140210180085 / B
Tugas Bioteknologi Molekul dan Bioproses (Resume Jurnal)
Pisang merupakan salah satu tanaman yang penting. Komoditas pisang pun
ke-empat terbesar setelah beras, gandum dan susu. Tetapi produksi pisang terdapat
penurunan pada tahun-tahun terakhir. Penyebabnya dipengaruhi oleh adanya hama
serta peyakit pada tanaman tersebut (HPT). Oleh karena itu, HPT tersebut
merupakan suatu masalah bagi para petani pisang.
Pada dasarnya, tanaman akan tumbuh dengan sehat karena adanya bibit
yang bermutu. Penyedian bibit tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan cara
pengaplikasian dari teknik kultur in vitro. Pengaplikasian tersebut biasanya
menambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan komponen media tambahan ke
dalam kultur dengant tujuan mempercepat multipikasi eksplan. Penambahan
sitokinin mampu meningkatkan pembelahan, pertumbuhan serta diferensiasi sel.
Selain itu, berperan juga dalam proliferasi dan morfogenesis pucuk. Sedangkan
penabahan arang aktif bertujuan untuk mencegah terjadinya browning.
Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi kinetin dan arang
aktif terbaik untuk merangsang pertumbuhan pucuk kultivar pisang ambon Nangka,
dengan menggunakan metodelogi Rancangan Acak lengkap (RAL) faktorial.
Terdapat dua faktor, yaitu faktor konsentrasi kinetin dengan 4 taraf (15 μM, 20 μM,
25 μM dan 30 μM dan faktor konsentrasi arang aktif dengan 4 taraf (0 gL-1, 1 gL-1,
2 gL-1 dan 3 gL-1) .
Berdasarkan pengamatan penulis secara visual, eksplan yang diinokulasi
mengalami perubahan warna yang mula-mula putih menjadi hijau. Selain itu hasil
yang diperoleh penulis diantaranya, Pada perlakuan 15 μM kinetin dan 0 gL-1 arang
aktif yaitu 50 hari dengan ciri-ciri warna eksplan berwarna putih berubah menjadi
hijau dan munculnya tunas tunas apikal atau tunas lateral ; Kemunculan tunas pada
eksplan dengan penambahan kinetin 30 μM dan arang aktif 0 gL-1 berlangsung
sangat lambat. Hasil pengamatan pertumbuhan tunas lateral menunjukkan bahwa
pada pelakuan kinetin 15 μM dan 0 gL-1 arang aktif menghasilkan tunas lateral
paling banyak dengan jumlah 6 tunas, sedangkan pada perlakuan kinetin 30 μM dan
0gL-1 menghasilkan 2 tunas lateral. Hasil pengamatan ini mengindikasikan bahwa
pisang kultivar Ambon Nangka memerlukan waktu induksi tunas lateral yang
sangat lama dan membutuhkan subkultur berkala. Pengamatan tunas apikal
menunjukkan bahwa pada perlakuan kinetin 15 μM dan 1 gL-1 arang aktif
menghasilkan tunas sepanjang 25 mm ; kinetin 25 μM dan 1 gL-1 arang aktif yang
Muhamad Gian Azhar H
140210180085 / B
Tugas Bioteknologi Molekul dan Bioproses (Resume Jurnal)
INDUKSI TUNAS MIKRO PISANG KULTIVAR AMBON NANGKA (Musa sp.) SECARA IN
VITRO
Abstract
The research was carried out to determine the best concentration of kinetin and activated charcoal to
stimulate the shoot growth of Ambon Nangka banana cultivar. This research used a Completely Randomised
Design (CRD) arranged factorials. The first factor was the concentration of kinetin with 4 levels i.e. 15 μM, 20 μM,
25 μM and 30 μM. The second factor was the concentration of activated charcoal with 4 levels i.e. 0 gL-1; 1 gL-1; 2
gL-1; and 3 gL-1. Each treatment combination was repeated 3 times, which resulted in 48 experimental units. The
parameters measured were the shoot emergence time, number of shoots, shoot length, number of roots and root
length. The data were analysed using an analysis of variance at 95% and 99% level of confidences. The research
results showed that the interaction between kinetin and activated charcoal had no effect on shoot length of Ambon
Nangka banana cultivar. It was also found that the addition of 20 µM kinetin without any added activated
charcoal resulted in the highest shoot number of Ambon Nangka banana cultivar.
Gambar 1. Pertumbuhan eksplant : (A) Merupakan eksplant yang baru ditanam, (B) Eksplant mengalami
pertumbuhan warna menjadi hijau, (C) Tumbuhnya tunas apical : (1) Tunas apical.
Pemberian kinetin pada media rata-rata dapat maksimal. Zat pengatur tumbuh pada konsentrasi
membentuk tunas 5-8 minggu setelah penanaman. tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
Terbentuknya tunas ini ditandai dengan munculnya sedangkan pemberian konsentrasi yang rendah tidak
massa sel baru pada bagian eksplan. Tunas yang akan memacu pertumbuhan eksplan. Menurut
terbentuk berwarna kehijauan. Menurut Subramanyam Damasco et al. (1998), kinetin merupakan zat pengatur
et al. (2011), pemberian zat pengatur tumbuh dalam tumbuh yang mudah diserap dan ditranslokasikan serta
konsentrasi yang rendah atau terlalu tinggi, tidak berfungsi mempercepat perkembangan tunas. Namun
mampu merangsang pembentukan tunas secara demikian, pemberian zat pengatur tumbuh dalam
46
VIGOR: Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika 5 (2) : 45 - 50 (2020)
konsentrasi yang terlalu rendah atau tinggi, tidak pembelahan sel. Meningkatnya sintesis protein akan
mampu merangsang pembentukan tunas secara mendorong pembentukan dan pengembangan jaringan.
maksimal.
Hasil pengamatan pertumbuhan tunas lateral
Perkembangan lebih lanjut dari eksplan (Gambar 2) menunjukkan bahwa pada pelakuan
menunjukkan bahwa eksplan yang berwarna kehijauan kinetin 15 µM dan 0 gL-1 arang aktif menghasilkan
mengalami pembengkakan. Hal ini menandakan bahwa tunas lateral paling banyak dengan jumlah 6 tunas,
eksplan telah mengalami tahap pembelahan dan sedangkan pada perlakuan kinetin 30 µM dan 0gL-1
pembesaran sel. Kemudian dari eksplan muncul tunas menghasilkan 2 tunas lateral. Tunas terbentuk dari
yang menunjukkan eksplan tersebut mengalami samping bonggol. Tunas lateral yang diperoleh
diferensiasi sel. Menurut Vishnevetsky et al. (2011), memiliki ukuran kecil dan memiliki warna hijau.
diferensiasi sel adalah terbentuknya jaringan atau Pembentukan tunas lateral ini memakan waktu sangat
organ. Menurut Wattimena, (1988), pada proses lama dan diperlukan dua kali subkultur eksplan ke
diferensiasi tunas, sitokinin berpengaruh terhadap media baru. Hasil pengamatan ini mengindikasikan
pembelahan sel, induksi pembentukan organ dan bahwa pisang kultivar Ambon Nangka memerlukan
perkembangan selanjutnya. Pada proses ini, sitokinin waktu induksi tunas lateral yang sangat lama dan
berperan aktif dalam pemasokan nukleotida-nukleotida membutuhkan subkultur berkala.
sintesis protein. Sintesis protein diperlukan untuk
Gambar 2. (A) Tunas lateral pada perlakuan kinetin 20 uM dan 0 gL-1 , (B) Tunas lateral pada perlakuan kinetin 30
uM dan 0 gL-1,: (1) Tunas lateral.
Kinetin yang digunakan tanpa penambahan Pengamatan tunas apikal (Gambar 3)
arang aktif tidak kehilangan aktivitasnya untuk menunjukkan bahwa pada perlakuan kinetin 15 µM
merangsang atau memacu sel atau jaringan eksplan. dan 1 gL-1 arang aktif menghasilkan tunas sepanjang
Semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang 25 mm. Kinetin 25 µM dan 1 gL-1 arang aktif yang
ditambahkan ke dalam media kultur, maka menghasilkan tunas apikal sepanjang 13 mm. Kinetin
pertumbuhan panjang masing-masing tunas apikalnya 25 µM dan 3 gL-1 mampu menghasilkan panjang 7
terhambat. Menurut Zulkarnain (2009), pembentukkan mm tunas apikal. Warna tunas yang dihasilkan hijau,
tunas lateral dipengaruhi oleh pertumbuhan tunas menandakan bahwa eksplan mengalami pertumbuhan
apikal. Hal tersebut dipengaruhi oleh dominansi apikal. yang dicirikan dengan penambahan panjang dan
bertambahnya volume eksplan.
Gambar 3. (A) Perlakuan kinetin 15 uM dan 1 gL-1 menghasilkan tunas apikal tinggi, (B) Perlakuan kinetin 25 uM
dan 1 gL-1 arang aktif menghasilkan tunas apikal pendek : (1) tunas apikal.
47
VIGOR: Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika 5 (2) : 45 - 50 (2020)
Menurut Wattimena (1987) sitokinin yang menghambat pertumbuhan tunas lateral. Selama masih
diberikan secara eksogen akan diserap oleh eksplan ada tunas apikal, pertumbuhan tunas lateral akan
dan kemudian dialirkan melalui xylem ke tempat tunas terhambat (Müller et al., 2015; Tanaka et al., 2006).
aksilar sehingga tunas aksilar mengandung sitokinin
Guna mengatasi tingginya konsentrasi ABA
lebih tinggi dan merangsang untuk menbentuk tunas
dan/atau terjadinya dominasi apikal diperlukan
majemuk. Menurut Wareing dan Philips, (1981),
konsentrasi sitokinin yang sangat tinggi. Dominasi
sitokinin mampu merangsang pembelahan sel,
pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian
menghambat pembentukkan akar merangsang
pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan
pertumbuhan dan pembentukan tunas dengan cara
tunas lateral dan dengan penambahan sitokinin dalam
menurunkan dominansi apikal. Menurut Wijayanti,
jumlah besar. Diduga taraf sitokinin eksogen yang
(2002). Kinetin yang ditambahkan pada media tumbuh
ditambahkan pada kultur ini belum mampu
mengakibatkan fase transkripsi dan translasi RNA
mematahkan pengaruh negatif ABA dan juga tidak
berlangsung lebih cepat, yang selanjutnya akan
mampu mematahkan dominasi apikal yang terjadi.
memacu transisi dari tahap G2 ke M dalam siklus sel.
Menurut Schaller et al., (2014), aplikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi zat
sitokinin dapat menghilangkan dominansi apikal dan
pengatur tumbuh eksogen dalam memacu
merangsang pertumbuhan tunas lateral sehingga tunas
pertumbuhan tunas adalah kemampuan jaringan
menjadi lebih banyak. Lebih lanjut El-Showk et al.,
menyerap dan menghantarkan zat pengatur tumbuh
(2013), menyatakan bahwa pada peristiwa pematahan
serta kemampuan zat pengatur tumbuh beriteraksi
dominansi apikal sitokinin berpengaruh memacu
dengan zat pengatur tumbuh endogen. Kedua hal
diferensiasi berkas pengangkut pada primordial
tersebut menentukan pembentukan dan perkembangan
cabang, sehingga memfasilitasi transport air dan nutrisi
tunas. Menurut Gunawan, (1988), interaksi dan
dari batang ke primordium dan memacu pembentukan
perimbangan zat pengatur tumbuh endogen dan
cabang lateral.
eksogen menentukan perkembangan eksplan.
Perlakuan dengan konsentrasi kinetin tinggi dan
Pada penelitian ini tunas lateral yang sangat
arang aktif yang tinggi menunjukkan pertumbuhan
diharapkan tidak terbentuk pada seluruh perlakuan.
tunas yang tidak optimal. Menurut Huang et al.,
Rendahnya persentase eksplan yang membentuk tunas
(2001), arang aktif atau karbon dapat menyerap
mikro dan jumlah tunas mikro yang dihasilkan pada
senyawa racun dalam media atau menyerap unsur
penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh
penting lain yang ada di dalam media. Hal ini
konsentrasi Kinetin yang digunakan, kondisi fisiologi
menyebabkan pertumbuhan tunas terhambat, karena
eskplan, dominasi apikal, dan periode kultur. Menurut
senyawa esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Halperin, (1978), terdapat kemungkinan lain yang
eksplan terikat dalam pori arang akatif sehingga
menyebabkan eksplan gagal berinisiasi yaitu sel-sel
menjadi tidak tersedia.
pada eksplan kurang responsif atau sel-sel pada
eksplan tidak mampu berdiferensiasi karena kurangnya Hasil pengukuran panjang tunas/eksplan
rangsangan induksi esensial seperti jenis dan menunjukkan bahwa seluruh eksplan mengalami
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang kurang tepat. perpanjangan. Perpanjangan tunas disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain perpanjangan sel dan
Kondisi fisiologi pada saat pengambilan eksplan
pembelahan sel. Keberhasilan dan kecepatan tumbuh
diduga sangat berpengaruh pada pertumbuhan tunas.
eksplan dalam kultur in vitro sangat tergantung pada
Eksplan pada penelitian ini diambil pada puncak
ketersediaan unsur-unsur hara mineral maupun zat
musim kemarau, sehingga diduga memiliki kandungan
pengatur tumbuh yang tersedia dalam kultur dengan
ABA yang tinggi sebagai respon tumbuhan terhadap
konsentrasi tertentu. Kelengkapan media kultur dengan
stres air. Tingginya konsentrasi ABA endogen ini akan
beberapa zat pengatur tumbuh berperan dalam
menghambat pembentukan dan pertumbuhan tunas
mengatur permeabilitas dinding sel sehingga
mikro/lateral. Lebih lanjut, eksplan sword sucker yang
mempermudah keluar masuknya air yang mengandung
digunakan pada penelitian ini ditanam dalam kondisi
unsur-unsur hara yang diperlukan untuk sintesis
utuh/tidak dibelah. Sehingga tunas apikal akan
protein serta senyawa-senyawa organik lain yang
mengasilkan auksin endogen yang tinggi dan akan
diperlukan untuk pertumbuhan lebih lanjut dari
menghambat pertumbuhan tunas lateral fenomena
eksplan (Rahardja, 1988).
yang dikenal dengan dominasi apikal. Menurut Heddy
(1989), dominansi apikal atau dominansi pucuk adalah Faktor internal antara lain faktor genetik eksplan
fenomena tertekannya pertumbuhan tunas lateral oleh dan faktor lingkungan. Menurut Edison et al., (2001),
tunas apikal pada suatu cabang. Dominansi apikal pisang Ambon Nangka termasuk ke dalam pisang
48
VIGOR: Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika 5 (2) : 45 - 50 (2020)
50