BAB I
PENDAHULUAN
yang paling banyak terdapat pada ekstrak gambir. Beberapa peneliti telah
melakukan penelitian untuk meneliti kualitas aktivitas dan kadar katekin yang
terdapat dalam gambir. Musdja, (2012) telah meneliti efek anti bakteri pada
katekin yang terkandung dalam gambir.
Maag merupakan gangguan dari saluran pencernaan bagian atas yang
bersifat ulseratif yang disebabkan oleh aktivitas sekret lambung yaitu pepsin dan
asam hidroklorida (HCl) yang berlebih. Maag adalah keadaan dimana kontiniutas
mukosa lambung terputus dan meluas sampai kebagian bawah lapisan epitel.
Penyebab dari hal tersebut ialah ketidak seimbangan antara faktor devensive dan
faktor agresif yang mempertahankan keutuhan dari mukosa lambung. Faktor
agresif yang paling penting adalah asam lambung yang disekresi oleh sel parietal
dan pepsin yang diproduksi oleh sel zymogen serta difusi kembali ion hidrogen.
Faktor devensive antara lain pembentukan dan sekresi mukus, serta bikarbonat,
aliran darah mukosa dan regenerasi epitel. Selain itu ada beberapa faktor yang
bisa menyebabkan maag seperti, jenis kelamin, alkohol, stress dan infeksi
Helicobacter pylori dan dapat menyebabkan tukak lambung (Julius, 1992;wilson
& Price,1992).
Berdasakan manfaat kedua bahan alam tersebut akan dibuat sediaan tablet
berupa sediaan tablet kunyah. Tablet kunyah didesain bertujuan untuk dikunyah,
memberikan residu dengan rasa yang lebih enak dibandingkan dengan tablet
biasa, tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa yang tidak enak pada saat
pengunyahan, dan mudah ditelan (Agoes, 2012). Proses pembuatan tablet
membutuhkan bahan tambahan lainnya begitu pula dengan tablet kunyah salah
satunya yaitu bahan tambahan pengikat. Penambahan bahan tambahan pengikat
pada sediaan tablet memiliki tujuan untuk mengikat seluruh komponen bahan
yang ada dalam formula dan selain itu tujuannya adalah mengikat sifat kohesi
serbuk melalui pengikat dalam pembetukan granul (Agoes, 2012)
Tablet kunyah memiliki banyak keuntungan atau kelebihan dibanding
bentuk sediaan oral lainnya, antara lain tablet kunyah memiliki ketersediaan
hayati yang lebih baik, melewati proses disintegrasi. Formula tablet kunyah
diharapkan dapat menutupi rasa tidak enak seperti halnya tablet konvensional
3
granul dan tablet sehingga dapat mempengaruhi sediaan tablet yang sesuai standar
(Edi, 2013).
1.2 Tujuan Penelitian
1. Menentukan konsentrasi bahan pengikat gelatin terbaik pada sediaan
tablet kunyah campuran ekstrak kering daun kelor dan katekin gambir.
2. Menentukan kadar flavonoid yang terkandung di dalam tablet kunyah.
1.3 Hipotesis
1. Salah satu konsentasi bahan pengikat gelatin adalah yang terbaik untuk
digunakan pada tablet kunyah campuran ekstrak kering daun kelor dan
katekin gambir tablet kunyah.
2. Diperoleh kadar flavonoid dalam sediaan tablet kunyah
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelor kaya akan senyawa yang mengandung gula sederhana dan senyawa
yang cukup unik yaitu glucosinolates dan isothiocynates. Daun kelor menjadi
sumber anti oksidan alami, suplemen makanan, pencegah hepatotoksik.
Komponen spesifik daun kelor digunakan sebagai obat antihipertensi, antikanker,
dan aktivitas antibakteri meliputi senyawa 4-(α-Lrhamnopyranosyloxy) benzyl
isothiocyanate, pterygospermin, Niazimicin, pterigospermin dan benzyl
isothiocyanate. Berkaitan dengan fungsi senyawa metabolik sekunder sebagai
antibakteri dan antivirus pada tanaman daun kelor selama masa pertumbuhan
terjadi perubahan kandungan komposisi senyawa fitokimia (Quershi dan sholanki,
2015).
6
karbon yang tahan asam dikel sebagai C-glikosida. Aglikon flavonoid ialah
polifenol, sifat senyawa fenol yakni sedikit asam sehingga dapat larut dalam basa.
Aglikon flavonoid yang sering dijumpai ilah flavonol, flavon, antosianin,
isoflavon, flavanon, dihidroflavonol, biflavonoid, khalkon dan auron
(Markham,1988).
Flavonoid paling sering terdapat sebagai glikosida biasanya 3-glikosida
dan aglikon flavonoid yang umum yaitu kuarsetin, kamferol, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antiinflamasi dan antioksidan serta kuersetin 3-rutinosida yang
dikenal sebagai rutin dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan terutama dalam
bidang farmasi (Harborne, 1987). Flavonoid yang berfungsi terhadap efek
penurunan kadar glukosa dalam darah tidak hanya kuersetin, tetapi terdapat
flavonoid lain diantaranya katekin, epikatekin galat, epikatekin, antosianin,
epigalokatekin dan isoflavon yang disebut oleh pustakalain dapat mengobati atau
mempunyai efek penurunan hiperglikemik (Hussain dan Marouf, 2013). Spektrum
khas flavonoid terdiri dari dua panjang gelombang maksimum yang berada dalam
rentang antara 240-285 nm dan 300-550 nm. Spektrum flavonoid biasanya diukur
dalam larutan dengan pelarut metanol atau etanol, namun spektrum yang
dihasilkan dalam etanol kurang memuaskan (Sastroharmodjo, 1996)
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan menarikan kandungan kimia dalam tumbuhan
yang dapat larut, sehingga dapat terpisah dari bahan yang tidak larut dengan
pelarut cair (Depkes RI, 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudiaan semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa uap serbuk yang tersedia diperlukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditentukan (Depkes RI, 1995).
Macerare yang berarti maserasi yang memiliki arti yaitu melunakkan,
maserata ialah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi dengan
menggunakan pelarut yang cocok sedangkan maserasi adalah cara penarikan
simplisia atau metode ekstraksi cara dengan merendam simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai dengan suhu 150 sampai 250C (Syamsuni, 2006). Secara
9
bahan-bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral (Ansel,
2008: 244-245).
Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk di kunyah,
memberikan residu dengan rasa yang enak dan nyaman dalam rongga mulut,
mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau rasa yang tidak enak pada
proses penelanan. Tablet kunyah digunakan dalam formulasi tablet untuk anak,
terutama formulasi antasida, multivitamin, dan antibiotik tertentu. Tablet kunyah
umumnya dibuat dengan cara kempa dengan menggunakan manitol, sorbitol atau
sukrosa sebagai bahan pengikat dan pengisi, mengandung bahan pewarna,
pemanis dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (Depkes
RI, 1995).
Penelitian ini menggunakan ekstrak kering daun kelor dan katekin gambir
dibuat sediaan tablet kunyah dengan kadar daun kelor 40% dan katekin gambir
6% yang berkhasiat sebagai obat nyeri lambung atau Maag. Tablet dibuat dengan
metode granulasi basah. Formulasi yang digunakan dalam membuat tablet kunyah
secara mekanik didesain untuk terjadi proses disolusi atau disintegrasi terjadi
dalam mulut dikunyah (Felipe, Terry, Mine, Catherine, 2015). Berdasarkan
penelitian sahat et al, 2013 jenis tablet kunyah pada dasarnya khusus dirancang
dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi untuk multivitamin,
antasida, dan antibiotik tertentu.
Tablet kunyah biasa dibuat dengan cara dikempa, umumnya digunakan zat
pengisi atau pengikat yaitu manitol, sukrosa, sorbitol, dan dektrosa dan
mengandung bahan pewarna dan pengaroma sebagai daya pikat dan meningkatkan
penampilan dan rasa. Tablet kunyah dapat dibuat dengan berbagai macam metode,
salah satunya adalah metode granulasi basah, metode granulasi basah memiliki
beberapa kelebihan yaitu mencegah terjadinya segresi campuran, meningkatkan
disolusi obat yang bersifat hidrofob, memperbaiki sifat alir atau laju alir dan
kompaktibilitas serbuk, mempertahan distribusi obat atau zat warna selalu merata
dan dapat digunakan untuk bahan dosis obat kecil (Hadisoewignyo dan Fudholi,
2013).
11
3. Bahan Pengikat
Bahan pengikat atau binder merupakan bahan penting dalam pembuatan
sediaan tablet khususnya tablet dengan metode pembuatan granulasi basah.
Pengkat atau binder ditambahkan dalam formula tablet bertujuan untuk
menambah gaya kohesivitas serbuk sehingga dapat mengikat untuk membentuk
granul dan akan membentuk suatau masa yang kompak atau kohesif setelah
dikempa menjadi bentuk tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010). Pemilihan bahan
pengikat tergantung pada daya ikat atau daya kohesi yang diinginkan untuk
membentuk suatu granul dan kompatibilitas dengan bahan-bahan yang lain.
Beberapa contoh bahan pengikat yaitu polivinilpirolidin, metil selulosa, CMC-Na,
starch 1500, gelatin,pati dan derivatnya (Anwar, 2012).
4. Bahan Pelicir
Bahan pelicir merupakan bahan tambahan tablet atau eksipien tablet yang
berfungsi untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang
mesin kempa dan mencegah melekatnya sediaan tablet pada pons (Siregar dan
Wikarta, 2010). Bahan pelicir mempunyai fungsi lain yaitu untuk mengurang
gesekan antara dinding die dengan dinding tablet pada saat tablet akan ditekan ke
luar. Bahan pelicir umunya bersifat hidrofob sehingga dapat menurunkan
kecepatan disolusi dan disintegrasi tablet (Syamsuni, 2006). Beberapa contoh
senyawa yang tergolong dalam bahan pengikat adalah asam stearat dan talk,
natrium stearat, magnesium stearat, dan kalsium stearat (Anwar, 2012).
5. Antilekat
Antilekat penggunaanya bertujuan untuk mengurangi melekat atau adhesi
serbuk dan granul pada permukaan punch atau dinding die. Contoh bahan
antitekal antara lain Cab-O-Sil, pati jagung, magnesium stearat, natrium lauril
sulfat, talk, dan DL-Leusin (Anwar, 2012). Penambahan antiadheren maka dapat
meminimalkan melekatnya zat pada permukaan pons yang mengakibatkan tablet
sulit dicetak dan pengaruh yang tidak dikehendaki dalam proses pembuatan tablet
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
13
6. Bahan Pewarna
Bahan pewarna digunakan dengan tujuan sebagai bahan estetik dan untuk
membedakan produk yang satu dengan yang lainnya selama masa produksi,
menambah nilai jual dan dapat menarik minat pasien khususnya anak-anak.
Pemakaian bahan pewarna yang larut dalam air maksimal 0,005% (sesuai dengan
Undang-Undang atau peraturan tentang penggunaan pewarna dalam sediaan obat).
Contoh bahan pewarna adalah pandan, antosianin, karotenoid, suji, kunyit, xanton
(BPOM RI, 2013).
2.7 Metode Pembuatan tablet
Metode pembuatan tablet dibagi menjadi tiga metode, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Granulasi serbuk merupakan proses
membesarkan ukuran praktikel kecil yang dikumpulkan bersama-sama menjadi
gumpalan atau agregat yang lebih besar secara fisik lebih kuat dan partikel orisinil
masih teridentifikasi dan membuat agregat atau gumpalan mengalir dengan bebas
(Siregar dan Wikarsa, 2010). Pembuatan tablet kunyah ini menggunakan metode
granulasi basah, dengan tujuan agar dapat meningkatkan sifat fisik granulasi yang
baik.
Granulasi basah dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat dengan
bahan tambahan yang sesuai seperti, zat penghancur, zat pengisi, zat pengikat, dan
bila diperlukan diberikan penambahan zat pewarna dan perasa. Massa basah di
ayak hingga menjadi sebuah granul-granul yang kompak dan di keringkan dengan
lemari pengering (oven) dengan suhu 400-500C. Granul kering di ayak kembali
untuk memperoleh granul yang ukurannya di perlukan, tambahkan bahan pelicin
dan dicetak menjadi tablet menggunakan mesin pencetak tablet (Anief, 2006)
Pembuatan tablet baik tablet konvensional atau tablet kunyah dengan
menggunakan metode granulasi basah dapat menghasilkan tablet yang lebih baik
dan lebih stabil bila disimpan lebih lama di banding pembuatan tablet dengan cara
granulasi kering (Syamsuni, 2006). Keuntungan metode granulasi basah yaitu
dapat mencegah terjadinya segregasi campuran serbuk, memperbaiki
kompaktibilitas serbuk dengan jalan meningkatkan kohesivitas karena
penambahan bahan pengikat yang dapat menyebabkan tablet lebih padat,
14
meningkatkan disolusi obat yang memiliki sifat hidrofob, memeperbaiki sifat alir
yang buruk, memperthankan agar distribusi obat merata dalam granul dan dapat
digunakan untuk obat dengan dosis yang kecil (Hadisoewignyo dan Fudholi,
2013)
2.8 Spektrofotometri UV Vis
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu. Fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Neldawati, 2013)
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknis analisis fisiko-
kimia yang mengamati interaksi atom atau molekul dari suatu zat kimia dengan
radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780
nm) menggunakan spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Penyerapan
sinar UV- Vis tampak oleh suatu molekul akan menyebabkan transisi diantara
tingkat energi elektronik dari molekul. Fungsi utama spektrofotometri UV Vis
untuk mengidentifikasi jumlah ikatan-ikatan rangkap dan atau konjugasi aromatik
(Susanti, 2010)
Prinsip spektrofotometri UV-Vis yaitu mengukur jumlah cahaya yang
diabsorpsi atau ditransmisi oleh molekul-molekul di dalam suatu larutan pada
panjang gelombang tertentu oleh karena itu sebagian dari energi cahaya akan
diserap atau diabsorpsi. Absorbansi yaitu besarnya kemampuan molekul-molekul
di dalam suatu larutan untuk mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang
tertentu yang disertai dengan nilai konsentrasi suatu larutan tersebut dan panjang
berkas cahaya yang dilalui ke satu poin dimana persentase dari jumlah cahaya
yang ditransmisikan diukur dengan phototube (Panji, 2012)
15
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
d. Perhitungan Rendemen
Rendemen serbuk simplisia dihitung dengan membandingkan berat awal
simplisia segar dan berat akhir serbuk yang dihasilkan
ditambahkan air panas disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu.
Sisa dan kertas saring dipijarkan dengan krus yang sama. Filtrat tersebut
dimasukan kedalam krus lalu diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, timbang.
Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI,
2008). Kadar abu yang diperoleh tidah lebih dari 10% (Depkes RI, 2013).
d. Perhitungan Rendemen
Rendemen ekstrak daun kelor dihitung dengan membandingkan
beratekstrak diperoleh dan berat simplisia serbuk. Rendemen ekstrak daun kelor
tidak lebih dari 9,2% (Depkes RI, 2013).
3.3.3 Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Kelor dan Katekin
Gambir
a. Pembuatan Larutan Pereaksi
1. Pembuatan Larutan Natrium Asetat 1 M
Natrium asestat ditimbang dengan seksama sebanyak 8,2 gram, lalu
dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan aquadest sedikit demi
sedikit sampai tanda batas kemudian homogenkan.
2. Pembuatan Larutan Alumunium Klorida 10%
Alumunium klorida ditimbang dengan seksama sebanyak 10 gram,
masukan kedalam beker glas dan ditambah natrium asetat sedikit demi
sedikit sampai larut kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100 mL
kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas, homogenkan.
3. Pembuatan Larutan Standar Kuersetin
Kuersetin ditimbang dengan seksama sebanyak 100 mg, masukkan
kedalam labu ukur 100 mL, kemudian larutkan dengan metanol sampai
tanda batas dan homogenkan (1000 ppm). Pembuatan larutan standar
kuersetin 100 ppm, dilakukan dengan cara memipet 10 mL dari larutan
induk kuersetin (1000 ppm) masukan kedalam labu ukur 100 mL dan
larutkan dengan metanol sampai batas tanda (100 ppm)
19
b. Pembuatan Tablet
Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang dengan jumlah yang sesuai
dengan formula. Larutan pengikat dibuat dengan cara gelatin ditambahkan dengan
21
𝑀
𝐹=
𝑇
Keterangan:
F : Daya Alir Granul (gram/detik)
M : Massa granul (g)
T : Waktu (detik)
c. Sudut Istirahat
Penentuan sudut istirahat dilakukan dengan memasukan sejumlah massa
granul sebanyak 25 gram kedalam flowmeter. Massa yang jatuh akan membentuk
kerucut, lalu diukur tinggi dan diameter kerucut. Pengujian ini dilakukan
sebanyak tiga kali (triplo). Tipe aliran berdasarkan sudut istirahat dapat dilihat
pada tabel 4. Rumus yang digunakan untuk mengukur sudut istirahat adalah
2ℎ
α = tan -1
𝑑
d. Kompresibilitas
Uji kompressibilitas granul dilakukan untuk mengetahui daya
kompresibilitas granul dalam tablet dengan cara melihat penurunan sejumlah
granul akibat hentakan dan getaran pada volumenometer. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan taping density tester. Ditimbang 50 gram granul lalu
dimasukan ke dalam tabung pada alat taping density tester. Dicatat volume granul
dalam tabung sebelum dan sesudah penletakan dan dilakukan sebanyak tiga kali
(triplo). Dihitung % kompresibilitas dengan persamaan dibawah ini dengan
persyaratan % kopresibilitas pada Tabel 4.
𝑔
𝜌=
𝑣
𝜌1−𝜌0
% Kompressibilitas = x100%
𝜌0
Keterangan :
g = Bobot granul (g)
v = Volume 50 gram granul (ml)
𝜌 = Kerapatan granul (g/ml)
𝜌1 = Kerapatan granul setelah diketuk
𝜌0 = Kerapatan granul sebelum di ketuk (g/ml)
24
c. Uji Kekerasan
Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil sebanyak 20 tablet secara
acak dari tiap formula, kemudian ukur kekerasannya menggunakan alat Hardness
tester. Syarat kekerasan tablet kunyah yang baik berada pada nilai antara 4-7 kPa
(Parrot, 1971)
d. Uji Keseragaman Ukuran
Ketebalan dan diameter tablet diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Syarat keseragaman ukuran kecuali dikatakan lain diameter tablet tidak lebih dari
3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet B (Depkes RI, 1979).
e. Uji Kerapuhan
Pengujian dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dari
setiap formula, seluruh serbuk halus pada tablet dibersihkan kemudian ditimbang
dan dimasukan kedalam alat friabilator. Parameter yang diuji adalah kerapuhan
tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu. Pengajuan
dilakukan dengan kecepatan 25 putaran/menit. Setelah putaran mencapai ke 100,
tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari serbuk halus yang terlepas, kemudian
ditimbang kembali. Menurut Lachberman (1994) friabilita antara 0,8%-1%
dinyatakan sebagai batas tertinggi yang masih dapat diterima.
Rumus % friabilita
𝑎−𝑏
𝑓= 𝑥 100%
𝑎
Keterangan:
F : Friabilitas
a : Bobot total tablet sebelum diuji
b : Bobot total tablet sebelum diuji
3.3.7 Penentuan Kadar Flavonoid Total
Penentuan kadar flavonoid total pada tablet dilakukan dengan cara tablet
ditimbang sebanyak 20 buah lalu digerus hingga menjadi serbuk tablet yang halus
dan ditimbang setara dengan kandungan jumlah ekstrak 122 mg. Sejumlah gram
serbuk tablet yang telah disetarakan dimasukan kedalam labu ukur 50 mL,
ditambahkan metanol hingga batas dan diaduk menggunakan magnetic stirrer
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, I.S., Nasir, I.A., Sofoworo, Yahaya F., Ahmad, AA, et al. 2015.
Phytochemical Screening and Antimicrobial Activities of Ethanolic
Extracr of Moringa oleifera Lam on Isolate of pSome Phatogens.
Journal of Applied Pharmacy. Vol 7 (4) : 203. Dio: 10.4172/1920-
4159.100023.
Anggraini, T.,m Tai, T., Yoshino, T and Itani, T. Catechin content of four kind of
Uncaria Gambir extracts from west Sumatra, Indonesia. Journal.
Afican Journal of Biochemistry Research. Vol 5 (1); 33-38
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke IV. Terjemahan
dari Introduction to Pharmaceutical Dosage Fams oleh Farida Ibrahim.
UI press. Jakarta 607-608
Ansel, H. C., Loyd V. Allen. Jr., dan Nicholas G P. 2010. Bentuk Sediaan
Farmasetis dan Sistem Penghantar Obat Edisi 9. Jakarta: EGC.255-398
Anwar, E. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 15-
96
Apea-Bah, F.B, Hanafi, M., Dewi, R.T., Fajriah, S., Darmawan, A., Artanti, N
Lotung, P., Ngadimang, P., Minarti, B 2009. Assessment of the DPPH
and alpa-glukosidase inhibitory potential of gambier and qualitative
28
Arief, M 2007. Ilmu meracik obat cetakan kesepuluh. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitity Press. 169
Bolhuis, G.S dan Z.T. Chowhan, 1996, Material for Direct Compaction, in:
Pharmaceutical Powder Compaction Tecnology, G. Alderborn and C.
Nystrom (eds.), Marcel Dekker, Inc., New York, 41-423,425-426, 429-
238.
BPOM ( Badan Pengawas Obat dan Makanan . hasil kegiatan obat dan makanan
tahun 2012. Tersedia di www.pom.go.id. Diakses tanggal 7 januari
2019
Edi S, Rahmi N. 2013. Formulasi Tablet Ekstrak Kunyit dengan Variasi Bahan
Pengikat. Jurnal. STIKES Muhammadiyah Klaten
29
Farida,C.G. 2015. Pengaruh Gelatin sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik
tablet hisap ekstrak daun jambu bijidengan metode granulasi basah.
Jurnal. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Felipe, L.L., Terry, B. E., Catherine, T., & Mine, O. G. (2015). Formulation
Approactichesto Pediatric Oral Drug Delivery: Benefits and
Elimination of Curret Platfroms. Expert Opinion Drug Delivery, XII
(11) 1727-1740
Heinrich M ., Barner J., Gibbons S., Williansom. E.M. 2009. Farmakognosi dan
Fitoterapi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 82
Julius.1992, Patogenis Tukak Peptik, Cermin Dunia Kedokteran. Vol: 79, hal 9-13
Jung IL. 2014 Soluble Extract from Moringa oleifera Leaves with a New
Anticancer Activity. Jurnal .PloS ONE. Vol. 9(4): e95492. Dio: 10.137.
Kurniasih. 2013. Khasiat dan Manfaat Daun Kelor. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press.
Mulyadi. Davit 2011. Formulasi Granul Instan Jus Kelopak Bunga Rosella gengan
Variasi Konsentrasi Povidon sebagai Bahan Pengikiat serta Kontrol
Kwalitas.Skripsi. Universitas muhammaddiah Purwokerto. Purwokerto
Musja, M Yanis. 2012. Uji Aktivitas Anti Jamur Dan Gambir (Uncaria Gambir)
Terhadap Beberapa Jenis Jamur dan Mekanismenya. Disertasi. Program
pasca sarjana Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Offor IF, Ehiri RC, Njoku CN. 2014. Proximate analysis and heavy metal
composition of dried Moringa oleifera leaves from Oshiri Onicha L.G.A
and food thecnology (8) 57-62.
Pandey, A., R.D. Pandey., P. Tripathi., P.P Gupta., J. Haider., S. Bhatt and A.V
Singh. 2012. Moringa oleifera Lam (Sahijan) – A plant with a Plethora
of Diverse Theraupetic Benefits: An Updated Retrospection. Medicinal
Aromatic Plants. Vol.1 (1).
Quershi, S., Solanki, H. 2015. Moringa oleifera Lam, A Wonder Plant Curing
Multiole Ailments, Its Phytochemistry and Its Pharmacological
Applications.
Saifudin, A., Rahayu V., Teruna H. Y. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.
Yogyakarta; Graha Ilmu; 52-65
Santi. P. P 2013 Pengaruh Kadar Gelatin Terhadap Mutu Sifat Tablet Ekstrak
Pegagan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang
Sastrohamidjojo, H., 1996, Sintesis Bahan Alami. Universitas Gajah Mada press.
Yogyakarta. 140
Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar –
Dasar Praktis. Penerbit Buku EGC. Jakarta. 196; 203; 377; 379
Small, Ernest. 2012. Top 100 exotic food plant. New York (US): CRS Press
Susanti, S. 2010. Penetapan Kadar Formaldehid Pada Tahu yang Dijual di Pasar
Ciputat dengan Metode Spektrofotometri UV-Vs disertai Kolorometri
Menggunakan Pereaksi Nash Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
32
Syamsuni, H.A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 175-
176
Taniguchi, S Et al., 2007. Revised Structures of Gambiriins A1, A2, B1, B2,
chalcane-flavan dimers from gambir. Chem. Pham Bull, 55(2), pp. 268-
272
Tufik, G. 2018 Efektifitas Gel Campuran Ekstrak Daun Kelor dan Katekin Untuk
Penyembuhan Luka Bakar Yang Terinfeksi Pada Tikus. Skripsi.
Universitas Pakuan. Bogor
Verna, A.R Vijayakumar, M., Mathela, C.S., Rao, C.V., 2009. In vitro and in
Vitro Antioxidant Proporties of Different Fractions of Moringa oleifera
Leaves. Food Chem. Toxicol. 47, 2196-2201.
LAMPIRAN
34
Daun Kelor
- Determinasi
- Sortasi basah
- Pencucian
- Perajangan
- Pengeringan
- Sortasi kering
- Digiling dan
diayak
- menggunakan
mesh 40
Pengujian ekstrak
- Pengujian organoleptik
- Perhitungan rendemen ekstrak (%)
- Penetapan kadar air ekstrak
- Penetapan kadar abu ekstrak
- Penetapan kadar flavonoid total
;
Masa kompak
Evaluasi granul
Evaluasi tablet
60 gram x 100
x= = 400 gram ~ 0,4 kg
15
Bedasarkan penelitian pal et al 1995. Dosis efektif farmakologi ekstrak daun kelor
sebagai maag atau tukak lambung adalah 100mg/200gBB
Tikus putih jantan ke manusia
Dosis efektif farmakologi terhadap tikus = 100mg/KgBB
Bobot tikus = 200g
100𝑚𝑔
Konversi dosis = 𝑥 200 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
= 20 mg
Konversi ke dosis manusia
Dosis obat : 20 mg
Jika manusia yang rentan terkena diabetes berat badan 50 kg maka
20 mg x 56 = 800 manusia berat badan 70kg
= xmg manusia berat badan 50 kg
800𝑚𝑔𝑥50𝑘𝑔
= x mg = = 800𝑚𝑔
70𝑘𝑔
Acuan rendemen ekstrak kering 10%, maka jumlah ekstrak kering adalah :
10
= 800 mg x 100
= 80 mg ( Ekstrak Kering)
38
6
Ekstrak katekin gambir 𝑥 700 𝑚𝑔 = 42 mg ~ 0.042 gram
100
3
Gelatin 𝑥 700 𝑚𝑔 = 21 mg ~ 0.021 gram
100
5
𝑥 700 𝑚𝑔 = 35 mg ~ 0.035 gram
100
7
𝑥 700 𝑚𝑔 = 49 mg ~ 0.049 gram
100
10
Aspartam 𝑥 700 𝑚𝑔 = 70 mg ~0.07 gram
100
2
Mg stearat 𝑥 700 𝑚𝑔 = 14 mg ~ 0.014 gram
100
2
Talk 𝑥 700 𝑚𝑔 = 14 mg ~ 0.014 gram
100
0.5
Perasa mint 𝑥 700 𝑚𝑔 = 3.5mg ~ 0.0035 gram
100
1
Manitol 𝑥 0.4555 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.075 gram
6
4
Sorbitol 𝑥 0.4555 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.3055 gram
6
1
Manitol 𝑥 0.4415 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.0735 gram
6
4
Sorbitol 𝑥 0.4415 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.2945 gram
6
1
Manitol 𝑥 0.4275 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.07125 gram
6
4
Sorbitol 𝑥 0.4275 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0.285 gram
6
Gelatin : Formula 1
Formula 2
Formula 3