Oleh:
SUCI RAHMANISSA N
1705101050045
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar balakang
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan tanaman aromatik penghasil minyak
atsiri yang terkenal dengan nama minyak nilam. Minyak nilam atau patchouli oil dibutuhkan
dalam industri kimia, parfum, kosmetik, dan kesehatan (aromaterapi). Minyak nilam
berfungsi sebagai fiksatif (pengikat) minyak atsiri lain yang sampai sekarang belum ada
yang dapat menggantikannya (Hadipoentyanti et al., 2010).
Indonesia merupakan negara pengeskspor minyak nilam terbesar di dunia. Besarnya
ekspor minyak atsiri di Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal
tersebut karena semakin tinggi permintaan terhadap bahan baku parfum, kosmetik, farmasi
dan interaksi trend mode dunia, serta belum ditemukannya barang substitusi essential oils
yang bersifat pengikat (fixatif) dalam industri parfum dan kosmetika (Mangun et al., 2012).
Pada tahun 2019 produksi nilam meningkat dari tahun sebelumnya yakni mencapai 2,30 ribu
ton dengan 50-70% produksi nasional dihasilkan dari Provinsi Aceh. Pada tahun 2020,
produksi nilam meningkat dari tahun sebelumnya dengan produksi mencapai 2.442 ton
dengan luas lahan mencapai 21.477 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2020).
Indonesia memiliki tiga varietas nilam yaitu nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.),
nilam sabun (Pogostemon hortensis Becker.), dan nilam Jawa (Pogostemon heyneanus
Benth.). Pogostemon cablin Benth atau yang dikenal dengan nama nilam Aceh yang paling
banyak diusahakan karena meiliki kadar minyak yang lebih tinggi (Mariska et al., 2003).
Nuryani (2006) menyatakan bahwa nilam Aceh mengandung sekitar 2,5-5% minyak,
sehingga banyak diminati oleh petani maupun pasar. Sedangkan nilam jawa dan nilam sabun
memiliki kandungan minyak sekitar 0,5 -1,5 %.
Permintaan terhadap nilam yang terus meningkat ini tidak bisa diimbangi dengan
peningkatan produktivitas tanaman nilam. Hal ini karena bibit nilam diperoleh secara
vegetatif yaitu dengan setek secara langsung di kebun, namun memerlukan bahan setek yang
lebih banyak dan pertumbuhan tanaman kurang baik, serta kemungkinan setek yang mati
lebih banyak (Mardani, 2007). Salah satu peningkatan kualitas minyak nilam yaitu dengan
penggunaan bibit unggul yang memiliki kualitas minyak yang diinginkan, namun
ketersediaan jumlah bibit unggul yang tersedia masih terbatas.
1
2
Solusi dalam mengatasi masalah perbanyakan bibit unggul nilam melalui kultur
jaringan. Kultur jaringan (tissue culture) merupakan suatu metode untuk menumbuh
kembangkan bagian tanaman seperti sel, jaringan, protoplasma maupun irisan organ
tanaman secara aseptik didalam suatu media kultur yang mengandung nutrisi lengkap, dan
dalam kondisi lingkungan terkendali sehingga bagian tanaman tersebut berhasil beregenerasi
kembali menjadi tanaman secara utuh (Dwiyani, 2015). Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam keberhasilan kultur jaringan adalah bahan eksplan, jenis media yang
digunakan, pemilihan zat pengatur tumbuh (ZPT), teknik sterilisasi dan lingkungan inkubasi.
Bahan eksplan ditentukan dengan mempertimbangkan ukuran, umur fisiologis dan organ
tanaman yang akan digunakan sebagai sumber bahan tanam (Hartman et al., 1990).
Keuntungan penyediaan bibit melalui kultur jaringan diantaranya dapat mengeliminasi
penyakit (bebas dari mikroba/virus) dalam jumlah besar dan seragam (Hadipoentyanti,
2010).
Bahan eksplan yang berasal dari tunas paling umum digunakan karena tunas memiliki
jaringan meristem yang aktif membelah. Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur
jaringan adalah golongan auksin dan sitokinin. ZPT golongan auksin yang biasa digunakan
dalam kultur in-vitro adalah: indole-3- acetic acid (IAA), indole-3- butricacide (IBA), 2,4-
dichlorophenoxy-acetic acid (2,4-D) dan naphthalene- acetic acid (NAA). ZPT dari
golongan sitokinin adalah: BA (Benzyladenine), BAP (6-benzyloaminopurine), 2- iP
(isopentenyl adenine), kinetin (6-furfurylaminopurine), Zeatin (6-4-hydroxy-3-methyl-trans-
2-butenylaminopurine) dan TDZ (thidiazuron) (Dwiyani,2015).
Golongan sitokinin sering digunakan dalam perbanyakan secara in vitro yang berfungsi
mendorong pembelahan sel, pembentukan dan pertumbuhan tunas aksilar maupun tunas
adventif (Lestari, 2011). Salah satu jenis sitokinin yang sering digunakan dalam teknik in
vitro adalah BAP (6-benzylaminopurine) karena lebih stabil, tidak mahal, mudah tersedia,
dapat disterilisasi, dan efektif (Wattimena, 1988). Penggunaan media MS dengan
penambahan 1 mgL-1 BAP menghasilkan rata-rata jumlah tunas tertinggi pada perbanyakan
nilam secara in vitro (Sobardini et al., 2006). Norrizah et al. (2012) menyatakan bahwa
peningkatan konsentrasi BAP pada kultur jaringan nilam justru menurunkan pertambahan
jumlah tunas. Hasil penelitian Suminar et al. (2015) menyatakan bahwa penambahan 0,5
mgL-1 BAP menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu 32,83 buah, jumlah daun terbanyak
yaitu 150,44 helai daun, dan bobot segar yang terbaik dengan bobot segar 3,32 g. Hasil
penelitian Krisna (2017) menyatakan bahwa penambahna 0,5 mgL-1 BAP kedalam media
3
menghasilkan jumlah tunas tertinggi sebesar 16,5 buah per ekslapn. Hadipoentyanti et al .
(2009) menyatakan bahwa media MS dengan penambahan 0,5 mgL-1 BAP merupakan
media terbaik untuk induksi tunas tanaman nilam. BAP merupakan zat pengatur
tumbuh sitokinin yang berpengaruh pada proliferasi tunas, pemecah dormansi,
dapat meningkatkan pembelahan sel, tetapi penghambat pembentukan akar.
Penggunaan NAA yang ditambahkan ke dalam media akan merangsang pembelahan sel
dan sintesis protein sehingga akan memacu pertumbuhan kalus. Penggunaan auksin pada
jaringan akan menimbulkan pengaruh yang berbeda-beda. Umumnya penggunaan auksin
pada konsentrasi yang semakin tinggi justru bersifat menghambat dari pada merangsang
pertumbuhan (Fitramala, 2014). Hasil penelitian Isnaeni et al. (2018) menunjukkan bahwa
penggunaan 0.1 ppm NAA memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan eksplan nilam
dengan diameter kalus mencapai 1 cm dan tekstur remah dan berwarna putih yang memiliki
potensi untuk tumbuh tunas.
Kombinasi 1 mgL -1 BAP dengan 0,25 mgL -1 NAA terbukti menghasilkan jumlah tunas
tertinggi pada tanaman nilam dengan jumlah tunas 32.93 tunas dan panjang tunas 3.80 cm
(Hidayah et al., 2012). Hasil penelitian Suminar et al. (2016) menunjukkan penambahan
-1 -1
0,01 mgL NAA + 1 mgL BAP yang menghasilkan jumlah tunas lebih banyak yaitu
sebeaar 16,8 buah. Hasil penelitian Pralitha et al. (2016) menyatakan penambahan 1 mgL -
1 -1
BAP dengan 0,5 mgL NAA menghasilkan jumlah tunas sebesar 14 buah, lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lain.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk menghasilkan bibit unggul tanaman nilam dilakukan
penelitian mengenai perbanyakan tunas pucuk nilam menggunakan konsentrasi BAP dan
dan NAA secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa konsentrasi BAP dan
NAA untuk induksi tunas nilam.
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Konsentrasi BAP berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas pucuk tanaman nilam
secara in vitro.
2. Konsentrasi NAA berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas pucuk tanaman nilam
secara in vitro
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi BAP dan NAA terhadap pertumbuhan tunas
pucuk tanaman nilam secara in vitro.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Tanaman nilam dapat tumbuh di sawah, tegalan, pekarangan rumah, atau di hutan
yang baru di buka. Nilam tumbuh di tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung
bahan organik. Jenis tanah untuk tanaman nilam adalah regosol, latosol, dan aluvial. Ciri-
ciri tanah organik adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Keasaman tanahnya
(pH) 6-7, memiliki drainase yang baik, dan tidak menyebabkan genangan air pada musim
hujan (Nuryani, 2006).
2.1.2.2 Cahaya matahari
Tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75-100%. Pada
tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar
minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan
tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah
(Nuryani, 2006).
Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang
rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan
dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi. Sehingga sebaiknya pada periode
awal pertumbuhannya, tanaman nilam diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap
kekeringan (Sahwalita et al., 2016).
Hasil penelitian Rosman et al. (2004), bahwa tanaman nilam ketika masih muda
sangat membutuhkan naungan dengan intensitas cahaya 50 %. Pada kondisi ini nilam
memiliki pertumbuhan lebih baik dari pada terbuka (100 %). untuk mendapatkan naungan
dengan intensitas 50% dapat digunakan paranet yang dijual dipasaran. Sedangkan untuk
naungan dengan intensitas 75% bisa digunakan jaring yang ada dipasaran.
2.1.2.3 Ketinggian
Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai pada dataran tinggi
yang mempunyai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Nilam akan tumbuh dengan
baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat antara 50-400 m dpl (Nuryani, 2005).
2.1.2.4 Suhu
Secara teoritis, setiap tanaman memerlukan suhu yang tinggi terutama pada fase
generatif. Akan tetapi, suhu yang terlalu tinggi, dapat merusak jaringan tanaman dan
menggugurkan daun-daun tanaman. Nilam termasuk jenis tanaman tropis, oleh karena
itutanaman nilam dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah tropis antara 100 lintang utara
sampai 100 lintang selatan. Suhu yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman nilam
adalah 24 °C – 28 °C (Subroto, 2007).
7
menentukan tipe aroma minyak nilam. Patchoulol dan α-patchoulena merupakan komponen
yang dari patchouli oil menentukan kualitas dari minyak nilam. Walupun α-patchoulena
ditemukan sedikit, tetapi merupakan komponen utama patchouli oil karena ketika bersama
dengan patchoulol dapat menentukan aroma minyak.
Varietas nilam Lhokseumawe menunjukkan nilai yang tertinggi pada kadar minyak
nilam nilam dengan nilai 1.84% dan terendah terdapat pada varieta Tapaktuan dengan nilai
0.68% (Susila, 2018). Sedangkan untuk nilai patchouli alcohol (Pa) dilihat bahwa varietas
Sidikalang menunjukkan nilai yang tertinggi PA minyak nilam dengan nilai 47,38% dan
tidak berbedanyata dengan varietas Tapaktuan dengan nilai 47,09%. Sedangkan terendah
terdapat pada varietas Lhokseumawe dengan nilai 41, 81%.
piridoksin HCl (vitamin B6), asam nikotinat dan riboflavin (vitamin B2). Asam amino
merupakan sumber N organic yang lebih mudah diabsorpsi daripada N anorganik dalam
medium yang sama (Zulkarnain, 2009).
Media Murashige dan Skoog (MS) adalah yang paling luas penggunaannya
dibandingkan dengan media dasarlainnya, terutama pada mikropropagasi tanaman dikotil
dengan hasil yang memuaskan. Media MS memiliki kandungan garam-garam yang lebih
tinggi daripada media lain, disamping kandungan nitratnya juga tinggi (Zulkarnain, 2009).
2.3 Peranan zat pengatur tumbuh dalam kultur jaringan tanaman nilam
Zat pengatur tumbuh (ZPT) didefinisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang
aktif dalam jumlah kecil yang disintesis pada bagian 28 tertentu tanaman dan pada umumnya
diangkut ke bagian lain tanaman di mana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara
biokimia, fisiologis dan morfologis (Wattimena, 1988). kultur jaringan terdapat dua
golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Sitokinin
berperan penting untuk merangsang pembelahan sel dan auksin digunakan secara luas dalam
kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, suspensi sel dan organ. Berdasarkan
penelitian Rahman et al (2003) menyatakan bahwa ZPT dalam konsentrasi rendah dapat
mempengaruhi proses fisiologis tumbuhan.
Pembentukan tunas secara in vitro sangat menentukan keberhasilan produksi bibit
yang cepat dan banyak. Semakin banyak tunas yang terbentuk akan berkorelasi positif
dengan bibit yang dapat dihasilkan melalui kultur jaringan. Demikian untuk memacu faktor
multiplikasi tunas yang tinggi diperlukan penambahan zat pengatur tumbuh sitokinin. Tunas
ganda (tunas majemuk) yang terbentuk secara langsung lebih stabil secara genetik
dibandingkan dengan tunas tidak langsung (Lestari, 2011). termasuk golongan sitokinin
antara lain BAP (Benzyl Amino Purine), BA (Benzil Adenin), kinetin (Furfuril Amino Purin),
2-Ip (2-Isopentenyl Adenin / 6-Dimethyl Allyl Amino Purine), Thidiazuron, PBA (6-(Benzyl
Amino)-9(2-Tetrahydropyranyl)-9H-Purine) dan zeatin (Gunawan, 1995).
Perbanyakan nilam melalui kultur jaringan dengan media dasar MS dan penambahan
ZPT BAP telah berhasil dilakukan dengan hasil multiplikasi yang signifikan yaitu lebih
sepuluh tunas per eksplan. ZPT tersebut mahal harganya, sehingga harga benih asal kultur
jaringan sangat mahal dibanding benih konvensional. Metode perbanyakan nilam dengan
media padat menggunakan media dasar alternatif dan subsitusi vitamin alami diharapkan
dapat menekan harga jual benih sekaligus menghasilkan benih sehat dalam jumlah yang
12
banyak dan seragam serta murah harganya. Hidayah et al., (2012) menyatakan bahwa
penggunaan eksplan nodes pada kultur jaringan nilam memberikan respon regenerasi yang
cepat pada minggu pertama inisiasi.
Golongan sitokinin sering digunakan dalam perbanyakan secara in vitro yang
berfungsi mendorong pembelahan sel, pembentukan dan pertumbuhan tunas aksilar maupun
tunas adventif. Penggunaan media MS dengan penambahan 1 mgL-1 BAP menghasilkan
rata-rata jumlah tunas tertinggi pada perbanyakan nilam secara in vitro (Sobardini et al.,
2006). Perlakuan 1 mgL-1 BAP menghasilkan jumlah tunas yang relatif lebih rendah
dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
BAP cenderung menurunkan jumlah tunas. Menurut Hutabarat (2003) penambahan 0,5
mgL-1 BAP sangat mempengaruhi jumlah tunas nilam yang yang terbentuk yaitu
sebanyak 17,8 tunas. Hasil penelitian Krisna (2017) menyatakan bahwa penambahna 0,5
mgL-1 BAP kedalam media menghasilkan jumlah tunas tertinggi sebesar 16,5 buah per
ekslapn. Hadipoentyanti et al . (2009) menyatakan bahwa media MS dengan
penambahan 0,5 mgL-1 BAP merupakan media terbaik untuk induksi tunas tanaman
nilam.
Penggunaan ZPT BAP dan NAA banyak digunakan untuk menginduksi tunas tanaman
dan telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Paul et al., (2010) menunjukkan bahwa
penambahan 2,5 mgL-1 BAP dan 0,5 mgL-1 NAA menghasilkan jumlah tunas sebanyak 81,3
tunas dan panjang tunas nilam 1 cm. Suminar et al., (2016) menyatakan bahwa untuk
-1 -1
perbanyakan jumlah tunas nilam pada penambahan 0,01 mgL NAA + 1 mgL BAP
yang menghasilkan jumlah daun lebih banyak yaitu sebanyak 97 helai daun.
BAB III. METODE PENELITIAN
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah pucuk tunas muda (young shoot
tip) tanaman nilam varietas tapak tuan sebanyak 120 pucuk yang diperoleh dari hasil
perbanyakkan nilam yang berasal dari stek pucuk nilam, Media Murashige dan Skoog (MS)
(Komposisi dapat dilihat pada Lampiran 1), zat pengatur tumbuh jenis sitokinin yaitu Benzyl
Amino Purine (BAP), zat pengatur tumbuh jenis auksin yaitu Naphthalene Acetic Acid (
NAA), akuades steril, alkohol 70% dan 96%, larutan NaOCl 10% dan 5%, KOH 0,1 N, HCl
0,1 N, plastik wrap, plastik transparan tahan panas, karet gelang, kertas saring, masker, tisu,
spiritus, korek api, dan stiker label.
13
14
Faktor pertama adalah konsentrasi BAP (B) yang terdiri dari 5 taraf :
B0= kontrol
B1= 0,25 mg L-1
B2= 0,5 mg L-1
B3= 0,75 mg L-1.
B4 = 1 mg L-1.
Faktor kedua adalah konsentrasi NAA (N) yang terdiri dari 4 taraf :
N0= kontrol
N1= 0,25 mg L-1
N2= 0,5 mg L-1
N3= 0,75 mg L-1.
Dengan demikian terdapat 20 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga
diperoleh 60 satuan percobaan. Susunan kombinasi dari perlakuan dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan konsentrasi BAP dan NAA pada tanaman nilam
Kombinasi Perlakuan Perlakuan
-1
BAP (mg L ) NAA (mg L-1)
B0N0 0 0
B0N1 0 0,25
B0N2 0 0,5
B0N3 0 0,75
B1N0 0,25 0
B1N1 0,25 0,25
B1N2 0,25 0,5
B1N3 0,25 0,75
B2N0 0,5 0
B2N1 0,5 0,25
B2N2 0,5 0,5
B2N3 0,5 0,75
B3N0 0,75 0
B3N1 0,75 0,25
B3N2 0,75 0,5
B3N3 0,75 0,75
B4N0 1 0
B4N1 1 0,25
B4N2 1 0,5
B4N3 1 0,75
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji F. Model matematika yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
Keterangan:
Yijk = Hasil pengamatan pada faktor konsentrasi BAP (B) taraf ke-i, faktor
konsentrasi NAA (N) taraf ke-j dan ulangan ke-k (k= 1, 2, 3)
Μ = Nilai tengah umum
Bi = Penyimpangan hasil dari nilai μ yang disebabkan oleh pengaruh faktor
konsentrasi BAP (B) pada taraf ke-i (i= 1, 2, 3, 4, 5)
Nj = Penyimpangan hasil dari nilai μ yang disebabkan oleh pengaruh faktor
konsentrasi NAA (N) pada taraf ke-j (j= 1, 2, 3, 4)
(BN)ij = Penyimpangan hasil dari nilai μ yang disebabkan oleh interaksi faktor B taraf
ke-i dan faktor I taraf ke-j
εijk = Galat percobaan untuk faktor konsentrasi BAP (B) taraf ke-i, faktor
konsentrasi NAA (N) taraf ke-j dan ulangan ke-k.
Bila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan maka akan diteruskan
dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
DNMRT0,05 = Duncan New Multi Range Test (DNMRT)
JND = Jarak nyata duncan
A = Taraf nyata (0,05)
D = Jarak
V = Derajat bebas galat
KT galat = Kuadrat tengah galat
U = Ulangan
Violet (UV) dimatikan dan Blower dihidupkan selama ± 15 menit. Setelah itu, LAFC
dibersihkan dengan cara menyemprot alkohol 96% dan dilap dengan menggunakan tisu steril
keseluruh bagian dasar LAFC agar terbebas dari penyebab kontaminasi. Kemudian,
peralatan seperti bunsen, gelas beker, botol berisi media, erlenmeyer berisi cairan untuk
sterilisasi (alkohol, desinfektan, aquades), karet, plastik penutup botol, dan korek api
disemprot dengan menggunakan alkohol 96% terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam
LAFC.
Penggunaan larutan stok NAA sesuai dengan perlakuan, bila 1 mg L-1 media maka
dibutuhkan 1 ml larutan stok NAA.
Isolasi bahan tanam dimulai dari pemilihan dan pemeliharaan tanaman induk.
Tanaman induk yang dipilih harus sehat, bebas penyakit dan memiliki pertumbuhan yang
baik. Hal ini diperlukan agar bahan eksplan yang digunakan dalam kultur jaringan tidak
menjadi sumber kontaminan sehingga kondisi aseptik kultur tetap terjaga. Bagian yang akan
digunakan adalah tunas pucuk tanaman nilam Aceh varietas Tapak Tuan yang didapat dari
hasil perbanyakan nilam melalui stek pucuk yang telah berusia ± 4 bulan. Bagian tanaman
yang diisolasi mulai dari ujung pucuk tunas muda sampai ke bagian pangkal pucuk tunas
dengan panjang ± 5 cm.
perlakuan ZPT. Botol kultur dibuka dan dapat langsung ditanam. Satu botol terdapat satu
eksplan. Penanaman dilakukan didekat dengan bunsen untuk mengurangi terjadinya
kontaminasi. Pengambilan eksplan dengan pinset yang dipanaskan terlebih dahulu dengan
bunsen. Panaskan juga mulut botol, kemudian tutup rapat botol dengan plastik dan diikat
dengan karet gelang agar tidak terkontaminasi.
Botol kultur diberikan label berupa jenis tanaman dan tanggal penanaman. Kemudian
eksplan disimpan didalam ruang inkubasi pada suhu 25 °C dan pencahayaan 16 jam dengan
menggunakan timer otomatis.
2. Persentasi kontaminasi
Hal yang diamati adalah menghitung eksplan yang terkontaminasi jamur atau bakteri.
Rumus menghitung persentase eksplan yang terkontaminasi adalah sebagai berikut:
⅀ Eksplan kontaminasi
⅀ Eksplan yang ditanam setiap perlakuan
% Eksplan Kontaminasi = × 100%
6. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung banyaknya daun yang telah
membuka sempurna pada setiap eksplan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Y. 2010. Karakterisasi minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) dan peningkatan
kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam menggunakan membran selulosa Asetat
dan distilasi fraksinasi. Disertasi. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, and F.T. Davies. 1990. Plant Propagation and Principles
Practices. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
Hatta, M., M. Hayati dan U. Irayani. 2008. Pengaruh IAA dan BAP terhadap pertumbuhan
tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth) in vitro. J. Floratek. 3 : 56-60.
21
22
Hutabarat, D. 2003. Pengaruh basil adenin, macam eksplan, lama inkubasi eksplan
dan cahaya pada sub kultur tanaman nilam (Progostemon Cablin Benth) secara
in vitro. Agrivet. 7 (2): 95 - 103.
Isnaeni. S, L. Chaidir, dan D. Novie. 2018. Pengaruh pertumbuhan tanaman nilam aceh
(Pogostemon cablin Benth.) dengan penambahan naftalen asam asetat (NAA). Jurnal
Hexagro. 2(1) : 11-16.
Kardinan, A., dan Ludi, M. 2004. Mengenal Lebih Dekat Nilam Tanaman Beraroma Wangi
Untuk Industri Parfum dan Kosmetika. Agromedia. Bogor.
Krisna, S.K.M. 2017. induksi proliferasi tunas nilam (pogostemon cablinbenth.) varietas
sidikalang dengan penambahan BAP, gula, dan kitosan untuk produksi biomassa nilam
secara in vitro. Institut PErtanian Bogor, Bogor.
Lestari, Endang. G. 2011. Peranan zat pengatur tumbuh dalam Perbanyakan tanaman melalui
kultur jaringan. Jurnal AgroBiogen 7 (1).
Mangun, H.M.S., Waluyo, H., dan Purnama, S. A. 2012. Nilam; Hasilkan rendemen minyak
hingga 5 kali lipat dengan fermentasi kapang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mardani, D., Y. 2007. Pengaruh Jumlah Ruas dan Komposisi Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Bibit Setek Nilam (Pogostemoncablin Benth). Fakultas Pertanian UNY.
Yogyakarta.
Norrizah, SM,WN Hidayah, S Aminah, S Ruzaina, dan P Faezah. 2012. Effect of medium
strength and hormones concentration on regeneration of Pogostemon cablin using
nodes explants. Asian Journal of Biotechnology 4(1) 46-52.
Nuryani, Y., Emmyzar, Wiratno. 2005. Budidaya Tanaman Nilam. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik, Balitbang Pertanian, Bogor.
Nuryani, Y. 2006. Jurnal Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Balitbang Pertanian, Bogor.
Paul, A., G. Thapa, Basu, A., Mazundar, P., Chandra Kalita, M., dan Sahoo, L. 2010. Rapid
plant regeneration, analysis of genetic fidelity and essential aromatic oil content of
micropropagated plants of Patchouli, Pogostemon cablin (Blanco) Benth. An
industrially imprint aromatic plant. Industrial Crops and Products.32: 366-374
23
Pratibha. S dan J. Sarma. 2016. Pogostemon cablin ( Blanco) Benth. ( Lamiaceae): It’s
Ethnobotany & in vitro regeneration. PHCOG J. 7 (3) : 152 -156. Rukmana, R. 2004.
Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Penerbit kanisius, Yogyakarta.
Rosman, R., dan Hermanto. 2004. Aspek lahan dan iklim untuk pengembangan nilam di
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Bogor.
Rukmana, R. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Sahwalita dan N. Herdiana. 2016. Panduan Budidaya Nilam (Pogostemon cablimI Benth.)
dan Produksi Minyak Atsiri. GIZ Bioclime Project, Sumatera Selatan.
Subroto, T. 2007. Budi Daya dan Penyulingan Minyak Nilam. PT Pribumi Mekar, Bandung.
Susial, P. 2018. Pertumbuhan dan produksi beberapa varietas nilam Nilam (Pogostemon
cablimI Benth.) dengan perlakuan intensitas naungan. Tesis. Program Studi
Agroteknologi Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
Trimulyono, G., Solichatun dan M. S. Dewi. 2004. Pertumbuhan kalus dan kandungan minya
atsiri nilam (Pogostemon cablin (Blanco) Bth.) dengan perlakuan asam α-Naftalen
Asetat (NAA) dan Kinetin. Biofarmasi. 2 (1): 9-14.
Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Penerbit
Agromedia Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN
Pembuatan Media MS
Pengamatan
Analisis Data
25
Keterangan:
(4): 1 mg L-1
26
Lampiran 3. Komposisi Senyawa Kimia Pembuatan Media Murashige dan Skoog (MS)
Volume
Konsentrasi
Konsentrasi larutan stok
Senyawa dalam dalam
Stok Kepekatan dalam larutan yang
Larutan Stok media MS
stok (g L-1) dibutuhkan per
(mg L-1)
Liter (ml)
A NH4NO3 1.650 50 x 82,5 20
B KNO3 1.900 50 x 95 20
KH2PO4 170 34
H3BO3 6,2 1,24
C KI 0,83 200 x 0,166 5
Na2MoO4.4H2O 0,25 0,05
CoCl2. 6H2O 0,025 0,005
D CaCl2. 2H2O 440 100 x 44 10
MgSO4. 7H2O 370 37
MnSO4. H2O 22,3 2,23
E 100 x 10
ZnSO4. 7H2O 8,6 0,86
CuSO4. 5H2O 0,025 0,0025
FeSO4. 7H2O 27,8 1,39
F Na2EDTA.2H2O 50 x 20
37,3 1,865
atau Titriplex III
Thiamine HCl 0,1 0,01
Niacin 0,5 0,05
Vit 100 x 10
Pyridoxine 0,5 0,05
Glicine 2 0,2
Myo Myo-Inositol, 100 100 x 10 10