L)
PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN TABLET KEMPA
LANGSUNG*
*) Proposal ini akan diseminarkan di Prodi Farmasi STIKES Harapan Ibu pada:
Hari / Tanggal :
Pukul :
Tempat : Ruang seminar Prodi Farmasi
Pembimbing : 1. Barmi Hartesi, M.Farm, Apt
2. Lia Anggresani, M.Si
1
Pati yang sering digunakan di industri farmasi ada dua macam yaitu pati alami
dan pati termodifikasi. Pati dalam bentuk alami (native starch) adalah pati yang
dihasilkan dari sumber umbi-umbian dan belum mengalami perubahan sifat fisik dan
kimia atau diolah secara kimia-fisika. Modifikasi pati dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya yaitu: fisika, kimia, enzim. Pati ini banyak digunakan di
industri makanan dan farmasi sebagai bahan pengisi (filler) dan pengikat (binder)
dalam pembuatan tablet, pil dan kapsul. (Helmy Yusuf, 2008)
2
tambahan (eksipien) yang ada di Indonesia umumnya masih banyak yang diimpor
dari Negara lain untuk memenuhi kebutuhan industri farmasi, diantaranya adalah pati
yang merupakan eksipien utama dalam sediaan tablet (35 Article). Namun, pati ini
mempunyai dua keterbatasan besar dalam membentuk tablet yang baik, yaitu tidak
mempunyai daya alir (fluiditas) dan kompaktibilitas. (Helmy Yusuf, 2008)
3
1.5 Hipotesis
Modifikasi pati kentang pregelatinasi memiliki sifat fisika kimia yang dapat
digunakan dalam bahan tambahan tablet kempa langsung
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi tanaman kentang
A. Tanaman Kentang
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
1. Daun
5
o
utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari 45 atau lebih besar
o
45 . Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak yang dapat berkembang
menjadi cabang sekunder (Rukmana, 1997). Daun berkerut–kerut dan permukaan
bagian bawah daun berbulu.
2. Batang
Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung
pada
varietasnya. Batang tanaman berbuku–buku, berongga, dan tidak berkayu, namun
agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat mencapai 50–
120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau kemerah-merahan atau hijau
keungu–unguan (Rukmana, 1997).
Batang tanaman berfungsi sebagai jalan
zat–zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari
daun ke bagian tanaman yang lain.
3. Akar
6
4. Bunga
Bunga kent ang y ang t elah mengalami p eny erbukan akan menghasilkan
buah dan biji–biji (Samadi, 1997). Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah
kurang lebih 2,5 cm, berwarna hijau tua sampai keungu–unguan dan tiap buah
berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar 10 butir
sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah kurang
lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi) sekitar 6
bulan (Rukmana, 1997).
5. Umbi
7
B. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau daerah
pegunungan dengan ketinggian 1000–3000 m dpl. Pada dataran medium, tanaman
kentang dapat di tanam pada ketinggian 300-700 m dpl. (Samadi, 1997).
Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin)
o
dengan suhu rata–rata harian antara 15–20 C. Kelembaban udara 80- 90% cukup
mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan antara 200– 300 mm p er
bulan atau rata–rata 1000 mm selama p ertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah
o
optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15–18 C.
o
Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 C
o
dan lebih dari 30 C (Samadi, 1997).
Daerah yang berangin kencang harus dilakukan pengairan yang cukup dan
sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang
berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal
pertanaman yang lain.
8
2.2. Pati
2.2.1 Monografi Pati
Pati merupakan cadangan karbohidrat (polisakarida) yang
melimpah di tanaman dan umumnya hasil fotosintesis tanaman yang
berdaun hijau, ditemukan terutama pada biji-bijian, umbi-umbian.
9
Pati digunakan oleh tumbuhan sebagai sumber karbon dan energi.
Rantai kimia bertanggung jawab untuk sintesis pati yang melibatkan
molekul glukosa yang diproduksi dalam sel tanaman oleh proses
fotosintesis (Alcázar-alay, Angela, & Meireles, 2015). Berbagai macam
pati tidak memiliki sifat yang sama, tergantung dari panjang rantai atom
karbonnya serta lurus atau bercabang (Koswara, 2009).
Pati dapat dimodifikasi secara kimia, fisika maupun enzimatik
sesuai dengan kebutuhan spesifik suatu industri. Pati termodifikasi
memiliki kemampuan mengikat air yang jauh lebih banyak dibandingkan
pati alami serta memiliki sifat rekat. Pati tersusun oleh tiga komponen
utama yaitu amilosa, amilopektin, dan material antara. Pada umumnya
pati mengandung 15-30% amilosa, 70-85% amilopektin dan 5-10%
material antara, Struktur dan jenis material antara tiap sumber pati
berbeda tergantung sifat-sifat botani sumber pati tersebut (Koswara,
2009).
1. Amilopektin
10
2. Amilosa
11
2.2.4 Modifikasi Pati
Modifikasi pati merupakan suatu proses dengan mengubah
struktur termasuk ikatan hidrogen dengan cara yang terkontrol untuk
meningkatkan dan memperluas aplikasi diindustri farmasi. Modifikasi
pati dapat dilakukan secara kimia, fisik atau enzimatik. Pati yang
dimodifikasi biasa banyak digunakan dalam farmasi dan makanan di
seluruh dunia (Mohammed, 2017). Modifikasi pati bertujuan untuk
mengubah struktur pati, meningkatkan stabilitas granul pati selama proses
pembuatan dan memperluas penggunaan pati dalam berbagai bidang
industri.
1. Modifikasi Fisika
Modifikasi fisika bisa dilakukan dengan berbagai macam metode
diantaranya pregelatin pati, modifikasi dengan pengaturan temperatur,
kelembaban, tekanan yang berbeda dan pengadukan. Modifikasi ini
dilakukan untuk mengubah struktur granul pati serta mengubah pati
alami untuk dapat mengembang didalam air dingin (Cui & W, 2005).
2. Modifikasi Kimia
Modifikasi secara kimia dimaksudkan untuk meningkatkan sifat
fisikokimia dari suatu bahan dimana bahan tersebut direaksikan
dengan pereaksi bahan kimia sehingga membentuk substituent yang
baru (Cui & W, 2005).
Modifikasi kimia adalah reaksi kimia antara gugus hidroksil pati
dengan senyawa kimia tertentu, prosesnya dapat berupa reaksi
substitusi, yang mencakup esterifikasi, reaksi oksidasi, reaksi hidrolisis
asam dan reaksi cross-linking (Cui & W, 2005).
a. Modifikasi pati secara Cross-Linking (ikatan silang)
Ikatan silang atau Cross-Linking dilakukan dengan membuat
ikatan kimia yang dapat menguhungkan gugus hidroksil (-OH) dari
dua molekul pati dalam granula. Bahan kimia yang dapat digunakan
12
antara lain campuran asam adipat, dan asam anhidrid, gosforus
oksiklorida, sodium tripolifosfat, epiklorohidrin, dan lain-lain. Cross-
linking dilakukan secara basa pada kondisi alkali. Proses ini
dipengaruhi oleh pH, dan suhu proses juga dapat merubah sifat pati
dimana granula lebih kuat (tidak mudah mengembang, viskositas
tinggi, tahan asam (pH rendah), tahan terhadap pengadukan dan tahan
terhadap proses pemasakan pada suhu tinggi (Cui & W, 2005).
b. Modifikasi pati Hidrolisis asam
Hidrolisis asam merupakan hidrolisi ikatan glikosida secara
acak yang menghasilkan fragmen dengan derajat polimerisasi lebih
rendah, menurunkan viskositas panas, meningkatan kekuatan gel,
meningkatkan kejernihan gel atau pasta, meningkatkan kekuatan gel,
meningkatkan kejernihan gel dan pasta. Asam yang bisa digunakan
untuk proses ini HCl, dan H2SO4 (Cui & W, 2005).
c. Modifikasi Pati secara Oksidasi
Oksidasi (bleaching) dilakukan dengan menggunakan
hydrogen peroksida, asam parasetat, ammonium persulfat, sodium
hipoklorit proses ini dapat dilakukan secara basa. Dalam proses ini
terjadi oksidasi pigmen, oksidasi hidroksil menjadi karboksil dan
karbonil. Proses ini menyebabkan perubahan sifat pati dimana
warnanya lebih putih (Cui & W, 2005).
d. Modifikasi Pati secara Derivatisasi (substitusi dan stabilisasi)
Derivatisasi yang pada dasarnya yaitu menggantikan gugus
hidroksil pati dengan gugus yang lain. Untuk pangan dapat digunakan
asetat, suksinat, oktenil suksinat, fosfat atau hidroksipropil,
hidroksietil dan kationik (Cui & W, 2005).
3. Modifikasi Enzimatik
Modifikasi pati juga dapat dilakukan dengan menggunakan
enzim serta banyak enzim yang dapat digunakan untuk menghidrolisis
13
struktur pati. Modifikasi dengan cara enzimatis juga dipakai untuk
mendapatkan sifat fungsional yang diinginkan (Cui & W, 2005).
Modifikasi secara enzimatis terhadap pati dapat dilakukan
dengan satu enzim atau lebih, pada kondisi yang sesuai, tergantung
dari jenis atau sumber yang digunakan. Contoh hasil modifikasi
enzimatis pati yaitu maltodekstrin dan siklodekstrin (Cui & W, 2005).
14
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Teknologi
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Ibu Jambi yang
dilaksanakan dari bulan Februari sampai April 2018
3.2 Metode Penelitian
1. Determinasi tumbuhan kentang
2. Penyiapan bahan
3. Pembuatan Pati kentang
4. Modifikasi Pati kentang pregelatinasi
5. Evaluasi Pati
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah Oven, ayakan (Mesh), sentrifuge, magnetic stirrer
& hot plate, desikator, miscroskop, viscometer brookfield, spektro UV-Vis,
tanur pengabuan, pH meter, corong Buchner, waterbath, serbet, lumpang dan
mortar, beker glass, Bunsen, timbangan analitik, labu ukur 100ml, tabung
reaksi, parutan, cawan penguap, corong Buchner, viknometer, cawan porselin
tertutup, botol timbang, kaca objek, pisau.
3.3.2 Bahan
Umbi singkong yang didapat di Talang Bakung, Kota Jambi, dimodifikasi
dengan HCl 0,1 N, NaOH 0,1 N & 1 N dan asam asetat dan asam asetat 1N,
STPP (Sodium Trypolyphosphate) 5%, larutan Iod, etanol 95%, akuades,
asam sulfat pekat.
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Determinasi Tumbuhan Singkong
15
3.4.2 Penyiapan reagen pendukung
HCl 0,1 N
Siapkan 0,41 ml HCl pekat 37 % dalam gelas ukur kemudian
masukkan ke dalam labu ukur 50 ml untuk diencerkan menggunakan
akuades. Tambahkan akuades secara perlahan melalui dinding labu
sampai tanda batas, kemudian labu ukur yang berisi larutan tersebut
dikocok hingga homogen.
CH3COOH 1 N
Siapkan 0,28 ml CH3COOH pekat dalam gelas ukur kemudian
masukkan ke dalam labu ukur 5 ml untuk diencerkan menggunakan
akuades. Tambahkan akuades secara perlahan melalui dinding labu
sampai tanda batas, kemudian labu ukur yang berisi larutan tersebut
dikocok hingga homogen.
16
kemudian disaring dengan kain serbet, diperas sampai semua airnya
habis. Ampasnya dicampur kembali dengan aquadest kira-kira 1/3 nya,
diaduk kemudian diperas lagi sampai airnya habis, lakukan hal yang
sama sampai air perasan jernih. Kemudian air perasan tersebut
diendapkan selama 24 jam, setelah mengendap sempurna, air diatasnya
yang jernih dibuang sehingga diperoleh endapan pati. Kemudian
keringkan pati dalam oven pengering dengan suhu 40°C selama 24
jam. Pati yang telah kering akan berbentuk gumpalan haluskan
gumpalan dengan menggunakan lumpang dan mortar kemudian
diayak dengan pengayak 80 mesh sehingga diperoleh pati berbentuk
serbuk (Suhery, Anggraini, & Endri, 2015)
3.4.3.2 Modifikasi Pati
1. Modifikasi pati dengan metode Esterifikasi(Amini, Masruri, & Ulfa,
2014). Adapun prosesnya dimana pati singkong sebanyak 50 g
dicampur dengan 7,5 ml asam asetat, campuran ini diaduk dengan
magnetik stirrer selama 60 menit. Lalu campuran yang diperoleh
didiamkan selama 15 jam pada suhu kamar, dan ditambahkan 1 tetes
asam sulfat pekat. Selanjutnya diaduk dengan magnetik stirrer hot
plate pada suhu 80˚C selama 120 menit. Hasil yang diperoleh
disaring dengan corong buchner dan dicuci dengan air dingin (10 ml
x 3). Padatan yang diperoleh adalah pati hasil esterifikasi, dan
dikeringkan dengan oven pada suhu 55˚C hingga diperoleh berat
konstan. Setelah kering pati diayak dengan ayakan 80 mesh.
2. Tahap modifikasi dengan metode Cross-Linking (Widhaswari et al.,
2014) Pati singkong 70g ditambahkan zat pengikat silang STPP
(sodium tripolyphospat) dengan konsentrasi 5% diaduk hingga
menjadi supensi pati, setelah itu ditambahkan NaOH 0,1 N hingga
pH nya basa (pH 11) diaduk di waterbath selama 3 jam dengan suhu
45oC. Setelah 3 jam ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH nya asam
17
(pH 6) pati yang telah diukur pHnya dicuci dengan akuades sebanyak
4 kali hingga putih dan di endapkan, kemudian endapan pati yang
berwarna putih dikeringkan pada oven pengering dengan temperature
55˚C sampai berat pati konstan. Setelah kering pati diayak dengan
ayakan 80 mesh.
3.4.4 Mengevaluasi pati sesudah sebelum termodifikasi
1. Organoleptis (Suhery et al., 2015)
Uji organoleptis dilakukan dengan cara pemeriksaan pati dari bentuk,
warna, rasa, dan bau.
2. Pemeriksaan pH dengan pH meter (Suhery et al., 2015)
Sebanyak 1 gram pati disuspensikan dalam 10 ml akuades dalam beker
glass, aduk sampai homogen kemudian ukur pH menggunakan pH
meter.
3. Randemen (Suhery et al., 2015)
Timbang berat dan timbang hasil pati yang diperoleh
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑡𝑖 (𝑔)
Rendemen = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔) x 100%
18
dinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang (B1). Pati
singkong sebanyak 5 gram dimasukkan dalam cawan yang telah
diketahui beratnya, kemudian dibakar diatas bunsen atau kompor
listrik sampai tidak berasap. Setelah itu dimasukkan dalam tanur
pengabuan, kemudian dibakar pada suhu 400 °C sampai didapat abu
berwarna abu-abu atau sampel beratnya tetap. Kemudian suhu tanur
dinaikkan sampai 550 °C selama 12-24 jam. Lalu sampel didinginkan
dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang (B2). Untuk rumus
perhitungan kadar abu yaitu sebagai berikut:
𝐵2− 𝐵
1
Kadar abu (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100%
19
𝑐−𝑎
𝜌air = 𝑣
20
warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrometer UV-Vis
pada panjang gelombang 625 nm.
Kadar amilosa dihitung dengan rumus :
𝛼591 × 𝑓.𝑘 ×100
Kadar amilosa (%) = × 100%
100−𝑘..𝑎
1 1000 ×20
Dimana f.k = ×
𝑎𝑏𝑠 1 𝑝𝑝𝑚 1000000
1
𝑎𝑏𝑠 1 𝑝𝑝𝑚 ×50
Dimana :
n = jumlah partikel
d = diameter partikel
𝜌𝑏 = densiti benar
10. Analisis SEM (Scanning Eloctron Microscopy)
SEM (Scanning Eloctron Microscopy) adalah salah satu jenis
mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk
menggambarkan bentuk permukaaan dari material yang dianalisis.
SEM (Scanning Eloctron Microscopy) bekerja berdasarkan prinsip
21
scan sinar elektron pada permukaan sampel, selanjutnnya informasi
yang diperoleh diubah menjadi gambar. Cara terbentuknya gambar
SEM dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron skunder) atau
elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan
sampel tersebut discan dengan sinar elektron pantulan yang terdeteksi,
kemudian sinyalnya diperkuat, besar amplitudonya ditampilkan dalam
gadari gelap terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di
layar CRT inilah gambar struktur objek yang sudah diperbesar dapat
dilihat. Pada proses operasinya SEM tidak memerlukan sampel yang
ditipiskan sehingga bisa digunakan untuk melihat objek dari sudut
pandang 3 demensi.
11. Analisi FT-IR (Frourier Transform Infra Red).(Silversteun, Webster,
& Kiemle, 2005).
Spektroskopis FTIR adalah teknik pengukuran untuk
mengumpulkan spektrum inframerah. Energi yang diserap pada
berbagai frekuensi sinar inframerah direkam, kemudian diteruskan ke
interferogram.
Spektrofotometer Frourier Transform Infra Red (FTIR)
digunakan untuk menganalisis gugus fungsi. Dua molekul senyawa
yang berbeda juga pada spektrum inframerahnya. Jika jenis ikatan
yang berbeda, frekuensi vibrasinya berbeda, dan jika jenis ikatan sama
tetapi berada dalam dua senyawa yang berbeda, frekuensi fibrasinya
juga berbeda ( karena kedua ikatan yang sama tersebut berada dalam
lingkungan yang berbeda). Rentang gugus pada pati yaitu pada O-H
bilangan gelombang 3800-2700 cm-1, alisiklik C-O bilangan
gelombang 1300-800 cm-1, Alifatik dan alisiklik C-H sebelah kanan
3000- 2850 cm-1, Alisiklik C-C 1300-800 cm-1.
12. Viskositas dan Rheology (Surini, Putri, & Anwar, 2014)
Evaluasi ini dilakukan untuk mengoptimalkan konsentrasi
22
larutan pati termodifikasi kemudian untuk mendapatkan hasil pati
termodifikasi sebagai coating yang lebih baik dan homogen.
Pengukuran dilakukan dengan viskometer Brookfield dengan
kecepatan 2, 4, 10, 20 rpm. Data yang diperoleh diplotkan terhadap
tekanan geser (dyne/cm2 ) dan kecepatan geser (rpm), sehingga akan
didapat sifat aliran (rheology).
23
3.5 Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti memilih untuk menggunakan statistic deskriptif
yaitu ukuran simpangan, dan ukuran simpangan yang digunakan merupakan
simpangan baku ( standar devisiasi). Simpangan baku yaitu ukuran simpangan
yang paling sering digunakan, menurut (Sugiyarto, 2015) rumus simpangan baku
adalah sebagai berikut :
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
s=√ 𝑛−1
DAFTAR PUSTAKA
24
Alabi, C. O., Singh, I., & Odeku, O. A. (2017). Evaluation of natural and
pregelatinized forms of three tropical starches as excipients in tramadol tablet
formulation. Journal of Pharmaceutical Investigation.
Aliawati, gusnimar. (2003). Teknik analisis kadar amilosa dalam beras. Buletin
Teknik Pertanian, 8(2), 82–84.
Amini, H. wika, Masruri, & Ulfa, S. M. (2014). Modifikasi pati umbi ketela pohon (.
Jurnal Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Brawijaya, 1(1), 140–146.
Basu, A., & Dey, S. (2013). Techniques of Tablet Coating : Concepts and
Advancements : A Comprehensive Research and Review. Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Science, 2(4).
25
Koswara, S. (2009). Teknologi modifikasi pati. EbookPangan.com.
Maria Dona Octavia, Auzal Halim, S. K. (2013). Uji Sistem Dispersi Padat Kofein
Dengan Menggunakan Polivinil Pirolidon (Pvp) K-30. Jurnal Farmasi Higea,
5(2), 166–177.
Parwiyanti, Pratama, F., Wijaya, A., & Malahayati, N. (2016). Profil Pasting Pati
Ganyong Termodifikasi Dengan Heat Moisture Treatment Dan Gum Xanthan
Untuk Produk Roti. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 27(2), 185–192.
Retnowati, D. S., Kumoro, A. C., & Budiyati, S. (2010). Modifikasi Pati Ketela
Pohon Secara Kimia dengan Oleoresin dari Minyak Jahe. Jurnal Rekayasa
Proses, 4(1), 1–6.
Suhery, W. N., Anggraini, D., & Endri, N. (2015). Pembuatan Dan Evaluasi Pati
Talas (Colocasia esculenta Schoot) Termodifikasi dengan Bakteri Asam Laktat
(Lactobacillus sp) Production and evaluation of modified taro (Colocasia
esculenta Schott) starch by lactic acid bacteria (Lactobacillus sp). Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, 01((2)), 207–214.
26
Suparman. (2014). Kekerabatan fenetik ubi kayu ( Manihot esculenta ) dipulau
ternate berdasarkan karakter morfologi. Laboratorium Biologi FKIP Universitas
Khairun, Jl. Bandara Babulah, Ternate, Maluku Utara., 2.
Surini, S., Putri, K. S. S., & Anwar, E. (2014). Innovare Academic Sciences
Preparation and characterization of pregelatinized cassava starch phthalate as a
ph-sensitive pollymer for enteric coated tablet formulation. Faculty of
Pharmacy, University of Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, Indonesia, 6(3).
Suryani, N., Musdja, Y. M., & Suhartini, A. (2013). Penggunaan amilum ubi suweg
(Amorphophallus campanulatus BI. Decne) sebagai pengikat tablet ibuprofen
dengan metode granulasi basah. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan
Terkini Sains Farmasi Dan Klinik III 2013.
Widhaswari, V. A., Dwi, W., & Putri, R. (2014). Pengaruh Modifikasi Kimia Dengan
STTP Terhadap Karakteristik Tepung Ubi Jalar Ungu, 2(3), 121–128.
Yusuf, H., Radjaram, A., & Setyawan, D. (2008). Modifikasi Pati Singkong
Pregelatin Sebagai Bahan Pembawa Cetak Langsung. Penelit. Med. Eksata, 7(1),
31–47.
Zoldakova, A., Srokova, I., Sasinkova, V., Hirsch, J., & Ebringerova, A. (2005).
Biosurfactants based on partially esterified o-(carboxymethyl)starch. Chemical
Papers-Chemicke Zvesti, 59(5–6), 362–367.
27
Lampiran 1 : Skema Penelitian
28
Determinasi
Modifikasi Kimia
29
Lampiran 2 : Surat Determinasi Tanaman Singkong
30