Anda di halaman 1dari 7

TEMU KUNCI

(Boesenbergia pandurata)

Gambar 1. Rimpang Temu Kunci Gambar 2. Tanaman Temu Kunci


Sumber : https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/

A. Penamaan Temu Kunci


Nama Ilmiah : Boesenbergia pandurata
Sinonim : Gastrochillus panduratum (Roxb) Schult, Kaempferia
pandurata (Roxb), Boesenbergia rotunda
Nama lokal : Temu kunci (Indonesia), Koncih (Sumatera), Tamu kunci
(Minangkabau), Konce (Madura), Kunci (Jawa Tengah),
Dumu kunci (Bima), Tamu konci (Makasar), Tumu kunci
(Ambon), Anipa waking (Hila-Alfuru), Aruhu konci (Haruku),
Sun (Buru), Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinesekey (Cina).
B. Taksonomi Temu Kunci
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata
C. Morfologi Temu Kunci
Temu kunci merupakan tanaman herba menahun (perennial) dengan
tinggi 30-80 cm.
1. Daun
Daun temu kunci jumlahnya 2-7 helai, dengan pelapah daun yang
berwarna merah, tangkai daun beralur, tidak berambut dengan panjangnya
sekitar 7-16 cm. Umumnya pelepah daun sama panjang dengan tangkai
daun, helai daun tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, memiliki
ujung daun berbentuk runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak
berambut terutama sepanjang pertulangan, helai daunnya berwarna hijau
muda dengan lebar 5-11 cm (Plantus, 2008).
2. Akar
Akar temu kunci terdapat di dalam tanah dengan diameternya dapat
mencapai 2 cm, akarnya bewarna kuning kecoklatan di bagian luar,
sedangkan di bagian dalamnya berwarna kuning cerah. Akar membentuk
umbi dan berdaging yang menyerupai kunci china (Chinese keys) dengan
panjangnya berukuran 5-30 cm dan diameternya berukuran 0,5-2,0 cm,
dan berbau aromatik. Bentuk akar yang menyerupai kunci inilah yang
diduga menjadi alasan tanaman ini diberi nama temu kunci (Silalahi,
2017).
3. Bunga
Pembungaan (infloresense) muncul di bagian terminal pucuk yang
menyerupai spika (like-spike) dengan panjang 10-15 cm. Dalam satu
infloresence terdapat sekitar 10 bunga dengan tangkai bunga berukuran 1-
2 cm. Kaliks (kelopak) pendek berbentuk tubular dengan ukuran 1,5 cm.
Mahkota (corolla) bunga berbentuk tabung sebanyak 3 buah bewarna
putih dan bentuknya tidak sama dengan ukuran hingga 1,7 cm. Mahkota
bewarna merah muda di bagain apeks dan di bagian bawahnya warnanya
lebih pucat. Filament (tangkai sari) bewarna kuning-putih yang
panjangnya hingga 5 mm, sedangkan antera (kepala sari) memiliki dua
lobus (bilobed) (Silalahi, 2017).
D. Penyebaran Temu Kunci
Temu kunci merupakan tanaman sejenis rempah-rempah yang
rimpangnya dipakai sebagai bumbu dalam masakan Asia Tenggara.
Penyebarannya dari Yunnan ke selatan hingga Indonesia dan ke barat hingga
India dan Sri Lanka, dibudidayakan di Indonesia dan China (Aminah & Siti,
2013). Temu kunci dimanfaatkan oleh berbagai etnis khususnya di Asia
Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Temu kunci merupakan
tumbuhan obat utama bagi masyarakat lokal di Thailand (Silalahi, 2017).
E. Tempat Tumbuh Temu Kunci
Tanaman temu kunci banyak tumbuh di daerah tropis dataran rendah.
Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari dan April-Juni. Daerah
distribusi dan habitat temu kunci adalah tumbuh liar di dataran rendah, di
hutan-hutan jati. Temu kunci tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada
tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada
tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek maka
pertumbuhannya akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Atun &
Handayani, 2017).
F. Kandungan Temu Kunci
Secara umum diketahui bahwa tanaman temu kunci memiliki senyawa
bioaktif dari kelompok flavonoid maupun essensial oil. Flavonoid utama yang
terdapat pada temu kunci adalah flavanones, chalcones, dan flavones
(Chahyadi et al., 2014). Rimpang temu kunci mengandung minyak atsiri
berupa 1,8-sineol, kamfer borneol, pinnen, seskuiterpen, zingiberon, curcumin
dan zeodarin. Kandungan lainnya berupa kardamonin, pinosembrin (5,7-
dihidroksiflavon), pinostrobin (5-hidroksi-7-metoksiflavanon), panduratin A,
dan 4-hidroksipanduratin (Atun & Handayani, 2017). Pinostrobin,
pinocembrin, alpinetin merupakan senyawa yang masuk dalam kelompok
flavonones, sedangkan cardamonin dan boesenbergin A merupakan senyawa
dalam kelompok chalcones (Silalahi, 2017). Beberapa struktur senyawa aktif
temu kunci adalah sebagai berikut :
Pinostrobin Pinosembrin Kardomonim
Sumber : (Chahyadi et al., 2014)

Selain itu, temu kunci juga memiliki kandungan 3,5,7,3’,4’-


pentamethoxyflavon dengan strukturnya sebagai berikut :

Sumber : http://47.100.169.139:8000/tcmid/ingredient/16854/

Senyawa flavonoid yang paling banyak ditemukan dalam temu kunci


adalah pinostrobin [ CITATION Boo15 \l 1033 ]. Dari penelitian yang dilakukan
oleh [ CITATION Her12 \l 1033 ] menyebutkan bahwa ekstrak etanol temu kunci
memiliki kandungan utama senyawa golongan minyak atsiri dan senyawa
flavonoid. Ekstrak methanol temu kunci memiliki aktivitas antioksidan sangat
kuat.
G. Budidaya Temu Kunci
Temu kunci tumbuh subur pada iklim sekitar 280-300C dengan
kelembaban sedang serta penyinaran sedang. Tanah yang relatif subur seperti
latosol, aluvial dengan tekstur lempung berliat, lempung berpasir, pertukaran
udara dan drainasenya baik. Tanaman ini dapat tumbuh subur pada pH 6-7.
Penyiapan lahan untuk budidaya temu kunci yaitu dengan mengolah tanah
menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm, kemudian diberi pupuk
kandang. Bedengan untuk budidaya temu kunci memiliki ukuran tinggi 20
cm-30 cm, lebar 80 cm-100 cm dan panjangnya disesuaikan kemudian
didiamkan selama 3 hari untuk mengurangi tingkat keasaman tanah. Bibit
yang digunakan untuk budidaya temu kunci dapat menggunakan mata tunas,
tanaman temu kunci yang sudah tua akan memiliki satu mata tunas. Cara
membudidayakan temu kunci yaitu dengan mengambil tunas rimpangnya dan
pisahkan dari induknya yang terdapat akar. Cara perbanyakan tanaman temu
kunci yaitu dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap
bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) (Yulianti et al., 2016).
Tanaman temu kunci dapat ditanam pada pot atau langsung ditanam di
tanah. Penanaman temu kunci dalam pot dilakukan dengan menggunakan pot
berdiameter 40- 50 cm yang berisi dan telah tercampur dengan sekam serta
pupuk kandang. Sedangkan penanaman temu kunci pada lahan yaitu
menanam anakan temu kunci ke dalam lubang dan menutupnya dengan tanah
bercampur sekam dan pupuk. Jarak tanam dalam budidaya tanaman temu
kunci yaitu 30x30 cm (Yulianti et al., 2016).
H. Kandungan Temu Kunci Sebagai Imunomodulator
Kandungan panduratin A dalam temu kunci dapat dijadikan sebagai
imunosupresan serta antialergi [ CITATION Yur12 \l 1033 ]. Selain itu,
cardamonin yang terdapat dalam temu kunci juga berfungsi sebagai
imunosupresan. Pada penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Fui16 \l 1033 ],
menunjukkan bahwa cardmonin dapat menurunkan kadar mediator inflamasi
pada tikus uji dibandingkan dengan tikus kontrol. Temu kunci juga memiliki
senyawa aktif yaitu pinostrobin yang berfungsi sebagai antioksidan.
Pinostrobin merupakan senyawa flavonoid yang yang paling banyak
ditemukan dalam temu kunci. Adanya cincin aromatik pada struktur flavonoid
dapat bersifat sebagai antioksidan, dan agen imunomodulator [ CITATION
Nis13 \l 1033 ].
I. Jurnal Penelitian
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Atun & Handayani, 2017)
yaitu meneliti tentang uji aktivitas antioksidan senyawa bioaktif dan produk
nanopartikel ekstrak etanol temu kunci didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol
temu kunci dan pinostrobin memiliki IC50 dibawah 100 µg/mL, sehingga
aktivitas antioksidannya termasuk tinggi. Kandungan antioksidan pada temu
kunci ini dapat meningkatkan sistem imun (imunomodulator).
Dari penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Fui16 \l 1033 ] dimana
dilakukan penelitian tentang isolasi cardamonin dari Boesenbergia rotunda
(L.) Mansf, menghambat rheumatoid arthritis yang diinduksi CFA pada tikus,
menunjukkan hasil bahwa cardamonim dapat menurunkan kadar mediator
inflamasi pada tikus uji dibandingkan dengan tikus kontrol. Tanaman kunci
karena memiliki kandungan cardamonin dapat berfungsi sebagai
imunosupresan (Hidayah & Indradi, 2020).
J. Pengolahan Temu Kunci Sebagai Imunomodulator
Untuk meredakan panas dalam dapat menggunakan temu kunci
dengan cara mencuci bersih empat rimpang temu kunci seukuran jari atau
kurang lebih 10 gram, kemudian dipotong kecil-kecil dan dicampurkan
dengan 500 cc air lalu rebus hingga mendidih. Setelah hangat dapat
ditambahkan irisan jeruk nipis. Sedangkan untuk mengobati masuk angin
dapat dilakukan dengan cara 5 gram rimpang temu kunci dan daun temu kunci
secukupnya ditumbuk hingga halus lalu ditempelkan pada perut sebagai tapal
(Yulianti et al., 2016).

Daftar Pustaka :
Aminah, & Siti. (2013). PENGARUH CARA PENGERINGAN TERHADAP
RENDEMEN HASIL SOXHLETASI RIMPANG TEMU KUNCI
(Boesenbergia pandurata, Roxb). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(4).
Atun, S., & Handayani, S. (2017). Fitokimia Tumbuhan Temukunci (Boesenbergia
rotunda): Isolosi, Identifikasi Struktur, Aktivitas Biologi, dan Sintesis Produk
Nanopartikelnya. In Penerbit K-Media.
Chahyadi, A., Hartati, R., Wirasutisna, K. R., & Elfahmi. (2014). Boesenbergia
Pandurata Roxb., An Indonesian Medicinal Plant: Phytochemistry, Biological
Activity, Plant Biotechnology. Procedia Chemistry, 13(December), 13–37.
https://doi.org/10.1016/j.proche.2014.12.003
Hidayah, I. N., & Indradi, R. B. (2020). Review Artikel : Aktivitas Imunomodulator
Beberapa Tanaman Dari Suku Zingiberaceae. Jurnal Ilmu Keperawatan,
Analisis Kesehatan Dan Farmasi, 20, 181–193.
Plantus. (2008). Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlechter.).
https://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci-boesenbergia-
pandurata-roxb-schlechter/ diakses tanggal 7 Agustus 2021 pukul 13.00 WIB
Silalahi, M. (2017). Boesenbergia rotunda ( L .). Mansfeld : Manfaat dan Metabolit
Sekundernya. Jurnal EduMatSains, 1(2), 107–118.
https://www.researchgate.net/publication/313761899_Boesenbergia_rotunda_L_
Mansfeld_Manfaat_dan_Metabolit_Sekundernya
Yulianti, W. I., Juniati, N., Utami, T. P. R. B. N., & Fajar, K. (2016). Pengembangan
Tanaman Obat Temu Kunci (Boesenbergiae rhizoma). In Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai