PEMULIAAN TANAMAN
ACARA III
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
Semester:
Genap 2017
Oleh :
Listiana Novitasari
NIM A1D015180
Rombongan 8
A. Latar Belakang
Hibridisasi termasuk salah satu metode yang ada dalam pemuliaan tanaman
persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya. Hibridisasi merupakan
kombinasi baru genetika dari tanaman tetua yang diharapkan sifat unggulnya.
Salah satu macam hibridisasi yaitu hibridisasi menyerbuk sendiri. Hibridisasi jenis
ini dilakukan pada tanaman yang memiliki tipe penyerbukan sendiri. Penyerbukan
yang terjadi pada tanaman dapat digunakan sebagai dasar untuk dilakukannya
dengan kepala putik, jika proses ini berhasil maka akan menghasilkan biji.
Penyerbukan sendiri terjadi apabila putik dan benangsari berasal dari satu
bunga yang sama. Penyerbukan sendiri dapat dilakukan dengan cara buatan yaitu
dengan cara mengumpulkan serbuk sari dari kepala sari suatu tanaman dan
kemudian mengoleskannya atau menaruhnya pada putik bunga yang sejenis atau
bunga pada tanaman yang sama namun belum diserbuki. Penyerbukan dengan
Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman yang relatif
pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi. Sementara itu
sari dengan kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara
teknis persilangan padi secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua pada
pemeliharaan.
B. Tujuan
2. Menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis
galur. Galur yang terbentuk pada dasarnya adalah kelompok populasi yang secara
genetik berbeda. Penerapan atau pemilihan suatu metode pemuliaan untuk suatu
faktor atau hal yang perlu diketahui, seperti keragaman genetik. Keragaman
genetik tanaman dapat diupayakan melalui cara introduksi, hibridisasi, dan mutasi
genetik. Tujuan lain persilangan adalah pembentukan bangsa baru, grading up,
keunggulan dan kelemahan dari kedua tetua yang akan disilangkan serta tujuan
yang ingin dicapai. Selain itu hal penting dalam melakukan persilangan yaitu
pangan dan pakan (Wahid, 2003). Tanaman padi merupakan tanaman jenis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
lain ditentukan oleh karakter bunga, kesesuaian waktu pembungaan kedua tetua,
dan karakter morfologi yang lain yang mempengaruhi transfer tepungsari dari
tetua jantan (galur B atau R) ke tetua betina (galur A). Beberapa karakter
agronomi padi seperti jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah spikelet per
malai, tinggi tanaman, daun bendera yang sempit dan pendek, serta eksersi malai
juga dapat mempengaruhi tingkat serbuk silang padi (Widyastuti et al., 2012).
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada
bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau
bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi,
tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang mungkin terjadi pada
dan binatang lainnya. Penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon
induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanaman padi. Alat yang
digunakan yaitu gunting, peniti atau tusuk gigi, senter, crossing set, label
B. Prosedur Kerja
Hibridisasi buatan akan dilakukan pada tanaman padi dengan cara kerja
sebagai berikut:
1. Beberapa malai yang masih tertutup oleh daun bendera yang akan digunakan
sebagai tetua betina dipilih dengan ketentuan bahwa malai yang keluar dari
daun bendera baru sekitar 10%-20%. Bunga yang sudah diserbuki atau belum
2. Benang sari di emaskulasi. Sepertiga bagian dari palea dan lemma digunting,
tinggal kepala putiknya saja. Benang sari yang tersisa dibuang dengan
gunting.
3. Beberapa malai yang sudah mekar yang akan digunakan sebagai tetua jantan
dipilih.
dicantumkan.
5
×100 %
= 15
= 33,33%
Kesimpulan: Jadi, tingkat keberhasilan dari menyerbuk silang ini sebesar 33,33%.
B. Pembahasan
dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat bervariasi jenisnya (Tanto, 2002).
daya gabung (combining ability) merupakan cara yang efektif dan efesien dalam
dengan daya hasil tinggi serta memiliki karakter baik lainnya sesuai yang
hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies setiap
diinginkan.
sendiri dari tetua betina varietas Ciherang dengan tetua jantan varietas Inpago
1. Kastrasi
menggunakan gunting sehingga dapat terlihat bagian benang sari dan putik.
penyerbukan sendiri.
Gambar 1. Kegiatan kastrasi
2. Emaskulasi
benang sari yang harus dibuang. Pembuangan harus dilakukan secara hati-hati
agar tidak merusak bagian putik. Emaskulasi bertujuan agar tidak terjadi
penyerbukan sendiri dan dilakukan pagi hari sebelum bunga padi mekar.
3. Penyungkupan
Bunga yang telah bersih disungkup dengan kantong kertas transparan
yang bertujuan agar menghindarkan putik diserbuki oleh serbuk sari dari
5. Hibridisasi
Hibridisasi atau persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga
dengan meletakkan serbuk sari pada stigma pada waktu polinasi. Kegiatan
hibridisasi dilakukan pukul 12.00 dengan memasukkan serbuk sari dari tetua
6. Penyungkupan
menggunakan kantong kertas agar lingkungan bunga padi sesuai saat masih
nama/nomor jenis tanaman betina dan jantan. Kegiatan ini bertujuan untuk
(2015) yaitu:
1. Kastrasi
tinggi. Setiap bunga (spikelet) terdapat enam benang sari. Bunga pada malai
bagian dari palea dan lemma bunga padi, dipotong miring menggunakan
gunting. Waktu yang tepat untuk melakukan kastrasi adalah setelah pukul
05.00 atau 15.00. Stadia bunga yang baik untuk dikastrasi adalah pada saat
2. Emaskulasi
Emaskulasi merupakan proses pembuangan serbuk sari pada tetua betina
yang dilakukan pada pagi hari hingga pukul 08.00 dengan suhu rendah dan
udara yang cukup lembab. Kepala sari pada saat itu biasanya masih tertutup
rapat sehingga mudah untuk membuang benang sari dalam keadaan utuh.
3. Penutupan
Bunga yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag atau
diinginkan.
Bunga jantan diambil dari lapangan sekitar pukul 09.00 pagi kemudian
disimpan dalam bak plastik yang telah disiapkan, selanjutnya ditunggu hingga
5. Hibridisasi
hibridisasi pada siang hari sekitar pukul 10.30 siang. Hibidisasi dilakukan
6. Pembungkusan
off) pada malai. Pembungkusan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
7. Pemberian etiket
silang, nama tetua, jumlah malai yang disilangkan, dan dapat juga
fase yaitu:
pembentukan bakal malai (primordia). Fase ini dimulai saat benih padi
pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot dan luas daun. Lama fase
diperlukan pada fase ini untuk pertumbuhan akar-akar baru (Kalsim, 2007).
pada fase generatif sangat penting juga dalam memperlambat proses penuaan
panen. Fase ini terdiri dari pembentukan bunga, pembentukan pasta, matang
kuning, dan matang penuh. Hasil asimilasi selama fase pemasakan akan
(2009) menyatakan bahwa periode pemasakan bulir terdiri dari empat stadia
masak yaitu:
a. Stadia masak susu ditandai dengan tanaman padi masih berwarna hijau,
kuning. Gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan seperti susu.
kuning dan hanya buku-buku sebelah atas yang masih hijau. Isi gabah
d. Stadia masak mati ditandai dengan isi gabah keras dan kering. Varietas-
varietas yang mudah rontok saat masuk stadia ini sudah mulai rontok.
tergolong rendah. Teknik yang digunakan dalam praktikum yaitu teknik tempel
dengan total bunga yang diserbuki sebanyak 15 bunga dan total biji yang
dilakukan dapat dikatakan berhasil karena terdapat bunga yang berhasil dibuahi
persilangan yang berhasil ditandai dengan terbentuknya biji pada bunga yang
telah diserbuki.
persilangan, keadaan lingkungan, dan kesuburan dari tanaman. Hal ini sesuai
persilangan. Serbuk sari digoyang-goyang diatas putik yang siap diserbuki dengan
harapan serbuk sari dapat mencapai putik sari dan membuahi. Putik yang matang
atau siap diserbuki apabila diserbuki dengan serbuk sari yang matang akan
stigma telah diserbuk oleh serbuk sari dari bunga yang sama dikarenakan adanya
sebelum penyerbukan adalah genom yang berbeda, tingkat ploidi yang berbeda,
kegagalan serbuk sari atau polen berkecambah, pertumbuhan serbuk sari yang
penyerbukan dalam persilangan adalah biji hibrida yaitu hasil persilangan yang
manusia, alat yang digunakan serta faktor lingkungan. Peran pelaksana (manusia)
alat, sedangkan faktor lingkungan adalah seperti adanya serangan hama dan
penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang akan disilangkan (Ambarwati et al.,
2015). Selain itu suhu, curah hujan, serta hama dan penyakit merupakan faktor
fase yang paling sensitif terhadap suhu. Suhu tinggi saat pembungaan dapat
menghambat pembengkakan tepung sari sedangkan suhu rendah pada saat fase
bunting dapat menghambat pertumbuhan benang sari (Matsui et al., 2000). Oleh
karena itu, faktor yang menyebabkan pecahnya kotak sari adalah pembengkakan
butiran tepung sari. Cekaman suhu dengan suhu >350C atau <200C dapat
1. Faktor internal
a. Pemilihan Tetua
Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua
varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan
waktu berbunga, waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan
diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila
anthesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan,
penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap
dalam waktu yang bersamaan. Tujuan sinkronisasi diperlukan informasi
2. Faktor eksternal
Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah
menyebabkan bunga rontok, serta jika ada angin kencang dan hujan yang
terlalu lebat.
c. Pelaksanaan
A. Kesimpulan
sari) pada betina agar tidak terjadi penyerbukan sendiri. Tetua betina yaitu
penyerbukan sendiri.
sari dari tetua jantan yaitu varietas Inpago Unsoed 1 hingga terkena kepala
B. Saran
Arafah. 2009. Pengelolaan dan Pemanfaatan Padi Sawah. Bumi Aksara, Bogor.
Ardian, Riki., Dewi Indriyanti Roslim., dan Herman. 2012. Persilangan Padi
(Oryza sativa L.) Varietas IR64 dan Siam Siantur. Karya Ilmiah.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Riau,
Riau.
Makarim, A. K., dan Suhartatik, E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Padi. Balai
Besar Tanaman Padi, Subang.
Matsui, T., K. Omasa and T. Horie. 2000. High Temperature at Flowering Inhibit
Swelling of Pollen Grains, a Driving Force for Thecae Dehiscence in
Rice (Oryza sativa L.). Plant Production Sci. Vol 3: 430-434.
Widiastuti., Alfin., dan P. E. Retno. 2008. Viabilitas Serbuk Sari dan Pengaruhnya
terhadap Keberhasilan Pembentukan Buah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Biodiversitas. Vol 9(1).