Anda di halaman 1dari 12

Uji klorox

Klorox merupakan larutan yang mengandung NaOCl. Natrium hipoklorit adalah

suatu senyawa kimia dengan rumus NaOCl. Larutan natrium hipoklorit, umumnya

dikenal sebagai pemutih atauclorox, adalah seringkali digunakan sebagai penawar

infeksi (desinfektan) atau bahan pemutih. Nama lain natrium hipoklorit ialah

natrium klorat (I). Beberapa sifat Natrium hipoklorit adalah: Rumus molekul:

NaOCl ; Berat molekul: 74,44 gr/mol ; Penampilan: Zat padat putih ; Densitas:

1,11 gr/cm3 (Aini et al., 2013).

Keseimbangan konsentrasi dan waktu lama perendaman NaClO untuk setiap jenis

eksplan perlu diperhatikan karena sifatnya yang fitotoksisitas. Konsentrasi NaClO

yang terlalu tinggi menyebabkan permukaan eksplan mengalami browning dan

semakin banyak jumlah eksplan yang brownin. Lama waktu perendaman pada

NaClO juga mempengaruhi keberlangsungan kehidupan eksplan. Proses

perendaman eksplan pada NaClO yang terlalu lama dapat memicu kematian

jaringan eksplan (Simamora et.al., 2015).

Melalui perendaman Natrium Hipoklorit (NaClO) pada saat pencucian dapat

meningkatkan kebersihan dan kecerahan kulit benih. Penggunaan Natrium

Hipoklorit dalam bidang perbenihan telah banyak dilakukan baik pada tanaman

hortikultura, pangan maupun kehutanan. penggunaan Natrium Hipoklorit (NaClO)

pada benih tanaman kehutanan dapat mengurangi terjadinya infeksi patogen benih

serta dapat meningkatkan viabilitas benih. Hal ini menjadi penting karena

biasanya benih yang dihasilkan dari suatu proses produksi tidak segera habis

digunakan namun sebagiannya disimpan. Benih yang tidak bersih dalam proses
pencuciannya akan mengakibatkan patogen mudah menempel pada kulit benih

dan akhirnya dapat menginfeksi benih sehingga menurunkan kualitas benih

selama masa penyimpanan (Suharti et.al., 2014).

NaClO (natrium hipoklorit) merupakan bahan desinfektan yang bersifat antiseptik

yang mampu merusak dinding sel mikroorganisme. Bahan-bahan sterilant dan

konsentrasi bahan sterilant yang dingunakan sangat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan benih in vitro. Sterilisasi bertingkat merupakan metode yang

sangat efektif digunakan sebagai metode sterilisasi permukaan pada benih untuk

tujuan perkecambahan in vitro (Renfiyenie et.al., 2015).

Penggunaan Natrium Hipoklorit (NaOCl) pada benih tanaman kehutanan dapat

mengurangi terjadinya infeksi patogen benih serta dapat meningkatkan viabilitas

benih. Hal ini menjadi penting karena biasanya benih yang dihasilkan dari suatu

proses produksi tidak segera habis digunakan namun sebagiannya disimpan.

Benih yang tidak bersih dalam proses pencuciannya akan mengakibatkan patogen

mudah menempel pada kulit benih dan akhirnya dapat menginfeksi benih

sehingga menurunkan kualitas benih selama masa penyimpanan (Suharti et al.,

2014).

Benih bagus dan benih rusak

Benih bagus ialah benih yang berkualitas serta bermutu, seragam, bernas

danbersih. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari

suatu jenis atau kelompok benih. Mutu benih dibedakan menjadi tiga yaitu mutu

fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. Mutu fisik dan fisiologis benih-benih
tanaman hutan umumnya lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan mutu

genetis. Mutu fisik dan fisiologis benih menggambarkan kemampuan benih untuk

disimpan dan tumbuh sebagai kecambah normal ( Mira et al.,2015 ).

Kemasakan fisiologis merupakan suatu keadaan yang harus dicapai oleh

benih sebelum dilakukan panen. Viabilitas benih akan meningkat hingga

mencapai viabilitas maksimum saat masak fisiologis dan kembali turun akibat

kemunduran mutu benih kalau terlambat panen. Benih dikatakan rusak apabila

saat pembersihan manual dengan cara membuka polong yang sudah kering untuk

mendapatkan benihnya. Dan diamati secara fisik benih, benih rusak yaitu benoh

yang keriput, pecah, berkecambah, dan berjamur (Kade licana et al., 2019).

Natrium Hipoklorit (NaOCl) merupakan zat yang biasa digunakan untuk

membersihkan noda atau kotoran yang membandel pada pakaian dan dapat

membunuh bakteri. Natrium Hipoklorit sangat mudah dijumpai dipasaran dan

merupakan bahan aktif dari Bayclin. Sebagaimana diketahui bayclin merupakan

cairan pemutih yang bersifat desinfectan. Pada kegiatan ini bayclin akan

digunakan untuk mencuci benih tomat setelah proses fermentasi selesai guna

memperbaiki penampilan benih agar terlihat bersih dan sekaligus menghilangkan

cendawan dan bakteri yang mungkin masih menempel pada benih. Hilangnya

kotoran pada benih akan mengurangi kemungkinan kerusakan akibat bakteri dan

cendawan selama masa penyimpanan benih. Bayclin efektif dalam meningkatkan

kualitas fisik benih maka perlu dilihat juga apakah ada pengaruhnya terhadap

viabilitas benih (Gungun wiguna,2013).


Perlakuan yang terlalu berlebihan dalam hal konsentrasi dan durasi

perendaman dapat menyebabkan kematian pada benih. Peristiwa over

treatmentakan menyebabkan rusaknya embrio sehingga benih tidak dapat

berkecambah atau mati. Peristiwa over treatmentmenyebabkan zat asam masuk

ke dalam benih dan merusak embrio sehingga menyebabkan benih tidak

berkecambah atau mati (Nur et.al., 2018).

Efektivitas bahan kimia dalam mematahkan dormansi benih tergantung

pada konsentrasi dan lama perendaman. Perendaman benih pada konsentrasi

tinggi dan waktu perendaman yang terlalu lama mengakibatkan benih rusak,

sedangkan perendaman benih pada konsentrasi rendah dan waktu perendaman

yang terlalu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang nyata (Gumelar,

2015).

Selain itu kerusakan mekanis pada benih yang timbul selama proses

pemanenan, pengelolaan dan penyimpanan benih; serta kadar air benih yang

tinggi akibat proses pengeringan yang kurang baik, merupakan faktor kondusif

yang memicu serangan berbagai patogen pada benih. Benih membawa penyakit

berakibat pada rendahnya daya kecambah dan lemahnya vigor benih, mengurangi

populasi tanaman sehat sehingga merugikan secara ekonomis karena menambah

kebutuhan benih untuk tanam ulang (Rahayu, 2016).


Pembahasan

Pada perlakuan konsentrasi klorox 4 % terdapat benih rusak pada ulangan

1 yaitu sebanyak 3 benih, ulangan 2 yaitu sebanyak 1 benih dan pada kontrol

sebanyak 1 benih. Benih rusak dapat diakibatkan pada saat pasca panen ,

pengelolaan dan pendistribusian. Hal ini sesuaikan dengan literatur Rahayu

( 2016) yang menyatakan bahwa Selain itu kerusakan mekanis pada benih yang

timbul selama proses pemanenan, pengelolaan dan penyimpanan benih; serta

kadar air benih yang tinggi akibat proses pengeringan yang kurang baik,

merupakan faktor kondusif yang memicu serangan berbagai patogen pada benih.

Benih membawa penyakit berakibat pada rendahnya daya kecambah dan

lemahnya vigor benih, mengurangi populasi tanaman sehat sehingga merugikan

secara ekonomis karena menambah kebutuhan benih untuk tanam ulang.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diketahui bahwa pada benih

yang diberi perlakuan larutan klorox mengalami kerusakan berupa terjadinya

pembengkakan pada benih. Selain itu, kerusakan juga ditandai dengan terlukanya

kulit benih, mengalami keretakan, kulit benih mengelupas, warna benih memudar,

dan benih melunak. Hal ini sesuai dengan literatur Suharti et Al., (2014) yang

menyatakan bahwa Melalui perendaman Natrium Hipoklorit (NaClO) pada saat

pencucian dapat meningkatkan kebersihan dan kecerahan kulit benih. Penggunaan

Natrium Hipoklorit dalam bidang perbenihan telah banyak dilakukan baik pada

tanaman hortikultura, pangan maupun kehutanan. penggunaan Natrium Hipoklorit


(NaClO) pada benih tanaman kehutanan dapat mengurangi terjadinya infeksi

patogen benih serta dapat meningkatkan viabilitas benih.

Pada praktikum yang dilakukan pada perlakuan kontrol, perendaman

NaOCl 1 %, NaOCl 2 % pada ulangan pertama, NaOCl 3 %, NaOCl 4 %, dan

NaOCl 5 % memiliki persentase benih bagus lebih tinggi dibandingkan

perrsentase benih rusak. Tapi pada perlakuan perendaman NaOCl 2 % ulangan

kedua memiliki persentase benih rusak lebih tinggi dibandingkan persentase benih

bagus. Dalam praktikum ini klorox digunakan untuk melihat apakah benih

temasuk benih baik atau rusak. Hal ini sesuai dengan literatur Renfiyenie et.al.,

(2015) yang menyatakan bahwa NaClO (natrium hipoklorit) merupakan bahan

desinfektan yang bersifat antiseptik yang mampu merusak dinding sel

mikroorganisme. Bahan-bahan sterilant dan konsentrasi bahan sterilant yang

dingunakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan benih in vitro.

Dalam perendaman NaClO perlu diperhatikan keseimbangan konsentrasi

dan waktu lamanya karena sifatnya yang fitotoksisitas atau kerusakan pada

tanaman yang disebabkan oleh penyalahgunaan bahan kimia pada tanaman.

Gejala fitotoksisitas bergantung pada jenis bahan kimia dan jenis tanaman.hal ini

sesuai dengan literatur Gumelar (2015) ang menyatakan bahwa Efektivitas bahan

kimia dalam mematahkan dormansi benih tergantung pada konsentrasi dan lama

perendaman. Perendaman benih pada konsentrasi tinggi dan waktu perendaman

yang terlalu lama mengakibatkan benih rusak, sedangkan perendaman benih pada

konsentrasi rendah dan waktu perendaman yang terlalu singkat tidak akan

memberikan pengaruh yang nyata.


Benih bermutu mencakup mutu genetis, yaitu penampilan benih murni dari

varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetis dari tanaman induknya, mutu

fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang mencakup daya

kecambah dan kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih yaitu penampilan

benih secara prima. Hal ini sesuai dengan literatur Kade licana et al., (2019) yang

menyatakan bahwa Kemasakan fisiologis merupakan suatu keadaan yang harus

dicapai oleh benih sebelum dilakukan panen. Viabilitas benih akan meningkat

hingga mencapai viabilitas maksimum saat masak fisiologis dan kembali turun

akibat kemunduran mutu benih kalau terlambat panen. Benih dikatakan rusak

apabila saat pembersihan manual dengan cara membuka polong yang sudah

kering untuk mendapatkan benihnya. Dan diamati secara fisik benih, benih rusak

yaitu benoh yang keriput, pecah, berkecambah, dan berjamur.

KESIMPULAN

1. Klorox merupakan larutan yang mengandung NaOCl. Natrium

hipoklorit adalah suatu senyawa kimia dengan rumus NaOCl.

Yang sering digunakan sebagai desinfektan atau bahan pemutih.

2. Pada perlakuan konsentrasi klorox 4 % terdapat benih rusak

pada ulangan 1 yaitu sebanyak 3 benih, ulangan 2 yaitu

sebanyak 1 benih dan pada kontrol sebanyak 1 benih.

3. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diketahui bahwa

pada benih yang diberi perlakuan larutanklorox digunakan

untuk melihat apakah benih temasuk benih baik atau rusa

4. Klorox digunakan untuk melihat apakah benih temasuk benih

baik atau rusak


5. Dalam perendaman NaClO perlu diperhatikan keseimbangan

konsentrasi dan waktu lamanya karena sifatnya yang

fitotoksisitas

6. Benih bermutu mencakup mutu genetis, mutu fisiologis, dan

mutu fisik benih.


DAPUS

Aini, N. H., Sumadi, S. Ambar. 2013. Optimasi Sterilisasi Permukaan Daun dan

Eliminasi Endofit pada Burahol. Biosaintifika 5 (2) (2013) : 95-99.

Mira Kumala Ningsih , Maya Preva Biantary , dan Jumani.UJI MUTU FISIK

DAN FISIOLOGIS BENIH POHON PENGHASIL GAHARU (Aquilaria

microcarpa Baill.) BERDASARKAN FENOTIPE POHON INDUK.

Fakultas Pertanian. Samarinda, Indonesia.. Jurnal AGRIFOR Volume XIV

Nomor 2.

KADE LICANA, GUSTI NGURAH RAKA, dan IDA AYU MAYUN.2019.

Perbedaan Umur Panen terhadap Hasil dan Mutu Benih Tanaman Buncis

(Phaseolus vulgaris L.). Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Jl. PB.

Sudirman Denpasar 80231 Bali

Gungunwiguna.2013. PERBAIKAN VIABILITAS DAN KUALITAS FISIK BENIH TOMAT

MELALUI PENGATURAN LAMA FERMENTASI DAN PENGGUNAAN NaOCl PADA

SAAT PENCUCIAN BENIH. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jl. Tangkuban

Perahu 517, Lembang, Bandung, Jawa Barat 40391.

Gumelar, A. I. (2015). Pengaruh Kombinasi Larutan Perendaman dan Lama

Penyimpanan Terhadap Viabilitas, Vigor dan Dormansi Benih Padi

Hibrida Kultivar Sl-8, 2(2), 125–135.


Nur M., T.K. Suharsi, A. Qadir. 2018. Penentuan Metode Pematahan Dormansi

Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Aksesi Cilacap. Jurnal

Agrohorti 6(1) : 59-67

Suharti, T., Y. Bramasto, N. Yuniarti. 2014. Pengaruh teknik pengendalian

Penyakit benih terhadap viabilitas benih tembesu (Fagraea Fagrans Roxb).

Jurnal Hutan Tropis. 2(1) : 60-64

Renfiyeni, Yusniwati, Trisno, J, dan Jamsari. (2015).Calli Induction Of Some

Chili Pepper (Capsicum annuum L.) Genotypes AsMaterial For Genetic

Transformation, Andalas University 1 : 75-80

Suharti, T., Y. Bramasto, N. Yuniarti. 2014. Pengaruh teknik pengendalian

penyakit benih terhadap viabilitas benih tembesu (Fagraea Fagrans Roxb.).

Jurnal Hutan Tropis. 2(1) : 60-64.

Rahayu, M. 2016. Patologi Dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman

Aneka Kacang. Buletin Palawija Vol. 14 No. 2: 78–88 (OKTOBER 2016).


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai