SKRIPSI
Diajukan oleh :
Kepada
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
merugikan karena dapat menurunkan produksi dari beberapa tanaman seperti padi
10,8%; sorgum 17,8%; jagung 13%; tebu 15,7%; coklat 11,9%; kedelai 13,5%
dan kacang tanah 11,8% (Gunawan, 2012).
Rumput teki memiliki sifat sukar dikendalikan, hal tersebut dikarenakan
rumput teki memiliki karakteristik, diantaranya yaitu rumput teki tahan terhadap
kekeringan, sistem perakaran yang dalam, serta memiliki umbi dan biji yang
digunakan untuk berkembangbiak. Apabila daun pada teki mati, kemungkinan teki
masih dapat tumbuh. Oleh karena itu, umbi menjadi acuan mati atau tidaknya
gulma rumput teki.
Pengendalikan gulma rumput teki umumnya dilakukan dengan
melakukan pengolahan lahan, pemakaian benih murni tanpa terkontaminasi biji-
biji gulma, air irigasi yang teratur dan tergenang secara terus - menerus, populasi
tanaman yang optimum, serta dapat dikendalikan dengan cara manual dan
mekanis. Namun pengendalian ini kurang efektif karena membutuhkan waktu
yang lama, sehingga masyarakat menggunakan herbisida. Herbisida yang biasa
dipakai adalah herbisida berbahan aktif Paraquat diklorida dan Glifosat.
Paraquat diklorida merupakan herbisida yang bekerja secara kontak. Herbisida
kontak memiliki kelemahan yaitu hanya mampu membasmi gulma yang terkena
semprotan saja terutama organ bagian atas seperti daun sementara pada umbi tidak,
sehingga kemungkinan gulma akan tumbuh kembali. Sementara Glifosat merupakan
herbisida yang bekerja secara sistemik. Kelemahan penggunaan herbisida sistemik
adalah pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia dan tidak ramah
lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif dalam mengendalikan gulma
rumput teki menggunakan bioherbisida.
Bioherbisida merupakan bahan alami pembasmi gulma yang bahan
aktifnya berasal dari alam seperti ekstrak tanaman tertentu yang sudah diketahui
efek positifnya dalam membasmi gulma tertentu. Ada berbagai macam
bioherbisida, salah satunya adalah bioherbisida yang menggunakan ekstrak daun
jeruk nipis. Jeruk nipis (Citrus auratifolia) merupakan salah satu tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Kandungan senyawa metabolit sekunder
terbesar pada daun jeruk nipis adalah flavonoid. Flavonoid bekerja secara sistemik
3
B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut:
1. Berapa konsentrasi ekstrak daun jeruk nipis yang tepat untuk menghambat
pertumbuhan gulma rumput teki?
2. Berapa umur daun jeruk nipis yang tepat untuk menghambat pertumbuhan
gulma rumput teki?
3. Bagaimana pengaruh ekstrak daun jeruk nipis pada tanaman jagung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan konsentrasi yang tepat pada ekstrak daun jeruk nipis untuk
menghambat pertumbuhan gulma rumput teki
2. Mendapatkan umur daun jeruk nipis yang tepat untuk menghambat
pertumbuhan gulma rumput teki
3. Mengetahui pengaruh ekstrak daun jeruk nipis terhadap tanaman jagung
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jagung
5
6
tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat
pernapasan.
Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman
yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah
yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Irmayani, 2011).
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara
10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Panjang batang jagung
umumnya berkisar antara 60-300 cm (Irmayani, 2011).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma
dikelilingi oleh sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun ( Irmayani, 2011).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)
dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh
diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
(Irmayani, 2011).
Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung
pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat
secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji (Irmayani,
2011).
Di Indonesia, jagung umumnya ditanam di dataran rendah baik di
tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, sebagian juga terdapat di
daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 meter di atas permukaan laut
(Saleh, 2014).
7
B. Gulma
Rumput teki biasanya tumbuh liar di kebun, ladang ataupun tempat lain
dengan ketinggian sampai 1000 m dari permukaan laut. Tumbuhan ini mudah
dikenali karena bunga-bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung
tangkai dengan tiga tunas, benang sari berwarna kuning jernih, membentuk
bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya
terletak pada buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya,
kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5 cm dengan
diameter 5 - 10 mm. Daunnya berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari
4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah
daun tertutup tanah. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang
menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul
berupa rumpun (Ida, 2013).
Di lahan pertanian rumput teki ternyata menjadi gulma yang sangat
merugikan karena rumput teki menghasilkan alelopati sama halnya dengan alang-
alang (Imperata cylindrica) yang dapat merugikan tanaman pokok. Persaingan
gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan
persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap
kualitas hasil. Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau
tanaman baik yang bersifat positif maupun negatif ( Feri, 2014)
Perkembangbiakan rumput teki dapat berkembangbiak dengan Simple
perennial (generatif) dan Creeping perennial (vegetatif). Rumput teki
berkembangbiak dengan umbi (stolon) yang berarti rumput teki termasuk kedalam
perkembangbiakan Creeping perennial (vegetatif), namun rumput teki memiliki
bunga dan biji yang termasuk dalam perkembangbiakan simple perennial
(generatif) (Feri, 2014).
D. Pengendalian Gulma
berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-1,25 cm dan
dan lebar 0,25-0,5 cm serta berwarna putih. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar
tunggang (Purnomo, 2014).
Klasifikasi ilmiah tanaman jeruk nipis sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia
Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat,
misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen,
felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid,
nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang
vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan
flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin,
eriocitrin, eriocitrocide (Cancer Chemoprevention Research Center, 2014)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diana dan Pamela (2015)
telah membuktikan bahwa kandungan senyawa flavonoid yang dihasilkan dari
ekstrak daun cengkih dapat digunakan sebagai herbisida nabati terhadap gulma
rumput teki dan pada penelitian tersebut diketahui bahwa konsentrasi 50% adalah
konsentrasi yang optimum dalam mengendalikan gulma rumput teki. Pada
penelitian lainnya diketahui bahwa kandungan flavonoid dalam daun cengkih
sebanyak 4,49 ml kuersetin/kg (Johnly dkk, 2012). Kandungan flavonoid dalam
daun jeruk nipis sebanyak 93,41 ml ( Nilam, 2013).
13
F. Hipotesis
1. Konsentrasi ekstrak daun jeruk nipis yang optimum untuk
mengendalikan gulma rumput teki adalah konsentrasi 30%
2. Umur daun jeruk nipis yang tepat untuk menghambat pertumbuhan
gulma rumput teki adalah saat daun jeruk nipis berwarna hijau.
3. Ekstrak daun jeruk nipis berpengaruh pada jagung
III. TATA CARA PENELITIAN
Bahan yang digunakan meliputi benih jagung manis, daun jeruk nipis
yang memiliki ciri fisik yaitu daun berwarna hijau muda, daun berwarna hijau,
dan daun berwarna hijau tua, air, herbisida berbahan aktif Glifosat, umbi rumput
teki, etanol 70 % dan tanah regosol.
Alat yang digunakan meliputi blender, gelas ukur, timbangan analitik,
penyaring, pisau, hand sprayer, leaf area meter, gelas plastik, plastik penutup,
karet, polybag, kertas label, penggaris, pulpen.
C. Metode Penelitian
15
16
D. Cara Penelitian
c. Pemupukan Susulan
Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada minggu kedua setelah tanam
yaitu Urea 1,2 gram (lampiran 4).
d. Pengajiran
Pengajiran dilakukaan pada minggu keempat setelah tanam. Pengajiran
bertujuan agar tanaman tidak tumbang. Pengajiran dilakukan dengan cara
menopang tanaman menggunakan bambu kemudian diikat dengan
menggunakan tali rafia.
6. Pembuatan Herbisida Ekstrak Daun Jeruk Nipis
Pembuatan herbisida ekstrak daun jeruk nipis dilakukan dengan cara
menyiapkan daun jeruk nipis berwarna hijau muda, hijau hijau tua, sebanyak
1500 gram kemudian dicuci menggunakan air, setelah itu dikeringanginkan
dengan suhu ruang sampai air yang ada dipermukaan daun kering.
Daun yang sudah kering dipotong kecil-kecil dan dihancurkan hingga
halus dengan menggunakan blender, selanjutnya serbuk ditimbang sebanyak
500 gram untuk masing-masing umur daun, kemudian diekstrak
menggunakan metode maserasi dengan pelarut polar, yaitu etanol 70%
sebanyak 500 ml (lampiran 6) untuk masing-masing umur daun jeruk pada
botol plastik hingga serbuk benar- benar terendam seluruhnya. Perendaman
dilakukan pada suhu kamar selama 24 jam, setelah 24 jam hasil maserasi
disaring menggunakan saringan. Selanjutnya hasil ekstraksi diuapkan pada
evaporator sampai dihasilkan ekstrak murni daun jeruk nipis.
Hasil maserasi yang sudah disaring, kemudian diencerkan sesuai
konsentrasi yaitu 30% (30 ml ekstrak daun jeruk nipis ditambah 70 ml air
sebagai pelarut), 40% (40 ml ekstrak daun jeruk nipis ditambah 60 ml air
sebagai pelarut), 50% (50 ml ekstrak daun jeruk nipis ditambah 50 ml air
sebagai pelarut) dan 60% (60 ml ekstrak daun jeruk nipis ditambah 40 ml air
sebagai pelarut) (lampiran7)
18
7. Perlakuan
Pada perlakuan herbisida ekstrak daun jeruk nipis, penyemprotan
dilakukan sesuai dengan konsentrasi perlakuan. Pada perlakuan herbisida
berbahan aktif Glifosat berkonsentrasi 486 g/l. Penyemprotan dilakukan pada
minggu kelima setelah penanaman sebanyak 90 ml (lampiran 5) dengan cara
disemprotkan dengan interval seminggu sekali sampai minggu kedelapan
dengan menggunakan hand sprayer.
8. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali setelah penanaman selama
delapan minggu.
1. Pengamatan Sampel
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dimulai pada minggu
pertama setelah penanaman sampai minggu kedelapan dengan frekuensi
pengamatan seminggu sekali. Pengamatan sampel terdiri dari pengamatan
gulma rumput teki dan pengamatan tanaman jagung. Variabel pengamatan
gulma rumput teki terdiri dari tinggi gulma rumput teki, dan tingkat keracunan
rumput teki, sedangkan variabel pengamatan tanaman jagung yaitu tinggi dan
jumlah daun pada tanaman jagung.
a.Pengamatan Gulma Rumput Teki
a.1. Tinggi Rumput Teki (cm)
Tinggi rumput teki diukur dari pangkal batang sampai ujung daun
yang tertinggi. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah penggaris
dengan satuan centimeter (cm). Pengamatan dilakukan pada minggu
pertama setelah tanam, dengan interval seminggu sekali selama delapan
minggu.
a.2. Jumlah Daun Teki (helai)
Jumlah daun dihitung dari daun terbawah sampai daun teratas yang
sudah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada minggu pertama
setelah tanam, dengan interval seminggu sekali selama delapan minggu
dan dinyatakan dalam satuan helai.
19
2. Pengamatan Korban
Pengamatan korban terdiri dari pengamatan gulma korban rumput teki
dan pengamatan korban tanaman jagung. Pengamatan dilakukan pada minggu
keenam dan minggu kedelapan setelah perlakuan. Variabel pengamatan gulma
korban rumput teki terdiri dari luas daun rumput teki, dan bobot teki,
sedangkan variabel pengamatan korban tanaman jagung yaitu bobot segar
jagung, bobot kering jagung, dan luas daun jagung.
a. Pengamatan Gulma Korban
a.1 Luas Daun Rumput Teki (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan dengan mengukur luas daun pada
rumput teki yang dihitung dengan Leaf Area Meter dan dinyatakan dalam
satuan cm2.
a.2.Bobot Segar Teki(gram)
Pengamatan bobot segar teki dilakukan menggunakan timbangan
analitik yang dinyatakan dalam satuan gram.
b.2. Bobot Kering Teki (gram)
Pengamatan bobot kering teki dilakukan menggunakan timbangan
analitik yang dinyatakan dalam satuan gram.
b. Pengamatan Korban Pada Tanaman Jagung
b.1.Bobot Segar Tanaman Jagung (gram)
Pengamatan bobot segar tanaman jagung dilakukan menggunakan
timbangan analitik yang dinyatakan dalam satuan gram.
b.2. Bobot Kering Tanaman Jagung (gram)
Pengamatan bobot kering tanaman jagung dilakukan menggunakan
timbangan analitik yang dinyatakan dalam satuan gram.
b.3. Luas Daun Jagung (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan dengan mengukur luas daun pada
jagung yang dihitung dengan Leaf Area Meter dan dinyatakan dalam
satuan cm2.
21
3. Analisis Pertumbuhan
Laju pertumbuhan teki dihitung menggunakan NAR, CGR, dan LAI yang
dihitung pada minggu keenam dan kedelapan dengan memakai gulma korban
dan tanaman jagung korban.
a. NAR (Net Assimilation Rate)
NAR (Net Assimilation Rate) adalah adalah kemampuan tanaman
menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas daun tiap
satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan g/dm2/minggu. NAR dihitung
menggunakan rumus :
NAR = (W2 W1)/(T2 T1 ) x (InLa2 InLa1)/(La2 La1)
Keterangan :
NAR = Net Assimilation Rate
W = Bobot Kering
T = Waktu
La = Luas Daun
b. CGR ( Crop Growth Rate )
CGR (Crop Growth Rate) adalah kemampuan tanaman menghasilkan
bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas polibag tiap satuan waktu
yang dinyatakan dalam satuan g/m2/minggu. CGR dihitung menggunakan
rumus :
CGR = (1/GA) . (W2-W1) / (T2-T1)
Keterangan :
GA = Luas polibag
W = Bobot Kering Teki
T = Waktu
c. LAI (Leaf Area Index)
LAI (Leaf Area Index) adalah luas daun di atas suatu luas polibag.
LAI dihitung menggunakan rumus
LAI = 1/Ga x La2-La1 /2 atau La/Ga
Keterangan :
LAI =Leaf Area Index
22
Ga = Luas polibag
La = Luas Daun
F. Analisis Data
Dari hasil pengamatan, selanjutnya dianalisis menggunakan sidik ragam
pada jenjang = 5%. Apabila dalam sidik ragam ada beda nyata antar perlakuan
yang diujikan, untuk mengetahui perlakuan yang berbeda dilakukan uji jarak
berganda Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang = 5% dan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar.
23
G. Jadual Penelitian
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal
Penyiapan media
2 Tanam
Persiapan Bahan
3
Tanam
4 Penanaman
5 Pemupukan Dasar
6 Penyiraman
7 Pemupukan Susulan
8 Pembuatan Ekstrak
9 Perlakuan
10 Pengamatan Sampel
11 Pengamatan Korban
12 Analisis Data
13 Laporan
14 Seminar Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2015. Gulma. http: // balittro. litbang. pertanian. go. id/ ind/ images/
publikasi / monograph/ nilam/ GULMA% 20 DAN % 20
PENGENDALIANNYA%20 PADA% 20BUDIDAYA. pdf . Diakses
Tanggal 1 Maret 2016.
Agus Nugroho Setiawan. 2014. Identifikasi Dan Distribusi Gulma Di Lahan Pasir
Pantai Samas, Kabupaten Bantul, DIY. Diakses Tanggal 15 Maret 2016.
Ahmad. 2012. Gulma. http: // agrotekuin. com/ images/ materi/ download. php?
fil= gulma_minggu_1 dan 2_2012. pdf . Diakses tanggal 1 Maret 2016.
Anonim. 2013. Ciri Rumput Teki. http: // digilib. its. ac. id/ public/ ITS-
Undergraduate- 31860- 1509100019 -Chapter1. pdf. Diakses Tanggal 15
Februari 2016.
BPTP Aceh. 2016. Pengendalian Gulma. http: // nad. litbang. pertanian. go.id/ ind/
index. php/ info- teknologi/ 797- teknik- pengendaian- gulma- fisik-
biologi-dan- kimiawi- pada- tanaman- kedelai. Diakses tanggal 1 Maret
2016.
Devi dkk. 2010. Kandungan Flavonoid dan Limonoid pada Berbagai Fase
Pertumbuhan Tanaman Jeruk Kalamondin (Citrus mitis Blanco) dan
Purut (Citrus hystrix Dc.). Hal : 360-367.
Feri. 2014. Gulma Rumput Teki. http:// inpirasisahabat. blogspot. co.id/ 2014/ 03/
teki- cyperus- rotundus. html. Diakses Tanggal 14 April 2016.
24
25
Gunawan. 2012. Kerugian Gulma. http:// gunawool. blogspot. co. id/ 2012/ 01/
dampak- adanya- gulma- pada- tanaman. html. Diakses tanggal 1 Maret
2016.
Ida. 2013. Morfologi Rumput Teki. 2013. http:// ida chanchan. blogspot. co. id/
2013/ 10/ rumput- teki- cyperus- rotundus-l. html. Diakses Tanggal 14
April 2016.
Irawati. 2010. Deskripsi Tanaman Jagung. http:// repository. usu. ac. id/ bitstream/
123456789/ 18404/4/ Chapter% 20II.pdf .Diakses Tanggal 6 Mei 2016.
Irmayani. 2011. Morfologi Tanaman Jagung. http:// repository. usu. ac. id/
bitstream/ 123456789/23043/5/Chapter%20II.pdf.Diakses Tanggal 6
Mei 2016.
Johnly, Alfreds., Sudiarso, Budi., Jeany Polii dan Edi. 2012. Analisis fitokimia
limbah pertanian daun cengkih sebagai biosensitizer untuk fotoreduksi
besi. Prosoding seminar nasional Unesa.
Kementerian Pertanian 2016. Produksi Jagung. http:// www. pertanian. go. id/ ap
_posts /detil/ 552/2016/ 03/24/ 10/54/ 56/Produktivitas% 20Jagung%
20Terus%20 Meningkat. Diakses Tanggal 6 Mei 2016.
Nilam. 2013. Uji Efektivitas Antioksidan Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Dengan Metode DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhydranzyl). Laporan
Penelitian Sarjana Kedokteran UIN.
Pebrianto. 2016. Konsumsi Jagung. http:// bisnis. liputan6. com/ read/ 2386889/
kebutuhan- jagung- nasional- capai- 138-juta- ton- di- 2016. Diakses
Tanggal 6 Mei 2016.
26
Retno. 2010. Kandungan Kimia Jagung. http:// staff. uny. ac. id/ sites/ default/
files/ tmp/ artikel- ppm- jagung2 .doc. Diakses Tanggal 6 Mei 2016.
Saleh. 2014. Tanaman Jagung. http:// eprints. ung. ac. id/ 4100/ 6/ 2013- 1-
54411-611307140- bab2- 31072013114539. pdf Diakses Tanggal 6 Mei
2016.