Anda di halaman 1dari 21

Usulan Penelitian Skripsi

PENGARUH METODE DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIK,


KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN SEDUHAN BUNGA TELANG KERING

Oleh
AFLAH ATHALLAH MAJID
17031021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA
2020
PENGARUH METODE DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT FISIK,
KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN SEDUHAN BUNGA TELANG KERING

Oleh
AFLAH ATHALLAH MAJID
17031021

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Pembahas

____________ Ir. Astuti Setyowati, S. U

Yogyakarta, _____________

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, M. P


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bunga telang merupakan tumbuhan liar yang tumbuh didataran tropis yang

memiliki banyak manfaat bagi umat manusia, tumbuhan dalam bahasa latin Clitoria

ternatea L merupakan jenis tumbuhan merambat . Bunga telang biasanya ditanam sebagai

tanaman hias yang merambat dipagar, tapi bisa ditemukan tumbuh liar di semak belukar

pada tanah yang kering. Tanaman ini biasanya tumbuh di ketinggian 700 m dpl. Perasan

bunga digunakan untuk mewarnai makanan dan kue (Dalimartha, 2008).

Banyak orang yang tidak mengetahui cara pengelolahan tumbuhan bunga telang

padahal tumbuhan ini banyak di jumpa di berbagai macam daerah, tumbuhan ini

dibirakan liar di alam tanpa mengetahui pengelolahan dan maafaatnya. Menurut

penelitian Herman (2005), bunga telang yang berwarna ungu dapat digunakan untuk

pewarna makanan. Bunganya yang direndam dalam air panas dapat diminum sebagai the

untuk mengurangkan sakit akibat sariawan (ulcer). Air rendaman bunganya dapat

digunakan untuk obat mata pada penderita mata merah atau konjungtivitis.

bunga telang mempunyai potensi sebagai tanaman herbal. Bunga telang memiliki

sifat yang menguntungkan untuk kesehatan, seperti anti-diabetes, anti-inflamasi,

analgesik (Shyamkumar & Ishwar 2012), anti-mikroba (Uma et al. 2009), dan

mengandung senyawa antosianin dengan aktivitas antioksidan yang tinggi (Vankar &

Srivastava 2010). Di Indonesia, air seduhan bunga telang diyakini dapat menyembuhkan

sakit mata dan diberikan pada bayi atau anak-anak. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil

penelitian yang menyatakan bahwa bunga telang memiliki sifat anti-bakteri, termasuk

pada bakteri penyebab infeksi mata (Rokhman 2007; Uma et al. 2009).
Beberapa bagian bunga telang yang kerap dimanfaatkan masyarakat secara

tradisional antara lain bunga, daun, dan akar. Bagian bunga dimanfaatkan sebagai obat

untuk penyakit urogenital, memperlancar menstruasi, dan meredakan panas dalam

(Mukherjee et al. 2008). Umumnya bunga telang disiapkan dengan cara direndam,

direbus, atau diseduh sebagai teh (Mukherjee et al. 2008). Bagian daun sering

dimanfaatkan sebagai obat pegal-pegal, kelainan urogenital, antihelmentik, dan antidot

untuk gigitan hewan. Masyarakat umumnya menyiapkan daun bunga telang dengan cara

direbus. Adapun bagian akar dimanfaatkan sebagai obat pencernaan, konstipasi, demam,

dan arthritis (Mukherjee et al. 2008). Serupa dengan bagian daun, bagian akar juga

disiapkan dengan cara direbus (Hariana et al. 2015). Proses persiapan Kembang Telang

dengan cara direbus, diseduh, maupun direndam termasuk ke dalam proses penyiapan teh

(Suprapti 2003; Setyawan dan Ismahmudi 2018)

Dalam penelitian ini bunga telang dimanfaatkan sebagai seduhan bungat telang

dimana bunga telang mempunyai aktifitas antioksidan yang tinggi.menurut penelitian

Kazuma et al (2003), telah meneliti mengenai komposisi kimia kelopak bunga telang

dan telah menunjukkan bahwa bunga ini kaya akan senyawa fitokimia. Salah satu

senyawa fitokimia yang berada pada bunga adalah flavonoid. Manfaat flavonoid bagi

kesehatan telah banyak diteliti. Salah satu yang utama adalah kemampuan senyawa

flavonoid berperan sebagai antioksidan yang efektif sebagai penangkap radikal bebas.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum penelitian


Memperoleh minuman seduhan bunga telang yang mempunyai aktivitas

antioksidan dan disukai panelis .

2. Tujuan khusus penelitian

 Mengetahui pengaruh metode dan lama waktu pengeringan terhadap sifat

fisik dan kesukaan panelis terhadap seduhan telang

 Mengetahui pengaruh metode dan lama waktu pengeringan terhadap sifat

kimia minuman seduhan telang terpilih.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bunga telang

Bunga telang merupakan bunga majemuk, terbentuk pada ketiak daun, memiliki tangkai

silindris, panjangnya kurang lebih 1,5 cm, memiliki kelopak berbentuk corong, mahkota

berbentuk kupu-kupu dan berwarna biru, tangkai benang sari berlekatan membentuk tabung,

kepala sari bulat, tangkai putik silindris, kepala putik bulat (Gambar 1). Buah berbentuk polong,

panjang 7-14 cm, bertangkai pendek, buah yang masih muda berwarna hijau setelah tua berubah

warna menjadi hitam (Anonim, 2012).

Tanaman bunga telang (Clitoria ternatea) berasal dari Amerika Selatan bagian tengah

yang menyebar ke daerah tropik sejak abad 19, terutama ke Asia Tenggara termasuk

Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di bawah sinar matahari penuh, tetapi dapat tumbuh di

bawah naungan seperti di perkebunan karet dan kelapa. Potensi bunga telang sebagai pakan

yang baik karena memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan juga sangat disukai ternak (Suarna,

2005) Berikut ini nama umum dan karakteristik dari bunga telang menurut Cronquist (1981) :

Nama umum :

Indonesia : Bunga telang

Inggris : Butterfly pea

Pilipin : Pukingan

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Clitoria

Spesies : Clitoria ternatea

Bunga telang termasuk tumbuhan monokotil dan mempunyai bunga

yang berwarna biru, putih dan coklat. Bunga kembang telang merupakan bunga

berkelamin dua (Hermaphroditus) karena memiliki benang sari (alat kelamin

jantan) dan putik (alat kelamin betina) sehingga sering disebut dengan bunga

sempurna atau bunga lengkap. Daun kembang telang termasuk daun tidak lengkap karena tidak

memiliki upih daun, hanya memiliki tangkai daun (Petiolus) dan helai daun (Lamina). Akar pada

tumbuhan kembang telang termasuk akar tunggang dan warnanya putih kotor. Bagian-bagian

dari akar kembang telang yaitu leher akar (Colum radisi), batang akar atau akar utama (Corpus

radisi), ujung akar (Apeks radisi), serabut akar (Fibrila radicalis). Biji Bunga telang berbentuk

seperti ginjal, pada saat masih muda berwarna hijau, setelah tua bijinya berwarna hitam. Biji

bunga telang tidak dapat dipergunakan sebagai pakan ternak karena mengandung anti nutrisi

berupa tanin dan tripsin inhibitor yang menyebabkan ternak diare (Macedo et al., 1992).

Bunga telang juga digunakan sebagai tanaman hias dan pupuk hijau, karena warna

bunga yang menarik sehingga digunakan sebagai tanaman hias (Michael dan Kalamani, 2003).
Menurut Suebkhampet dan Sotthibandhu (2011), warna biru dari bunga telang menunjukkan

keberadaan dari antosianin. Ekstrak kasar dari bunga telang dapat digunakan sebagai alternatif

pewarna untuk pewarnaan preparat sel darah hewan. Melihat manfaat, sifat dari bunga telang

yang mudah tumbuh di Indonesia dan aman untuk dikonsumsi maka antosianin dari bunga telang

berpotensi untuk dijadikan pewarna alami pada bahan pangan. Warna biru dari bunga telang

telah dimanfaatkan sebagai pewarna biru pada ketan di Malaysia. Bunga telang juga dimakan

sebagai sayuran di Kerala India dan Filipina (Lee dkk., 2011).

Pigmen antosianin lebih stabil pada larutan yang bersifat asam daripada larutan yang

bersifat netral atau basa karena pada suasana asam antosianin akan berada dalam bentuk kation

flavilium hingga basa kuinodal sehingga tidak terjadi degradasi warna (Harborne, 1996).

Antosianin dari bunga dapat diekstraksi dengan cara maserasi (Jackman dan Smith, 1996).

Bunga telang memiliki warna putih atau biru yang jelas dan ukuran yang relatif besar,

sehingga digunakan sebagai tanaman hias di seluruh dunia. Di Asia Tenggara, pigmen biru

bunga biasanya digunakan sebagai bahan pewarna makanan karena stabilitas tinggi. Ternatins

adalah anthocyanin biru ditemukan di kelopak bunga telang (Srivastava dan Pandey, 2012).

Ternatins utama anthocyanin ada enam yaitu A1, A2, B1, B2, D1 dan D2 itu terisolasi dan

struktur ini ditandai sebagai malonylated delphinidin 3,3,5-triglucosides memiliki 3,5-sisi

rantai dengan alternatif d-glukosa dan asam p-coumaric (Terahara et al, 1989).

Menurut Sueb khampet dan Sotthibandhu 2011 dalam Hartono et al., 2013), warna biru

dari bunga telang disebabkan karena adanya pigmen antosianin. Penggunaan ekstrak

bunga telang tidak akan mempengaruhi aroma dan cita rasa makanan karena ekstrak bunga

telang hanya mengandung zat warna antosianin apabila bunga sudah diekstrak terlebih dahulu
(Andarwulan, 2013 dalam Hartono et al., 2013). Kandungan antosianin pada bunga telang adalah

sebesar 227,42 mg/kg (Vankar & Srivastava, 2010 dalam Sapiee, 2013).

Bunga telang mengandung tanin, flobatanin, karbohidrat, saponin, triterpenoid, fenol

favanoid, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon, antisianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion,

minyak volatil dan steroid. Komposisi asam lemak meliputi asam palmitat, stearat, oleat lonoleat,

dan linolenat. Biji bunga telang juga mengandung asam sinamat, finotin dan beta sitosterol

(Hussain, 1998).

B. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Antioksidan juga

merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal

bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya kerusakan sel akan dihambat (Winarsi,

2010). Dalam ilmu pangan, antioksidan didefinisikan sebagai suatu zat dalam makanan

yang ketikaberada dalam konsentrasi rendah dibandingkan dengan substrat teroksidasi

secara signifikan mengurangi atau mencegah efek buruk dari spesies oksigen dan nitrogen

reaktif (ROS/RNS) pada fungsi fisiologis normal manusia (Karadaget al., 2009).

Mekanisme kerja antioksidan bertindak sebagai (1) hambatan fisik untuk mencegah akses

ROS ke bagian penting biologis, misalnya filter UV, membran sel; (2) perangkap kimia

(menyerap energi dan elektron), memadamkan ROS seperti karotenoid, antosianidin; (3)

katalisator yang menetralisir atau mengalihkan ROS, misalnya antioksidan enzim SOD

(superoxide dismutase), katalase, dan glutathion peroxidase; (4) mengikat/inaktivasi ion

logam untuk mencegah generasi ROS, misalnya ferritin ceruloplasmin, katekin; dan (5)

antioksidan rantai pemecah yang menangkap dan menghancurkan ROS, seperti asam
askorbat (vitamin C) tokoferol (vitamin E), asam urat, glutathioneflavonoid (Karadag et al.,

2009).

Penentuan aktivitas antioksidan pada seduhan bunga telang kering menggunakan uji

DPPH dengan pelarut metanol. Prinsip dari uji ini adalah adanya donasi atom hidrogen dari

substansi yang diujikan kepada radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) yang

ditunjukkan oleh perubahan warna. Radikal bebas DPPH bersifat peka terhadap cahaya, oksigen

dan pH, tetapi stabil dalam bentuk radikal sehingga memungkinkan untuk dilakukan

pengukuran antioksidan (Molyneux, 2004). Metode DPPH berfungsi untuk mengukur

elektron tunggal seperti transfer hidrogen sekaligus juga untuk

mengukur aktivitas penghambatan radikal bebas. Senyawa yang aktif sebagai

antioksidan mereduksi radikal bebas DPPH menjadi difenil pikril hidrazin. Antioksidan

alami umumnya berbentuk cairan pekat dan sensitif terhadap pemanasan. Antioksidan dapat

rusak karena suhu tinggi dan mudah teroksidasi (Miryanti et al., 2011).

C. Total fenol

Fenolik merupakan metabolit sekunder dengan satu atau lebih gugus hidroksil dan

memiliki cincin aromatik sehingga disebut polifenol (Harborne 1987). pengujian total fenolik

merupakan salah satu uji fitokimia yang dilakukan secara kuantitatif untuk mengukur kadar

senyawa fenolik yang setara dengan asam galat. Sedangkan asam galat sendiri merupakan

senyawa fenolik turunan asam hidroksibenzoat yang kerap ditemui pada tanaman (Rahmawati

2015).

D. Kadar air

Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dandaya simpan

dari bahan pakan tersebut. Kadar air bahan pakan tersebut tidak memenuhi syarat maka bahan
pakan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya

mikroorganisme pada makanan sehingga bahan pakan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.

Penentuan kadar air dari suatu bahan pakan sangat penting agar dalam proses pengolahan

maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air suatu bahan

pakan digunakan untuk menentukan banyaknya zat gizi yang dikandung oleh bahan pakan

tersebut. Memanaskan suatu bahan pakan dengan suhu tertentu maka air dalam bahan pakan

tersebut akan menguap dan berat bahan pakan tersebut akan konstan. Berkurangnya berat bahan

pakan tersebut berarti banyaknya air yang terkandung dalam bahan pakan tersebut (Tim

DosenNutrisiIkan, 2017).

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan

dalam satuan persen. Diperlukan untuk metabolisme dan pembentukan cairan tubuh. Kadar air

dalam suatu bahan pakan sangat mempengaruhi kualitasdan daya simpan dari bahan pakan

tersebut. Kandungan air dalam pakan ikanberkisar antara 70–90% berat basah (Fauzana, 2017).

Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang dinyatakan dalam

satuan persen atau perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.

Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan

dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Kadar

air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pakan karena air dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan

pakan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk

berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pakan (Marela, 2016).

E. Pengeringan
Terdapat berbagai metode dalam pengeringan yaitu antara lain pengeringan dengan sinar

matahari langsung, pengeringan dengan cabinet dryer, dan kering angin. Pengeringan dengan

matahari langsung merupakan proses pengeringan yang paling ekonomis dan paling mudah

dilakukan, akan tetapi dari segi kualitas alat pengering buatan (cabinet dryer) akan memberikan

produk yang lebih baik. Sinar ultra violet dari matahari juga menimbulkan kerusakan pada

kandungan kimia bahan yang dikeringkan (Pramono, 2006). Pengeringan dengan cabinet dryer

dianggap lebih menguntungkan karena akan terjadi pengurangan kadar air dalam jumlah besar

dalam waktu yang singkat (Mullere et al, 2006), akan tetapi penggunaan suhu yang terlampau

tinggi dapat meningkatkan biaya produksi selain itu terjadi perubahan biokimia sehingga

mengurangi kualitas produk yang dihasilkan sedang metode kering angin dianggap murah akan

tetapi kurang efisien waktu dalam pengeringan simplisia (Pramono, 2006).Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah metode pengeringan yang berbeda dapat mempengaruhi

kualitas seduhan bunga telang kering serta mengetahui metode paling tepat yang dapat

digunakan untuk pengeringan bunga telang, sehingga diperoleh bunga telang yang memenuhi

standar.

H. Hipotesis

Metode dan lama pengeringan bunga telang diduga mampu memberikan pengaruh terhadap

sifat fisik, sifat kimia dan tingkat kesukaan seduhan bunga telang.
III. METODE PENELITIAN

A. Bahan

Bahan-bahan untuk pembuatan seduhan telang dalam penelitian ini adalah bunga

telang yang diperoleh dari kebun telang desa Tersidi Lor kec. Pituruh kab. Purworejo , Jawa

Tengah . Bahan kimia yang digunakan yaitu metanol, DPPH, reagen Follin-Ciocalteu, etanol,

Na2CO320%, aquades, alkohol (teknis), NaOH, HCl 0,02, H2SO4, NaThio dan katalisator Na2SO4.

B. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan seduhan telang yaitu timbangan analitik,

spatula, panci, kompor, saringan, kain saring, penjepit, aluminiumfoil, baskom, botol plastik,

timer. Peralatan untuk analisis antara lain gelas ukur 500 ml, labu takar 10 ml, gelas

beker, propipet, pipet ukur, tabung reaksi, botol timbang, vortex, kabinet dryer,

spektrofotometer UV-vis 1240 (Shimadzu, Jepang), lovibond tintometer, neraca analitik (Ohaus

Triple Beam TJ2611, botol timbang (Pyrex), muffle furnace (Thermolyne 48000), krus porselin,

labu Kjeldahl, labu destilasi, erlenmeyer (Pyrex), spektrofotometer, spatula, penjepit, desikator,

gelas ukur, pipet ukur, dan pipet tetes .


C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian

Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada

bulan November 2020.

D. Cara Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahap pengeringan dan penyeduhan bunga telang .

Diagram alir pengeringan bunga telang dapat dilihat pada Gambar 2.

Bunga telang

Pencucian

Pengeringan ( Cabinet dryer) suhu


40°C dan Pengeringan sinar
matahari selama 4, 6, 8 dan 10 jam Pengeringan

Bunga telang
kering
Analisa :
Air 100 ml Penyeduhan Sifat fisik (warna)
Uji kesukaan

Minuman
seduhan telang Terpilih
Sifat kimia
a. Kadar air
b. antioksidan (DPPH)
c. Total fenol
Gambar 2. Diagram alir pengeringan bunga telang

Langkah-langkah pengeringan bunga telang adalah :

1. Cabinet dryer
a. Bunga telang segar dikeringkan menggunakan cabinet dryer pada suhu 40-50°C dan waktu
pengeringan 4, 6, 8 dan 10 jam. Kuntum simplisia yang digunakan pada penelitian dibuat
dengan cara pengeringan bunga telang. Pengeringan dilakukan pada suhu kamar yaitu antara
40-50 °C, pengeringan di atas suhu 40-50 °C akan merusak beberapa jenis senyawa pada
bahan yang sensitif terhadap panas (List dan Schmidt, 1989).
Bunga telang kering dikemas dengan plastik.

2. Sinar matahari

a. Bunga telang segar dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4, 6, 8 dan 10 jam

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan proses pengeringan yang paling mudah

dilakukan namun memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan

pengeringan cabinet dryer. Pengeringan cabinet dryer dapat mengurangi kadar air dalam

jumlah besar dalam waktu yang singkat (Muller et al, 2006). Sinar ultra violet dari

matahari juga menimbulkan kerusakan pada kandungan kimia bahan yang dikeringkan.

Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan kadar air dibawah 10% bertujuan untuk

mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur pada tahap penyimpanan (Katno, 2008).

b. Bunga telang di kemas dalam plastik

Langkah-langkah penyeduhan bunga telang sebagai berikut :

1. Bunga telang kering siap seduh dimasukkan dalam panci (tanpa gula) kemudian

diseduh air mendidih ± 100°C, diaduk, dan didiamkan sekitar 15 menit agar keluar

ekstraknya (Hartanto, 2012; Tasia, 2014).

2. Masing-masing seduhan tersebut disaring dan dicampurkan. Setelah itu, dikemas dalam

botol kaca.

E. Cara Analisis

Analisa yang akan dilakukan yaitu :

a. Analisis warna
Analisa warna dilakukan dengan menggunakan lovibond tintometer. Prinsip operasi

Lovibond tintometer adalah colorimeter visual yang dirancang untuk

mengoptimalkan penggunaan filter kaca. Lovibond Tintometer diatur dengan dua

bidang yang berdekatan pandang, terlihat melalui tabung melihat, sehingga produk

dalam sampel lapangan dan permukaan reflektif putih di bidang perbandingan diamati

berdampingan, sesuai diterangi. Warna-warna obyek ditampilkan ke bidang

perbandingan dengan sistem sederhana dari rak geser, memungkinkan pengguna

untuk membandingkan warna cahaya yang baik teruskan melalui atau dipantulkan

dari sampel dengan yang terlihat melalui lensa. Rak geser yang disediakan dapat

digunakan ke dalam bidang sampel untuk warna produk yang terlalu terang agar

mendapatkan warna yang baik dan sesuai dengan menggunakan Lovibond merah,

kuning atau biru. Rak ini bervariasi hingga pertandingan warna visual ditemukan

cahaya dari sampel dan warna kemudian dapat dinyatakan dalam satuan Lovibond.

b. Analisis Aktivitas Antioksidan

Analisa aktivitas antioksidan ini menggunakan metode DPPH. Pada prinsip ini

komponen antioksidan dalam sampel akan mereduksi radikal DPPH (2,2-difenil-1-

pikrilhidrazil) menjadi difenil pikril hidrazin sehingga warna ungu sampel semakin

memudar. 0,1 ml sampel diencerkan dalam metanol sampai 10 ml. Sampel tersebut

diambil 1 ml, ditambahkan 1 ml DPPH 0,35 mM dalam metanol, dan ditambahkan

metanol sampai 5 ml. Sebagai kontrol blanko, 1 ml DPPH ditambahkan metanol

sampai 5 ml. Sampel diukur dengan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm

(Poerawinata, 2007; Molyneux, 2004).

c. Analisis Kadar Total Fenol


Kadar total fenol ditentukan dengan cara spektrofotometri menggunakan reagen

Follin-Ciocalteu/dengan metode Follin. Masing-masing sebanyak 1 g sampel dimasukkan

ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml etanol, kemudian dihomogenkan dengan

vortex, didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang. Diambil 50 µl sampel, ditambahkan

250 µl larutan Follin-Ciocalteu murni dan didiamkan 1 menit, ditambahkan 750 µl

Na2CO3 20% dan ditambahkan aquades sampai volume 5 ml, kemudian homogenkan

dengan vortex. Campuran ini disimpan pada suhu kamar selama 2 jam. Ditera pada

panjang gelombang 760 nm dengan spektrofotometer (Lee et al, 2013).

d. Analisis Kadar Air

Analisa kadar air dilakukan menggunakan metode AOAC (1990) yaitu botol

ditimbang dikeringkan dalam cabinet dryer pada suhu 105°C selama 1 jam, kemudian

didinginkan dalam desikator dan ditimbang (a). sampel ditimbang sebanyak 2 g lalu

dimasukkan dalam botol timbang (b) dan dikeringkan dalam cabinet dryer degan suhu

105 -110 °C selama 3 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel

dipanaskan lagi dalam cabinet dryer samapai diperoleh berat konstan (c).

Rumus perhitungan kadar air yaitu % berat basah = (B-C)/(B-A) x 100%, dengan A

adalah berat botol timbang kosong, B adalah berat botol timbang+sampel bahan dan C

adalah berat botol+sampel bahan setelah dikeringkan konstan.

h. Uji Tingkat Kesukaan

Pengujian dilakukan dengan tingkat kesukaan atau hedonik dengan 7 skala. Uji

kesukaan oleh panelis terhadap warna, aroma, rasa dan keseluruhan pada sampel seduhan

bunga telang kering. Sampel dinilai dengan menggunakan penilaian Hedonic Scale

Scoring dengan nilai 1 adalah nilai sangat suka, 2 adalah nilai suka, 3 adalah nilai agak
suka, 4 adalah nilai netral, 5 adalah nilai agak tidak suka, 6 adalah nilai tidak suka, dan 7

adalah nilai sangat tidak suka.

F. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak

Kelompok Lengkap (RAKL) pola faktorial dengan 2 batch ulangan perlakuan dan dua faktor

perlakuan. Faktor A adalah waktu 4, 6, 8 dan 10 jam Faktor B adalah metode pengeringan bunga

telang yaitu cabinet dryer (pada suhu 40°C) dan sinar matahari. Dapat dilihat rancangan

percobaan seduhan bunga telang pada Tabel 3.

waktu r cabinet sinar


(jam) ulangan dryer matahari

4 1 W4C1 W4S1
2 W4C2 W4S2
6 1 W6C1 W6S1
2 W6C2 W6S2
8 1 W8C1 W8S1
2 W8C2 W8S2
10 1 W10C1 W10S1
2 W10C2 W10S2
Tabel 3. Rancangan Percobaan seduhan bunga telang

G. Analisis Data

Analisis data yang terkumpul adalah dengan menggunakan Univariate Analysis of

Variance dan one way ANOVA dari software SPSS. Dikerjakan dengan program komputer SPSS

20 for windows evaluation version pada tingkat kepercayaan 95%.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 2017.Buku Penuntun Praktikum Nutrisi Ikan. FakultasPerikanan Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Anonim, 2012. kembang telang.
http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku2/2-068.pdf.25 Agustus
2012.
Cronquist, A., 1981, An Integrated System of Classification of Flowering Plants, New York,
Columbia University Press, 477.
Dalimartha, S., 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat, Jakarta: Penebar Swadaya
Fauzana, NA.2017. Bahan Ajar : Bahan Tambahan Pakan Ikan. Fakultas Perikanan Dan
Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
edisi 2, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., Penerbit ITB, Bandung, pp. 6.
Hariana A, Hidayat RS, Mursito B. 2015. Kitab Resep Herbal. Jakarta (ID):Penebar Swadaya
Herman, 2005. Pengetahuan, sikap dan perilaku pengguna tanaman obat di desaSukajadi,
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. (Skripsi), Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat danSumber daya
Keluarga Fakultas Pertanian IPB.
Jackman, R.L. dan J.L. Smith. 1996. Anthocyanins and Betalanins. Natural Food Colorants.
Blackie Academic & Proffesional. London.
Kazuma, K., Naonobu Noda & Masahiko Suzuki. (2003). Malonylated flavonol glycosides
from the petals ofClitoria ternatea. Phytochemistry,62(2), 229-237.
Lee, YT, dkk. (2011). Comparative analysis of the efficary and safety of convertional
transuretal resection of the prostate, transuretal resection of the prostate in saline
(TURIS), and TURIS-plasma vaporization for the treatmen of benign prostatic
hiperplasia: a pilot stud. Korean jurnal of Urology. 52(11): 763-768.
Macedo MLR, Xavier-Filho J. 1992. Purification and partial
characterisation of trypsin inhibitors from seeds of
Clitoria ternatea. J Sci Food Agric. 58:55-58.
Marela, HA. 2016. Laporan Praktikum Nutrisi Ikan. Fakultas Perikanan Dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Michael, G.S., Kalamani, A. 2003. Butterfly pea (Clitoria ternatea): a nutritive multipurpose
forage legume for the tropics—an overview. Pakistan Journal of Nutrition 2, 374–379.
Mukhereje PK., Kumar V., Kumar NS., Heinrich M. 2008. The Ayurvedic Medicine Clitoria
ternatea from traditional use tp scientific assessment, J. Ethnopharm. 120 (3): 291-301.
Muller, J and Heindl. 2006. Drying Of Medical Plants In R.J. Bogers, L.E.Cracer, and D> Lange
(eds), Medical and Aromatic Plant, springer, The Netherland, p.237-252
Pramono, S. 2006. Penanganan Pasca Panen Dan Pengaruhnya Terhadap Efek Terapi Obat
Alami. Prosiding Seminar nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII, Bogor, 15-
18 Sept.2005. Hal 1-6.
Rahmawati ND. 2015. Aktivitas antioksidan dan total fenol teh herbal daun pacar air
(Impatiens balsamina) dengan variasi lama fermentasi dan metode pengeringan.
[skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setyawan AB, Ismahmudi R. 2018. Promosi kesehatan sebagai usaha menurunkan tekanan darah
penderita hipertensi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Politeknik Harapan Bersama. 1(2):
119-122.
Shyamkumar,IshwarB. 2012. Antiinflammatory,analgesic and phytochemical studies of
clitoria ternatea linn flower extract. International Research Journal Of
Pharmacy.3(3):208-210
Srivastava, P. and J. Pandey. 2012. LICF Spectrum as a Fast Detector of Chlorophyll
Damage in Safflower Growing under Mutagenic Stress. World Journal of Agricultural
Sciences. 8 (3): 322-325.
Suarna IW. 2005. Kembang telang (Clitoria ternatea) tanaman pakan dan penutup tanah.
Dalam: Subandriyo, Diwyanto K, Inounu I, Prawiradiputra BR, Setiadi B, Nurhayati,
Priyanti A, penyunting. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor, 16
September 2005. Bogor (Indonesia): Puslitbang Peternakan. hlm. 95-98.
Suebkhampet, A., dan Sotthibandhu, P. 2011. Effect of Using Aqueous Crude Extract From
Butterfly Pea Flowers (Clitoria ternateaL.) As a Dye on Animal Blood Smear
Staining. Suranaree Journal ofScience Technology. 19(1):15-19.
Terahara, N., Toki, K., Saito, N., Honda, T., Matsui, T., Osajima, Y. 1998. Eight new
anthocyanins, ternatins C1–C5 and D3 and preternatins A3 and C4 from young
Clitoria ternatea flowers. Journal of Natural Products 61, 1361–1367.
Uma B, Prabhakar K, Rajendran S. 2009. Phytochemical analysis and antimicrobial activity
of Clitoria ternatea against extended spectrum beta lactamase producing enteric
and urinary pathogens. Asian J Pham and Clin Res. 2(4):94–96.
Vankar PS, Srivastava J. 2010. Evaluation Of Anthocyanin Content in red and blue Flowers.
International Journal Of Food Engeneering. 6(4): 1-11.
Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensial dan Aplikasinya Dalam
Kesehatan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Zussiva, A. dan Laurent, B.K,(2012). “Ekstraksi dan Analisis Zat Warna Biru (Anthosianin)
dari Bunga Telang (Clitoria ternatea) sebagai Pewarna Alami”,Jurnal teknologi Kimia
dan Industri, Vol.1, No.1, halaman 356-365. Semarang, Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai