Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN 1
Ekstraksi dengan Metode Maserasi

DISUSUN OLEH :
NAMA NIM PARAF/TTD ASISTEN
AISYAH SUKARMAN F.21.002
DINDA JULIANA S F.21.013
FADHILAH ANGGRAENI F.21.016
MIMING F.21.030
NURIANA RODHIA PUTRI F.21.033
MUHAMMAD ARNAS F.20.029
KELAS 3 A FARMASI
KELOMPOK I (SATU)
ASISTEN INGGIT SURYANINGSIH A.Md. Farm
TGL KOREKSI/ACC

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam

tumbuhan yang dapat manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan

manusia.Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal

tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai

macam penyakit.Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan

sebutan tanaman obattradisional.Berbagai khasiat yang dapat dihasilkan

oleh tanaman tradisional yang ada, dimana merupakan efek dan khasiat

dari berbagai zat yang terkandungdalam tanaman tersebut. Sebagai contoh

zat kimia yang terkandung dalam tanaman yang biasa digunakan sebagai

adalah alkaloid, flafonoid, glikosida,terpenoid,saponin,tanin dan polifenol.

Fitokimia atau kimia tumbuhan sangat berkaitan erat dengan

organik bahan alam dari biokimia tumbuhan. Kemajuan fitokimia

sangat dibantu dengan metode penjaringan untuk menjaring tumbuhan

sehingga diperoleh senyawa yang khas. Setiap gugus senyawa atom

memiliki keanekaan dan jumlah struktur molekul yang banyak dan

tidak sama. Hal tersebut yang membuat metode identifikasi senyawa

kimia berbeda antara fitokimia, kimia organik dan sintesis organik

(Harborne, 1987:2)

Adapun mengenai pemafaatan bahan alam atau tanaman

obattersebut meliputi pengobatan maupun pencegahan dari suatu penyakit


sertaperlindungan kualitas kesehatan.dengan salah satu contoh bahan alam

atautanaman obat yang berkhasiat sebagai alat pengobatan yaitu Jati

Belanda ( Guazumae folium ).

Jati Belanda (Guazuma ulmifoliaLamk.) merupakan tanaman

asli Amerika dan tumbuh menyebar ke daerah tropis termasuk di

Pulau Jawa. Tanaman ini termasuk ke dalam golongan tumbuhan

yang baik karena mempunyai banyak manfaat. Jati Belanda

dimanfaatkanolehmasyarakat Indonesiasebagai bahan baku obat

tradisional Menurut Syahid (2008)

B. Tujuan praktikum

Mahasiswa dapat melakukan ektstraksi senyawa metabolit dengan

metode Maserasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang sampel

1. Daun Jati Belanda

a. Definisi

Maserasi (macerare= mengairi, melunakkan) merupakan

prosesperendaman sampel dengan pelarut yang digunakan pada

temperatur ruangan. Pada psoses maserasi, bahan kandungan sel

berpindah dengan terlarut dalam molekuler pelarut dengan

berdifusi melalui rongga antar sel. Gaya yang bekerjaadalah

perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan pelarut

yangmula-mula tanpa bahan aktif. Bahan kandungan sel akan

mencapai ke dalamcairan di sebelah luar selama difusi melintasi

membran sampai terbentuknya suatu keseimbangan konsentrasi

antara larutan disebelah dalam dan disebelah luar sel(Voight, 1995:

566).

b. Klasifikasi Sampel ( sulaksana dan dagang 2005 )

Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia
Gambar 1. Daun jati belanda
(Dokumentasi pribadi)

c. Morfologi Sampel

Morfologi Tanaman Jati belanda merupakan tanaman semak

atau pohon dengan tinggi 10 - 20 m, berbatang keras, bulat,

permukaan kasar, beralur banyak, berkayu, bercabang, berwarna

hijau keputih-putihan. Bunga tunggal, muncul dari ketiak daun,

panjang 2 - 4 cm, berjumlah banyak, bentuk agak ramping,

memiliki tangkai bunga sekitar 5 mm, kelopak bunga lebih

kurang 3 - 4 mm, warna kuning dan berbau wangi. Berakar

tunggang dengan warna putih kecoklatan. Berdaun tunggal dengan

warna hijau, berbentuk bulat telur dengan permukaan

kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk,

pertulangan menyirip, panjang 4 - 22,5 cm, dan lebar 2 - 10 cm,

panjang tangkai daun 5 - 25 mm, mempunyai daun penumpu

berbentuk lanset atau berbentuk paku yang panjangnya 3 - 6

mm. Buah berbentuk kotak, bulat, keras, permukaan berduri,


warna hijau dan menjadi hitam jika tua (Ditjen POM., 1978;

Suharmiati dan Maryani, 2003; Sulaksana dan Dadang, 2005).

d. Kandungan kimia

Seluruh bagian tanaman jati belanda mengandung senyawa

aktif seperti tanin. Kulit batang juga mengandung damar, tanin

dan ebeberapa zat pahit, glukosa dan asam lemak (Sulaksana

dan Dadang, 2005). Daun jati belanda juga mengandung

alkaloid, saponin, flavonoid, damar, fenol, triterpen,

glikosida sianogenik, dan steroid. Buah mengandung

saponin, alkaloid, flavonoid, 3 / 14 terpenoid, glikosida

jantung. Bunga segar jati belanda mengandung kaemferitin,

kuersetin, dan kaemfenol (Kemenkes RI, 2011; Mun’im dan

Hanani, 2011).

e. Khasiat

Daun jati belanda mengandung zat lendir dan serat

untuk melicinkan sehingga mengurangi penyerapan lemak,

glukosa, kolesterol yang terdapat dalam makanan atau

minuman sehingga memperlancar buang air besar (Mun’im dan

Hanani, 2011). Zat lendir adalah suatu polisakarida heterogen

dengan struktur polimer bercabang yang tersusun atas berbagai

macam gula dan asam uronat. Zat lendir bersifat hidrofilik dan

mampu menangkap air untuk membentuk gel. Sifat zat lendir yang

mampu menangkap air tersebut menyebabkan zat lendir


berfungsi sebagai pembentukan massa feses (Utomo, 2008).

Serat bersifat menyerap air dalam usus sehingga menimbulkan efek

rasa kenyang (Peter dan Billintong, 2009).

2. Daun sirih

a. Deskripsi

Daun sirih tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan

bisa dengan mudah didapatkan dimana saja, Keampuhan daun sirih

sebagai obat penyembuh dari berbagai hasil penelitian ilmiah

menyimpulkan bahwa sirih mempunyai kandungan-kandungan

yang sangat berkhasiat dan berjuta manfaat untuk kesehatan.

Tradisi menyirih yang dapat menguatkan gigi karena masyarakat

zaman dahulu sudah mengetahui khasiat daun sirih hijau yang

dapat mengobati beberapa penyakit(Nurmalina dan Valley 2012).

b. Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper betle

L.) adalah sebagai berikut

Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
Gambar 1. Daun Sirih
(sumber: asset.kompas.com)

c. Morfologi

Sirih adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang

bersandar pada batang pohon lain. Tinggi 5-15m. Batang sirih

berwarna coklat kehijauan berbentuk bulat, beruas dan merupakan

tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung,

berujung runcing, tepi rata, tulang daun melengkung, lebar daun

2,5-10 cm, panjang daun 5-18cm, tumbuh 8 berselang-seling,

bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.

Menurut Van Steenis (1997), tanaman sirih memiliki bunga

majemuk berkelamin 1, berumah 1 atau 2. Bulir berdiri sendiri, di

ujung dan berhadapan dengan daun. panjang bulir sekitar 5 - 15 cm

dan lebar 2 - 5 cm. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm

dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina

panjangnya sekitar 2,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga

sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Akar sirih

merupakan akar tunggang yang berbentuk bulat dan berwarna

cokelat kekuningan, buah tanaman sirih merupakan buah buni yang

berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul, bulir pada buah


berbulu, tersusun rapat, dan berwarna kelabu. Biji pada tanaman

sirih berbentuk bulat.

Piper betle memiliki ciri khas yaitu daunnya kerap kali berbau

aromatis atau rasa pedas (Munawaroh dan Yuzammi, 2017).

Aroma daun sirih disebabkan oleh adanya minyak esensial, yang

terdiri dari fenol dan terpene (Naidu, 2010). Selain itu, memiliki

ciri khas mengandung senyawa metabolit sekunder yang biasanya

berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh

hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan

tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Menurut

Hutapea (2000), senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh

tanaman sirih berupa saponin, flavonoid, polifenol dan minyak

atsiri triterpenoid, minyak atsiri (yang terdiri atas khavikol,

chavibetol, karvakrol, eugenol, monoterpena,estragol),

seskuiterpen, gula, dan pati.

d. Kandungan kimia

Tumbuhan sirih ini kaya akan kandungan kimia seperti

minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, allypykatekol,

karvakol, eugenol, eugenol methyl ether, p terpenenna,

eskuiterpena, fenil propane, tannin, diastase, gula dan pati.

e. Khasiat

Manfaat dari daun sirih adalah digunakan secara turun

temurun untuk pengobatan tradisional seperti pengobatan batuk,


sakit gigi, penyegar dan sebagainya. Bagian-bagian dari tanaman

sirih seperti akar, biji dan daun berpotensi untuk pengobatan tetapi

yang paling sering dimanfaatkan untuk pengobatan adalah bagian

daunnya. Pemanfaatan tradisional ini disebabkan adanya sejumlah

zat kimia atau bahan alami yang punya aktivitas sebagai senyawa

antimikroba. Komponen aktif dari sirih terdapat dalam minyak

atsiri dan kandungannya dipengaruhi oleh umur dan Janis daun.

Menurut Jenn dan Chou (1997) dalam daun sirih terdapat

eugenoldan hidroksifanol yang mempunyai aktivitas antimikroba.

Sedangkan, menurut Duke (2002) dalam daun sirih ditemukan

adanya bahan kimia yang mempunyai aktivitas antibakteri yaitu :

kavikol, kariofilen, dan asam askorbat.

3. Tempuyung

a. Morfologi Sampel

Tempuyung memiliki ciri fisik yang khas, yaitu daun

tunggal yang berbentuk lanset atau lonjong dengan panjang 6-48

cm dan lebar 3-12 cm (Sulasna et al., 2004). Tepi daun menyirip

tidak beraturan dan berwarna hijau muda. Bungan berbentuk

bonggol yang tergabung dalam mali, bertangkai, mahkota

berbentuk jarum dengan warna kuning cerah, dan buah tempuyung

berbentuk kotak dan berusuk lima, berwarna kuning degan panjang

hingga 4 mm (Dalimartha, 2005).


Gambar 1. Daun Tempuyang
(sumber: orami.co.id/magazine/manfaat-daun-tempuyung)

b. Klasifikasi Tanaman Tempuyang

Klasifikasi tanaman Tempuyung adalah sebagai berikut

(Materia Medika Indonesia, 1989):

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Sonchus

Spesies : Sonchus arvensis L.

c. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada daun tempuyung, yaitu

berupa ion-ion mineral, seperti Si, K, Mg, Na, dan senyawa

organik flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida, apigenin-7-

O-glukosida) (Rohaeti et al., 2011),kumarin (skepoletin),

taraksasterol, inositol dan asam fenolat (sinamat, kumarat, vanilat)

(Yuliarti, 2013).
d. Khasiat Tanaman

Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah tempuyung

(Sonchus arvensis L.). Sebagian masyarakat banyak

memanfaatkannya untuk dijadikan lalap. Tidak hanya itu, tanaman

tempuyung juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai

penyakit. Banyak pengalaman yang menunjukkan khasiat dari

tempuyung untuk menyembuhkan penyakit, seperti batu ginjal,

asam urat, darah tinggi, beberapa kasus sakit kepala, batu empedu,

batu kandung kemih dan prostat (Sulaksana, et al.,2004). Di daerah

Tawangmangu Surakarta, daun tempuyung sudah dikenal dan

dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai jamu bagi

perempuan yang habis melahirkan guna memulihkan kesehatan

fisik. Sementara di Cina, daun tempuyung juga digunakan sebagai

insektisida selain sebagai tanaman obat (Anonim, 2002).

4. Daun jambu biji

a. Klasifikasi Tanaman

Regnum : Planate
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava
b. Deskripsi Tanaman

Jambu biji (P. Guajava L.) tersebar meluas sampai ke Asia

Tenggara termasuk Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Sri

Lanka. Jumlah dan jenis tanaman ini cukup banyak, diperkirakan

kini ada sekitar 150 spesies di dunia. Tanaman ini (P. Guajava L.)

mudah dijumpai di seluruh daerah tropis dan subtropis. Seringkali

ditanam di pekarangan rumah. Tanaman ini sangat adaptif dan

dapat tumbuh tanpa pemeliharaan. Di Jawa sering ditanam sebagai

tanaman buah, sangat sering hidup alamiah di tepi hutan dan

padang rumput.

Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya

terdiri dari tangkai (Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang

disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya pada

daunnya bagian terlebar daun jambu biji (P. Guajava L.) berada

ditengah-tengah dan memiliki bagian jorong karena perbandingan

panjang : lebarnya adalah 1,5 - 2 : 1 (13 - 15 : 5,6 - 6 Cm). Daun

jambu biji (P. Guajava L.) memiliki tulang daun yang menyirip

yang mana daun ini memiliki 1 ibu tulang yang berjalan dari

pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu

tulang ke samping,keluar tulang-tulang cabang, sehingga

susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip ikan. Jambu biji

memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna daun

bagian atas tampak lebih hijau jika dibandingkan sisi bawah daun.
Tangkai daun berbentuk selindris dan tidak menebal pada bagian

tangkainya.

c. Kandungan Kimia

Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang

sangat tinggi, terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat

sebagai antibakteri, kandungan pada daun Jambu biji lainnya

seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan

alkaloid.6 Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom

karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Quercetin

adalah zat sejenis flavonoid yang ditemukan dalam buah-buahan,

sayuran, daun dan biji- bijian. Hal ini juga dapat digunakan sebagai

bahan dalam suplemen, minuman atau makanan. Saponin adalah

jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin

memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan

dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat

bertahan lama. Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati

yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah

menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri

merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok

(untuk pengobatan) alami. Tanin merupakan substansi yang

tersebar luas dalam tanaman dan digunakan sebagai energi dalam

proses metabolisme dalam bentuk oksidasi, Tanin juga sebagai

sumber asam pada buah. Alkaloid adalah sebuah golongan


senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan

terdapat didunia tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan

senyawa yang berasal dari hewan).

d. Khasiat Daun jambu biji

Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi

tubuh kita, baik untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit

tertentu. Dalam penelitian yang telah dilakukan ternyata daun

jambu biji memiliki kandungan yang banyak bermanfaat bagi

tubuh kita. Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti

mikroba dan analgesik.8 Pada umumnya daun jambu biji (P.

Guajava L.) digunakan untuk pengobatan seperti diare akut dan

kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah

meninggi, sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan kumur

atau sakit gigi dan demam berdarah.

5. Daun kumis kucing

a. Klasifikasi Tanaman

Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub Class : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae/Solanales
Famili : Labiatae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spicatus B.B.S
Gambar 1. Kumis Kucing
(Dokumentasi: halodoc.com)
b. Morfologi Tanaman

Tanaman kumis kucing termasuk tumbuhan berbatang

basah (herba) yang tumbuh tegak. Diskripsi atau susunan tubuh

tanaman kumis kucing terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan

buah (Rukmana, 1995).

Tanaman kumis kucing merupakan tumbuhan tema,

tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-

bukunya, tinggi sampai 2 m. batang bersegi empat agak beralur,

berambut pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar telur

lonjong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari

pangkalnya, lancip atau tumpul, panjang 1 cm sampai 10 cm, lebar

75 mm sampai 5 cm; urat daun sepanjang tepi berambut tipis atau

gundul, kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar

yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai 3 cm. Perbungaan

berupa tandan yang keluar di ujung cabang, panjang 7 cm sampai

29 cm, ditutupi oleh rambut pendek berwarna ungu dan kemudian


menjadi putih: gagang berambut pendek dan jarang, panjang 1 mm

sampai 6 mm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal

berambut pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas

gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih,

panjang 13 mm sampai 27 mm, di bagian atas di tutupi oleh rambut

pendek yang berwarna ungu atau putih panjang tabung 10 mm

sampai 18 mm, panjang bibir 4,5 mm sampai 10 mm, helai bunga

tumpul, bundar. Benang sari lebih panjang dari tabung bunga dan

melebihi bibir bunga bagian atas. Bunga geluk berwarna cokelat

gelap, panjang 1.75 mm sampai 2 mm (Anonim, 1980).

c. Kandungan Kimia

Tanaman kumis kucing mengandung orthosiphonin

glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, garam

kalium, mioinositol. dan sinensetin (Dalimartha, 2001).

d. Khasiat Tanaman

Herba kumis kucing rasanya manis sedikit pahit,

sifatnya sejuk. Berkhasiat sebagai antiradang, peluruh kencing

(diuretik), menghilangkan panas dan lembap, serta menghancurkan

batu saluran kencing (Dalimartha, 2001). Di India kumis kucing

digunakan untuk mengobati reumatik. Para pengguna obat

tradisional memanfaatkan daun kumis kucing untuk

menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya adalah masuk


angin, batuk, encok, dan susah buang air. Bahkan ektrak daun

kumis kucing yang dicampur dengan daun sambiloto

(Andrographis paniculata) dipakai sebagai obat sakit diabetes,

tetapi sifatnya tidak konsisten (Rukmana, 1995). Bagian yang

digunakan biasanya adalah herba, baik yang segar maupun yang

telah dikeringkan (Dalimartha. 2001).

6. Daun sirsak

a. Klasifikasi Sampel

Regnum :Plantae

Divisi :Spermatophyta

Kelas :Dicotyledonae

Ordo :Polycarpiceae

Farmili :Annonaceae

Genus :Annona

Spesies :Annona muricta L. (sunarjono,2005)

Gambar 1. Daun Sirsak

(sumber: asset.kompas.com)
b. Morfologi Sampel

Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan

panjang, dengan bentuk daun menyirip dengan ujung daun

meruncing, permukaan daun mengkilap, serta berwarna hijau muda

sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam satu bunga

sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk.Sebagian bunga

terdapat dalam lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiralatau

terpencar, tersusun secara hemisiklis. Mahkota bunga yang

berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua lingkaran, bentuknya

hampir segitiga, tebal, dankaku, berwarna kuning keputih-putiham,

dan setelah tua mekar dan lepas daridasar bunganya. Bunga

umumnya keluar dari ketiak daun, cabang, ranting,atau pohon

bentuknya sempurna (hermaprodit) (Sunarjono, 2005).

c. Kandungan kimia

Daun sirsak mengandung polifenol, steroid, glikosida

jantung, dan minyak atsiri (Prachi et al., 2010; Dzulkarnain dan

Wahjoedi, 1996). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh

Surbakti (1994) menunjukkan bahwa kandungan kimia dari daun

ketiga jenis tumbuhan dari marga Annona (Annona muricata L.,

Annona reticulata L., dan Annona squamosa L.) mempunyai

golongan kandungan yang sama yaitu alkaloid, flavonoid, senyawa

polifenol, dan minyak atsiri.


d. Khasiat

Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif

untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan

daun sirsak. Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga

dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti

jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-

gatal, bisul, flu, dan lain lain (Mardiana, 2011).

B. Metode Ekstraksi Maserasi

1. Metode maserasi

Metode maserasi dipilih karena metode ini murah dan mudah

dilakukan,selain itu dikhawatirkan senyawa yang terkandung dalam

daun jati belanda merupakan senyawa yang tidak tahan terhadap panas.

Maserasi biasanya dilakukan denganperbandingan 1:2, seperti 100 Kg

sampel diekstrak dengan 200 L pelarut. Gunamendapatkan ekstrak

dalam waktu yang relatif cepat dapat dilakukan pengadukan dengan

menggunakan shaker berkekuatan 120 rpm selama 24 jam (Husnah,

2009:39).

2. Prinsip maserasi

Prinsip maserasi adalah Penyarian zat aktif yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang

sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya,

cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewatidinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antaralarutan di dalam

sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akanterdesak

keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah

( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangankonsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Selama proses maserasidilakukan pengadukan dan penggantian cairan

penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya

dipekatkan.

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:

a. Digesti

Adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan

lemah, yaitu pada suhu 40˚ C-50˚ C. Cara maserasi ini hanya dapat

dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap

pemanasan.Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara

lain :

1) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan

berkurangnya lapisan-lapisan batas.

2) Daya melarutkan cairan penyari akn meningkat, sehingga

pemanasan tersebut mempunyaipengaruh yang sama dengan

pengadukan.
3) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan

berbanding terbalik dengankekentalan, hingga kenaikan suhu

akan berpengaruh pada kecepatan difusi.

Umumnya kelarutan zataktif akan meningkat apabila suhu

dinaikkan.Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang

digunakan, maka perlu dilengkapi denganpendingin balik, sehingga

cairan penyari yang menguap akan kembali ke dalam bajana.

b. Maserasi dengan mesin pengaduk.

Pengaduk berputar terus-menerus, waktu proses masersi

dapat dipersingkat menjadi 6-24 jam.

c. Remaserasi

Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi

dengan cairan penyari pertama, sesudahdienap tuangkan dan diperas,

ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

d. Maserasi melingkar.

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan

penyari selalu bergerak dan menyebar.Dengan cara ini penyari selalu

mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk

simplisiadan melarutkan zat aktifnya.Keuntungan cara ini ;

1) Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas

2) Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan

memperkecil kepekaansetempat

3) Waktu yang diperlukan lebih pendek


e. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan

secara sempurna, karena pemindahanmassa akan berhenti bila

keseeimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi

melingkar bertingkat (MMB).

C. Rangkaia Rangkaian alat maserasi

a. Bejana untuk maserasi berisi bahan yang sedang dimaserasi.

b. Tutup

c. Pengaduk yang digerakkan secara mekanik


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan bahan praktikum

1. Alat yang digunakan adalah alat modifikasi maserasi, batang

pengaduk, corong, wadah penampung ekstrak.

2. Bahan yang digunakan adalah Daun jati belanda, Etanol 96%,

Aquadest, Kain flannel, dan Aluminium foil.

B. Prosedur kerja

1. Cara pembuatan sampel

a) Diambil jati belanda jam 9 – 12 siang dan diambil semua bagian

kecuali akar

b) Dilakukan sortasi basah dengan cara memisahkan kotoran atau

bagian daun yang rusak pada saat pengambilan.

c) Dicuci jati belanda dengan air mengalir lalu ditiriskan dan

selanjutanya ditimbang bobot basahnya.

d) Di Rajang jati belanda menggunakan pisau aatu gunting stanless

e) Di keringkan jati belanda dengan cara diangin anginkan pada suhu

ruang atau menggunakan oven dengan suhu 25C

f) Dilakukan sortasi kering dengan cara memisahkan kotoran atau

sampel yang rusak pada saat pengeringan lalu Ditimbang bobot

simplisia kering

g) Dihaluskan simplisia yang telah kering menggunakan blender dan

kemudian di ayak lalu ditimbang bobot simplisia halusnya


h) Disimpan pada wadah yang telah disiapkan

2. Cara kerja dengan metode maserasi

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang sampel sesuai berat yang akan diinginkan

c. Dimasukkan sampel yang telah diserbukkan sebanyak 360 gram

kedalam bejana maserasi

d. Ditambahkan cairan penyari yaitu etanol sebanyak 1000 ml

e. Ditutup bejana maserasi menggunkan aluminium foil.

f. Disimpan pada temperature kamar terlidung dari cahaya selama 3-5

hari dengan sesekali dilakukan pengadukan

g. Setelah 3-5 hari, disarik kedalam bejana penampung, kemudian

ampas nya diperas untuk mendapatkan sarinya.

h. Sari ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya

selama 2 hari sehingga diperoleh endapan

i. Dipisahkan endapan yang terbentuk dan filtratnya dipekatkan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel hasil pengamatan

Bobot Sampel Volume Penyari


Sampel Sesudah
Sebelum Sesudah Sebelum
Ekstraks
Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi
i
Daunjati belanda 160 gram 190 gram 1000 ml 9977 ml
Daun sirih 96 gram 112 gram 1000 ml 774 ml
Daun tempuyung 191 gram 205 gram 1000 mL 960 mL
Daun jambu biji 68 gram 120 gram 1000 ml 900 ml
Daun Kumis Kucing 68 gram 120 gram 1000 ml 900 ml
Daun sirsak 136,6 gram 142 gram 1000 ml 968 ml

B. Pembahasan

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukandengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

+airan penyari akanmenembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya

perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang di

luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.Peristiwa tersebut

berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutandi luar

sel dan di dalam sel .

Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara

mengekstraksi bahannabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air


(pelarut nonpolar) atausetengah air, misalnya etanol encer, selama periode

waktu tertentu.

Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15°−20 ° C dalam

waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut.

Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian

simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam

bejana kemudian dituangidengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan

dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya.

Pada praktikum ekstrasi dengan metode maserasi, alat yang kami

gunakan yaitu modifikasi alat maserasi menggunakan toples yang di tutup

lakban hitam dan di tutup dengan aluminium foil dan penutup toples.

Kami mengekstraksi daun jati belanda,daun sirih,tempuyung, yang

telah kami haluskan dan direndam dengan pelarut yatu pelarut etanol

sebanyak 1 liter. Maserasi kami, simpan ditempat tertutup terhindar dari

sinar matahari dengan suhu kamar, dengan setiap hari kami melakukan

pengadukkan. Ekstrasik maserasi kami menggunakan waktu selama 5 hari.

Hasil dari maserasi kami saring dan kami peras sisa pelarut yang masih

berada pada sampel, ekstrak yang telah dihasilkan dimasukkan kedalam

botol kaca dan terlindung dari cahaya matahari.

Ekstrak cair yang telah dihasilkan di jadikan ekstrak kental, dengan

cara kami memasukkan ekstrak kedalam wadah dan dimasukkan kedalam

oven sampai ekstrak mengental dan dimasukkan kedalam wadah botol

kaca dan diberikan etiket.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi pada praktikum ekstrasi dengan metode maserasi, kami

menggunakan alat modifikasi yaitu toples yang ditutup menggunakan

lakban berwarna hitam dengan tujuan untuk menghindari kontaminasi

cahaya dan ditutup dengan aluminium foil karena menggunakan etanol

yang sifatnya mudah menguap. Maserasi dilakukan selama 3;5 hari dengan

sesekali dilakukan pengadukan kemudian diperoleh hasil ekstrak kental

7,375 % untuk daun jati belanda,


DAFTAR PUSTAKA

Harborne,J.B., 1987,Metode fitokimia penuntun cara modern

menganalisis tumbuhan, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata

. Edisi I,Hal.9-10,ITB Bandung.

Sulaksana , J.,dan Dadang,I.J.,2005,Kemuning Jati Belanda : budidaya

dan pemanfaatan untuk obat,Cetakan 1,Hal 10-18,Penerbit

Swadaya,jakarta.

Peter ,J.Paul dan Jerry C.Olson .,1999.Konsumer Behavior.Edisi IV.

Terjemahan Damos sihombing dan Peter Remy.Jakarta:Erlangga

Abdul, Rohman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Adrian, Peyne., 2000,Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber


Bahan Obat, Pusat Penelitian, Universitas Negeri Andalas.

Anonim., 2015,Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokmia I,


Laboratorium Bahan Alam Fakultas Farmasi, Makassar.

Dalimartha., 2004, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Trobus Agriwidya :


Bogor.

Heyne., 1987, Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Litbang kehutanan :


Jakarta.
Anonim. 2014. Kategori Pangan. Indonesia: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dzulkarnain, B. & Wahjoedi, B., 1996, Informasi Ilmiah Kegunaan
Kosmetika Tradisional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Jitowiyono, Sugeng. 2010. Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Latief A. Obat tradisional. Jakarta: EGC: 2012. hlm. 243-5.

Mardiana, L. (2011). Ramuan dan Khasiat Daun Sirsak. Jakarta: Penebar


Swadaya. Halaman 6. Di akses tanggal 26 mei 2015.
Moghadamtousi SZ, Mehran F, Sonia N, Gokula M, Hapipah MA, Habsah AK.
Annona muricata (Annonaceae): A review of its traditional uses, isolated
acetogenins and biological activities. Int J Mol Sci. 2015;16(7):15625–58.
Prachi, P., Saraswathy, Vora A., Savai J. 2010. In Vitro Antimicrobial Activity and
Phytochemical Analysis Of The Leaves Of Annona muricata. Internatinal
Journal of Pharma Research & Development.
Sunarjono, H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budi Daya Untuk Menghasilkan Buah
Prima. Penebar Swadaya : Jakarta.
LAMPIRAN

1. Perhitungan

a. Daun jati belanda

jumlah ekstrak cair


%C = x 100 %
jumlah awal cairan
977 ml
= x 100 %
1000
= 97,7 %

bobot sampel sebelum ekstraksi


%K = x 100 %
bobot sampel setelah ekstraksi
160 gram
= x 100 %
198 gram
=80,8 %
bobot ekstraksi kental
%R = x 100 %
bobot sampel awal
11,8 gram
= x 100 %
160 gram
=7,375 %
b. Daun sirih

jumlah ekstrak cair


%C = x 100%
jumlah awal cairan penyari penyari

974 ml
= x 100%= 97,4 %
1000 ml

bobot sampel sebelum ekstraksi


%K = x 100%
bobot sampel setelah ekstraksi

96 gram
= x100 %= 9,6 %
112 gram
bobot ekstrak kental
%R =
bobot sampel awal
(36−22,5)
= x100%
96 g
10,1 gram
= x 100% = 10,52 gram
96 gram

c. Tempuyung

JUMLAH EKSTRAK CAIR


%C = X 100 %
JUMLAH AWAL CAIRAN PENYARI

960 mL
= X 100 %
1000 mL

= 96%

BOBOT SAMPEL SEBELUM EKSTRAKSI


%K = X 100 %
BOBOT SAMPEL SETELAH EKSTRAKSI

191 gram
= x 100 %
205 gram

= 93%

BOBOOT EKSTRAK KENTAL


%R = X 100 %
BOBOT SAMPEL AWAL

(30−22,5)
= x 100 %
191 gram

= 3,9%

d. Daun kumins kucing

jumlah ekstrak cair


% C= x 100 %
jumlah awal penyari

900
= x 100 % ¿ 90 ml
1000
Bobot sampel sebelum ekstraksi
%K= x 100 %
Bobot sampel setelah ekstraksi

68
= x 100 % ¿ 56,6 g
120

Bobot ekstrak kental


% R= x 100 %
Bobot awal sampel

4,5
= x 100 % ¿ 6,6 g
68

e. Daun sirsak

Jumlah ekstrak cair


%C = X 100%
jumlah awal cairan penyari

968 ml
= X 100%
1000 ml

= 96,8 %

bobot sampel sebelum ekstraksi


%K = X 100 %
bobot sampel setelah ekstraksi

136,6 g
= X 100%
142 g

= 96,1 %

bobot ekstrak kental


%R = X 100%
bobot sampel awal

9,1 g
= X 100%
136,6 g

= 6,66 gram
2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai