Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodometri,
bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada
satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor
sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks
melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya
oksidator maka sampelnya adalah oksidator. (Keenan, 1986)
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-
reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganate. Kalium
permanganate merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara berbeda-beda,
tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai
dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini
disebabkan oleh keragaman valensi mangan. KmnO4 merupakan zat pengoksida yang
penting. Untuk analisis kimia biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa
tersebut direduksi. (Underwood, 1996)
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menentukan standarisasi dalam sampel dengan menggunakan metode
Permanganometri?
2. Bagaimana cara menentukan kadar zat dalam sampel dengan menggunakan metode
Permanganometri?
1.3 Tujuan
1. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara menentukan standarisasi dengan
menggunakan metode Permanganometri
2. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara menentukan kadar zat suatu sampel
dengan metode Permanganometri

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Titrasi

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui
dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day & Underwood, 1996).

Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder


ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John Kenkel,
2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran
dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia
setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang
dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.

Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi
biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi
kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990). Pengenceran adalah proses
penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku hukum
kekekalan mol. Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak
tepat sama dgn titik ekivalen ( 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran, indikator bereaksi
dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi larutan blanko. Larutan blanko
larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali analit. Untuk mengetahui titik ekivalen secara
eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara log
[H+] atau log [X-] atau log [Ag+] atau E (volt) terhadap volum (W. Haryadi, 1990).

2
2.2 Pengertian Permanganometri

Analisa zat organik dalam air dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi
permanganometri. Metode titrasi ini menggunakan kalium permanganat yang merupakan
oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau
redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari
100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali
bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena
mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day & Underwood, 2002).
Hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai nilai permanganat. Nilai permanganat adalah jumlah
miligram kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam 1000
mL air pada kondisi mendidih (SNI 06-6989.22-2004, 2004).

Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi


selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut. Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena
Mangan(Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau lebih besar :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O + Eo = +1,51 V
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan:
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5 MnO2(s) + 4H+
(Day, R.A dan Underwood, 1986 ).
Kalium Permanganat bukanlah standar primer. Sangat sukar untuk mendapatkan
pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas sama sekali dari mangan dioksida.Apa lagi, air yang
dipakai sebagai pelarut sangat mungkin masih mengandung zat pengotor lain yang dapat
mereduksi Permanganat menjadi Mangan dioksida (MnO2). Adanya zat ini sangatlah
mengganggu, karena akan mempercepat penguraian dari larutan permanganat setelah
didiamkan.
Reaksi Penguraian :
3
4MnO4- + 2H2O 4MnO2- + 3O2- + 4OH-
Permanganat merupakan oksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2
menurut persamaan :
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Larutan Kalium Permanganat(KMnO4) dapat distandarisasikan dengan menggunakan
arsen (III) oksida atau Natrium Oksalat sebagai larutan standar primer,larutan standar
sekunder meliputi besi logam, dan besi (II) etilenadiamonium sulfat ( etileradiamina besi (II)
sulfat), FeSO4, C2H4(NH3)2SO4, 4H2O (Basset, J. dkk, 1984).
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam penetapan
zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan mangan, oksida
semacam itu sukar dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi logam itu ke keadaan
yang lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi zat ini secara langsung karena reaksi dari zat
padat dengan zat pereduksi berjalan lambat (Day, R. A dan Underwood, 1986).
Oleh karena itu sampel diolah dengan kuantitasnya yang berlebih diketahui sesuatu zat
peruduksi dan dipanasi agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat pereduksi dititrasi
dengan Permanganat standar. Berbagai zat pereduksi dapat digunakan seperti AS 2O3 dan
N2C2O4. Analisis pirolusit, atau bijih yang mengandung MnO2 merupakan latihan yang lazim
bagi mahasiswa. Reaksi MnO2 dengan HASO2 :
MnO2(s) + HASO2 + 2H+ Mn2+ + H3AsO4
Dalam larutan yang bersifat basa, KMnO4 agar mudah mengoksidasi ion-ion iodida,
sionida, tiosianat, dan beberapa senyawa organik dioksidasi oleh kalium permanganat menjadi
oksalat, bukan menjadi karbondioksida (Rivai, 1995).
Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan sejumlah Kalium Permanganat dalam
air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO2 yang
terbentuk, lalu dibakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah
Natrium Oksalat.
Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan tersebut adalah sebagai berikut :
5C2O42- + 2MnO42- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Titik titrasi akhir ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh
kelebihan Permanganat (Rivai, 1995).
Standarisasi larutan Kalium permanganat dapat dilakukan dengan senyawa Natrium
Oksalat (Na2C2O4) yang juga merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini mempunyai derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada
pengeringan dan tidak mudah menguap. Reaksi dengan Permanganat agak rumit, dan

4
meskipun telah banyak penyelidikan, mekanisme yang eksak masih belum jelas. Reaksi itu
lambat pada temperatur kamar dan karenanya biasanya larutan dipanaskan yaitu pada suhu
sekitar 60oC (Day, R. A dan Underwood, 1986 : 341).
Penetapan titrimetrik terhadap Kalsium dalam batu kapur seringkali digunakan sebagai
latihan mahasiswa.Kalsium diendapkan sebagai Kalsium Oksalat(CaC2O4). Setelah disaring
dan dicuci, enadapan dilarutakn dalam Asam Sulfat dan Oksalatnya dititrasi dengan
Permanganat.Prosedur ini lebih cepat dibandingkan prosedur Gravimetri (Day, R. A dan
Underwood, 1986).

5
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

1.1.Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum Kimia Dasar dengan materi Titremetri 3
(Permanganometri ) di lakukan pada hari senin, 20 november 2017, pukul 07:00-
09:00 WIB. di Laboratorium Analisis Zat Gizi, Fakultas Kesehatan, Politeknik Negeri
Jember.

1.2. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum permanganometri diantaranya :
Erlenmeyer 250 ml, buret, gelas kimia 200 ml, corong, kaca arloji, neraca analitik,
labu ukur 250 ml, pipet tetes, gelas ukur, penangas dan batang pengaduk. selain alat
juga ada beberapa bahan yang digunakan pada praktikum permanganometri yaitu
seperti: KMnO4 0,1 M, Na2C2O4 0,1 M, H2SO4, Aquades dan sampel FeCl3.
1.3.Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4)

Sebanyak 10 ml asam oksalat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan


ditambahkan dengan 10 ml H2SO4 kemudian dipanaskan pada penangas hingga
suhu 70-800C. Dalam keadaan panas titrasi perlahan-lahan dengan larutan
KMno4 0,1N. pada saat terjadi perubahan warna menjadi merah rose hentikan
titrasi. Tahap akhir yaitu mencatat Volume KMnO4 yang digunakan. Percobaan
dilakukan dua kali (duplo) menggunakan sampel yang sama.

2. Penentuan kadar besi (Fe)


Sebanyak 15 ml larutan FeCl3 dimasukkan ke dalam erlenmayer, dan
ditambahkan H2SO4 sebanyak 10 ml. kedian dititrasi perlahan-lahan dengan
larutan KMnO4 0,1N. pada saat terjadi perubahan warna atau warna kuning
menghilang hentikan titrasi. Tahap akhir yaitu mencatat volume KMnO4 yang
digunakan. Percobaan dilakukan dua kali (duplo) menggunakan sampel yang
sama.

6
BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Volume KMnO4 (kalium permanganat)


Permanganometri V H2C2O4 1+2
Titrasi V1 Titrasi V2 Rata-rata 2

Standarisasi
10 ml 1,6 ml 2,6 ml 2,1 ml
KMnO4 0,1N

Volume Na2S2O3 (natium sulfat)


Permanganometri V FeCl3 1+2
Titrasi V1 Titrasi V2 Rata-rata 2

Kadar Fe 15 ml 1,8 ml 1,4 ml 1,6 ml

4.2 Pembahasan

DESKRIPSI BAHAN

a) Kalium Permanganat (KMnO4)

Kalium Permanganat adalah suatu senyawa kimia anorganik dan obat-obatan.


Sebagai obat senyawa ini digunakan untuk membersihkan luka dan dermatitis.
Senyawa ini memiliki rumus kimia KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung
ion K+ dan MnO4. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi kuat. Ia larut dalam
air menghasilkan larutan berwarna merah muda atau ungu yang intens, penguapan
larutan ini meinggalkan kristal prismatik berwarna keunguan-hitam (Matasak,
Jerwyyiana. 2012). Di tahun 2000, produksi di seluruh dunia diperkirakan mencapai
30,000 ton. Dalam senyawa ini mangan memiliki bilangan oksidasi +7.

b) Asam oksalat (H2C2O4)

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Asam oksalat merupakan asam organik
yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal
sebagai oksalat, juga agen pereduktor (Rivai, Harrizul 1995)

7
Asam oksalat adalah asam dikarboksilat yang hanya terdiri dari dua atom C
pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat berada berdampingan.
Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam oksalat mempunyai konstanta
disosiasi yang lebih besar daripada asam-asam organik lain. Asam oksalat lebih kuat
daripada senyawa homolognya dengan rantai atom karbon lebih panjang. Namun
demikian dalam medium asam kuat (pH <2) proporsi asam oksalat yang terionisasi
menurun.

c) Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat adalah cairan tak berwarna, seperti minyak dan higroskopik,
dengan berat jenis 1,838. Asam pekatnya yang murni dan komersial, adalah suatu
campuran yang bertitik didih konstan dan mengandung asam kira-kira 98%.
(Vogel,1979).

Asam sulfat tidak terdapat di alam teteapi diproduksi dari belerang, oksigen dan air
melalui proses kontak.

Fungsi penambahan asam sulfat dalam titrasi permanganometri adalah untuk


memberikan suasana asam. Hal ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah
diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam

d) Feri Klorida (FeCl3)

FeCl3 (Feri Klorida) adalah adalah suatu senyawa kimia yang merupakan
komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa ini umum digunakan
dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di
industri maupun di laboratorium.

Warna dari kristal besi(III) klorida tergantung pada sudut pandangnya, dari
cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-
merah. Besi(III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap, karena
munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut.

Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang
merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan
larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada
pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai

8
pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari
besi(III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis
dalam sintesis organik.

Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium


permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan kadar
zat. Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat bereaksi
secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan
+7. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. (Khairiah,
hanifah. 2016)

1. Standarisasi larutan KMnO4


Pada praktikum kali ini, kami menggunakan asam oksalat (H2C2O4) sebagai titrat dan
kalium permanganate (KMnO4) sebagai titran. Percobaan standarisasi larutan KMnO4
dilakukan dua kali dengan menggunakan sampel yang sama untuk mendapatkan hasil
yang akurat.
Kami melakukan standarisasi larutan KMnO4 dengan mengambil 10 ml asam oksalat
(H2C2O4) sebagai standar primernya. yang kemudian ditambahkan dengan 10 ml larutan
asam sulfat. Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam. Hal
ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam
suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi
dengan titran. Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion
Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pH netral
atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat
mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi.
Sebelum dilakukan standarisasi asam oksalat dipanaskan pada suhu 70-800C fungsi
Dalam proses ini larutannya harus dipanaskan karena beberapa faktor yaitu : Untuk
mempercepat laju reaksi dan Dengan laju reaksi yang cepat maka larutan tersebut cepat
teroksidasi dari MnO4 menjadi Mn2+ dan H2O, sehingga volume yang dinginkan pada
proses titrasi dengan cepat diperoleh. Apabila tidak dipanaskan dengan penambahan
KMnO4 maka menjadi kehilangan oksalat disebabkan terbentuknya peroksida. karena

9
pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung lambat sehingga akan sulit untuk
menentukan titik akhir titrasi (Putra,2016).
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
2MnO4- + 5H2C2O4+ 6H+ 2Mn2 + 10CO2 + 8H2O .

Setelah ditambahkan asam sulfat kemudian sampel dititrasi langsung tanpa


penambahan indicator. karena kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang kuat
dan dapat bertindak sebagai indicator. Alasan Dilakukannya standarisasi menggunakan
kalium permanganate karena kalium permanganat bukan pereaksi primer. Sangat sukar
untuk mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan murni, dan bebas dari mangan dioksida.
Kalium permanganate merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu
bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganate. (Matasak,
Jerwyyiana. 2012).
Ketika kami melakukan titrasi, terjadi perubahan warna pada titrat dari bening menjadi
merah rose ini dikarenakan adanya reaksi antara larutan asam oksalat dan asam sulfat
dengan kalium permanganat.
Berikut ini reaksi yang terjadi :
5H2C2 O4 + 2KMnO4 + 5H2SO4 K2SO4 2MnSO4 + 8H2O + 10CO2.

Perubahan warna tersebut telah sesuai dengan literature yang menyatakan jika Titik
akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda sekali.
Warna merah muda timbul akibat kelebihan ion permanganat. Satu tetes kelebihan ion
permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang cukup jelas terlihat
(Putra,2016).
Dan saat terjadi perubahan warna itulah terjadi titik akhir titrasi dan proses titrasi
dihentikan. Diperoleh volume pertama KMNO4 yang digunakan pada percobaan
kelompok kami yaitu 1,6 ml dan Volume KMno4 kedua sebesar 2,6.ml.
pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa standarisasi kalium permanganate
(KMnO4) adalah 0,5 N melalui perhitungan dengan rumus :

V1xN1=V2xN2

10
Perhitungan yang diperolah :

1. Perhitungan Standarisai Larutan KMnO4

Diketahui : Jawab :

N1 (H2C2O4)= 0,1N 11 (224) = 22 (4)


1 ( 224) = 10 10 0,1 = 2,1 2
1,6 + 2,6
2( 4) =
2
= 2,1 N2 = 0,5 2

Ditanya :

Berapakah Normalitas kmNO4??

2. Analisis Kadar Fe
Percobaan yang kedua dilakukan untuk mengetahui kadar Fe dengan menggunakan
larutan Fecl3 sebagai sampel. untuk analisis kadar Fe Sama dengan Percobaan standarisasi
larutan KMnO4, juga dilakukan dua kali percobaan dengan menggunakan sampel yang
sama, dengan alasan untuk mendapatkan hasil yang akurat.
FeCl3, Besi(III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia yang merupakan
komoditas skala industri yang peranannya dalam titrasi merupakan larutan standar primer
yang dapat digunakan untuk menentukan kadar besi.
Kami melakukan penetapan Fecl3 dengan mengambil larutan FeCl3 sebanyak 15 ml
yang kemudian di tambahkan dengan 10 ml HSO,, Asam sulfat.
HSO, merupakan asam mineral yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua
perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu
produk utama industri kimia. Peranan asam sulfat pada titrasi permanganometri adalah
untuk memberikan suasana asam pada larutan. Hal ini dilakukan karena titik akhir titrasi
lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut
tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran (Rivai, Harrizul 1995)
Pada percobaan ini awalnya larutan FeCl3 ketika ditambah asam sulfat berwarna
kuning, setelah larutan dititrasikan dengan Kalium Permanganat (KMNO4) terjadi
perubahan warna atau warna kuningnya menghilang. dan saat itulah proses titrasi
dihentikan karena telah terjadi titik akhir titrasi.
Perubahan warna yang terjadi telah sesuai dengan literatur yang menyatakan Jika
larutan yang mengandung asam sulfat akan lebih memudahkan. dan perkembangan
11
reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi (Asroff,
2012).
Diperolah volume pertama kalium sulfat (KMNO4) yang digunakan pada percobaan
kelompok kami yaitu 1,8 ml dan volume kedua 1,4 ml.
pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa kadar Fe dalam larutan FeCl3 adalah 4,6%
melalui perhitungan dengan rumus :


kadar Fe = 3x100%

Perhitungan yang diperolah :

1. Perhitungan Kadar Fe

Diketahui : Jawab :

V1 Fecl3 = 15 ml a) Mencari konsentrasi FeCl3


1,8+1,4 V1xN1 (FeCl3) = V2xN2 (KMnO4)
V2 4 = 2
=1,6 ml
15 x N1 (FeCl3) = 1,6 x 0,5
N2 4 =0,1 N N1 (Fecl3) = 0,8
Ar Fe= 56

Mr Fecl3 = 162,5 b) Mencari konsentrasi FeCl3


3
m FeCl3 = 1000
0,8 162,5 15
Ditanya : = 1000

= 1,95 gr
Berapakah kadar Fe?
c) Mencari m Fe

x
3 3
56
x 162,5
1,95

m Fe = 0,672 = 0,7

d) Mencari kadar Fe

x 100% = 4,6%
3

12
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Untuk melakukan stadarisasi KMnO4 diperlukan pengambilan 10 ml asamoksalat


(H2C2O4) sebagai standar primernya yang kemudian ditambahkan dengan 10 ml larutan asam
sulfat. Sebelum dilakukan standarisasi asam oksalat dipanaskan pada suhu 70-80 derajat
celcius. Ketika dilakukan titrasi, terjadi perubahan warna pada tirat dari bening menjadi
merah rose, perubahan warna tersebut telah sesuai dengan literature dan terjadi reaksi :
5H2C2 O4 + 2KMnO4 + 5H2SO4 K2SO4 2MnSO4 + 8H2O + 10CO2. Perubahan warna
yang terjadi menandakan akhir dari titrasi dan diperoleh volume akhir yaitu 2,6 mL. Serta
diperoleh konsentrasi KMnO4 sebesar 0,5 2 dengan rumus 11 = 22.

Untuk pengujian kadar Fe di perlukan pengujian larutan FeCl3 sebanyak 15 ml yang


kemudian di tambahkan dengan 10 ml H2SO4. Larutan FeCl3 yang dititrasikan dengan kalium
permanganat (KMNO4) menghasilkan perubahan warna atau warna kuningnya menghilang.
Perubahan warna yang terjadi telah sesuai dengan literature. Perubahan warna tersebut
menandakan akhir dari titrasi dan diperoleh volume akhir yaitu 1,4 ml. Serta didapatkan hasil
bahwa kadar Fe dalam larutan FeCl3 adalah 4,6% melalui perhitungan dengan rumus : kadar

Fe = 3 100% .

5.2 Saran

Lakukan percobaan dengan mengikuti prosedur kerja yang ada, berhati-hatilah ketika
menuangkan larutan, masukkan larutan ke dalam tabung sesuai dengan takaran yang telah
ditentukan, pada saat pengukuran suhu, termometer tidak boleh menyentuh dasar beaker glass
untuk menghindari kesalahan pada pembacaan suhu, dan terakhir bersihkan peralatan yang
digunakan dengan air yang mengalir.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asroff. 2012. Titrasi Permanganometri. Universitas Hasanudin : Makasar

Basset, J. dkk. 1984. Buku ajar Vogel Kimia analisis kuantitatif anorganik. Kedokteran
EGC : Jakarta

Day, R. A. J., & Underwood, A.. 2002 . Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

John Kenkel, (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington, Lewis Publishers

Keenan,W.Charles.1986. ilmu kimia. Universitas. Erlangga: Jakarta

Khairiah, hanifah. 2016. Modul Praktikum Kimia Analitik. Bangkinang, Politeknik Kampar.
Hal 17 21

Matasak, Jerwyyiana. 2012. Permanganometri. Toronto: John Wiley & Sons

Putra, Frischa Andhika dan R. Djarot Sugiarso.2016. Perbandingan Metode Analisis


Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol
5. No 1anggal 22 Maret 2014.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas pemeriksaan kimia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Underwood,A.L dan R.A. Day.J.R.1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

Underwood,A.L dan R.A. Day.J.R.1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

Vogel. 1979. Asas pemeriksaan kimia, universitas Indonesia press : Jakarta.

W. Haryadi, (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

14
LAMPIRAN

EVALUASI

1. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada setiap tahap penambahan bahan?
Reaksi
a) Reaksi pada standarisasi larutan KMnO4
Reaksi asam oksalat (H2C2O4) dengan kalium permanganat (KMnO4)

2MnO4- + 5H2C2O4+ 6H+ 2Mn2 + 10CO2 + 8H2O .

Reaksi titrasi dengan KMnO4 larutan asam sulfat (H2SO4) dan asam oksalat

5H2C2 O4 + 2KMnO4 + 5H2SO4 K2SO4 2MnSO4 + 8H2O + 10CO2.

b) Reaksi lengkap pada kadar Fe


2KMnO4 + 8H2SO4 + 10 FeSO4 2MnSO4 + 5Fe 2(SO4)3 + K2SO4 + 8H2O
2. Mengapa dalam praktikum titrasi ini tidak menggunakan indicator?
Pada titrasi permanganometri tidak menggunakan indikator karena larutan
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan dapat
bertindak sebagai indikator, dapat dipakai untuk indikator penentuan titik akhir titrasi.
KMnO4 tidak memiliki range pH, tetapi hanya bekerja sebagai indikator pada
umumnya.

3. Tuliskan reaksi reduksi kalium permanganat?

Dalam suasana asam, ion pemanganat direduksi menurut proses 5 elektron, Mn


berubah dari + ke +2,

MnO4- + 8H++5 Mn2+ + 4H2O

Dalam suasana netral atau setengah basa permanangat direduksi jadi mangan
dioksida.

MnO4- + 4H+ + 3 MnO2 + 2H2O

4. Apakah fungsi dari penambahan asam sulfat?


Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam. Hal
ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam

15
suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak
bereaksi dengan titran. Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi
menghasilkan ion Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan
dalam suasana pH netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang
berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi.

16
Pemanasan pada suhu 70-
Pengambilan 10 ml H2C2O4 Penambahan 10 ml H2SO4
80 0 c

Perubahan warna setelah Pengambilan 15 ml larutan


Dititrasi dengan KMnO4 titrasi menjadi merah rose FeCl3

Setelah ditirasi terjadi


Penambahan 10 ml H2SO4
Dititrasi dengan KMnO4 Perubahan warna (warna
(warna kuning)
kuning hilang)

17
18

Anda mungkin juga menyukai