Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin maju di bidang farmasi

mendorong para ahli farmasi untuk membuat suatu bentuk sediaan yang

mudah diterima oleh masyarakat dan praktis, Bentuk sediaan yang paling

banyak digunakan adalah tablet karena bentuknya yang efisien dan ideal

untuk pemberian zat aktif terapi secara oral. Pada pembuatan sediaan

tablet memerlukan beberapa zat tambahan, antara lain zat penghancur, zat

pelicin, zat pengisi, dan zat penghancur (Rori dkk, 2016). Tablet adalah

sediaan dalam bentuk solid yang miiki bentuk fisik bulat pipih dan

mengandung zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien dan dibuat

dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet (Siregar, 2010).

Eksipien adalah salah satu bahan tambahan dalam suatu sediaan

farmasi untuk pembuata suatu formulasi dalam tablet. Eksipien bermanfaat

untuk mempermudah dalam proses produksi sediaan farmasi. Untuk

sediaan eksipien tablet meliputi bahan pengikat, pengancur, pelicin,

pelincir dan pengisi. Bahan tambahan yang terpenting adalah bahan

pengikat. Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan adalah

polivinil pirolidon (PVP). Granul PVP memiliki sifat alir yang baik, sudut

diam yang minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya

kompaktibilitasnya lebih baik. Menurut penelitian Putra dkk. (2019),

1
Penggunaan PVP sebagai bahan pengikat menghasilkan tablet yang tidak

keras, waktu disintegrasinya cepat sehingga cepat terdisolusi dalam cairan

tubuh, terabsorpsi, setelah itu terdistribusi ke seluruh tubuh serta sirkulasi

sistemik dan memberikan efek terapi. Penggunaan PVP konsentrasi 5%

menghasilkan granul dengan daya kompresi yang baik (Putra dkk, 2019).

Pati merupakan eksipien serbaguna yang digunakan terutama dalam

formulasi sediaan padat oral sebagai pengisi, pengikat dan disintegran.

Pati dapat diperoleh dari berbagai macam tanaman dan umumnya sangat

banyak terdapat pada bagian umbi tanaman dan biji-bijian yang memiliki

karbohidrat yang cukup tinggi (suhery dkk,2015).

Penelitian dilakukan menggunakan ekstrak umbi jalar kuning

(ipomae batatas L) sebagai bahan aktif dengan bantuan PVP sebagai zat

pengikat dalam tablet secara granulasi basah. Penggunaan ipomae batatas

lebih mudah didapat dan harganya pun relatif murah sehingga dapat

meminimalisir harga dari produksi tablet. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui potensi ekstrak umbi jalar kuning sebagai zat aktif dengan

bantuan PVP sebagai zat pengikat tablet yang memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian berjudul “Penggunaan Polivinil Pirolidon

(PVP) Sebagai Bahan Pengikat Pada Formulasi Tablet Ekstrak Pati

Ubi Jalar Kuning (Ipomoea Batatas L) Mengunakan Metode

Granulasi Basah”.

2
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah umbi jalar kuning (Ipomoea Batatas L) yang selama ini hanya

diketahui sebagai sumber akan kaya karbohidrat jika diolah menjadi

amilum, dapat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam formulasi

tablet ?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan pati umbi jalar kuning (Ipomoea

Batatas L) terhadap mutu fisik tablet ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan ekstrak umbi jalar kuning

(Ipomoea Batatas L) terhadap mutu fisik tablet .

2. Untuk mengetahui jika umbi umbi jalar kuning (Ipomoea Batatas L)

diolah mejadi amilum, dapat berfungsi sebagai bahan penghancur

tablet.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan, dapat menambah pengetahuan tentang

pemanfaatan ekstrak umbi jalar kuning (Ipomoea Batatas L) pada

formulasi tablet.

2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan bahan

perbandingan penelitian sejenis.

3
3. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dibidang pengobatan dan ubi jalar kuning (Ipomoea

Batatas L )sebagai bahan tambahan tablet.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L)

a. Klasifikasi :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Polemoniales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas L.

(Hardiyanti, 2018).

b. Definisi Ubi jalar kuning

Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) berasal dari Selandia

Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Secara fisik, kulit ubi

jalar lebih tipis dikomparasikan kulit ubi yang lain. Ubi jalar adalah

tanaman ubi-ubian yang terdiri dari batang, akar, daun, ubi buah dan

biji. Ubi jalar adalah sumber energi dalam format karbohidrat. Warna

kulit ubi jalar bertolak belakang beda- beda. Warna daging umbi,

berwarna ungu, putih, jingga, krem, kuning, merah kekuningan dan

lain-lain.

5
c. Morfologi umbi jalar kuning

1. Tanaman Ubi Jalar memiliki format batang berbuku-buku, bulat, tidak

berkayu dan tumbuh merambat. Batang dari ubi jalar tumbuh dengan

panjang selama 2-3 meter. Batang dari ubi jalar tergantung dengan jenis

setiap tanaman ubi jalar contoh dengan batang yang kecil, sedang

sampai besar.

2. Ubi jalar memiliki format tidak rata dan yang berbentuk lonjong. Ubi

jalar mempunyai berat berkisar antara 200 g hingga 300 g per ubi. Ubi

jalar mempunyai warna yang berbeda-beda laksana warna ungu, kuning,

merah dan putih dan memiliki kulit yang tipis.

3. Ubi jalar mempunyai daun berbentuk bulat dan lonjong dengan tepi

daun yang rata. Ubi jalar mempunyai warna daun laksana hijau tua dan

kekuningan.

4. Ubi jalar memiliki format bunga laksana terompet yang tersusun dari

lima helai daun mahkota satu helai putik dan lima helai daun bunga. Ubi

jalar memiliki warna mahkota berwarna putih.

d. Kegunaan

Ubi jalar kuning bila telah dewasa bisa dimakan dengan mengolahny

terlebih dahulu, atau untuk dipungut patinya sebagai bahan baku tepung

sebagai pilihan pengganti terigu.

6
2.2 Pati

Pati sering ditemukan pada organ tumbuhan, seperti buah, biji, akar

dan ubi serta memiliki fungsi sebagai sumber energy. Pati merupakan

salah satu karbohidrat yang berasal dari tanaman, yang disimpan dalam

bagian tertentu tanaman. Pati memiliki sifat tergantung pada jenis tanaman

serta penyimpanannya (Melanie dkk., 2013).

Secara alami pati memiliki bentuk asli berupa butiran-butiran kecil

yang disebut granul. Bentuk dan ukuran granula meruapakan karakteristik

setiap jenis pati, karena digunakan untuk identifikasi.

2.3 Tablet

Tablet adalah salah satu sediaan obat padat dengan sediaan dosis

takaran tunggal. Sediaan tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau

granulat, umumnya dengan penambahan eksipien pada mesin yang

sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet memiliki bentuk

silinder, kubus, batang dan cakram, serta bentuk seperti telur dan

peluru. Garis tengah tablet pada umumnya berukuran 5-17

mm,sedangkan bobot tablet 0,1-1 g.

Menurut FI edisi IV tablet adalah sediaan padat yang mengandung

bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sediaan tablet memiliki

keunggulan dibandingkan dengan sediaan bentuk farmasi yang lain. Tablet

merupakan sediaan utuh dan praktis diberikan secara oral dengan dosis

yang tetap. Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral dengan cost

produksi paling murah, juga paling ringan.

7
1. Sifat-sifat tablet :

a. Bahan yang mudah mengalir dalam corong air kedalam ruang

cetakan, dengan demikian mutu tablet tidak bakal mempunyai

variasi yang besar (Qurratul,2016).

b. Kompatibel bahan gampang kompak apabila dikempa,serta

menghasilkan tablet yang keras. Mudah lepas dari cetakan,

dimaksudkan supaya tablet yang didapatkan mudah lepas dan tidak

terdapat bagian yang melekat pada cetakan, sampai-sampai

permukaan tablet halus dan licin (Qurratul, 2016).

c. Tahan terhadap goncangan dan goresan sekitar pengiriman,

pemakaian, pembuatan, dan pengemasan. Kandungan tiap tablet

mempunyai keseragaman zat aktif dalam mutu (Charles,2010)

2. Persyaratan tablet

Menurut FI Edisi V (2014), tablet memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Keseragaman sediaan

Tablet dapat uji keseragaman sediaan untuk memastikan keseragaman

sediaan tiap tablet yang dibuat. Tablet yang bobotnya seragam

diinginkan mempunyai kandungan bahan obat yang sama, sehingga

memiliki efek terapi yang sama.

8
b. Kekerasan

Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan supaya dapat

bertahan terhadap sekian banyak guncangan pada ketika pengepakan dan

pengangkutan. Uji dilaksanakan dengan memakai alat yang dinamakan

Hardness Tester. Pengujian dilaksanakan dengan meletakan tablet

diantara perangkat penekan punch dan diapit dengan memutar sekrup

pengatur hingga tanda lampu menyala, kemudian ditekan tombol

sampai-sampai tablet pecah. Tekanan ditunjukan pada skala yang tertera.

Umumnya kekuatan tablet berkisar 4-8 kg.

c. Kerenyahan

Uji kerenyahan dilaksanakan untuk memahami kerenyahan tablet.

Tablet yang rapuh akan meminimalisir kandungan zat berkhasiatnya

sehingga memprovokasi efek terapi. Kerenyahan ditandai dengan massa

partikel yang berjatuhan dari tablet. Uji dilaksanakan menggunakan

perangkat yang dinamakan Roche Fribilator yang terdiri dari suatu

tabung yang berputar ke arah radial disambungkan suatu bilah lengkung.

Tablet dimasukan kedalam wadah tersebut, ketika wadah berputar tablet

bakal bergulir jatuh hingga pada putaran berikutnya dipegang pulang

oleh bilah. Pemutaran dilaksanakan 100 kali dengan persyaratan tablet

jangan kehilangan berat lebih dari 0,8 %.

9
d. . Waktu hancur

Uji waktu hancur dimaksudkan guna mengetahui kecocokan batas

masa-masa hancur yang tercantum dalam setiap monnografi, kecuali

pada etiket ditetapkan bahwa tablet dirancang guna pelepasan obat

terkendali dan diperlambat. Uji waktu hancur tidak mengaku bahwa

sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Interval masa-masa

hancur yakni 5-30 menit. Sediaan ditetapkan hancur sempurna bila

tidak ada saldo sediaan yang tidak larut terbelakang pada kasa.

e. Penetapan kadar zat berkhasiat

Penetapan kadar dilaksanakan untuk memahami apakah tablet mengisi

persyaratan kadar cocok dengan etiket. Bila kadar obat itu tidak

mengisi persyaratan, berarti obat itu tidak mengisi persyaratan, berarti

obat itidak mempunyai efek terapi yang baik dan tidak pantas

dikonsumsi.

f. Disolusi

Disolusi ialah proses pemindahan molekul obat dari format padat

kedalam larutan sebuah medium. Uji disolusi dipakai untuk memahami

persyaratan disolusi yang tercantum dalam monografi pada sediaan

tablet, kecuali pada etiket ditetapkan bahwa tablet mesti dikunyah atau

tidak membutuhkan uji disolusi. Uji bertujuan untuk memahami jumlah

zat aktif yang terlarut dan memberi efek terapi didalam tubuh. Pengujian

dilaksanakan untuk memastikan keseragaman satu batch, memastikan

10
bahwa obat akan menyerahkan efek terapi yang diinginkan, dan

dibutuhkan dalam rangka pengembangan sebuah obat baru.

3. Metode pembuatan tablet

Sediaan tablet dibuat melalui tiga macam metode, yaitu

granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung (Samsuni,

2007).

a. Metode granulasi basah

Merupakan proses penggabungan serbuk dalam wadah yang dengan

pengadukan yang menghasilkan granul dengan sifat alir yang baik.

Pembuatan tablet dilakukan dengan cara membaur bahan-bahan dan

menimbang, pembuatan tablet ,pengayakan adonan menjadi granul,

pengeringan, pengayakan kering,pembuatan granulasi basah serta

mencamapurkan bahan pelicin,. Metode granulasi basah baik

dibandingakn dengan yang lain. Keuntungan dengan cara granulasi

basah ialah dapat membetulkan sifat alir, menangkal pemisahan

gabungan sebuk, dapat meminimalisir debu .

b. Metode granulasi kering

Tujuan granulasi kering ialah untuk mendapat granul yang bisa

mengalir bebas untuk penciptaan tablet. Granulasi kering dilakukan

bilamana zat aktif tidak barangkali digranulasi basah sebab tidak stabil

atau peka terhadap panas dan lembab atau pun tidak barangkali

dikempa langsung menjadi tablet sebab zat aktif tidak bisa mengalir

bebas, dan takaran efektifzat aktif terlampau besar guna kempa

11
langsung. Granulasi kering mempunyai keuntungan beda yaitu

didapatkan granul dengan dengan mutu jenis yang lebih tinggi

dikomparasikan dengan granul yang didapatkan granulasi basah.

Langkah-langkah dalam penciptaan tablet cara ini dapat dipecah

sebagai berikut: zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, zat

pengikat dan zat pelicin dicampur diciptakan dengan teknik kempa

cetak menjadi tablet yang besar (slugging), setelahitu tablet yang jadi

dibagi menjadi granul kemudian diayak, kesudahannya dikempa

menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet.

c. . Metode kempa langsung

Metode kempa langsung dipakai untuk bahan yang mempunyai sifat

gampang mengalir sampai-sampai memungkinkan bisa dicetak

langsung dalam mesin tablet tanpa membutuhkan granulasi basah atau

kering.Istilah kempa langsung dipakai untuk mengaku proses saat

tablet dikempa langsung dari gabungan serbuk zat aktif dan bahan

ekstra yang cocok akan mengalir dengan seragam kedalam lubang

kempa lantas membentuk sebuah padatan yang kokoh. Kempa

langsung adalah metode opsi dalam manufaktur tablet bilamana proses

ini dapat dipakai untuk memproduksi produk yang berbobot tinggi dan

cara ini adalah metode yang sangat sederhana sebab tidak terdapat

perlakuan khusus laksana dua cara yang beda .

12
4. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Tablet

Eksipien atau zat tambahan ialah zat inert yang tidak aktif

secara farmakologi bermanfaat sebagai zat penolong dalam formulasi

tablet untuk menyusun tablet dan berguna mempermudah teknik

penciptaan tablet, dalam pemilihan bahan ekstra atau penciptaan tablet

mesti diacuhkan sifat fisika dan kimianya, begitu pun dengan stabilitas

dan zat ekstra yang dipakai (Effionora, 2012).

Fungsi utama eksipien dalam rumus sediaan farmasi ialah

memfasilitasi situasi masa sebuah sediaan obat supaya memudahkan

proses buatan atau membetulkan pola disolusi zat berkhasiat, sehingga

didapatkan produk yang berbobot (Effionora, 2012).

a. Kriteria Eksipien

Eksipien harus mengisi kriteria tertentu dalam formulasi

menurut keterangan dari Charles, 2010, meliputi :

1. Tidak toksik dan bisa diterima.

2. Tersedia secara komersial dalam tingkat kualitas.

3. Tersedia dengan biaya rendah yang diterima.

4. Tidak kontraindikasi oleh bahan atau komponennya guna populasi

tertentu.

5. Inert secara fisiologis

6. Stabil secara fisika dan kimia, baik tunggal atau dalam kombinasi

dengan zat aktif dan komponen tablet lain.

7. Bebas dari kandungan mikrobiologis yang tidak diterima.

13
8. Kompatibel dengan zat warna.

9. Tidak memiliki pengaruh buruk pada ketersediaan zat aktif dalam

tablet.

b. Penggolongan Eksipien Tablet

1. Pengisi (diluents/filler)

Pengisi ialah suatu zat inert secara farmakologis yang ditambahkan

ke dalam sebuah formulasi sediaan tablet bertujuan berguna

penyesuaian bobot, ukuran tablet cocok yang dipersyaratkan, serta

membantu fasilitas dalam penciptaan tablet, dan menambah mutu

sediaan tablet. Jika dosis tablet dalam jumlah yang kecil,

dibutuhkan pengisi dalam jumlah besar. Jika jumlah dosisnya

besar, dibutuhkan sedikit atau tidak butuh pengisi, dan peningkatan

eksipien beda perlu dipertahankan dalam jumlah paling tidak untuk

menghindari terjadinya tablet yang lebih banyak daripada ukuran

yang bisa diterima. Contoh : laktosa, amilum, starch 1500, manitol,

sorbitol, avicel, dll (Siregar & Wikarsa, 2010)

Bahan pengisi bermanfaat untuk menambah atau mendapat masa

supaya memadai jumlah massa gabungan sehingga memadai untuk

dikompresi/dicetak sampai-sampai bahan pengisi bisa juga

bermanfaat untuk memutuskan berat sediaan yang bakal

diproduksi. Pengisi pun dapat ditambahkan karena dalil untuk

membetulkan daya kohesi atau untuk membetulkan laju alir massa

sehingga gampang dikempa (Effionora, 2012).

14
3. Pengikat (binder)

Bahan pengikat adalah eksipien yang dipakai dalam formulasi

sediaan tablet yang menyerahkan gaya kohesif yang lumayan pada

serbuk antar partikel eksipien sehingga menyusun struktur tablet

yang kompak dan kuat sesudah pencetakan. Bahan pengikat

bermanfaat untuk menghasilkan tablet yang kompak dan kuat

sesudah pencetakan. Bahan pengikat penting peranannya dalam

proses pembentukan granul dari partikel-partikel yang tidak

homogen menjadi partikel-partikel sferis yang lebih banyak dan

lebih homogen. Bahan pengikat tidak boleh merintangi disintegrasi

tablet maupun pelepasan zat aktif berguna diabsorpsi. Bahan

pengikat bisa ditambahkan dalam format kering, pasta, cairan atau

larutan. Penggunaan pengikat usahakan dalam fokus yang sesuai.

Jika jumlahnya tidak cocok maka bakal terjadi capping,

lamination, sticking, picking dan filming. Namun bila

pemakaiannya terlampau berlebihan dapat menyebabkan

meningkatnya kekerasan tablet yang menyebabkan tablet sulit

hancur (Effionora, 2012).

4. . Penghancur(Disintegrants)

Penghancur adalah eksipien yang ditambahkan pada penciptaan

tablet yang bermanfaat untuk mempermudah pecahnya tablet saat

15
kontak dengan cairan drainase pencernaan. Penghancur juga

bermanfaat untuk unik air ke dalam tablet, mengembang dan

mengakibatkan pecahnya tablet menjadi bagian-bagian kecil yang

bakal menilai kelarutan obat dan tercapainya bioavailabilitas yang

diharapkan. Konsentrasi dan bahan yang dipakai mempengaruhi

kecepatan pecahnya tablet dan lepasnya zat aktif dalam obat guna

melarut. (Effionora, 2012).

Disintegran bisa ditambahkan sebelum proses granulasi

(intergranular) atau sebelum kompresi (ekstragranular) atau pada

kedua proses tersebut. Fraksi ekstragranular dari disintegran

(biasanya 50% dari total disintegran yang dibutuhkan) bakal

memfasilitasi solusi tablet menjadi granul-granul sedangkan

peningkatan granul secara intragranular mengakibatkan erosi lebih

lanjut dari granul menjadi partikel-partikel kecil. Disintegran mesti

mempunyai sifat laksana inert atau tidak bereaksi satu sama lain.

Stabil secara fisika dan kimia, bebas dari bakteri patogen, mudah

didapatkan dan mengisi persyaratan standar farmasetika.

Penghancur mesti dapat memungkinkan terjadinya proses

kapilerisasi cairan, gampang mengembang dan menambah

pembasahan tablet (Effionora, 2012).

5. Pelicin(Lubricant)

Bahan pelicin yakni zat yang menambah aliran bahan menginjak

cetakan tablet dan menangkal melekatnya bahan ini pada punch

16
dan die serta menciptakan tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat.

Bahan pelicir dipakai antara lain berguna mempercepat aliran

granul dalam corong kedalam ruangan cetakan, sekitar pengeluaran

tablet meminimalisir gesekan antara tablet dan dinding cetakan.

Dalam penciptaan tablet, zat berkhasiat zat-zat beda kecuali pelicin

diciptakan granul (butiran kasar) serbuk yang halus tidak

memenuhi cetakan tablet dengan baik maka diciptakan granul

(butiran kasar) karna serbuk yang halus tidak memenuhi cetakan

tablet dengan baik maka diciptakan granul supaya mudah mengalir

memenuhi cetakan serta menjaga supaya tablet tidak retak

umumnya, lubrikan mempunyai sifat hidrofobik sampai-sampai

dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet, oleh

sebab itu, kadar lubrikan yang berlebihan mesti dihindari. Bahan

pelicin yang biasa digunakan ialah talk, Mg stearat, asam stearat,

kalsium stearat, natrium stearat, licopodium, lemak parafin cair

(Indriasari, 2012)

5. Penggolongan Tablet

Penggolongan tablet dipisahkan berdasarkan atas :

a. Metode pembuatan :

Berdasarkan pembuatannya,terdapat dua jenis tablet, yakni tablet kempa

dan tablet cetak.

1. Tablet kempa diciptakan dengan menyerahkan tekanan tinggi pada

serbuk atau granul memakai cetakan baja

17
2. Tablet cetak terdiri dari bahan obat dan bahan pengisi yang berisi

laktosa dan serbuk sukrosa. Massa serbuk diberikan dengan etanol

persentase tinggi. Kelarutan zat aktif dan bahan pengisi mempengaruhi

kadar etanol dalam sistem pelarut, serta kekerasan tablet yang

diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan desakan rendah

kedalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan tidak dipedulikan

kering.

b. Berdasarkan pemakaian

Tablet dibagi menjadi antara lain :

1. Tablet biasa/tablet ditelan. Dibuat tanpa penyalut, dipakai secara oral

dengan cara ditelan dan pecah dilambung.

2. Tablet kunyah (chewable tablet). Berbentuk seperti tablet biasa, cara

pemakaiannya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, dan tidak

berasa pahit.

3. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles) ialah sediaan padat yang

berisi satu atau lebih bahan obat, lazimnya dengan bahan dasar beraroma

dan manis, yang menciptakan tablet melarut atau hancur perlahan-

perlahan dalam mulut.

4. Table effervescent ialah tablet dipakai dengan cara dilarutkan terlebih

dahulu dalam air dan menghasilkan busa. Tablet berisi zat aktif dan

berisi asam (asam tartrat, asam sitra) dan Na2CO3.

5. Tablet implant (pelet). Tablet berbentuk kecil, bulat atau oval putih,

steril, serta mengandung hormon steroid, yanag dimasukan kedalam

18
kebawah kulit dengan cara merobek kulit , setelah itu tablet dimasukkan,

kemudian dijahit kembali.

6. Tablet hipodermik atau tablet kempa, dibuat dari bahan yang

gampang larut atau larut sempurna dalam air. Tablet umumnya dipakai

untuk sediaan injeksi hipodemik segar dengan cara melarutkan tablet

dalam air steril untuk injeksi.

7. Tablet bukal ialah tablet yang di letakakan sekitar pipi dan gusi

8. Tablet sublingual ialah tablet yang ditaruh di bawah lidah.

9 Tablet ovula ialah tablet sisipan yang dapat terdisolusi dan pelepasan

lambat zat aktif dalam rongga vagina. Tablet berbentuk telur atau

berbentuk (buah) pir untuk mempermudah penahanan dalam vagina,

untuk mencungkil zat antibakteri, antiseptik, atau zat astringen dalam

mengobati infeksi vagina atau mungkin mencungkil steroid absorpsi

sistemik.

6. Formula Tablet

a. Amilum ubi jalar kuning

Amilum ubi adalah pati yang terdapat pada akar ubi jalar

kuning. Bentuk pati seperti serbuk berwarna putih, halus, tidak

berbau dan tidak berasa. Tidak larut pada air dan alkohol 95%.

b. Magnesium stearat

Merupakan senyawa magnesium dari penggabungan asam

organik padat yang terdapat dalam lemak, yang terdiri atas

magnesium palmiat dan magnesium setearat dalam banyak

19
perbandingan. Mengandung kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari

8,3% MgO. Pemerian voluminus, serbuk halus, putih, bau lemah

khas bebas dari butiran dan gampang melekat dikulit. Kelarutan

tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter .

c. Talk

Merupakan magnesium silikat hidrat alam, berisi tidak banyak

aluminium silikat. Pemerian antara lain, putih atau putih kelabu dan

serbuk hablur paling halus. Berkilat gampang melekat dalam kulit

dan bebas dari butiran. Kelarutan tidak larut dalam nyaris semua

bahan pelarut.

d. Laktosa

Merupakan gula yang terdapat dalam susu. Dalam yang berisi

satu molekul air hidrat. Pemerian antara lain seperti, putih, keras dan

serbuk atau masa hablur. Tidak memiliki bau dan rasa, stabil di

udara serta gampang menyerap bau. Kelarutan mudah larut dalam air

dan lebih gampang larut dalam air mendidih, paling sukar larut

dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter .

e. Polivinilpirolidon

Diperoleh dari polimerisasi dan N-polivinilpirolidon

merupakan serbuk yang paling higroskopis, gampang larut dalam

air, alkohol dan kloroform seta berwarna putih. Larutannya dalam

air bereaksi netral hingga basa lemah. Tersatukan dengan etanol.

PVP dapat menambah kelarutan bahan obat dalam air. Tingkat

20
polimerisasi sediaan polivinilpirolidon dalam air pada fokus 10-

15% mempunyai sifat plastis

7. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet

a. Pemeriksaan organoleptik

Tablet yang dihasilkan dicermati warna, bau dan tekstur (May,

2012).

b. Keseragaman ukuran

Kecuali ditetapkan lain diameter tablet jangan lebih dari 3x dan

tidak tidak cukup dari 1 ⅓ tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan

tablet ini dilaksanakan terhadap 20 tablet (Siregar & Wikarsa,2010).

c. Keseragaman Bobot

Untuk tablet tidak bersalut mesti mengisi syarat keseragaman mutu

yang diputuskan sebagai inilah : Timbang 20 tablet, hitung mutu

rata-rata tiap tablet, andai ditimbang satu persatu jangan lebih dari

harga yang ditetapkan, kolom A jangan satu tablet yang bobotnya

rata-rata pada kolom B (Indriasari,2012).

Tablet yang dihasilkan diamati warna, bau dan tekstur (May, 2012).

21
Tabel 1. Penyimpangan bobot rata-rata keseragaman bobot

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %


(Mg)
A B
25 atau kurang 15 % 30 %
26 – 150 10 % 20 %
151 – 300 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 5%

d. Uji Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet secara

keseluruhan, diukur dengan teknik memberi desakan terhadap

diameter tablet. Alat guna mengukur kekerasan yakni Hardness

tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan keawetan

tablet dalam melawan desakan mekanik laksana goncangan,

benturan dan keretakan sekitar pengemasan, penyimpanan,

transportasi dan hingga ke tangan pemakai. Peningkatan jumlah

bahan pengikat akan menambah kekerasan tablet meskipun desakan

kompresinya sama (Lannie, 2013).

e. Uji Kerapuhan Tablet

Kerapuhan (friabilitas) ditetapkan sebagai massa partikel yang

dicungkil dari tablet dampak beban pengisi mekanis, kerapuhan

ditetapkan dalam persen yang mengacu pada massa tablet mula

sebagai pengujian. Ujinya memakai alat yang berputar otomatis,

kecepatan putar pada, perangkat bervariasi, biasanya ialah 25

putaran/menit, nilai kerapuhan > 1% dirasakan kurang baik

(Indriasari,2012).

22
f. Uji Waktu Hancur Tablet

Waktu Hancur ialah waktu yang diperlukan untuk mengancurkan

tablet dalam medium yang sesuai, sampai-sampai tidak terdapat

bagian tablet yang terbelakang diatas kasa perangkat penguji. Waktu

hancur diprovokasi oleh sifat fisika kimia granul dan kekerasan,

kecuali ditetapkan lain, waktu guna menghancurkan tablet tidak

bersalut ialah 15 menit (Indriasari,2012).

23
2.4 Kerangka Pemikiran

Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) berasal dari benua Amerika, tetapi
para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar
adalah Selandia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Secara fisik,
kulit ubi jalar lebih tipis dibandingkan kulit ubi kayu dan merupakan umbi
dari bagian batang tanaman.

Pati Merupakan eksipien serbaguna yang digunakan terutama dalam


formulasi sediaan padat oral sebagai pengisi, pengikat dan
disintegran. Pati dapat diperoleh dari berbagai macam tanaman dan
umumnya sangat banyak terdapat pada bagian umbi tanaman dan
bijia-bijian yang memiliki karbohidrat yang cukup tinggi (Suhery
dkk, 2015)

Tablet merupakan sediaan obat berbentuk padat yang digunakan


melalui oral. Sediaan tablet dibuat dengan cara kempa-cetak
dalam bentuk rata atau cembung rangkap. Pada umumnya bentuk
tablet bulat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau
tanpa menggunakan bahan tambahan. Pada pembuatan sediaan
tablet memerlukan beberapa zat tambahan, antara lain zat pengisi,
zat pengikat, zat penghancur, dan zat pelicin (Chaerunisa, 2009).

Pembuatan Pati Umbi Jalar Kuning


Penggunaan Polivinil Pirolidon
(PVP) Sebagai Bahan Pengikat
Pada Formulasi Tablet Ekstrak Pembuatan Granul
Pati Ubi Jalar Kuning (Ipomoea
Batatas L) Mengunakan Metode Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
Gralnulasi Basah
Pembuatan Tablet

Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet


Diagram 1. Kerangka Konsep Penelitian

24
2.5 Hipotesis Penelitian

Diduga pati yang ada dalam umbi jalar kuning dapat bermanfaat sebagai

bahan penghancur tablet dan akan dominan terhadap mutu jasmani tablet

2.6 Penelitian Relevan

Tabel 2. Penelitian yang relevan

Tahun Peneliti Judul Hasil Publikasi


2019 Putra, dkk Penggunaan Hasil penelitian Jurnal Farmasi
Polivinill Pirolidon penggunaan. pengikat Udayana 8 (1)14-
(PVP) Sebagai polivinil pirolidon 21
Bahan Pengikat (PVP) konsentrasi 1%
Pada Formulasi menghasilkan granul
Tablet Ekstrak pada konsentrasi
Daun Sirih (Piper tersebut telah
betle L.) menghasilkan granul
yang terstandar dan
memiliki waktu
hancur paling kecil.
menurun, sedangkan
kerapuhan tablet
semakin meningkat.

2016 Surya Formulasi Dan Waktu hancur 0,10 JF FIK UINAM 4 (3)
Ningsi, Evaluasi Sediaan menit hasil ini : 106-113
Dwi Tablet Ekstrak menunjukan bahwa
Wahyuni L Daun Gedi Hijau semakin besar jumlah
dan (Abelmoschus bahan penghancur
Qurratul A Manihot) Dengan maka waktu hancur
Metode Granulasi tablet menjadi
Basah semakin cepat
2019 Deny Modifikasi Jurnal Farmasi
Hasil penilaian
Indonesia. 16 (2) :

25
Puriyani Amilum Ganyong 256-264
amilum
Azhary, (Canna indica L.)
mengindikasikan
Rahma dengan Metode
bahwa amilum
Zisca, Pregelatinasi
ganyong modifikasi
Yanni Parsial untuk
mempunyai sifat alir
Dhiani Eksipien Tablet
dan kompresibilitas
Mardhiani, Kempa Langsung
yang lebih baik
Dhini Dwi
daripada amilum
Utami
alami. Hasil uji
mengindikasikan
adanya perbedaan
yang signifikan pada
hasil penilaian
amilum alami dan
modifikasi (P<0,05).
Modifikasi amilum
pada suhu 60 °C
mengindikasikan
hasil terbaik. Hasil
penilaian tablet
mengindikasikan
bahwa tablet yang
memakai amilum
modifikasi memiliki
ciri khas sesuai
persyaratan tablet
yang baik.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari 2021 di

Laboratorium Fakultas Sains dan Farmasi, Universitas Mathla’ul Anwar

Banten dan Laboratorium X.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah ganyong,

ganyong yang digunakan pada penelitian adalah jenis umbi jalar kuning

berdaging lunak dan berwarna putih dan diambil dari perkebunan di

daerah Pandeglang banten.

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah ekstrak umbi jalar

kuning yang dibuat sebagai tablet atau zat penghancur pada tablet dengan

metode granulasi basah.

3.3 Alat dan Bahan

Digunakan alat seperti beaker glass, batang pengaduk, mortar,

lumpang, penangas air, parutan, wadah, saringan, pisau, stopwatch,

penggaris, timbangan, mesin pencetak tablet, alat ayakan, ayakan, alat uji

kekerasan tablet, oven,alat pengukurr kekerasan tablet.

Bahan yang digunakan yaitu pati umbi ganyong, antalgin,

polivinilpirolidon (PVP), Laktosa, Mg Stearat, talk.

27
3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Pengumpulan Simplisia

Bahan baku yang akan dipakai dalam penciptaan pati jalar

kuning mesti dalam suasana baik dan pun harus mulus. Bahan baku

sebelum diciptakan pati dimurnikan terlebih dahulu dengan air

bersih.

2. Pembuatan Pati Umbi Jalar Kuning

Dipilih umbi jalar kuning yang bagus dan mulus, lantas kupas

kulit umbi dengan pisau yang tajam hingga bersih kemudian cuci

daging umbi ganyong dalam air mengalir, lantas dikeringkan diatas

tampah dan dibawah sinar matahari. sesudah kering umbi ganyong

ditumbuk sampai menjadi adonan halus, diperbanyak air tidak

banyak demi tidak banyak ke dalam adonan halus , kemudian

masukkan ke dalam kain penyaring, peras atau pres adonan halus

dalam kain penyaring seraya ditampung air patinya dalam wadah,

biarkan air pati mengendap dalam wadah sekitar 24 jam. Setelah

mengendap sempurna, buang air endapan tadi, kemudian pati umbi

jalar kuning diusung kedalam wadah atau tampah, terakhir jemur

pati umbi jalar kuning sampai sungguh-sungguh kering. Setelah

kering, amilum diayak oleh pengayak mesh no. 80 (Rukmana, 2000).

28
3. Formula Tablet

Formula untuk membuat tablet yang digunakan dalam

penelitian dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3. Formulasi Tablet

Bahan FI FII FIII Keterangan


Ekstrak umbi 210 mg 210 mg 210 mg Zat Aktif

jalar kuning
PVP 1% 3% 4% Pengikat
Avical Ph 15% 15% 15% Pelincir

102
Talk 1% 1% 1% Pelicin
Laktosa ad 650 mg ad 650 mg ad 650mg Pengisi

4. Pembuatan Granul

Cara pembuatan dengan metode granulasi basah yaitu dengan

cara yang pertama menimbang bahan-bahan yang akan digunakan

sesuai dengan perhitungan, kemudian zat aktif ekstrak pati umbi

kuning dimasukkan kedalam wadah kemudian masukkan laktosa

sedikit demi sedikit. Gerus sampai halus, kemudian campurkan PVP,

aduk sampai homogen. Setelah itu tambahkan pati umbi ganyong

sebagai bahan penghancur yang sudah dikembangkan sesuai dengan

konsentrasi masing-masing formula, kemudian diaduk hingga

homogen dan terbentuk massa liat yang siap digranulasi dan

diperoleh granul yang diinginkan. Setelah diperoleh massa granul

masukkan kedalam ayakan dan tekan, lalu keringkan adonan

29
granulasi basah dalam oven pada suhu 500 C selama 2 jam. Setelah

itu, digerus granul yang telah dikeringkan dan diayak dengan ayakan

No.18 granulasi basah yang telah dikeringkan. Lalu dicampur granul

kering yang sudah diayak dengan magnesium stearat dan talk,

kemudian dimasukkan kedalam mesin pencetak tablet.

5. Pemeriksaan Sifat Fisik Granul

a. Uji Waktu alir

Pengujian dilakukan seperti pada pengujian sudut istirahat .

waktu alir ditentukan dengan menggunakan stopwatch, dihitung

pada saat mulai mengalir hingga berhenti mengalir (Surya,

2016).

Laju alir dihitung dengan rumus :

bobot (g)
laju alir=
waktu alir( s)

Syarat sifat aliran : >10 (sangat baik ), 4-10 (baik), 1,6-4 (sukar),

<1,6 (sangat sukar)

b. Uji Sudut diam

Ditimbang sebanyak 25 gram , dimasukan kedalam corong yang

lubang bawahnya ditutup, kemudian diratakan permukaannya.

Pada bagian bawah corong diberi alas. Tutup bawah corong

dibuka sehingga dapat mengalir keatas meja yang telah dilapisi

kertas grafik. Diukur tinggi (h) dan diameter (d) timbunan yang

terbentuk (Surya,2016).

30
2h
tan α=
d

Syarat sudut diam : <25 (sangat baik), 25-30 (baik), 30-40

(cukup), > 40 (sangat sukar).

c. Uji kompresibilitas (Farmakope Indonesia IV 1995)

Timbang 100 gram bahan yang telah di homogenkan masukan

kedalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian

sdimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat

volume uji sebelum dimampatkan (V0) dan volume setelah

dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).

Perhitungan :

Vo−V
I= X 100%
Vo

Keterangan :

I = indeks kompresibilitas (%);

V0 = volume sebelum dimampatkan (mL);

V = volume setelah dimampatkan (mL).

Syarat : tidak lebih dari 20%

Syarat kompresibilitas (%) sifat aliran : 5-12 (sangat baik), 12-

18 (baik), 18-23 (cukup), 23-33 (kurang), 33-38 (sangat kurang),

>38 (sangat buruk).

6. Pembuatan Tablet

31
Metode pembuatan tablet dilakukan dengan cara granul yang

diperoleh kedalam mesin pencetak tablet dan dilakukan pengempaan

dengan tekanan konstan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mutu

fisik tablet meliputi pemeriksaan organoleptik, keseragaman bobot,

pemeriksaan kerapuhan tablet, pemeriksaan waktu hancur tablet, dan

uji waktu larut.

7. Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet

a. Uji organoleptik

Tablet yang dihasilkan diamati warna, bau dan tekstur (May,

2012).

b. Uji keseragaman Bobot

Ditimbang 20 tablet dari masing-masing formula dan dihitung

bobot rata-rata nya. Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih

dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari

bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun

tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang

ditetapkan kolom B (Depkes RI, 2014).

c. Pemeriksaan kerapuhan tablet

Diambil 20 tablet lalu di bebas debukan dan di timbang

menggunakan timbangan analitik. Masukkan tablet kedalam

fribilator lalu diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25

32
putaran permenit. Tablet dibersihkan dari fines yang menempel

dan ditimbang kembali menggunakan timbangan analitik (Edi &

Fahmi,2012).

d. Uji waktu hancur

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet

pada masing-masing tabung dari keranjang. Digunakan air, suhu

370 sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera

pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet.

Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet

lainnya, tidak kurangdari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus

hancur sempurna. Persyaratan : waktu hancur tablet yaitu <15

menit untuk tablet tidak bersalut (Depkes RI, 2014).

e. Uji waktu larut

Tablet diletakkan pada gelas arloji kemudian ditetesi metilen

blue, hitung waktu (dalam menit) yang diperlukan tablet

menyerap air hingga masuk ke pori-pori. Larutan metilen blue

dibuat dengan cara mengencerkan serbuk metilen blue dengan

aquadest secukupnya.

3.5 Analisi Data

Analisi data hasilnya nanti dibandingkan dengan teori dari

farmakope indonesia dan pustaka lain atau yang sudah ada yang

menyebutkan standar persyaratan sifat atau mutu fisik tablet yang baik.

33
34

Anda mungkin juga menyukai