sudah dibersihkan, kemudian potong-potong rimpang temu putih, lalu rebus
dengan air 500 ml. Setelah itu, saring sehingga diperoleh air rebusannya,
dapat ditambahkan dengan gula atau madu agar menambah rasa manis.
Adapun diolah menjadi serbuk instan, cara pengolahannya rimpang temu
putih dicuci, lalu dikupas, kemudian ditimbang. Setelah itu, diparut lalu
diperas dan disaring sehingga diperoleh sari patinya. Kemudian dimasukkan
kedalam kuali tambahkan gula pasir sebanyak 50% diaduk dan dimasak
dengan api sedang sampai mengental, tambahkan gula pasir sebanyak 50%
diaduk sampai kering. Setelah kering, diangkat dan diayak sehingga diperoleh
serbuk instan temu putih (Asnah & Felik, 2008).

Senyawa Kimia Temu Putih

1,2-Epoxy-4- 2-carene 2-decanol


vinylcyclohexane

2-Heptanol,3-methyl 2-nonanol 2-nonanone

2-Octanol 3-carene Alpha-bergamotene


Alpha-farnesene Alpha-phellandrene Alpha-pinene

Bergamotene Beta-elemene Beta-myrcene

Beta-Ocimene Beta-pinene Bicycloheptane

Bis dimethoxy curcumin borneol Camphene


Caryophyllene Caryophyllene oxide Curcumin

Curcumol Curdione Dimethoxy curcumin

Demethoxycurcumin Eudesma-4(14),11-diene Gamma-terpinene

Humulen Isoborneol Palmitic acid


Santolina triene Terpineol Terpinolene

Thujone δ-guaiene Furanodiene

Sumber : http://47.100.169.139:8000/tcmid/herb/4587/
Sumber : http://47.100.169.139:8000/tcmid/herb/4587/
DAFTAR PUSTAKA

Asnah, & Felik, B. (2008). Pendapatan Usaha Pembuatan Instan Temu Putih Di
Kawasan Leragere Kecamatan Lebatukan. Buana Sains, 8(2), 149–152.

Bright, J. J. (2007). Curcumin and Autoimmune Disease. PubMed.


https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17569223/

Evizal, R. (2013). Tanaman Rempah dan Fitofarmaka.

Faradilla, M., & Iwo, M. I. (2014). Immunomodulatory Effect of Polysaccharide from


White Turmeric [Curcuma zedoaria ( Christm .) Roscoe )] Rhizome. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 12(2), 273–278.

Hartono, M., Nurlaila, & Batubara, I. (2011). Potensi Temu Putih (Curcuma
zedoaria) sebagai Antibakteri dan Kandungan Senyawa Kimia. 203–212.

Lianah. (2020). Biodiversitas Zingiberaceae Mijen Kota Semarang. In Journal of


Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Listiana, Adi, H. (2015). Karakterisasi Minuman Herbal Celup Dengan Perlakuan


Komposisi Jahe Merah : Kunyit Putih, Dan Jahe Merah : Temulawak.
AGRITEPA: Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pertanian, 2(1).
https://doi.org/10.37676/agritepa.v2i1.105

Primawati, S. N., Sucilestari, R., & Zainiati, L. (2014). TERHADAP KEBERADAAN


KOLONI BAKTERI PADA LIMPA MENCIT YANG DIINFEKSI SALMONELLA
TYPHIMURIUM Laboratorium Mikrobiologi Unit Riset BIOMEDIKA RSUP
NTB Indonesia PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit demam tifoid atau yang
lebih dikenal dengan tifus yang merupakan. 2(1), 84–87.

Putri, M. S. (2014). WHITE TURMERIC ( Curcuma zedoaria ): ITS CHEMICAL


SUBTANCE AND THE PHARMACOLOGICAL BENEFITS. J Majority, 3(7),
88–93.

Roscoe, & Silalahi, M. (2018). Prodi Pendidikan Biologi FKIP , Universitas Kristen
Indonesia , Jakarta .

Wardhani, F. M., Chiuman, L., Ginting, C. N., Ginting, S. F., & Nasution, A. N.
(2019). Efek Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria) Sebagai Nefroprotektor
Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Tembaga. Journal Of The
Indonesian Medical Association, 69(8), 258–266.

Widyanata, K. A. J., Mayadewi, N. N. A., Cahyaningrum, P. L., & Al, E. (2020).


Modul Pelatihan Petani Budidaya Tanaman Obat.

Anda mungkin juga menyukai