Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Agrium 11(2), September 2014. Hlm.

135-139
ISSN 1829-9288

Sterilisasi Eksplan Pisang Barangan (Musa paradiciaca L.)


melalui Teknik In Vitro dengan Perlakuan Lama Perendaman
dan konsentrasi Klorok

Sterilization of Pisang Barangan (Musa paradiciaca L.)


through In Vitro Technique with Soaking Time Treatment
and Cloroc Concentration

Lukman1) dan Maryami2)


1)
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh
Kampus Cot Teungku Nie, Reuleut, Muara Batu Aceh Utara 24355, Indonesia
2)
Balai Penyuluhan Pertanian Aron, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Aceh Utara,
Provinsi Aceh
Email:

Diterima 5 Agustus 2014; Dipublikasi 1 September 2014

Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui lama perendaman dan konsentrasi klorok terhadap sterilisasi
eksplan pisang barangan melalui teknik in vitro. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor yang diteliti yaitu konserntasi klorok dan lama
perendaman eksplan dalam klorok yaitu: P1 = 5 menit perendaman dalam klorok, P2 = 10 menit
perendaman dalam klorok, P3 = 15 menit perendaman dalam klorok, dan P4 = 20 menit perendaman
dalam klorok. Faktor kedua yaitu Konsentrasi klorok (K) yang terdiri dari K1 = 10 % klorok, K2 = 20 %
klorok dan K3 = 30 % klorok. Terdapat 12 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36
unit percobaan, dan setiap unit percobaan ditanam 3 eksplan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama
perendaman berkorelasi positif dengan konsentrasi klorok, semakin pekat larutan klorok yang digunakan
dalam batas tertentu maka semakin singkat waktu untuk melakukan sterilisasi. Perendaman klorok pada
konsentrasi 10 % waktu yang diperlukan adalah 20 menit, konsentrasi klorok 20 % waktu yang
diperlukan 10 menit dan konsentrasi klorok 30 % waktu yang diperlukan perendaman 5 menit.
Kata kunci: pisang (Musa paradiciaca L.), sterilisasi, in vitro, perendaman

Abstract
The purpose of the study was to determine the immersion time and cloroc concentration of the
sterilization explants pisang barangan (Musa paradiciaca L.), through in vitro techniques. This research
was conducted at the Plant Tissue Culture Laboratory of the Faculty of Agriculture, Malikussaleh
University, Lhokseumawe, Aceh Utara, Indonesia. Research arranged on a factorial completely
randomized design. Factors studied were cloroc concentration and long soaking explants: 5 minutes
immersion (P1), 10 minutes immersion in cloroc (P2), 15 minutes immersion in cloroc (P3), 20 minutes
immersion in cloroc (P4), 20 minutes immersion in cloroc. The second factor is the cloroc consentration
K1= 10% cloroc, K2 = 20% cloroc and K3 = 30% cloroc. There are 12 treatment was repeated 3 times so
that there are 36 experimental units, and each unit of experiment 3 explants grown. The results showed
that the soaking time was positively correlated with the cloroc concentration, the more concentrated
cloroc used within a certain limit then the shorter the time for sterilization. Soaking in cloroc a
concentration of 10% the time required is 20 minutes, the concentration cloroc 20% the time required 10
minutes and 30% concentration cloroc soaking time required is 5 minutes.
Keywords: pisang (Musa paradiciaca L.), sterilization, in vitro, and soaking

135
Jurnal Agrium 11 (2), September 2014. Hlm. 135-139

Pendahuluan bermutu seragam dan dalam waktu yang relatif


singkat, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa
Pisang merupakan komoditas hortikultura tergantung musim, bibit bebas hama dan
yang produksinya menduduki tingkat kedua penyakit, kesehatan bibit lebih terjamin, tanaman
setelah jeruk. Pisang banyak dikonsumsi masya- asal kultur jaringan akan berbuah lebih awal,
rakat, karena di dalam buah banyak mengandung berkualitas dan seragam/serentak, pengiriman
karbohidrat, vitamin A, vitamin B6, vitamin C bibit hasil kultur lebih mudah karena volumenya
dan mineral seperti potasium dan fosfor. relatif kecil sehingga menjadi lebih ekonomis
Indonesia merupakan salah satu Negara yang (Anonymous, 2004).
memiliki pisang yang beragam dan lebih dari Keberhasilan perbanyakan tanaman pisang
100 kultivar tersebar di berbagai wilayah. Pisang melalui tehnik in vitro sangat tergantung pada
yang dibudidayakan sekarang adalah perkem- eksplan yang steril dan alat–alat yang steril serta
bangan dari 2 jenis liarnya yaitu Musa lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
acuminata (AA) dan M. balbisiana (BB). Dalam eksplan. Sterilisasi eksplan dengan memakai
pencaturan pasar dunia, kelompok pisang sodium hipoklorit dengan nama dagangnya
terkenal ialah yang mempunyai susunan gen adalah klorok. Konsentrasi klorok untuk steri-
tripel (AAB dan AAA), bersifat triploid, dan lisasi eksplan tergantung dari kelunakan eksplan
tidak berbiji (partenokarpi) (Sunarjono 2002). (Anonymous, 2006).
Masalah yang sering terjadi dalam Hasil penelitian sterilisasi dengan meng-
budidaya tanaman pisang antara lain: adanya gunakan klorok yang telah dilakukan menunju-
serangan berbagai macam penyakit seperti layu kan persentase keberhasilan yang lebih tinggi,
fusarium, virus dan layu bakteri, sulitnya karena peranan klorok untuk sterilisasi eksplan
dilakukan persilangan secara konvensional sangat efektif. Keefektifitasan peranan klorok
karena sterilitas bunganya yang tinggi dan sukar- dalam sterilisasi suatu eksplan perlu dipelajari
nya memperoleh bibit dengan anakan atau lebih lanjut sehingga kita akan mendapatkan
bonggol dalam jumlah yang banyak dan dalam suatu formulasi dalam takaran tertentu dan dalam
waktu yang relatif singkat, masalah ini kemudian batasan waktu tertentu yang cukup efektif untuk
diatasi dengan mengupayakan genotipe baru kegiatan sterilisasi. Penelitian yang dilakukan
yang berkualitas baik dengan pemuliaan tanaman pada tahap ini adalah mendapatkan satu konsen-
melalui teknik kultur in vitro (kultur jaringan) trasi tertentu dan lama waktu perendalam dalam
dan rekayasa genetika. melakukan sterilisasi eksplan pisang barangan.
Bibit merupakan faktor utama yang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
menentukan keberhasilan agribisnis pisang. konsentrasi klorok dan lama perendaman
Kendala pengadaan bibit unggul secara konven- terhadap sterilitas eksplan pisang barangan
sional adalah sulit mendapatkan bibit yang melalui teknik in vitro.
berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu
singkat, salah satu keunggulan perbanyakan Metode Penelitian
tanaman melalui teknik kultur jaringan adalah
sangat memungkinkan mendapatkan bahan tana- Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
man dalam jumlah besar dalam waktu singkat Kultur Jaringan Tanaman Fakultas Pertanian
(Priyono et al., 2000). Universitas Malikussaleh Lhokseumawe. Bahan
Kultur jaringan merupakan pengisolasian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah
bagian tanaman seperti daun, mata tunas serta bonggol pisang barangan yang memiliki sisir
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam sembilan, yang diambil dari Desa Meunasah
media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi Pante Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten
dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup Aceh Utara, bahan lain yang digunakan adalah
yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman klorok, Benlate, BAP dan NAA. Media yang
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi digunakan adalah media Murashige dan Skoog
menjadi tanaman lengkap). Bibit pisang yang (MS Padat) yang telah dimodifikasi. Alat yang
bebas hama dan penyakit perlu dipersiapkan, digunakan adalah Autoclave, timbangan analitik
salah satu caranya adalah perbanyakan dengan digital, Laminar Air Flow Cabinet, gelas ukur,
teknik in vitro. Keuntungan perbanyakan bibit Erlenmayer, botol kultur, pH meter, kompor, rak
pisang melalui teknik in vitro antara lain: kultur, AC, Hotplate, pipet, oven magnetik stirer,
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, kamera digital.

136
Lukman dan Maryami: Sterilisasi Eksplan Pisang Barangan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Hasil dan Pembahasan


Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor yang
diteliti yaitu lama perendaman eksplan (P) dan Persentase Eksplan yang Tumbuh
konsentrasi klorok (K). Lamanya perendaman Hasil pengamatan rata-rata persentase
(P) terdiri dari empat taraf yaitu: P1 (5 menit eksplan yang tumbuh umur 5 minggu setelah
perendaman); P2 (10 menit perendaman); P3(15 tanam akibat perlakuan lama perendaman dengan
menit perendaman); P4 (20 menit perendaman). klorox terhadap pertumbuhan eksplan pisang
Konsentrasi klorok (K) terdiri dari 3 taraf yaitu: barangan disajikan pada Gambar 1, 2, 3 dan 4.
K1 (10%); K2 (20%); K3 (30%). Kombinasi Gambar 1 memperlihatkan bahwa perla-
perlakuan yang didapatkan sebanyak 12 dan kuan A pada minggu kelima sampai minggu
masing-masing kombinasi dibuat dalam 3 keenam eksplan dapat tumbuh 100 % dan pada
ulangan, sehingga didapat 36 unit percobaan. minggu ketujuh dan kedelapan eksplan yang
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tumbuh mencapai 66,67 %. Hal ini merupakan
uji-F, Apabila terdapat perbedaan dilakukan uji hasil yang terbaik jika dibandingkan dengan
lanjut Duncan pada taraf 5%. perlakuan lainnya. Gambar 2 terlihat bahwa
Pembuatan media dilakukan dengan perlakuan E mencapai 100 % merupakan hasil
menggunakan metode Gunawan 1992. Inisiasi yang paling bagus dibandingkan dengan perla-
merupakan pengambilan eksplan dari bagian kuan lainnya.
tanaman yang akan dikulturkan. Eksplan yang Gambar 3 juga menjelaskan perlakuan
diambil adalah bonggol anakan pisang barangan yang paling baik adalah perlakuan G mencapai
yang dipisahkan dari induknya, kemudian 66,67 % dibandingkan dengan perbandingan
dibersihkan dari kotoran dan dengan meng- perlakuan H dan perlakuan I. Gambar 4 juga
gunakan deterjen dicuci dengan air mengalir menjelaskan hampir seluruh eksplan dapat
sampai bersih. tumbuh dengan baik, kecuali perlakuan J umur 8
Eksplan yang sudah bersih dikecilkan minggu setelah tanam. Keempat Gambar tersebut
sehingga tersisa ± 2 cm x 2 cm dari pangkalnya, dapat disimpulkan bahwa perlakuan E meru-
selanjutnya direndam dengan klorok. Lama pakan perlakuan yang terbaik dibandingkan
perendaman dan konsentrasi klorok dilakukan dengan perlakuan lainnya.
sesuai perlakuan, setiap selesai perendaman
eksplan dibilas dengan air steril/aquades 100
Eksplan yang tumbuh (Persen)

sebanyak 5 kali, selanjutnya ekpslan dikecilkan


80
kembali hingga tersisa ± 1,5 x 1,5 cm agar dapat
60
mengurangi tingkat kontaminasi.
40
Eksplan yang telah siap sterilisasi dikul-
turkan dalam media MS yang ditambahkan BAP 20

dan NAA. Banyaknya eksplan yang ditanam 0


5 6 7 8
untuk setiap media adalah sebanyak 3 tanaman. Waktu Pengamatan (Minggu)
Eksplan yang sudah ditanam ditempatkan di
5 menit perendaman dalam 10 % klorok (A)
ruang inkubasi pada suhu 21-25 oC, kelembaban 5 menit perendaman dalam 20 % klorok (B)
(RH) 70% intensitas cahaya 1000 Luv dengan 5 menit perendaman dalam 30 % klorok ( C )
lamanya penyinaran 16 jam /hari.
Pengamatan meliputi persentase eksplan Gambar 1. Persentase eksplan yang tumbuh pada 5
menit perendaman dengan berbagai konsentrasi
yang hidup/tumbuh, persentase eksplan yang
klorox (10%, 20%, dan 30%)
tumbuh dihitung dengan persamaan berikut:
Jumlah eksplan yang tumbuh
x 100%
Jumlah eksplan yang ditanam
Persentase eksplan yang bertunas dihitung
dengan persamaan berikut:
Jumlah eksplan yang bertunas
x 100%
Jumlah eksplan yang ditanam
Pengamatan dilakukan pada minggu pertama
sampai minggu ke delapan setelah tanam.

137
Jurnal Agrium 11 (2), September 2014. Hlm. 135-139

Eksplan yang tumbuh (Persen) 100 tinggi dapat menghambat pertumbuhan eksplan
80 (Gambar 1).
60
Eksplan dapat tumbuh dengan baik jika
40
jaringan tidak rusak dan tidak terganggu oleh
mokroorganisme. Penggunaan klorok pada
20
konsentrasi 20 g/l dan lama perendaman 10
0
5 6 7 8 menit merupakan hasil yang terbaik untuk
Waktu Pengamatan (Minggu) sterilisasi eksplan pisang barangan.
Respon perubahan eksplan bonggol pisang
10 menit perendaman dalam 10 % klorok (D)
10 menit perendaman dalam 20 % klorok (E)
setelah dikulturkan dapat dikatakan cukup cepat.
10 menit perendaman dalam 30 % klorok (F) Pertumbuhan awal dari setiap eksplan yang
ditanam, terjaid perubahan dari putih kekuningan
Gambar 2. Persentase eksplan yang tumbuh pada 10 menjadi coklat pada bagian bekas pemotongan
menit perendaman dengan berbagai konsentrasi
dan menjadi kehijauan pada bagian yang tidak
klorox (10%, 20%, dan 30%)
mengalami pelukaan. Pengamatan umur 1
100 minggu setelah kultur, eksplan membengkak,
Eksplan yang tumbuh (Persen)

80 pada ujungnya tumbuh tunas, dan setelah


60 beberapa minggu kemudian tunas membentuk
40
organ yang sempurna.
20
Perlakuan E pertumbuhan eksplan terus
0
berlangsung, diduga bahwa kosentarsi klorok
5 6 7 8 yang direndam selama 10 menit dapat memati-
Waktu Pengamatan (Minggu)
kan bakteri dan virus yang ada dalam eksplan
15 menit perendaman dalam 10 % klorok (G) pisang. Sterilisasi adalah perlakuan yang
15 menit perendaman dalam 20 % klorok (H) dilakukan untuk membuat steril dan bebas ter-
15 menit perendaman dalam 30 % klorok (I) kontaminasi dari bakteri dan virus serta patogen
baik yang ada di luar eksplan maupun di dalam
Gambar 3. Persentase eksplan yang tumbuh pada 15 eksplan, sehingga perbanyakan tanaman secara
menit perendaman dengan berbagai konsentrasi
klorox (10%, 20%, dan 30%)
teknik in vitro berhasil. Tingkat kepekatan bahan
sterilan dan lama waktu perendaman untuk setiap
100 eksplan berbeda-beda, tergantung dari kelunakan
Eksplans yang tumbuh (Persen)

eksplan, sehingga konsentrasi bahan sterilan


80
yang digunakan untuk tanaman angrek belum
60 tentu cocok digunakan untuk sterilisasi tanaman
40 pisang (Anonymous, 2006). Kontaminasi dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, dan kecoklatan
20
karena pengaruh senyawa fenolik (Hendaryono
0 dan Wijayani, 1994).
5 6 7 8
Selain faktor sterilisasi pemilihan bagian
Waktu Pengamatan (Minggu) tanaman sebagai calon eksplan juga dapat
20 menit perendaman dalam 10 % klorok (J) mempengaruhi pertumbuhan planlet. Hendar-
20 menit perendaman dalam 20 % klorok (K)
yono dan Wijayani (1994) menjelaskan bahwa
20 menit perendaman dalam 30 % klorok (L)
bagian tanaman yang mempunyai sel aktif
membelah, yaitu sel meristem yang banyak
Gambar 4. Persentase eksplan yang tumbuh pada 20 mengandung hormon akan dapat berdeferensiasi
menit perendaman dengan berbagai konsentrasi dan berkembang serta dapat melanjutkan
klorox (10 %, 20 %, dan 30 %) pertumbuhan dengan cepat.
Data tersebut terlihat bahwa penggunaan Persentase Eksplan yang Bertunas
bahan sterilisasi sedikit tidak dapat mensterilkan
eksplan dengan baik. Penggunaan bahan steri- Eksplan yang bertunas tidak didapatkan
lisasi pada konsentrasi yang tinggi dapat dalam pengamatan ini meskipun sebahagian
mensterilkan eksplan dari mikroorganisme eksplan sudah ada yang tumbuh dan telah
seperti bakteri, virus, dan cendawan, akan tetapi membentuk organ yang sempurna. Diduga
penggunaan bahan sterilisasi pada konsentrasi

138
Lukman dan Maryami: Sterilisasi Eksplan Pisang Barangan

bahwa pada kondisi sepeti ini eksplan masih Kesimpulan


membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
pertumbuhan organ lain seperti batang dan daun. Lama perendaman berkorelasi positif
Hal lain juga dapat dijelaskan bahwa planlet dengan konsentrasi klorok, semakin pekat
tersebut pelu dilakukan sub kultur pada media larutan klorok yang digunakan dalam batas
baru yang diberi hormon multiplikasi petunasan, tertentu maka semakin singkat waktu yang
sehingga planlet akan dapat membentuk tunas diperlukan untuk melakukan sterilisasi ekspaln
dalam jumlah yang banyak. pisang barangan. Perendaman klorok pada
Media yang digunakan dalam percobaan konsentrasi 10%, waktu yang diperlukan adalah
ini juga telah diberikan dua jenis hormon yang 20 menit, konsentrasi klorok 20 % waktu yang
berbeda yaitu IAA (hormon dari kelompok diperlukan 10 menit dan konsentrasi klorok 30 %
auksin) dan BAP yaitu kelompok hormon dari waktu yang diperlukan perendaman 5 menit.
sitokinin. Kita ketahui bahwa salah satu hormon Lama perendaman selama 10 menit dan
yang sering digunakan untuk pertumbuhan tunas kosentrasi klorok 20 % (perlakuan E) merupakan
adalah BAP, namun dalam pecobaan ini kita kombinasi perlakuan terbaik dalam meningkat-
belum mendapatkan hasil yaitu terbentuknya kan persentase eksplan yang tidak terkon-
tunas seperti yang diharapkan, juga dapat diduga taminasi dan persentase eksplan yang tumbuh.
bahwa penggunaan BAP dan IAA pada
konsentrasi 2 ppm tidak sesuai untuk multi-
plikasi tunas pada tanaman pisang barangan.
Daftar Pustaka
Teori tentang keseimbangan hormon auksi dan Anonymous. 2004. Budi Daya Pisang Asal
sitokinen dalam kultur jaringan menjelaskan Kultur Jaringan. Dinas Pertanian dan
bawah morfogenesis dari eksplan selalu Perkebunan. Pemerintah Propinsi DKI,
tergantung pada interaksi antara auksin dan Jakarta.
sitokinin. Wattimena et al. 1992 menjelaskan Anonymous. 2006 Perbanyakan BIbit Pisang
bahwa prinsip keseimbangan auksin dan Secara Kultur Jaringan. Http://www.
sitokinin tetap diperlukan dalam suatu kultur dki.go.id
jaringan. Lebih lanjut menjelaskan keseim- Gunawan L. W. 1992 Tekhnik Kultur Jaringan
bangan antara auksin dan sitokinin yaitu dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,
proses pembentukan tunas adventif selain Pusat Antara Universitas Bioteknologi.
membutuhkan sitokinin dalam konsentrasi yang IPB.
tinggi juga diperlukan auksin dalam konsentrasi Hendaryono, D.P.S. dan Wijayani 1994. Tekhnik
yang rendah. Kultur Jaringan dan Petunjuk
Wattimena et al. 1992 malaporkan bahwa Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif –
penggunaan 2ip dapat memicu pertumbuhan Modrn. Kanisius. Yogyakarta.
tunas asparagus plomulus dari pada penggunaan Priyono D. Suhandi dan Matsaleh. 2000.
kinetin dan BAP, akan tetapi dalam kultur Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh I AA dan
jaringan untuk proliferasi tunas lebih baik z- IP Pada Kultur Jaringan Bakal Buah
Pisang. Jurnal Hortikultura.
menggunaan kinetin dan BAP terlebih dahulu Sunarjono. 2002. Budi Daya Pisang dan Bibit
karena BAP lebih tahan terhadap degradasi dan Ku;tur Jaringan, Penebar Swadaya .
harganya terjangkau, akan tetapi jika peng- Jakarta.
gunaan BAP planlet juga belum merespon maka Wattimena GA, Gunawan LW, Mattjik NA,
perlu diuji dengan pemberian 2ip dan zeatin. Syamsudin E, Wiendi NM, dan Ernawati
A. 1992. Bioteknologi Tanaman, Labora-
torium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi. Institut
Petanian Bogor, Bogor.

139

Anda mungkin juga menyukai