Anda di halaman 1dari 25

OPTIMASI KOMBINASI PATI LABU KUNING (cucurbita

moschata durch) DAN POLIVINILPIROLIDON SEBAGAI


BAHAN PEGIKAT PADA FORMULASI TABLET
PARACETAMOL DENGAN METODE KEMPA LANGSUNG

SKRIPSI

Oleh:
Nurul Hasanah
NIM.18040071

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2021
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dalah satu kandidat negara hutan hujan tropis terbesar di dunia
yang memiliki potensi sebagai produsen tanaman obat di dunia. Pemilihan
alternatif pengobatan yang bahan bakunya berasal dari tanaman obat, seperti
diTraditional Chinese Medicine (TCM), Ayurveda India (Rose, 2002).
Pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan eksipen alami dalam beberapa tahun
terakhir telah banyak di lakukan penelitian untuk menemukan suatu inovasi baru
terhadap eksipien tablet. Eksipen yang di inovasikan yaitu seperti bahan
penghancur, bahan pengikat, disentegran dalam sediaan tablet (Rose, 2002)

Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling umum di gunakan oleh


masyarakat. Di dunia farmasi saat ini hampir 40% dari seluruh formulasi sediaan
farmasi berbentuk tablet. Tablet mempunyai suatu keunggulan yaitu
penggunaanya yang mudah dan harga yang murah, pengemasan tablet dengan
baik, dan mudah dalam masalah penyimpanan (Voigth, 1994)Pada proses
formulasi tablet, bahan pengikat merupakan salah satu komponen penting
terhadap sifat fisik tablet, karena bahan pengikat dapat mempengaruhi
compabilitas pada tablet. Bahan pengikat mempunyai sifat adhesif yang di
gunakan untuk mengikat serbuk menjadi granul dan bila di lanjutkan kedalam
proses kempa akan menghasilkan suatu tablet (Lachman et al , 1994).

Bahan pengikat termasuk suatu komponen penting terhadap proses


formulasi tablet karena untuk meningkatkan kohesifitas antra partikel serbuk
sehingga kekompakan dan daya tahan tablet yang di inginkan (Voigth, 1994).
Bahan pengikat yang khas dapat di golongkan sebagai berikut: gula dan jenis pati,
turunan selulosa (juga mikro kristalin selulosa), gom arab, tragacakan, gelatin dan
polivinilpropilidon (Banker dan Anderson, 1986).
Labu kuning adalah Salah satu bahan makanan yang tinggi serat sebanyak
11,1% adalah labu kuning (Cucurbita moschata). Kandungan gizi dalam labu
kuning yang telah diolah menjadi tepung dengan metode pengeringan
menggunakan oven microwave memiliki betakaroten sebesar 67,83 mg/g, serat
pangan total 15,22%, air 7,64%, abu 5,31%, protein 5,19%, lemak 1,03% dan
karbohidrat 80,81%. Kandungan amilosa sebanyak 9,86% dan amilopektin 1,22%
pada tepung labu kuning tergolong sangat kecil dibandingkan dengan tepung
terigu, oleh karena itu pada proses penggunaan pati sebagai bahan pengikat tablet
harus di kombinasi dengan bahan pengikat yang berasal dari polimer sintetik.
Walaupun labu kuning memiliki kandungan yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan akan tetapi pemanfaatn nya dalam dunia farmasi masih sangat minim
(Brotodjojo, 2013).

Polivinilpirolidon cocok digunakan sebagai kombinasi pati labu kuning,


karena polivinilpirolidon cocok untuk meningkatkan kelarutan obat dalam air dan
dalam konsentrasi 0,5-0,3% secara bersamaan dapat meningkatkan kekompakan
tablet (Voigth, 1994). PVP biasa di gunakan sebagai bahanpengikat pada proses
pembuatan tablet effervescent. Granul dengan polivinilpirolidon memiliki sifat
alir yang baik sudut diam minimum, menghasilkan fines lebih sedikit, dan daya
kompabilitasnya yang lebih baik (Banker dan Anderson, 1986).

Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat


antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.(FI Edisi IV, 2009).

Proses formulasi tablet dengan metode kempa langsung merupakan pilihan


yang baik. Karena pada proses formulasi tablet yang lain memerlukkan waktu
yang cukup lama, dan untu hasil dari metode kempa langsung akan menjamin
stabilitas obat yang akan di formulasi (Ani, 2016). Metode kempa langsung
memiliki nilai yang baik karena, pada proses kerja yang di lakukan rendah
sehingga lebih ekonomis serta bahan obat yang peka terhadap kelembapan, panas
dan stabilitas yang terganggu akibat proses granulasi dapat menjadi tablet dengan
metode kempa langsung (Voigth, 1995: 169).

Dari latar belakang di atas, penulisan ingin melakukan penelitian dengan


mengkombinasikan kedua bahan pengikat alami dengan sintetis yaitu pati labu
kuning dan polivinilpirolidon (PVP) pada formulasi tablet paracetamol dengan
metode kempa langsung, diharapkan pada penelitian ini menghasilkan tablet baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah kombinasi pati labu kuning (cucurbita moschata durch) dan
Polivinilpirolidon memiliki suatu potensi sebagai bahan pengikat pada
sediaan tablet paracetamol dengan konsentrasi terkecil ?
2. Pada konsentrasi berapa kombinasi pati labu kuning (cucurbita moschata
durch) dan Polivinilpirolidon menghasilkan sifat fisik tablet paracetamol
yang lebih baik diantara variasi konsentrasi bahan pengikat tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Khusus


1. Mengetahui dan mengembangkan kombinasi pati labu kuning (cucurbita
moschata durch) dan Polivinilpirolidon sebagai bahan pengikat pada
proses formulasi tablet paracetamol dengan metode kempa langsung.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi dan menganalisa mutu fisik tablet dengan optimasi
kombinasi pati labu kuning (cucurbita moschata durch) dan
Polivinilpirolidon bahan pengikat menggunakan dengan kempa langsung
2. Mengetahui konsentrasi terbaik antara kombinasi pati labu kuning
(cucurbita moschata durch) dan Polivinilpirolidon sebagai bahan pengikat
dalam formulasi tablet paracetamol dengan metode kempa langsung.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan eksipien bahan
pengikat tablet paracetamol secara kempa langsung dan menambah jenis
baru pengikat.
2. Memberikan nilai tambah bagi bahan alam yang pada umumnya belum di
manfaatkan secara maksimal di industri farmasi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman


2.1.1 Klasifikasi Tanaman (Rosidah, 2019)

Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Order : Violales
Family : Cucurbitaceae
Genera : Cucurbita
Species : Cucurbita moschata Durch.

Menurut (Brotodjojo, 2013) tanaman labu kuning adalah tanaman yang


berasal dari benua Amerika terutama di negara peru dan meksiko. Labu kuning
memiliki beberapa spesies yaitu Cucurbita maxima Duchenes, cucurbita ficifolia
Bouche, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata Duchenes dan Cucurbita pipo L.
pada penelitian kali ini peneliti mengambil spesies Cucurbita moschata Duch
yang dimana memiliki famili Cucurbitaceae, labu kuning juga merupakan suatu
tanaman yang mempunyai pertumbuhan menjalar, untuk tubuh dari buah labu
kuning hampir semua di tutupi oleh bulu halus yang sedikit tajam, tanaman ini
memiliki batang herbaceus ,berakar tunggang, daun berlobus lima dengan variasi
warna dengan permukaan daun bermarna hijau polos sampai hijau berbintik putih,
bunga pada tanaman ini monoceous uniseksual berwarna kuning, sedangkan untuk
buah labu kuning memiliki bentuk pipih ,lonjong, ataupun panjang dengan banyak
alur sekitar 15-20 alur dan untuk bobot berat labu kuning bisa mencapai rata-rata
3-5 kg (Ishak, 2018)
2.1.2 Kandungan Kimia pati labu kuning
Labu kuning memiliki potensi besar untuk dibudidayakan di Indonesia dan
produksinya meningkat dari tahun ke tahun. Data produksi labu kuning tahun
2010 menunjukkan produksi labu kuning di Indonesia 369.846 ton. labu kuning
juga mengandung vitamin C, serat dan karbohidrat yang cukup tinggi. Labu
kuning memiliki kandungan zat gizi yang sangat banyak seperti protein yaitu
sebesar 1,1gram/ 100gram bahan dan pro vitamin A atau β-karoten sebesar
180SI/100gram bahan (Depkes RI, 1996) ,sehingga labu kuning dapat
dimanfaatkan menjadi pati labu kuning sebagai pensubstitusi pati. Pemanfaatan
labu kuning dengan dijadikan pati yaitu untuk menambah masa simpan labu
kuning dan untuk menambahn inovasi baru terhadap dunia industri farmasi.

2.2 Tinjauan Tablet


Tablet adalah sediaan padat,dibuat dengan cara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dalam ta blet dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat penghancur, zat
pengikat, zat pelincir, atau zat lain yang cocok (FI Edisi V, 2009). Tablet
memiliki berbagai macam bentuk, ukuran,bobot, kekerasan, ketebalan,sifat
disolusi dan disentegrasi. Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan
tablet datar. Penggunaan tablet yang sudah di kenali banyak masyarakat maka dari
itu tablet merupakan salah satu bentuk praktiks dalam bentuk penyajian zat aktif
dan zat pengisi dalam bentuk oral. (Harbir, 2012)

Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan dikempa
menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat berikut (Lachman et al, 1994)

1. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong air
ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet
tidak akan memiliki variasi yang besar.
2. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, menghasilkan tablet
yang keras Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang
dihasilkan mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan,
sehingga permukaan tablet halus dan licin.
3. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
permukaan tablet halus dan licin.

2.2.1 Keuntungan dan Kerugin Tablet


Dibandingkan kapsul, tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya
(Lachman et al , 1994)

A. Keuntungan Tablet
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling rendah.
 Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
 Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
 Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk
dikemas serta dikirim
 Pemberian tanda pengental produk pada tablet paling mudah dan murah;
tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
 Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
 Tablet biasa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti
penglepasan diusus atau produk lepas lambat.
 Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk peroduksi
secara besar-besaran.
 Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

B. Kerugian Tablet
Kerugian tablet sebagai berikut (Lachman, et al,1994)
 Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis.
 Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi,
absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari
sifat diatas akan sukar atau tidak mungkin diformulasi daan dipabrikasi
dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.
 Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu penghapsulan
atau penyelubung dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan
penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang
terbaik serta lebih murah.

Kesimpulan dari keuntungan dan kerugian tablet dibandingkan dengan


bentuk sediaan oral lainnya, ternyata tablet benar-benar memberi keuntungan
dalam bentuk tempat/ruangan yang paling kecil yang diperlukan untuk
penyimpanan, juga tablet mudah diberikan dan dikontrol, mudah dibawa dan
ongkosnya rendah.

2.2.2 Metode Pembuatan Tablet


Pada proses formulasi tablet terdapat 3 metoode pembuatan tablet
kkompresi yang berlaku yaitu sebagaiberikut: (Ansel,2008:261-272).

1. Kempa langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir
sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Kempa
langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahan-bahan yang
berbentuk kristal atau serbuk tanpa merubah karakter fisiknya setelah dicampur
dengan ukuran tertentu. Metode ini digunakan pada bahan-bahan (baik obat
maupun bahan tambahan) yang mudah mengalir dan memiliki kompresibilitas
yang baik yang memungkinkan untuk langsung ditablet dalam mesin tablet tanpa
memerlukan proses granulasi. Pada umumnya obat yang dapat dibuat dengan
metode kempa langsung hanya sedikit, karena bahan-bahan yang memiliki sifat-
sifat tersebut di atas tidak banyak. Cara kempa langsung ini sangat disukai karena
banyak keuntungan yaitu secara ekonomi merupakan penghematan besar karena
relatif hanya menggunakan sedikit alat, energi dan waktu (Lachman, Lieberman
and Kanig, 1994:687)

2. Granulasi basah
Pada metode granulasi basah merupaka yang terluas digunakan orang
dalam memproduksi tablet kompresi Metode ini merupakan metode pembuatan
yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-
langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi
sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi
basah, pengayakan granul basah, pengeringan, pengayakan granul kering,
pencampuran bahan pelicin dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan
kompresi. Metode granulasi basah dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur
zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi
dengan larutan bahan pengikat, bila perlu bahan pewarna. Setelah itu diayak
menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400 -500C.
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan
mesin tablet. (Lachman, Lieberman and Kanig, 1994).

3. Granulasi kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau
penambahan bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara
memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih
kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat
kohesif supaya masa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya
untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah,
karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya
diperlukan temperatur yang dinaikkan.(Lachman, Lieberman and Kanig, 1994)
2.2.3 Bahan Tambahan Tablet
Dalam proses pembuatan tablet penggunaan zat aktif saja tidak dapat di
kempa langsung menjadi tablet karena untuk fungsi dari beberapa tablet masih
belum terpenuhi, oleh karena itu perlu adanya bahan tambahan/ eksipien dalam
proses formulasi tablet.

1. Bahan Pengisi
Zat pengisi atau pengencer adalah suatu zat inert secara farmakologis yang
ditambahkan ke dalam suatu formulasi sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian
bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemu dahan
dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Beberapa zat
pengisi yang bisadigunakan adalah laktosa, manitol, sorbitol, avicel, dekstrosa,
dan pati (Haflah, 2013)

2. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah bahan yang ditambahkan untuk memperbaiki gaya
tarik antar partikel formulasi, memungkinkan pembuatan granulasi, dan
mempertahankan integritas tablet akhir(Ansel,et al.2014:120). Penambahan ini
dimaksudkan agar tablet kompak tidak mudah pecah. Bahan pengikat ini sangat
membantu dalam pembuatan granul, diantara bahan pengikat yang digunakan
adalah cairan amilum, gelatin, gom arab, tragakan, derivat selulosa dan polivinil
pirolidon(Lachman, Lieberman and Kanig, 1994). Penggunaan bahan pengikat
yang terlalu banyak atau berlebihan akan menghasilkan massa yang terlalu basah
dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu
hancur yang lama.

a) Mekanisme Bahan Pengikat


Untuk membentuk granul,suatu serbuk antar partikel harus terikat kuat, hal
ini untuk mencegah perpecahan granul menjadi partikel. Ada 5 mekanisme
pengikatan utama antar partikel.

1. Kekuatan adhesi dan kohesi dalam pergerakan cairan film antar serbuk
partikel secara individual.
2. Kekuatan penghubung dalam pergerakan cairan film dalam granul Selama
granulasi basah, cairan ditambahkan kedalam campuran serbuk dan akan
didistribusikan sebagai film disekitar partikel. Cairan tersebut
ditambahkan secukupnya untuk membentuk lapisan dan untuk
menghasilkan pergerakan film.
3. Pembentukan jembatan yang kuat setelah pengeringan Hal ini bisa
dibentuk oleh adanya pelarutan parsial, ikatan yang mengeras, kristalisasi
substansi yang larut.
4. Kekuatan ikatan antar partikel padat Dengan tidak adanya jembatan cair
dan padat yang dibentuk oleh agen pengikatan, terdapat dua jenis kekuatan
ikatan yang bisa beroperasi antar partikel dalam sistem farmasi.Yaitu
antara lain :
a.) Kekuatan elektrostatik

Kekuatan elektrostatik penting dalam melibatkan kohesi serbuk dan


formasi aglomerasi awal. Secara umum, mereka tidak memberikan
konstribusi secara signifikan terhadap kekuatan akhir granul.

b) Kekuatan van der waals

Kekuatan ini 4 kali lebih besar dari pada kekuatan elektrostatik, karena
memberikan konstribusi secara signifikan terhadap kekuatan granul yang
dihasilkan oleh granulasi kering. Besarnya kekuatan ini meningkat ketika
jarak antar permukaan menurun dan dalam granulasi kering ini dicapai
dengan menggunakan tekanan untuk mendorong partikel secara bersama
-sama (Summers, 2002)

3. Bahan Penghancur
Penghancur merupakan eksipien yang ditambahkan pada pembuatan tablet
yang berguna untuk memudahkan pecahnya tablet ketika kontak dengan cairan
saluran pencernaan. Penghancur juga berfungsi untuk menarik air ke dalam tablet,
mengembang dan menyebabkan pecahnya tablet menjadi bagian-bagian kecil
yang akan menentukan kelarutan obat dan tercapainya bioavailabilitas yang
diharapkan. Konsentrasi dan bahan yang digunakan mempengaruhi kecepatan
pecahnya tablet dan lepasnya zat aktif dalam obat untuk melarut. Adanya bahan-
bahan lain seperti eksipien yang larut air dapat mempercepat proses disintegrasi
(Lachman, Lieberman and Kanig, 1994:702)

4. Bahan Pelicin
Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi, untuk
mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang kempa dengan tepi tablet
selama pentabletan (lubrikan), memperbaiki sifat alir granul (glidant), atau
mencegah bahan yang dikempa agar tidak melekat pada dinding ruang kempa dan
permukaan punch (anti adherent). Sebagai bahan pelicin yang umum digunakan
adalah magnesium stearat, talk dan kalsium stearat. Jumlah pelicin yang
digunakan pada pembuatan tablet satu dengan yang lain berbeda-beda mulai dari
yang sedikit kirakira 0,1% dari berat granul sampai sebanyak-banyaknya 5%
(Ansel, 2008:263).

2.3 Evaluasi Granul Pati

2.3.1 Waktu alir


Waktu alir adalah waktu yang di perlukan bila sejumlah granul
dituangkan dalam suatu alat lalu dialirkan, kemudian untuk mudah tidak
nya aliran granul dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis,
keadaan permukaan dan kelembapan pada tablet. Kecepatan pada alir
granul sangat penting karena berpengaruh pada keseragaman pengisisan
ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet ( Sheth et al, 1980).

2.3.2 Sudut diam


Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang
bagian atas berdiameter 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm.
Granul dimasukkan ke dalam corong, lalu dialirkan melalui ujung corong
dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus : α = tan-1 2H/D.
Persyaratan : uji dikatakan memenuhi syarat apabila 25⁰ > α < 40⁰
(Voight, 1994).
2.3.3.Susut Pati
Penurunan jumlah berat pati adalah selisih jumlah antara berat
basah dan berat kering granul setelah mengalami proses pengeringan.
Dengan persyaratan bobot tetap yang tertera pada penetapan susut
pengering dimaksudkan bahwa dua kali penimbangan berturut turut
berbeda tidak lebih dari 0,5 mg, tiap gram sisa yang di timbang .
penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan langsung selama 1 jam.
Dengan persyaratan bobot yang di biarkan, dimaksudkan bobot yang tidak
lebih dari 0,5 mg (Anonim,1979).

2.4 Evaluasi Sifat Fisik Tablet

2.4.1 Uji Organoleptis


Diamati penampilam fisik tablet dari meliputi bau, warna, bentuk
fisik dan teksture tablet.

2.4.2 Keseragaman ukuran Tablet


Proses formulasi dengan memperhatikan Ketebalan yang
berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama percetakan tablet,
perubahan ketebalan merupakan suatu proses adanya masalah pada aliran
massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan
pada uji keseragaman ukuran adalah jangka sorong. Prosedur kerja uji
keseragaman ukuran adalah sebagai berikut diambil 10 tablet. Tablet yang
baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
tebal tablet (Dirjen POM, 1979; 6).

2.4.3 Keseragaman botot tablet


Tablet yang tidak ada bahan penyalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang di tetapkan sebagai berikut: Timbang 10 tablet,
hitung bobot rata-rata tiap tablet, jika ditimbang satu persatu, tidak bole
dari 2 tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih dari harga yang di tetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan dikolom B. jika mencukupi 10 tablet.
Penyimpangan bobot
bobot rata-rata rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
lebih dari 300 mg 5% 10%

Tabel 2.1 : penyimpangan bobot rata-rata dalam (%) pada keseragaman


bobot tablet (Dirjen POM, 1979; 6).

2.4.4 Kekerasan Tablet


Pada pengujian kekerasan disini menggambarkan kekuatan suatu
tablet untuk menahan tekananpada saat proses produksi, pengemasan, dan
pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada
tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet
adalah sebesar 4 kg/cm³ Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah
hardness tester (Ansel,2008: 255) . Kekerasan tablet biasanya 4–8 kg
(Hadisoewignyo, 2013; 118), tablet dengan kekerasan kurang dari 4 kg
akan didapatkan tablet yang cenderung rapuh, tapi bila kekerasan tablet
lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang cenderung keras
(Parrot,1971). Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah
tekanan pada saat pentabletan, sifat bahan yang dikempa serta jumlah serta
jenis bahan obat yang ditambahkan saat pentabletanakan meningkatkan
kekerasan tablet (Ansel,2008:256). Prosedur kerja uji kekerasan yaitu
tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan. Jarum
petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet.
Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai
penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kilogram.
2.4.5 Kerupahan Tablet
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot
tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu
tertentu. Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test.
Kerapuhan di atas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap
kurang baik (USP 30, 2007; 1216). Prosedur kerja uji kerapuhan yaitu
tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil. Ditimbang
bobot 20 tablet kemudian dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat
dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Tablet dikeluarkan
lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil. Ditimbang bobot
tablet = Wf. Indeks kerapuhan dihitung dengan memakai rumus :

Wo-Wf
F= x 100%
Wo
Keterangan : F : indeks kerapuhan

Wo:bobot awal

Wf : bobot akhir

2.4.5 Waktu Hancur tablet


Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan
bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau dikunyah atau
dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih
dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasa tersebut. Tetapkan
jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan
prosedur yang tepat untuk unit sediaan atau lebih (Depkes RI, 2014;1251).
Uji waktu hancur dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada
masingmasing 6 tabung dari keranjang, jika dinyatakan masukkan 1 cakram
pada tiap tabung, jalanan alat dan gunakan air bersuhu 37° ± 2° sebagai
media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing
monografi. Pada akhir batas waktu seperti tertera pasa monografi, angkat
keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila
1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Depkes
RI, 2014; 1251).

2.4.6 Uji Disolusi


Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji disolusi dilakukan
terhadap tablet dengan pengaduk dayung. Dimasukkan media dapar pH 5,8
sebanyak 900 ml kedalam wadah alat uji disolusi, dihilangkan gelembng
udara dari permukaan media, lalu dibiarkan hingga suhunya mencapai 37° ±
0,5° C. Selanjutnya dimasukkan satu buah tablet kedalam wadah lalu
pengaduk dayung dijalankan denga kecepatan 50 rpm (Depkes RI, 2014;
1231)

2.5 Monografi Bahan Pembuatan Tablet

2.5.1 Paracetamol
Paracetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretikyang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen, dengan rumus
molekul C8H9NO2 yang memiliki berat molekul 151,16. Pemerian zat
aktif ini berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, dan rasa sedikit pahit.
Paracetamol larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N,
dan mudah larut dalam etanol. Efek analgetik paracetamol dapat
menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun perifer. Sifat fisika
kimia, merupakan senyawa yang stabil dalam larutan air. Stabilitas
maksimal terjadi pada pH sekitar 6. Dalam sediaan larutan, supaya stabil
maksimal pH harus diatur pada sekitar pH 6. Pada pH 6 dan suhu 25°C
tetapan kecepatan degradasinya adalah 1,005 x 10-9 detik-1 setara dengan
waktu paro 21,8 tahun (Connors et al,1986). Penetapan kadar dari
parasetamol menurut Farmakope Indonesia edisi IV yaitu Timbang
seksama lebih kurang 120 mg parasetamol p.a, masukkan kedalam labu
tentukur 500 ml, larutkan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan air
sampai tanda. Masukkan 5,0 ml ke dalam labu tentukur 100 ml, encerkan
dengan air sampai tanda. Lalu dibaca pada spektrofotometer UV dan cari
panjang gelombang yang menimbulkan serapan maksimum (lebih kurang
244 nm), terhadap air sebagai blangko (Anonim, 2007)

Gambar 2.5.1 struktur kimia Paracetamol (Acetaminophen)

2.5.2 Polivinilpirolidon (PVP)

Polivinilpirolidon merupakan hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-


on. Pemerian dari polivinilpirolidon yaitu serbuk putih atau putih
kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau, dan higroskopik. Mudah
larut dalam air dan etanol (95%), praktis tidak larut dalam etr P
(Farmakope, Edisi IV:2009) Penggunaan PVP sebagai bahan eksipien
pengikat tablet berada pada kisaran konsentrasi 0,5-5% (Kibbe, 2009)

2.5.3 Pati Labu Kuning


Pati labu kuning ((cucurbita moschata durch) memili kandungan
amilosa (9,86%) dan amilopektin (1,22%). Granul pati labu kuning
mempunyai bentuk yang bulat, bulat tidak beraturan, elips dan ukurannya
yang bervariasi yaitu dengan kisaran 25,55-78,61 μm dan lebar 37,47-
70.94 μm. Ukuran pati labu kuning memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan ukuran pati tepung terigu (Purnamasari, et al , 2012).

2.5.4 Lactosa
Laktosa memiliki rumus molekul C12H22O11 adalah suatu gula
yang diperoleh dari susu, bahan anhidrat atau mengandung satu molekul
air hidrat. Laktosa memiliki pemerian serbuk atau massa hablur, keras,
putih, atau putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil dalam
udara, tetapi mudah menyerap bau (Dep Kes RI, 1979). Laktosa
merupakan bahan pengisi yang banyak digunakan dalam pembuatan tablet.
Pada penelitian (Kuswahyuning and Soebagyo, 2005) menunjukkan bahwa
laktosa secara signifikan berpengaruh pada kompaktibilitas dan daya serap

2.5.5 Mg Stearat
Magnesium stearat memiliki rumus kimia C36H70MgO4
mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO
dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemerian berupa serbuk halus,
putih, licin, dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Kelarutan
praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P (Dep
Kes RI, 1979). Mangnesium stearat mempunyai kerapatan 0,159 g/cm3.
Penggunaan magnesium stearat sebagai pelicin tablet pada konsentrasi
0,25-5% (Allen and Luner, 2009)

2.5.6 Talcum
Talk/ Talcum memiliki rumus kimia Mg3Si4O10(OH)2 merupakan
magnesium hidrat alam, kadang–kadang mengandung sedikit aluminium
silikat. Pemerian dari talk merupakan serbuk hablur sangat halus,putih
atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran. Talk praktis tidak larut dalam hampir semua pelarut (Anonim,
1995). Dalam formulasi tablet talk digunakan sebagai glidant dan lubrikan,
diberikan pada konentrasi 1,0-10,0 % , dengan suhu pemanasan 160 °
C selama tidak kurang dari 1 jam (Rowe, 2006).
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Uraian Konseptual


Penggunaan parasetamol telah diperkenalkan kedalam pasar farmakologi
pada tahun 1955 oleh laboratorium McNeil sebagai obat analgesik dan antipiretik
diresepkan untuk anak-anak dibawah nama dagang Tylenol Children Elixir (nama
Tylenol berasal dari nama kimia N-acetyl-p-aminophenol). Satu tahun kemudian,
tablet parasetamol 500 mg yang tersedia(Marta, 2014; 1-2). Paracetamol sebagai
bahan aktif yang digunakan memiliki kompabilitas yang buruk, sehingga pada
pengembangan formulanya di butuhkan bahan eksipien yang cocok salah satunya
bahan pengikat yang mempunyai pengaruh terhadap formulasi tablet sebagai
penambah peningkatan kekompakan dan daya tahan pada tablet, yang akan
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah granul sehingga
mudah di cetak (Voigth, 1984).

Pati labu kuning ((cucurbita moschata durch) merupakan tanaman yang


banyak di budidayakan di indonesia,karena pembudidayaan nya yang cukup
mudah. Buah labu kuning bisa tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah,
buah labu kuning memili kandungan amilosa (9,86%) dan amilopektin (1,22%).
Granul pati labu kuning mempunyai bentuk yang bulat, bulat tidak beraturan,
elips dan ukurannya yang bervariasi yaitu dengan kisaran 25,55-78,61 μm dan
lebar 37,47-70.94 μm. Ukuran pati labu kuning memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan ukuran pati tepung terigu (Purnamasari, et al , 2012). Pati labu
kuning memiliki sifat gelatinasi gel dan kkekuatan gel yang kurang baik, sehingga
perlu di lakukan modifikasi ataupun kombinasi pengikat yang sesuai.

Pengikat Polivinilpirolidon cocok digunakan sebagai kombinasi pati labu


kuning, karena polivinilpirolidon cocok untuk meningkatkan kelarutan obat dalam
air dan dalam konsentrasi 0,5-0,3% secara bersamaan dapat meningkatkan
kekompakan tablet (Voigth, 1994). PVP biasa di gunakan sebagai bahanpengikat
pada proses pembuatan tablet effervescent. Granul dengan polivinilpirolidon
memiliki sifat alir yang baik sudut diam minimum, menghasilkan fines lebih
sedikit, dan daya kompabilitasnya yang lebih baik (Banker dan Anderson, 1986).

Proses formulasi tablet dengan metode kempa langsung merupakan pilihan


yang baik. Karena pada proses formulasi tablet yang lain memerlukkan waktu
yang cukup lama, dan untu hasil dari metode kempa langsung akan menjamin
stabilitas obat yang akan di formulasi (Ani, 2016). Metode kempa langsung
memiliki nilai yang baik karena, pada proses kerja yang di lakukan rendah
sehingga lebih ekonomis serta bahan obat yang peka terhadap kelembapan, panas
dan stabilitas yang terganggu akibat proses granulasi dapat menjadi tablet dengan
metode kempa langsung (Voigth, 1995: 169).

Pada penelitian ini akan di lakukan untuk mengetahui optimasi kombinasi


pati labu kuning dan Polivinilpirolidon memiliki potensi yang kuat sebagai
pengikat dengan konsentrasi 1%, 2%, 3% terhadap mutu fisik tablet paracetamol.
Kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 3.2
3.2 Kerangka Konsep
Labu kuning banyak terdapat di masyarakat dan
pemanfaatan nya masih pada industri makanan, pada
Paracetamol sebagai antipiretik, dunia farmasi di gunakan pada sediaan topikal untuk
analgeik yang bekerja pengembangan di sediaan oral masih jarang .
menghambat COx
Pati labu kuning memiliki sifat gelatinasi dan
kekuatan gel yang kurang baik pada bentuk olahan
makanan cup cake.
Paracetamol memiliki sifat alir
yang buruk dan komprebilitas
yang rendah Kombinasi pati labu kuning
untuk memperbaiki sifat
gelatinasi dan kekuatan gel pada
pati labu kuning.

Kombinasi bahan pengikat pati labu


kuning dan PVP-k30

Evaluasi granul pati labu kuning


meliputi:Waktu alir, sudut diam, sudut
pati.
Formula tablet

Bahan aktif : paracetamol, bahan pengikat : pati labu


kuning dan PVP-k30, pengisi: laktosa, glidan dan lubrikan
: mg Stearat, penghancur: talk Optimasi kombinasi bahan pengikat
pati labu kuning dan PVP-k30 dengan
konsentrasi

Kempa langsung

Evaluasi fisik tablet:uaji organoleptis, uji keseragaman tablet, uji keseragaman bobot tablet, uji kekerasan
tablet, uji kerapuhan tablet, uji waktu hancur tablet, uji disolusi tablet.

Gambar 3.2 kerangka konseptual


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian laboratory
experiment dengan rancangan true experimental. Skema penelitian yang akan
di laksanan dalam penelitian ini dapat dilakukan pada gambar 4.1 skema
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai