Abstract
Duku (Lansium domesticum Corr.) was one of the tropical fruit with economic value that has high
demand in the market due to its sweet taste and nutritional value. This fruit has polyembryonic
seeds that will produce a higher number of new plants with similar characteristics to their parental
plants. Propagation by in vitro technique will produce large plant quantity in a shorter time
compared to the conventional method. The study aimed to determine the poliembryoni response of
Lansium domesticum, which longitudinally divided into three parts, with the addition of BAP
(Benzyl Amino Purine) using test-tube. This study used a completely randomized design (CRD)
using the concentrations of BAP = 0, 1, 3, 5, and 7 mg/L BAP. The results showed that the fastest
shoot time was 2.20 weeks after planting at a concentration of 1 mg/L BAP. The highest number of
shoots (2.00) was in 3 mg/L BAP treatment. The treatment of the concentrations of BAP was not
able to increase the number of plant shoots.
Keywords: BAP (Benzyl amino purine), in vitro, polyembryonic, Lansium domesticum Corr.
Abstrak
Duku (Lansium domesticum Corr.) adalah salah satu buah tropis bernilai ekonomis yang diminati
oleh masyarakat dengan rasa manis dan bernilai gizi tinggi. Biji duku memiliki sifat poliembrioni
yang akan menghasilkan tanaman lebih banyak dan seragam sesuai dengan induknya.
Perbanyakan dengan teknik in vitro akan menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak
dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan secara konvensional. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui respon poliembrioni biji duku yang dibelah tiga secara membujur dengan
penambahan BAP (Benzyl Amino Purine) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan konsentrasi BAP = 0, 1, 3, 5 dan 7 mg/L BAP. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa waktu muncul tunas tercepat yaitu 2,20 MST pada konsentrasi 1 mg/L BAP. Jumlah tunas
tertinggi pada perlakuan 3 mg/L BAP yaitu 2,00 tunas, namun perlakuan pemberian konsentrasi
BAP belum mampu meningkatkan jumlah tunas.
Kata kunci: BAP (Benzyl amino purine), in vitro, poliembrionik, Lansium domesticum Corr.
kandungan unsur hara makro dan mikro yang perlakuan yang merupakan konsentrasi BAP
cukup tinggi (Rahmawati et al. 2014). Zat (Kontrol, 1, 3, 5 dan 7 mg/L BAP) dengan
Pengatur Tumbuh (ZPT) juga perlu lima kali ulangan, sehingga diperoleh 25 unit
ditambahkan dalam media kultur in vitro percobaan.
untuk menopang pertumbuhan eksplan
Prosedur Kerja
menjadi individu baru yang lengkap. ZPT yang
biasa digunakan salah satunya adalah Benzyl Eksplan yang digunakan dalam
Amino Purin (BAP) dari golongan sitokinin. penelitian ini adalah biji duku (Lansium
BAP mampu merangsang pembelahan sel domesticum Corr.) dari buah yang sudah
secara baik, sehingga eksplan akan membentuk matang didapatkan dari Pasar Buah Pekanbaru,
nodul (Hariono et al. 2018). Riau. Alat-alat yang akan digunakan seperti
Duku merupakan salah satu tanaman botol kultur, cawan petri, pinset, scapel dan
yang memiliki biji yang bersifat poliembrioni. lain-lain disterilkan menggunakan autoklaf
Prihatini et al. (2010) menyatakan bahwa dari pada suhu 121ºC dengan tekanan 15 Psi
penanaman biji duku utuh pada media MS, ½ selama 15 menit (Syah 2016).
MS dan WPM dengan penambahan air kelapa Pembuatan media 1 L dilakukan dengan
0, 15% dan 20% menghasilkan 20-30% biji menimbang komponen media seperti gula pasir
duku bersifat poliembrioni. Adanya sifat 30 g, agar 7 g dan media MS 4,33 g,
poliembrioni pada duku memungkinkan untuk kemudian dilarutkan dalam 1000 ml akuades
menghasilkan bibit yang banyak, serta dengan ditambah konsentrasi BAP sesuai dengan
adanya pembelahan pada eksplan biji perlakuan (0, 1, 3, 5 dan 7 mg/L). Larutan
diharapkan akan menginduksi pembentukan dikondisikan pada pH 5,8 kemudian dimasak
tunas lebih banyak. Berdasarkan uraian di atas hotplate hingga mendidih. Setelah
tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk mendidih larutan dimasukkan ke dalam botol
mengetahui respons poliembrioni pada biji kultur ±30 ml. Botol ditutup alumunium foil
duku (Lansium domesticum Corr.) dengan dan ditutup kembali menggunakan plastik lalu
penambahan BAP pada eksplan biji yang diikat dengan karet. Media disterilisasi dengan
dibelah tiga membujur secara in vitro. menggunakan autoklaf pada suhu 121°C
dengan tekanan 15 psi. Setelah sterilisasi
Metode Penelitian media diuji kontaminasi selama ±1 minggu
(Hariono et al. 2018). Biji buah duku
dibersihkan dan dicuci hingga bersih dari
Bahan dan Alat arilnya. Kemudian dilakukan sterilisasi eksplan
Bahan-bahan yang digunakan adalah biji di luar dan di dalam LAFC. Sebelum
duku (Lancium domesticum Corr.) dari pasar melakukan penanaman LAFC disterilisasi
buah Pekanbaru, media Murashige Skoog menggunakan alkohol 70% dan UV LAFC
(MS), Benzyl Amino Purine (BAP), akuades, dibiarkan menyala selama 60 menit. Peralatan
gula, agar, KOH 1N, HCl 1N, alkohol 70%, yang digunakan dalam proses penanaman
detergen, pemutih, bakterisida, fungisida, disemprot terlebih dahulu menggunakan
tween 20, kertas saring, tisssue gulung, alkohol 70% kemudian dimasukkan dalam
aluminium foil, kertas label, plastik kaca dan LAFC. Eksplan biji duku yang telah
karet gelang. disterilisasi dibelah menggunakan skalpel dan
Alat-alat yang digunakan dalam pinset menjadi 3 bagian secara membujur.
penelitian ini adalah Air Flow Cabinet (LAFC) Kemudian eksplan biji ditanam dalam media
(Lab Tech), autoklaf, oven, rak kultur, perlakuan. Parameter yang diamati meliputi
timbangan analitik, hotplate, pH meter, waktu muncul tunas (MST), jumlah tunas,
erlenmeyer, botol kultur, gelas ukur, pipet tinggi tunas, jumlah daun, waktu muncul akar
tetes, gelas kimia, cawan petri, pinset, spatula, (MST) dan jumlah akar pada 8 minggu setelah
skalpel, lampu bunsen, gunting, batang tanam.
pengaduk, botol sprayer dan panci.
Analisis Data
Rancangan Penelitian
Data hasil pengamatan dianalisis secara
Penelitian ini menggunakan Rancangan statistik menggunakan ANOVA pada program
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima
SPSS versi 17, apabila terdapat pengaruh nyata menunjukkan hasil yang signifikan pada
dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5% parameter yang diamati. Ini disebabkan nilai
(Hariono et al. 2018). yang tidak terlalu jauh berbeda antar
perlakuan. Berdasarkan hasil analisis ANOVA
menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi
Hasil dan Pembahasan BAP (0, 1, 3, 5 dan 7 mg/L) berpengaruh nyata
terhadap waktu muncul tunas, namun tidak
Respons poliembrioni biji duku berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas,
(Lansium domesticum Corr.) yang dibelah waktu muncul akar dan jumlah akar yang
menjadi tiga bagian secara membujur dengan diamati 8 minggu setelah tanam (MST).
penambahan BAP pada media MS belum
Tabel 1. Pengaruh pemberian BAP terhadap waktu muncul tunas (MST), jumlah tunas (tunas), tinggi tunas (cm)
dan jumlah daun (daun)
Parameter
Perlakuan Waktu Muncul Tunas Jumlah Tunas Tinggi Tunas Jumlah Daun
(MST) (Tunas) (cm) (Helai daun)
Kontrol 4,00ab 1,00 1,12a 0,8
b
1 BAP 2,20 a
1,60 2,28 2,6
a
3 BAP 4,40 b
2,00 0,90 1,4
a
5 BAP 4,80 b
1,60 0,84 0,4
a
7 BAP 7,80 c
1,60 0,38 0,6
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata
(p<0,05) pada uji DMRT taraf 5%
A B
yang dihasilkan eksplan dalam kultur in vitro. kultur akan memengaruhi pertumbuhan
Selain pengaruh konsentrasi BAP yang vegetatif pada eksplan. Unsur nitrogen yang
diberikan, tinggi tunas yang dihasilkan dari diserap oleh eksplan mampu merangsang
eksplan biji duku juga dipengaruhi oleh unsur sintesis sitokinin yang berguna untuk
hara pada media MS. Salah satu unsur hara pembentukan dan pertumbuhan tinggi tunas
yang memengaruhi adalah nitrogen. (Shintiavira et al. 2012).
Kemampuan menyerap nitrogen dari media
A B C
Gambar 4. Keragaan daun yang dihasilkan. A = perlakuan kontrol; B = perlakuan 1 BAP; C = perlakuan 5 BAP
Gambar 5. Pertumbuhan akar = perlakuan 1 mg/L BAP (Tanda panah menunjukkan akar)