Anda di halaman 1dari 3

TANAMAN BROTOWALI SEBAGAI ANTI REMATIK

TEMPAT TUMBUH/DAERAH TUMBUH DIINDONESIA

Brotowali (Tinospora crispa (L.)) yang dikenal sebagai tanaman obat yang berasal dari Asia
Tenggara. Di Indonesia brotowali banyak ditemukan di Pulau Jawa, Bali, dan Ambon. Tanaman
ini dapat ditemui tumbuh liar di hutan atau ladang. Penyebarannya terutama di daerah
berkawasan tropis. Brotowali justru menyukai tempat yang agak panas (Tarukbua dkk., 2018).

KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI

 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora crispa L.. Miers

(Wiratno dkk., 2019).

 Deskripsi
Tanaman brotowali merupakan tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dekat pagar.
Biasa ditanam sebagai tumbuhan obat. Menyukai tempat panas, termasuk golongan
perdu, memanjat, tinggi batang sampai 2.5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil
rapat, rasanya pahit. Daun tunggal bertangkai berbentuk seperti jantung atau agak bulat
telur berujung lancip panjang 7- 12 cm, lebar 5-10 cm. Bunga kecil warna hijau muda
berbentuk tandan semu. Diperbanyak dengan stek (Malik, 2015). Brotowali merupakan
tanamaan yang merambat. Tanaman ini tumbuh sampai dengan ketinggian 1.000 m
dpl. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhannya adalah tanah berlempung dengan
pH 5-7, suhu 25-37°C, kelembaban sedang, curah hujan 1.500-3.000 mm/tahun
dengan intensitas matahari 70-100%. sedangkan batang mudanya berwarna hijau dan
licin tidak berbulu. Daunnya lebar berbentuk hati dengan panjang 6-12 cm dan lebar
7-12 cm. Tangkai daun licin dengan panjang 5-15 cm. Bunga majemuk berukuran
kecil, berwarna kuning atau kuning kehijauan. Buah memiliki panjang 7-8 mm,
berwarna hijau. Setek batang brotowali dapat bertahan selama satu tahun bila
disimpan dalam wadah tertutup. Setek diambil dari batang sehat dan cukup tua dengan
panjang ± 10 cm. Penyemaian dilakukan selama 3-4 minggu dengan jarak tanam 60-100
cm x 60-100 cm. Brotowali merupakan tanaman merambat sehingga dibutuhkan
tiang panjat mati atau hidup (dapat menggunakan glirisidia). Dosis pupuk yang
digunakan adalah 1 kg pupuk kandang per tanaman. Batang brotowali dapat mulai
dipanen pada umur 5,5 bulan setelah tanam saat batang mulai berwarna coklat
kehitaman. Brotowali juga dapat diperbanyak secara kultur jaringan untuk
mendapatkan kandungan bahan aktif yang tinggi (Wiratno dkk., 2019).

PENGGUNAAN SECARA EMPIRIS

Secara empiris batang brotowali dapat digunakan sebagai antidiabetes dengan cara direbus.
Sudah banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan batang brotowali sebagai obat diabetes.
Berdasarkan khasiat yang diperoleh rata-rata masyarakat yang telah mengonsumsi rebusan air
batang brotowali mengalami penurunan kadar glukosa darah dalam kurun waktu tertentu
(Kuswati dkk., 2017).

MANFAAT DAN KANDUNGAN KIMIA

 Manfaat
Brotowali (Tinospora crispa) merupakan salah satu tanaman obat dan berpotensi
sebagai insektisida nabati. Tanaman ini digunakan sebagai obat demam, kolera,
rematik, penyakit kuning, perangsang nafsu makan dan juga dimanfaatkan sebagai
antiparasit baik pada hewan maupun manusia. Selain itu juga digunakan dalam
pengobatan modern untuk pengobatan diabetes tipe II. Bahan aktif yang terkandung
dalam brotowali berfungsi sebagai imunomodulator, antimalaria, antibakteri, antivirus,
antialergi, antiproliferatif dan antioksidan. Masyarakat di Indonesia biasa
memanfaatkan batang brotowali dengan cara direbus untuk menurunkan kadar
glukosa dan sebagai antidemam (Wiratno dkk., 2019).

 Kandungan Kimia
Secara umum di dalam tanaman Tinospora crispa terkandung berbagai senyawa kimia,
antara lain alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin,
tinokrisposid, berberin, palmatin, kolumbin dan kaokulin atau pikrotoksin (Malik, 2015).
Kandungan bahan aktif pada tanaman brotowali telah dipelajari secara intensif sejak
tahun 1980-an. Ahmad melaporkan ada lebih dari 65 jenis senyawa pada brotowali
diantaranya alkaloids, flavonoids, flavone glikosida, triterpenes, diterpenes dan
diterpene glikosida, cis clerodane-typefurano diterpenoids, lactones, sterols, lignans, dan
nukleosida. Senyawa aktif dari ekstrak kasar daun brotowali diperoleh beberapa
golongan senyawa yaitu steroid, terpenoid, saponin dan fenolik, alkaloid, damar lunak,
pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, berberin dan palmatin
sedangkan akarnya mengandung alkaloid berberin dan kolumbin. Nor Aziyah
menyatakan adanya kandungan alkaloid, terpenoid dan glikosida pada ekstrak etanol
batang brotowali. Pal menyatakan adanya kandungan tanin dan steroid dari ekstrak
buah brotowali (Wiranto dkk., 2019).

MEKANISME KERJA METABOLIT SEKUNDER

Salah satu kandungan dalam batang brotowali(Tinospora crispa L.)yang memiliki khasiat sebagai
analgetik adalah flavonoid. Flavonoid ini secara signifikan menghambat sekresi asam arakidonat
dari membrandan ada korelasi antara degranulasi dan sekresi asam arakidonat, degranulasi asam
arakidonat juga menghambat tirosin fosforilasi dan fosfolipase D, sehingga dapat menghambat
pembentukan prostaglandin dan menghambat adanya sekresi dari agen-agen pro-infamasi
(Prayitno dan maria., 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Kuswati. R., Nurmita., dan Laode. R., 2017, Uji In Vivo Aktivitas Ekstrak Etanol Batang
Brotowali (Tinospora crispa L.) Sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah, ISSN: 2614-4778.

Malik. M.M., 2015, The Potential Of Brotowali (Tinospora crispa) As Analternative Antimalaria
Drug, Vol.4 (5).

Prayitno. S dan Maria. S.A., 2020, Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Batang Brotowali
(Tinospora crispa L.) Terhadap Mencit (Mus musculus), Vol.12 (1).

Wiratno., Hera. N., dan Sujianto, 2019, Pemanfatan Brotowali (Tinospora crispa (L.) Hook.f &
Thomson) Sebagai Pestisida Nabati, ISSN: 1412-8004.

Anda mungkin juga menyukai