BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
H
N
CH3
CH3
7
dugaan kemungkinan adanya senyawa obat. Tes warna memiliki keuntungan salah
satunya adalah hasil analisis dari reaksi warna dapat langsung ditindaklanjuti
untuk analisis di laboratorium bahkan hasil analisis tersebut didapat dari
seseorang
yang tidak memiliki keterampilan dalam melakukan sebuah analisis
[15].
2.2.1 Marquis
CH3
N
H3C H
H3C CH3
N N
H CH3 H3C H
H
2.2.2 Simon
8
A terdiri dari Natrium Karbonat 2% dalam aquadest sedangkan Simon B terdiri
dari campuran Natrium nitroprussid dalam aquadest dan asetaldehid. Warna yang
terbentuk sesuai dengan senyawa yang terkandung dalam sediaan [5].
Senyawa Amina dengan asetaldehid akan menghasilkan enamina, yang
CH3 CH3
+CH3CHO +[ONFe(CN)5]2-
-H2O CH2
N N
R H R
2-
R
H2O
N CH CH2 NOFe(CN)5
R
R 3-
NH2 + O CH CH2 NOFe(CN)5
R
9
2.3 Argentometri
Titrasi argentometri adalah suatu analisa volumetri yang didasarkan pada
reaksi pengendapan dengan AgNO3 sebagai larutan standar. Penentuan klor dan
brom dapat dilakukan dengan mentitrasi halogenida dengan AgNO3 menggunakan
indikator kalium kromat dimana ion kromat akan bereaksi dengan ion perak bila
seluruh Cl- telah diendapkan secara kuantitatif oleh ion Ag+ sehingga titik
akhir
titrasi ditandainya dengan terbentuknya endapan merah dari Ag2CrO4 [21].
Reaksi yang terjadi adalah :
Ag++ Cl- → AgCl
Ag++ CrO42- → Ag2CrO4
Cara Mohr hanya dapat digunakan untuk suasana asam atau sedikit basa (pH
7 ± 10,5) dan ia tidak dapat dipergunakan untuk menentukan iodida dan tiosianat
sedangkan cara Volhard dilakukan dengan penambahan AgNO3 terukur dan
berlebih pada larutan halogenida yang akan ditentukan, kemudian kelebihan
halogenida dititrasi kembali dengan larutan CNS- dengan memakai indikator Fe3+
[21].
Ag+ + Cl- → AgCl
Ag+ + CNS- → AgCNS
Fe3+ + CNS- → Ag(CNS)2+
AgCNS lebih sukar larut dari AgCl, maka dipisahkan dari filtrat secara
kuantitatif, kemudian baru dititrasi sampai titik akhir (merah). Cara ini dapat
dipakai dalam suasana asam serta dapat pula untuk penentuan iodida dan tiosianat
[21].
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil tirasinya merupakan
endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan. Pada setiap penambahan titrasi tidak
ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir
titrasi [21].
10
2.4 Validasi Metode Analisis
Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan
pada kisaran analit yang akan dianalisis [11].
Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa
parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis,
karenanya
suatu metode analisis harus divalidasi, ketika:
1. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu;
2. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau
karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku
tersebut harus direvisi;
3. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah
seiring dengan berjalannya waktu;
4. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh analis
yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda;
5. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara metode
baru dan metode baku [11].
Menurut ICH (International Conference on Harmanization) membagi
karateristik validasi metode menjadi 9 langkah yaitu:
1. Akurasi
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai
terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai
rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada
suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk pengujian
senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan bahan rujukan standar (Standard Reference Material, SRM) [11].
Untuk mendokumentasikan akurasi, ICH merekomendasikan pengumpulan
data 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda (misal 3
konsentrasi dengan 3 kali replikasi). Data harus dilaporkan sebagai persentase
perolehan kembali [11].
11
2. Presisi
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan
secara statistik [11]. Sesuai dengan ICH, presisi harus dilakukan pada 3
tingkatan yang berbeda yaitu;
a. Keterulangan (repeability), yaitu ketepatan (precision) pada kondisi
percobaan yang sama (berulang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya,
maupun waktunya;
b. Presisi antara (intermediate precision), yaitu ketepatan (precision) pada
kondisi percobaan yang berbeda baik orangnya, peralatannya, tempatnya,
maupun waktunya;
c. Ketertiruan (reproducibility) merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang
lain [11].
Presisi seringkali diekspresikan dengan standar deviasi atau standar deviasi
relative (RSD) dari serangkaian data. Data untuk menguji presisi dikumpulkan
sebagai kajian-kajian lain yang berkaiatan dengan presisi linearitas atau akurasi.
Biasanya replikasi 6-15 kali dilakukan pada sampel tunggal untuk setiap
konsentrasi [11].
3. Batas deteksi (Limit of Detection, LoD)
Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel
yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. LoD
merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit di atas atau di
bawah nilai tertentu. Defenisi yang paling umum digunakan dalam kimia analisis
adalah bahwa batas deteksi merupakan kadar analit yang memberikan respon
sebesar blanko ditambah dengan 3 simpangan baku blanko [11].
LoD seringkali diekspresikan sebagai suatu konsentrasi pada rasio signal
terhadap derau (signal to noise ratio) yang biasanya rasionya 2 atau 3 dibading 1.
ICH mengenalkan metode signal to noise ratio ini, meskipun demikian ICH juga
menggunakan 2 metode pilihan lain untuk menentukan LoD, yaitu metode non
instrumental visual dan dengan metode perhitungan. Metode non instrumental
visual digunakan pada teknik kromatografi lapis tipis dan pada metode titrimetri
12
[11]. LoD juga dapat menghitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon
dan kemiringan( slope, S) kurva baku pada level yang mendekati LoD sesuai
dengan rumus:
𝑆𝐷
LoD = 3,3 ( 𝑆 ) (1-1)
Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan pada standar deviasi
blanko, pada standar deviasi residual dari garis regresi, atau standar deviasi
intersep
y pada garis regresi [11].
4. Batas kuantifikasi (Limit of Quantification, LoQ)
Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang padat diterima pada
kondisi operasional metode yang digunakan. Sebagaimana LoD, LoQ juga
diekspresikan sebagai konsentrasi (dengan akurasi dan presisi juga dilaporkan).
Kadang-kadang rasio signal to noise ratio 10 : 1 digunakan untuk menentukan
LoQ. Perhitungan LoQ dengan rasio signal to noise ratio merupakan aturan
umum, meskipun demikian perlu diingat bahwa LoQ merupakan suatu kompromi
antara konsentrasi dengan presisi dan akurasi yang dipersyaratkan. Jadi, jika
konsentrasi LoQ menurun maka presisi juga akan menurun. Jika presisi tinggi
dipersyaratkan, maka konsentrasi LoQ yang lebih tinggi yang dilaporkan [11].
5. Spesifisitas
Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara
tepat dan spesifik dengan adanya kemponen-komponen lain dalam matriks sampel
seperti ketidakmurnian, produk degradasi, dan komponen matriks [11]. ICH
membagi spesifisitas dalam 2 kategori, yaitu:
a. Uji identifikasi, spesifisitas ditunjukkan dengan kemampuan suatu metode
analis untuk membedakan antar senyawa yang mempunyai struktur molekul
yang hampir sama;
b. Uji kemurnian atau pengukuran, spesifisitas ditunjukkan oleh daya pisah 2
senyawa yang berdekatan (sebagaimana dalam kromatografi). Senyawa-
senyawa tersebut biasanya adalah komponen utama atau komponen aktif dan
atau suatu pengotor. Jika dalam suatu uji terdapat pengotor maka metode uji
harus tidak berpengaruh dengan adanya pengotor ini [11].
13
6. Linearitas
Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-
hasil uji secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang
diberikan.
Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan respon (y) dengan konsentrasi (x). Linearitas
dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang
berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya dapat ditentukan kemiringan
(slope), intersep, dan koefisien korelasinya [11].
7. Kisaran (range)
Kisaran suatu metode didefenisikan sebagai konsentrasi terendah dan
tertinggi yang mana suatu metode menunjukkan akurasi, presisi, dan linearitas
yang mencukupi. Kisaran-kisaran konsentrasi yang diuji tergantung pada jenis
metode dan kegunaannya. Untuk pengujian komponen utama, maka konsentrasi
baku harus diukur didekat atau sama dengan konsentrasi kandungan analit yang
diharapkan [11].
8. Ketahanan
Ketahanan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh
adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan
melakukan variasi parameter-parameter metode seperti persentase pelarut organik,
kekuatan ionik, suhu dan sebagainya. Suatu praktik yang baik untuk mengevaluasi
ketahanan suatu metode adalah dengan menvariasi parameter-parameter penting
dalam suatu metode secara sistematis lalu mengukur pengaruhnya pada pemisahan
[11].
9. Kesesuaian sistem
Sebelum melakukan analisis setiap hari, seorang analis harus memastikan
bahwa sistem dan prosedur yang digunakan harus mampu memberikan data yang
dapat diterima. Hal ini dapat dilakukan dengan percobaan kesesuaian system yang
didefenisikan sebagai serangkaian uji untuk menjamin bahwa metode tersebut
dapat menghasilkan akurasi dan presisi yang dapat diterima. Persyaratan-
persyaratan kesesuaian sistem biasanya dilakukan setelah dilakukannya
pengembangan metode dan validasi metode [11].
14
2.5 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis adalah metode pemisahan yang dilengkapi plat tipis
penyerap dan media selektif yang digunakan sebagai pembawa. Teknik ini
dikembangkan pertama kali tahun 1938 oleh Ismailoff dan Scharaiber [17].
Teknik standar dalam melaksanakan pemisahan dengan KLT adalah sebagai
berikut. Pertama kali lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat kaca
dengan
ukuran dan tebal plat bervariasi, tergantung penggunaanya. Larutan
campuran senyawa yang akan dipisahkan diteteskan pada kira-kira 1,5 cm dari
bagian bawah plat tersebut dengan menggunakan pipet mikro atau pada
permukaan plat kaca dengan ukuran dan tebal plat bervariasi, tergantung
penggunaanya. Larutan campuran senyawa yang akan dipisahkan diteteskan pada
kira-kira 1,5 cm dari bagian bawah plat tersebut dengan menggunakan pipet mikro
atau syringe. Zat pelarut yang terdapat pada sampel yang akan diteteskan tersebut
dikembangkan dengan mencelupkannya pada tangki yang berisi campuran zat
pelarut (eluen). Tinggi eluen dalam tangki harus lebih rendah dari letak spot
sampel pada plat kromatografi. Dengan pengembangan tersebut masing-masing
komponen senyawa dalam sampel akan bergerak ke atas dengan kecepatan yang
berbeda-beda [17].
Komponen yang terdapat dalam campuran akan terpisah karena terbawa oleh
aliran pelarut. Perbedaan interaksi komponen sampel dengan fasa diam
menyebabkan perbedaan waktu tambat. Perbedaan waktu tambat menyebabkan
perbedaan kecepatan migrasi komponen dan perbedaan kecepatan migrasi
komponen yang menyebabkan pemisahan komponen [17].
Fasa diam pada KLT berupa plat tipis (adsorben) yang ditebarkan pada suatu
plat, yang berfungsi sebagai permukaan penyerap. Fasa diam yang umum
digunakan adalah padatan dengan kehalusan dan polaritas tertentu. Kepolaran fasa
diam harus disesuaikan dengan polaritas analit yang akan dipisahkan [17].
Macam-macam fasa diam diantaranya silika gel, alumina, kieselguhr (tanah
diatom) dan selulosa. Dari keempat jenis fasa diam tersebut yang paling banyak
15
dipakai adalah silika gel yang terbagi atas dua jenis, yaitu silika gel G yang
mengandung 13 % kalium sulfat dan silika gel PF yang ditemukan belakangan ini
yang dibuat sedemikian rupa sehingga senyawa organik yang terikat pada plat ini
dapat
mengadakan fluoresensi, sehingga visualisasinya dapat dikerjakan dengan
menempatkan plat yang telah dikembangkan di dalam ruangan gelap atau dengan
sinar ultraviolet yang bergelombang pendek [17].
2.5.2
Fasa Gerak
Fasa gerak dalam KLT adalah suatu cairan baik pelarut organik atau non
organik, baik dalam bentuk campuran maupun pelarut murni yang digunakan
untuk mengelusikan komponen sampel. Campuran pelarut dianjurkan hanya
dipakai satu kali pengembangan saja sebab susunannya mudah berubah akibat
salah satu komponennya menguap [17].
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan fasa gerak antara lain harus
mempunyai sifat mengalir yang tinggi, kemurnian yang tinggi, kelarutan, polaritas
dan pengaruh sifat adsorben yang digunakan. Fasa gerak harus mudah melarutkan
sampel campuran pada waktu pemisahan dilakukan, tetapi tidak bereaksi dengan
adsorben [17].
2.5.3 Penotolan
2.5.4 Pengembangan
16
juga [17]. Proses pengembangan akan lebih baik bila ruangan pengembangan
tersebut telah jenuh dengan uap sistem pelarut, terdapat 2 macam teknik elusi
yang umum dikenal, yaitu:
1. Teknik Elusi Menaik (ascending)
Pada teknik ini fasa gerak akan bergerak kearah dengan gaya kapiler melalui
lapisan adsorben yang diletakkan miring. Teknik elusi ini sederhana dan
peralatan tersedia secara komersial sehingga lebih banyak digunakan [17].
2. Teknik Elusi Menurun (descending)
Pada teknik ini pelarut ke bawah melalui lapisan adsorben yang diletakkan
2.5.5 Visualisasi
17
2.5.6 Faktor Retardasi (Rf)
Faktor retardasi (Rf) menyatakan perbandingan jarak bercak dengan jarak
rambat eluen [17].
Jarak yang ditempuh substansi
Rf = (1-2)
Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Nilai Rf berkisar pada rentang 0-1. Suatu senyawa dikatakan identik dengan
standarnya jika Rf senyawa tersebut sama atau mendekati Rf standar. Semakin
nilai R dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
besar f
tersebut
pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang
berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorben polar dari plat
kromatografi lapis tipis [17].
Noda atau bercak yang dihasilkan pada KLT tidak selalu bulat seperti yang
diharapkan [17]. Hal-hal yang mungkin terjadi pada visualisasi KLT adalah:
1. Pengekoran (Tailing)
Pengekoran adalah bentuk noda yang tidak bulat (berekor) dapat disebabkan
oleh pemisahan yang tidak sempurna, ketidakjenuhan chamber pada saat elusi
(fasa gerak yang segera menguap), ketidaktepatan dalam memilih fasa gerak
dan fasa diam [17].
2. Fronting
Fronting adalah timbulnya garis depan pelarut yang tidak rata pada lempeng
KLT. Hal ini disebabkan oleh suhu pada lapisan adsorben pada saat elusi
18
tidak sama, sehingga aliran pelarut pergerakannya tidak sama pada lapisan
adsorben, dan fasa gerak yang digunakan tidak sesuai dengan komponen
sampel [17].
2.6 Gas Chromathography-Mass Spectrometer (GC-MS)
Gas chromathography (GC) adalah metode pemisahan yang digunakan untuk
menganalisis senyawa yang mudah menguap atau senyawa yang mudah diuapkan.
Senyawa
yang mudah terdegradasi oleh panas tidak dapat dianalisis dengan
metode
ini. Mass Spectrometer (MS) adalah suatu metode analisis instrumental
yang dipakai untuk identifikasi dan penentuan struktur dari komponen sampel
dengan cara menunjukkan massa relatif dari molekul komponen dan massa relatif
hasil pecahannya [8].
Gas Chromathography-Mass Spectrometer merupakan gabungan metode
analisis antara GC dan MS. Dalam hal ini GC hanya berfungsi sebagai sarana
pemisah tanpa dilengkapi dengan detektor sebagaimana GC pada umumnya, tetapi
yang berfungsi sebagai detektornya adalah MS. Kemampuan dan aturan
pemisahannya akan mengikuti aturan pada GC, demikian pula aturan fragmentasi
dan pola spektrum massa akan mengikuti aturan MS. Dengan adanya gabungan
kedua metode tersebut akan memberikan keuntungan yang lebih baik karena
senyawa yang telah terpisahkan oleh GC dapat langsung dideteksi oleh MS.
Detektor MS untuk kromatografi gas mempunyai beberapa keuntungan, antara
lain yaitu penggunaan senyawa yang telah diketahui isotopnya sebagai standar
meningkatkan ketelitian analisis serta pada resolusi tinggi dapat menentukan
komposisi dasar dari senyawa yang dianalisis. Dengan adanya penggabungan
kedua alat tersebut, maka GC-MS mampu memisahkan komponen-komponen
dalam suatu analit sekaligus menentukan jenis komponen tersebut melalui
spektrum massanya [8]. Berikut adalah instrumentasi komponen GC-MS:
19
20
sinyal dan dikirim ke pencatat. Komponen-komponen dari sampel yang telah
terpisahkan akan menghasilkan kurva-kurva karena masing-masing komponen
tersebut ditahan pada kolom dalam waktu berbeda-beda. Lamanya waktu suatu
komponen
ditahan oleh kolom adsorpsi merupakan ciri khas komponen yang
disebut sebagai waktu retensi atau waktu tambat [8].
Untuk analisis kualitatif secara kromatografi gas, parameter hasil pemisahan
yang digunakan adalah waktu retensi. Waktu retensi sejak penyuntikan hingga
terbentuknya puncak maksimum, sifat ini merupakan ciri khas cuplikan dan fasa
cair pada suhu tertentu. Dengan menggunakan aliran yang tepat dan pengendalian
suhu, waktu retensi dapat terulang dalam batas 1% dan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi tiap puncak. Beberapa senyawa mungkin mempunyai waktu
retensi yang sama atau berdekatan, tetapi tiap senyawa hanya mempunyai satu
waktu retensi saja [8]. Pada kromatografi gas, pada umumnya ada 5 komponen
utama yaitu:
a. Gas Pembawa
Fungsi utama gas pembawa adalah untuk memindahkan analit dari injektor
menuju detektor. Syarat mutlak gas pembawa pada kromatografi gas adalah
lembam dari segi kimia dan mempunyai kemurnian yang tinggi. Paling
banyak digunakan sebagai gas pembawa adalah helium, argon, nitrogen, atau
campuran argon dan metana. Aliran gas pembawa ini harus tetap selama
operasional dan laju aliran gas sebelum masuk ke kolom bersama uap sampel
diatur oleh sebuah pengatur tekanan yang dilengkapi dengan meter tekanan
[8].
b. Gerbang Suntik
Sampel yang dapat dianalisis dengan metode kromatografi gas pada
umumnya berbentuk cairan. Akan tetapi, sampel berbentuk padat dan gas
juga dapat dianalisis dengan memakai sistem pemasuk sampel yang khusus.
Sampel berbentuk cair yang telah dipreparasi diinjeksikan ke dalam gerbang
udara. Volume yang diinjenksikan bervariasi mulai dari 0,01-20 µL. pada
gerbang suntik yang terpenting adalah program temperatur. Pengaturan
temperatur pada gerbang suntik harus di atas suhu titik didih komponen yang
21
terkandung dalam cuplikan, biasanya diatur sampai 50 oC di atas titik didih
komponen [18]. Apabila temperatur terlalu tinggi komponen cepat menguap,
tetapi dapat menyebabkan terjadinya penguraian komponen. Begitu juga
sebaliknya, apabila temperatur di bawah titik didih komponen dalam cuplikan
22
digunakan, karena dapat menyebabkan column bleeding dan kerusakan pada
fase diam. Secara umum kolom kromatografi gas terbagi atas 2 jenis, yaitu
kolom terpaking (packed column) dan kolom kapiler (capillary column).
Kolom terpaking terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari
tembaga, alumunium dan nikel. Panjang kolom jenis ini 2-3 m dengan
diameter dalam 1,5 cm sedangkan diameter kolom kapiler adalah 0,3-0,5 mm
dengan panjang 25-60 m. fase diamnya berupa cairan tipis yang melapisi
dinding bagian dalam pipa tersebut. Kolom kapiler lebih banyak digunakan
saat ini karena menghasilkan resolusi atau daya pisah yang baik. Penentuan
jenis fase diam yang berupa cairan tergantung pada aplikasi tingkat kepolaran
analit yang dianalisis [8].
e. Detektor
Ciri detektor yang dikehendaki adalah kepekaan tinggi, kelinearan
tanggapannya lebar, tanggap terhadap semua jenis senyawa, kuat, tidak peka
terhadap perubahan aliran, suhu, dan harganya murah. Pada kromatografi gas
spektrometer massa, spektrometer massa merupakan detektor dari
kromatografi gas [8].
2. Interface
Interface adalah bagian yang menghubungkan antara kromatografi gas
dengan spektrometer massa pada kondisi hampa udara yang tinggi. Tujuan utama
dari interface adalah menghilangakan gas pembawa tanpa menghilangkan analit.
Interface yang ideal dapat memindahkan analit secara kuantitatif, mengurangi
tekanan dan laju alir ke suatu tingkat yang dapat ditangani oleh spektrum massa
[8].
3. Mass Spectrometer
Prinsip kerja dari spektrometri massa adalah sampel diuapkan dalam keadaan
vakum kemudian dialirkan menuju ruang pengion. Di ruang pengion sampel
ditembak dengan arus partikel berenergi tinggi menghasilkan ion dengan
kelebihan energi (radikal ion) yang bisa memecah dan tidak bisa memecah. Ion
yang bisa memecah disebut ion induk (parent ion), ion induk akan memecah
menjadi ion positif, negatif dan pecahan yang netral. Ion negatif akan tertarik ke
23
anoda untuk dinetralkan dan dihisap oleh pompa vakum bersama-sama dengan
fragmen netral. Sedangkan partikel bermuatan positif menuju ke tabung
analisator, partikel-partikel ini dibelokkan oleh medan magnet sehingga
lintasannya
melengkung [8].
Dalam spektrometer massa, hanya ion-ion positif yang terdeteksi oleh
spektrometer dan dipresentasikan sebagai tabel atau grafik yang memuat puncak
m/z (massa/muatan) ion-ion yang intensitasnya tergantung pada kelimpahan
relatif ion tersebut. Puncak spektrum tertinggi disebut sebagai base peak yang
intensitasnya dianggap 100 %, sedangkan puncak-puncak dengan intensitas dari
relatif dari berbagai nilai m/z dinamakan spektrum massa dan untuk setiap
senyawa sifatnya sangat spesifik. Pecahnya suatu ion-ion atau molekul menjadi
fragmen-fragmen bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang
ada. Oleh karena itu struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai
struktur molekul induknya [8].
4. Sistem Pengolah Data
Teknologi komputer sangat diperlukan untuk harmonisasi bekerjanya
instrumen terpadu seperti GC-MS, dalam pengolahan atau penyuguhan data
analisis. Selain itu, komputer juga berperan sebagai perangkat lunak yang
menyimpan data analisis standar SRM (Standard Reference Material) sebagai
pembanding terhadap data analisis analit hasil penentuan. Koleksi data analisis
SRM yang ada pada perangkat lunak dikenal sebagai Standard Library Spectra.
Identifikasi analit terhadap Standard Library Spectra dinyatakan dengan persen
kemiripan dan keduanya dinyatakan identik jika komputer menilai persen
keduanya diatas 90 % [8].
2.6.2 Fragmentasi
24
sama dengan fragmen netral. Sedangkan partikel bermuatan positif menuju ke
tabung analisator, partikel-partikel ini dibelokkan oleh medan magnet sehingga
lintasannya melengkung [8]. Pada awalnya, ion radikal bergetar karena tidak
stabil
sehingga dengan adanya fragmentasi akan menyebabkan ion menjadi lebih
stabil dan akhirnya ion induk bisa memecah [16]. Berikut ini adalah urutan ion
yang mudah mengalami fragmentasi:
CH3+ < RCH2+ < R2CH+ < R3C+ < CH2=CH-CH2+ < C6H5 –CH2+ [16]
Metamfetamin yang mempunyai massa molekul relatif 149,23 dengan
Abu nd an c e
struktur pada gambar 2.6 mengalami fragmentasi sebagai berikut:
Sc a n 50 (1 .2 64 min ): JAKBAR 10 7.D \ d ata .ms
58 .1 H
N
80 00 CH3
60 00
CH3
40 00 91 58
Metamfetamin
0
mengalami
44 .1
fragmentasi
73 .0
sesuai dengan gambar
10 4.0 11 5.0 2.6, dengan
13 4.1 14 7.0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 11 0 12 0 13 0 14 0 15 0
spektrum utama yaitu 148, 91 dan 58 sebagai base peak (puncak tertinggi).
m/ z-->
A bu nd an c e
# 45 39 9: B enze ne etha na min e, N ,.alp ha.-dime th yl- $ $ P he neth ylamine , N ,.a lph a.-d imethyl- $$ D eo xye ph ed rin e $$ E
58 .0
80 00
60 00
40 00
20 00 91 .0
30 .0 42 .0
15 .0 77 .0 10 3.0 11 5.0 13 4.0 14 8.0
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 0 11 0 12 0 13 0 14 0 15 0
m/ z-->
Dibawah ini merupakan tabel yang memuat massa beberapa molekul yang
hilang dalam fragmentasi baik itu ion radikal maupun fragmen netral.
25
Tabel 2.1 Daftar Jumlah Massa yang Hilang
Jumlah Ion Radikal dan Fragmen
Keterangan
Massa Netral yang Hilang
[3]
[1] [2]
•
1 H Lebih banyak terdapat pada ion
dalam senyawa amina dan
aldehid
15 CH3• Mudah hilang pada karbon
kuartener
17 OH• or NH3
18 H2O Mudah hilang pada alkohol
sekunder dan tersier
19/20 F•/HF Fluorida
28 CO Keton atau asam
29 C2H5•
30 CH2O Senyawa aromatik metileter
31 CH3O• Metil ester
31 CH3NH2 Amina sekunder
32 CH3OH Metil ester
33 H2O + CH3
35/36 Cl•/HCl Klorida
42 CH2=C=O Asetat
43 C3H7• Mudah hilang pada kelompok
isopropyl
43 CH3CO• Metil keton atau asetat
43 CO + CH3•
44 CO2 Ester
45 CO2H• Asam karboksilat
46 CO + H2O
57 C4H9•
60 CH3COOH Asetat
73 (CH3)3Si• Trimetisilil eter
90 (CH3)3SiOH Trimetisilil eter
Sumber: [16]
26
dapat dibandingkan dengan data spektrum massa standar yang ada pada data
pustaka. Analisis dengan teknik MIM memerlukan senyawa yang memiliki kadar
relatif besar, karena molekul senyawa yang terfragmentasi memerlukan adanya
sisa ion molekul yang utuh. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan kemiripan
senyawa yang lebih besar dari 90 % dengan senyawa yang ada pada data pustaka
[16].
2.6.3.2
Teknik Selected Ion Monitoring (SIM)
GC-MS dengan teknik SIM didapatkan dari hasil TIC dengan spektrum
massa suatu komponen yang mempunyai puncak-puncak fragmen secara
keseluruhan, yang akan diseleksi puncak fragmen ion molekul (m/z) secara
selektif berdasarkan kelimpahannya. Hasilnya akan diperoleh 3 puncak fragmen
ion molekul (m/z) yang mempunyai kelimpahan tinggi. Teknik SIM akan
menghasilkan data puncak yang lebih tajam dan selektif sehingga akan
meningkatkan kepekaan detektor. Oleh karena itu, teknik SIM dapat digunakan
untuk analisis dengan kadar yang kecil dan sangat bermanfaat untuk pengukuran
kuantitatif suatu komponen di dalam sampel yang mengandung banyak campuran
senyawa [16].